Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

ACARA 8
“MORFOLOGI JAMUR BENANG DAN PENGECATAN SEDERHANA
SEL KHAMIR”

NAMA : M. GIANO FADHILAH


NIM : 141811133072
KELAS :B
KELOMPOK :3 ASISTEN : SUMBER NURHADI

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diantara tumbuhan – tumbuhan rendah (bercahaya), maka golongan
ganggang alga dan golongan jamur merupakan kelanjutan daripada golongan
bakteri. Apakah golongan ganggang itu langsung menjadi golongana bakteri
ataukah jamur yang menjadi kelanjutan langsung dari bakteri. Hali ini sangat
sukar ditentukan. Peninjauan secara morfologi dan fisiologi menemukan suatu
golongan bakteri , yaitu ordo chlamydobacterialos, yang dapat dipandang
sebagai pangkal pertumbuhan golongan ganggang , hal mana dapat diketahui
dari sifat – sifatnya mengenai adanya lapisan lendir yang mengelubungi tubuh
organisme tersebut, akan tetapi pembiakannya dengan menggunakan konidia
itu lebih menggenangkan kepada sifat jamur. Jamur benang merupakan jamur
yang dapat membentuk miselium dan berbagai bentuk spora. Jamur benang
adalah golongan fungi yang membentuk jaringan miselium dan spora yang
tampak teteapi tidak dapat membentuk badan buah yang mikroskopis (Pelczar
dan Chan, 2012).
Khamir merupakan fungi yang termasuk dalam kelas Ascomycetes, terdiri
dari kurang lebih 39 genera dan 350 jenis. Banyak genus khamir mempunyai
arti penting baik yang menguntungkan antara lain untuk industri fermentasi
seperti produksi alcohol oleh Saccaromyces cerevisiae, Candida wickerham,
Kluyveromyces marxianus, produksi protein sel tunggal misalnya
oleh Torulopsis utilis, Candida milleri, industri farmasi oleh Candida flareri,
Rhodotolura sp, maupun yang merugikan yaitu sebagai penyebab penyakit
seperti Candida albicans (Djide , 2011).
Khamir dapat lebih bertahan dalam keadaan alam sekitar yang tidak
menguntungkan dibandingkan dengan jasad renik lainnya. Khamir dapat
tumbuh dalam suatu substrat atau medium berisikan kosentrasi gula yang
dapat menghambat pertumbuhan kebanyakan bakteri. Khamir bersifat
fakultatif, artinya mereka dapat hidup dalam keadaan aerobik maupun
anaerobik. Oleh karena itu, perlu dilakukannya praktikum ini untuk
mengetahui morfologi jenis-jenis jamur benang dan pewarnaan saat
mengamati morfologi sel khamir agar khamir tampak jelas saat diamati
dengan mikroskop (Paul, 2012)

1.2 Maksud dan Tujuan

Praktikum mata kuliah mikrobiologi kali ini3 bertujuan untuk

a. Pengamatan morfologi jamur benang


1. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi jamur benang secara
mikroskopis
2. Dapat membedakan jenis jamur benang satu dengan yang lainnya
b. Pengecatan sederhana sel khamir
1. Mengenal bentuk sel khamir
2. Membedakan sel-sel yang mati dan hidup
3. Menghitung presentase kematian khamir

1.3 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Senin, 21 Oktober 2019 pukul 10.00
sampai 11.50 WIB di Laboratorium Mikrobiologi dan Penyakit Ikan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan fungsi

a. Alat pengamatan morfologi jamur benang

 Object glass : alat untuk wadah mikroorganisme (objek) yang akan


diamati
 Cover glass : alat untuk penutup pada objek glass
 Mikroskop : alat untuk mengamati objek dengan perbesaran tertentu
 Pipet tetes : alat untuk meneteskan zat warna
 Bunsen : alat untuk memanaskan jarum ose guna sterilisasi pada
saat mengambil mikroorganisme (objek)
 Isolatip : digunakan untuk mengambil jamur dari media
 Cawanpetri : digunakan untuk membiakkan jamur

