Anda di halaman 1dari 4

Saya dan Kesenian

Seseorang pernah berkata bahwa ketika kita dilahirkan ke dunia ini, tangan kita seperti
menggenggam sesuatu. Genggaman itu terisi oleh takdir kita. Namun disaat takdir itu lepas,
tangisan untuk pertama kalinya pun terdengar sampai ke dunia. Tapi di suatu saat, takdir itu
akan kembali ke genggaman kita dengan cara berusaha untuk menggapainya.

Pertama-tama, saya ingin berterima kasih terlebih dahulu kepada panitia yang
menyelenggarakan kegiatan Belajar Bersama Maestro 2019 sebab kesempatan berharga ini
termasuk takdir dan impian yang ingin saya capai.

Berstatus sebagai putra keturunan daerah Pinrang-Pare, perkenalkan saya Muh. Alif
Arsandhy. H dan orang-orang akrab memanggil saya Sandi. Saya lahir di Makassar, Sulawesi
Selatan pada tanggal 03 Mei 2003, pasangan dari Muh. Hasan. L dan Jumawati. Ayah bekerja
sebagai wartawan dalam Majalah Dunia Pendidikan Sulawesi Selatan dan ibu sibuk mengurus
bagian urusan rumah tangga. Saya memiliki satu kakak dan dua adik kandung. Disamping itu,
saya juga memiliki tiga orang kakak tiri. Sehingga dalam bekeluarga saya memiliki 6 keluarga.

Saya merupakan lulusan dari Sekolah Dasar Negeri Inpres Bertingkat Pinrang pada tahun
2015 yang berdomisili di Jln. Dr. Wahidin Sudiro Husodo, kemudian melanjutkan pendidikan di
tingkat Sekolah Menengah Pertama, di SMP Negeri 1 Pinrang. Disini saya mulai mengenal apa
itu dunia seni teater. Dan sering mendapatkan pengalaman-pengalaman mengikuti beberapa
lomba termasuk Story Telling tingkat Kabupaten dan memperoleh juara-2. Tidak sampai disitu,
saya melanjutkannya di tingkat provinsi namun belum berhasil mendapatkan posisi pertama.

Bukan tentang predikat lomba yang saya dapatkan, namun pengalaman sampai dititik
itulah membuat saya tetap semangat dalam menekuni dunia peraktingan. Hingga sampai
sekarang, saya masih aktif dalam organisasi yang bergelut dibidang seni, termasuk teater. Disini
saya dibina, dan melalui wadah inilah saya banyak mendapatkan kesempatan serta kepercayaan
untuk bergabung dalam tim perwakilan sekolah dalam mengikuti lomba Story Telling di tingkat
provinsi. Disaat itulah saya berhasil meraih posisi ketiga. Prestasi-prestasi tersebut membuat
saya sadar akan keharusan saya untuk menggali ilmu dalam berlakon, termasuk memperkuat
potensi agar nantinya bisa menjadi seorang pelakon teater yang berwawasan luas.

Pada awalnya, oramg tua saya memiliki tempat tinggal di Kota Makassar sekaligus juga
tempat kelahiran saya. Namun pada akhirnya orang tua saya pindah ke Kabupaten Pinrang pada
tahun yang sama dengan tahun kelahiran saya. Sehingga tempat tinggal saya berdomisisli di Jln.
Abdullah No. 100, Jaya, Watang Sawitto, Pinrang, Sulawesi Selatan. Tempat tinggal saya bisa
dibilang unik karena terletak di perantara daerah perkotaan dan pertanian. Namun, silaturahmi
diantaranya tidak pernah luntur dan tetap saling menjunjung tinggi keharmonisan antar sesama
masyarakat. Hal lain yang membuat saya suka dan menganggap tempat tinggal saya unik yaitu
cara masyarakatnya dalam berbahasa daerah yang sopan dan penuh dengan santun. Sehingga
akan banyak inspirasi-inspirasi yang dapat kita temukan dan menerapkan hal tersebut dalam
suatu kesenian. Seperti banyak karya sastra yang dituliskan dalam bahasa Bugis, diantaranya
kisah legenda yang berjudul “La Sinrang”, cerpen yang berjudul “Putri Tandampalik”, puisi
yang berjudul “Siri Mappauno”, dan masih banyak karya sastra lainnya yang berasal dari
tempat tinggal saya dan pastinya menggunakan bahasa daerah kami yaitu Bahasa Bugis.

Salah satu kesenian yang ada di daerah saya yaitu Tari Paduppa Bosara yakni tarian yang
menggambarkan sebuah penyambutan untuk seorang tamu dengan menghidangkan sebuah
bosara atau wadah kue tradisional bagi orang Bugis sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan.
Pada zaman dulu-dulu, tarian ini sering ditarikan pada setiap acra penting untuk menyambut raja
dengan suguhan kue-kue di atas bosara tersebut. Namun sekarang, tarian ini sering ditemui saat
dilaksanakan sebuah pesta adat dan pesta perkawinan. Tari Paduppa Bosara inipun juga hanya
dibawakan oleh wanita yang mengenakan busana adat yang berasal dari Bugis yaitu Bodo
dengan hiasan lengkap seperti kalung rantai motif bunga, gelang, hiasan rambut, serta anting.