b. Alat pengecatan sederhana sel khamir

 Object glass : alat untuk wadah mikroorganisme (objek) yang akan


diamati
 Cover glass : alat untuk penutup pada objek glass

 Mikroskop : alat untuk mengamati objek dengan perbesaran tertentu

 Pipet tetes : alat untuk meneteskan zat warna

 Bunsen : alat untuk memanaskan jarum ose guna sterilisasi pada


saat mengambil mikroorganisme (objek)
 Jarum Ose : alat untuk mengambil mikroorganisme (objek)
2.2 Bahan dan fungsinya

a. Morfologi Jamur Benang

 Alkohol : digunakan untuk sterilisasi


 Minyak Imersi : untuk memperjelas pada perbesaran 1000x di
mikroskop

 Suspense Bakteri : bakteri sampel yang aka diisolati untuk praktikum

 Larutan Lactofenol : digunakan sebagai pewarnaan dalam jamur yang


diisolasi

b. Pengecatan sederhana sel Khamir


 Sel khamir : sampel yang akan diisolasi
 Methylene blue : digunakan sebagai pewarnaan dalam jamur yang
diisolasi

 Alkohol : digunakan untuk sterilisasi

 Minyak imersi : untuk memperjelas pada perbesaran 1000x di


mikroskop
2.3 2.3 Metode Pengamatan
a. Metode Morfologi Jamur Benang
Metode Morfologi Jamur Benang menurut Lumbanbatu (2018), antara lain
:

1.
Bersihkan alat Setelah dingin, Diambil sedikit
2.
3. dan bahan teteskan 1-2 miselium jamur
4. dengan tetes larutan yang tersedia pada
5. alkohol dan laktofenol di ikan dan letakkan di
dipanaskan di atas gelas objek. atas gelas objek.
atas bunsen.

Diamati dengan Diratakan


Ditutup
mikroskop miselium dengan
dengan gelas
perbesaran lemah, menggunakan 2
penutup
kemudian dengan jarum preparat
dengan hati-
perbesaran sedang. agar miselium
Setelah itu, hasil hati.
terlihat terpisah
pengamatan satu sama lain.
digambar dan
diberi
keterangan..
b. Metode Pengecatan Sederhana Sel Khamir

Metode Morfologi Jamur Benang menurut Suryaningsih, dkk., (2018),


antara lain :

Diberi Biakkan sel khamir


6.
Gelas objek Methylene Blue diambil secara
7.
8. dan cover 0,01 %. Lalu aseptic dengan
9. glass diambil 1 tetes jarum ose dan
10. dibersihkan dan diletakkan diletakkan di gelas
dengan di tengah gelas objek dan campur
alkohol objek. dengan baik.

Ditutup dengan
Dihitung sel- cover glass dan
sel khamir diamati di
yang mati dan mikroskop.
yang hidup.
BAB III
HASIL
3.1 Tabel Hasil Pengamatan morfologi jamur benang
Foto Jenis spesies Morfologi

Aspergillus flavus memiliki ciri-


ciri yaitu, koloni berbentuk
bulat yang berwarna hijau
kekuningan. Tekstur koloni
halus seperti kapas memiliki
400x
konidiofor yang panjangnya
(Harahap,2018)
Aspergillus flavus 400-800 µm dan cenderung
kasar, vesikel dan konidia yang
berbentuk bulat. Aspergillus
flavus memiliki pertumbuhan
yang cepat dan biasanya
1000x tumbuh pada suhu 27°C.
(Hapsari, 2014) (Hapsari, 2014)
3.2 Tabel Hasil Pengamatan Pengecatan Sederhana Sel Khamir
Foto Bentuk Sel mati % Sel hidup %