Saya pernah terlibat pada sebuah pementasan teater dalam rangka HUT RI yang ke-73.
Pementasan ini kami dilatih langsung oleh salah satu mahasiswa yang berasal dari Institut Seni
Indonesia (ISI) di Yogyakarta. Namun di setiap pementasan teater, tentunya selalu ada kesulitan
yang dihadapi. Kurangnya modal untuk melaksanakan pementasan ini menjadi salah satu
hambatan untuk kami sebagai pihak pelaksana. Dengan kurangnya modal, faktor lain pun dapat
terpengaruh seperti fasilitas yang dibutuhkan atau lokasi pementasan. Tapi dibalik kesulitan
tersebut bukan berarti pentas yang akan diselenggarakan tidak dapat terlaksana. Melainkan
dengan adanya usaha/perjuangan dan kerja sama yang baik antar pihak penyelenggara pentas
tersebut, selalu ada kesempatan besar agar dapat menggapai tujuan kami dalam
menyelenggarakan sebuah pementasan seni. Baik itu seni pertunjukkan, seni tari, seni musik,
seni rupa/kriya, maupun gabungan dari semua seni dan kebudayaan daerah.

Membahas tentang seni, tentu saja ada seorang tokoh yang terkenal akan keahlian dan
kehebatannya dalam bidang seni yang membuat saya terinspirasi olehnya. Beliau adalah bapak
Alm. Drs. Suyadi atau pencipta karakter-karakter dari sebuah film seri televisi Indonesia yaitu Si
Unyil. Beliau akrab dikenal sebagai Pak Raden yang juga termasuk salah satu karakter dari Si
Unyil tersebut. Dengan kehebatannya menjadi seorang pengisi suara, beliau juga kerap mengisi
suara dari beberapa karakter lainnya yang terdapat dalam serial Si Unyil ini selain karakter Pak
Raden. Selain sebagai pencipta serial TV dan menjadi pengisi suara, beliau juga senang
melakukan kegiatan seni lainnya seperti melukis, mendalang, membuat ilustrasi buku anak,
membuat boneka, mendongeng, dan membuat sketsa-sketsa di atas kertas. Bisa dikatakan beliau
merupakan orang yang tergolong memiliki Multitalent dengan didukung bakat-bakat luar
biasanya dan menjadi orang yang paling menginspirasi saya untuk mengenali seni lebih dalam
lagi, terutama seni pertunjukkan. Walaupun raganya sudah tidak lagi bersama kita di dunia ini,
saya percaya bahwa karya-karya beliau tidak akan pernah hilang dan akan tetap abadi di dunia.

Saya sangat berminat mengikuti program Belajar Bersama Maestro ini semenjak saya
lulus dari jenjang Sekolah Menengah Pertama dimana saya mengetahui/mengenal program ini
dari sahabat-sahabat saya yang juga memiliki impian yang sama untuk lolos dalam program
yang tidak biasa ini. Alasan utama saya yaitu karena bisa dikatakan program ini hanya dapat
diikuti sekali dalam seumur hidup saja apalagi kita dapat bertemu dengan seorang seniman yang
secara konsisten aktif berkesenian dan berkarya serta mempunyai jaringan ekosistem di
masyarakat yang disebut dengan Maestro.

Dalam program ini, Maestro pastinya akan mengajarkan dan membimbing pengetahuan
bahkan jiwa kesenian yang berada dalam diri kita dapat berkembang agar kebudayaan dan
kesenian yang kita kaji itu tidak mengalami kepunahan, pengakuan negatif dari pihak lain,
maupun pendangkalan isi kebudayaan tersebut.. Tentu hal ini adalah satu kesempatan yang
harus kita manfaatkan sebaik mungkin untuk mencari pengalaman hidup yang bermakna dan
berkesan, sahabat dan teman-teman baru yang berasal dari berbagai daerah lain, mengenal
kebudayaan Indonesia lainnya yang dapat kita kaji serta mengenalkan budaya sendiri keluar
daerah, dan yang paling utama adalah menyerap pengetahuan yang sangat berharga dan belum
tentu dapat diperoleh di bangku sekolah, buku-buku, ataupun sumber-sumber pengetahuan dan
informasi lainnya.

Maestro Iswadi Pratama, seorang sastrawan Indonesia yang berasal dari Lampung,
adalah seniman yang menekuni dua bidang seni sekaligus, yakni sastra dan teater. Beliau
percaya bahwa dengan menekuni dua bidang seni sekaligus, ia dapat menghindari kejenuhan.
Sama seperti diri saya yang menjadikan seni teater sebagai tempat kita mengekspresikan
perasaan dan mengeksplorasi berbagai emosi dalam diri. Sebagai penyair, Iswadi dinilai sebagai
penyair liris terbaik yang dimiliki Lampung dan karya-karyanya banyak menginspirasi dan
membuka ingatan-ingatan pembaca. Selain itu, beliau telah menulis banyak puisi-puisi yang
bersifat humanis dan terasa dekat dengan sehari-hari kehidupan manusia.

Salah satu karya yang telah beliau ciptakan adalah puisi yang berjudul “Ibu Yang
Berjanji” yang terdapat dalam karya bukunya “Harakah Haru”. Ada alasan mengapa saya
menyukai puisi karya dari bapak Iswadi ini. Suatu kalimat dalam puisi tersebut memiliki arti
yang sangat mendalam dan menjadikan saya sadar akan suatu hal. Kalimat tersebut berbunyi
“terima kasih, om. Saya tak minta, ibu yang janji”. Dari karya puisinya ini, saya selalu
terinspirasi untuk bisa seperti beliau yang mahir dalam menulis puisi. Karena kegemaran saya
dalam puisi memang terdapat pada bagian penulisan. Menulis itu seperti menuangkan rasa.
Kadang sulit untuk menceritakan sebuah masalah kita kepada orang lain walaupun itu orang
terdekat kita. Sehingga salah satu cara untuk mengatasi rasa kegelisahan tersebut yaitu dapat
dengan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Oleh karena itulah, selain mencari ilmu dalam
dunia perlakonan, saya juga teringin untuk mahir dalam menciptakan karya-karya sastra seperti
maesto Iswadi Pratama

Anda mungkin juga menyukai