- - -

400x

- - -

1000x
BAB IV
PEMBAHASAN

Praktikum pengamatan morfologi jamur benang tidak ditemukan adanya


jamur benang dalam preparat . Hal ini bisa disebabkan karena selotip yang
digunakan tidak lengket ataupun selotip menempel pada kulit ikan sehingga
bakteri tidak ikut terbawa oleh selotip sehingga pada saat dilakukan pengamatan
jamur tidak terlihat pada mikroskop. Pada praktikum pengecatan sederhana sel
khamir juga tidak ditemukan adanya sel khamir melainkan ditemukannya mikroba
lain. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya mikroba yang bergerak-gerak. Menurut
literature khamir merupakan mikrobia uniseluler yang ukurannya lebih besar dari
mikrobia (1-10 μm) yang tidak dapat bergerak karena tidak berflagel dan
berkembangbiak dengan pembelahan sel (budding) (Jumiyati dkk, 2012).
Selain itu juga, tidak ditemukannya sel khamir pada preparat bisa
dikarenakan suspense yang digunakan tidak ditumbuhi sel khamir melainkan
mikroba yang lain. Terdapat beberapa penyebab tidak tumbuhnya isolate sel
khamir antara lain faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Beberapa faktor ekstrinsik
yang mempengaruhi pertumbuhan khamir meliputi pH, materi organik,suhu,
kelembaban dan nutrisi. Kadar nutrisi dan hara di dalam tanah sangatlah
melimpah sehingga isolat khamir mampu tumbuh dengan baik di dalam tanah.
Sehingga bila dibandingkan dengan kadar nutrisi pada medium tumbuh dengan
kadar nutrisi di dalam tanah dimungkinkan berbeda, terdapat nurisi-nutrisi yang
tidak terpenuhi seperti nutrisi yang ada di dalam tanah sehingga beberapa isolat
tidak mampu tumbuh (Rahmana dkk, 2016).
Terdapat faktor internal yang juga turut mempengaruhi kemampuan
tumbuh isolat khamir, seperti genetik sel yang juga memberikan pengaruh
terhadap kemampuan pertumbuhan khamir . Faktor lain seperti fisiologis sel dan
metabolisme sel yang berbeda-beda pada tiap genus juga dapat menjadi penyebab
kemampuan tumbuh khamir pada tiap genus berbeda-beda.Faktor lain yang juga
mempengaruhi adalah lamanya waktu penyimpanan kultur isolate yang dapat
menyebabkan nutrisi di dalam medium habis terkonsumsi sehingga dapat
menyebabkan isolat dalam medium penyimpanan mati, hal inilah yang dapat
menyebabkan isolat tak mampu tumbuh dalam kultur baru. Selain itu juga dapat
disebabkan karena kurang terpenuhinya kebutuhan nutrisi dalam medium tumbuh
(Rahmana dkk, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Djide, Natsir. M, 2011. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Hasanudin:


Makassar
Hapsari., & Amalia. 2014. Isolasi dan Identifikasi Fungi Pada Ikan Mas Koki
(Carassius auratus) di Bursa Ikan Hias Gunung Sari Surabaya, Jawa
Timur. [SKRIPSI]. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga.
Harahap, A. P. L., Erina., & Ummu. B. 2018. Isolasi Aspergilus sp. Pada Paru-
Paru Ayam Boiler. JIMVET. 2(3): 426-434
Jumiyati, Bintari. S. H, Mubarok. I. 2012. Isolasi dan Identifikasi Khamir Secara
Morfologi di Tanah Kebun Wisata Pendidikan Universitas Negeri
Semarang. Biosantifika. 4(1) : 27-35.
Lumbanbatu, S. N. 2018. Morfologi Jamur Benang. Teknologi Hasil Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera
Utara. Medan.
Paul, Singleton. 2012. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology Third
Edition. England.
Pelczar M.J. dan Chan. 2012. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta: UI Press
Suryaningsih, V., R. S. Ferniah, dan E. Kusdiyantini. 2018. Karakteristik
Morfologi, Biokimia, dan Molekuler Isolat Khamir IK-2 Hasil Isolasi
dari Jus Buah Sirsak (Annona muricata L.). Jurnal Akademika
Biologi, 7(1): 18-25.
LAMPIRAN

Sel Khamir (1000x) Sel Khamir (400x) Objek glass

Jarum ose Pengambilan sel khamir Bunsen

Preparat sel khamir Gambar jamur 400x Gambar jamur 1000x


(Literatur) (Literatur)

Anda mungkin juga menyukai