Lapsus Ana
Lapsus Ana
Oleh :
Andi Nadya Sahnaz
21804101050
Pembimbing
dr. Johan Bastian, Sp.OT
Cover
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan.................................................................................................................. 2
3.4. Klasifikasi.......................................................................................................... 26
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan........................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga Laporan Studi Kasus Stase Bedah
Ortopedi yang berjudul “Close Fracture Neck Femur Dextra” ini dapat
diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai ujian kasus guna memenuhi
tugas Kepaniteraan klinik madya serta melatih keterampilan klinis dan
komunikasi dalam menangani kasus kedokteran.
Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun, pembaca
serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang kedokteran.
Penyusun
kontinuitas jaringan tulang dan atau rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Sjamsuhidajat & Jong, 2007). Kebanyakan fraktur adalah akibat dari
mengalami fraktur, yaitu sebanyak 45.987 orang, prevalensi kejadian fraktur yang
paling tinggi adalah fraktur femur yaitu terdapat 19.729 orang (Sjamsuhidajat &
Jong, 2007). Angka kejadian fraktur femur keseluruhan adalah 11,3 dalam 1000
per tahun. fraktur pada laki-laki adalah 11,67 dalam 1000 per tahun, sedangkan
pada perempuan 10,65 dalam 1000 per tahun (Maharta, 2014). Jenis fraktur femur
mempunyai insiden yang tinggi diantara fraktur tulang lain. Fraktur collum atau
neck (leher) femur adalah tempat yang paling sering terkena fraktur pada usia
lanjut. Namun fraktur collum femur bukan semata-mata akibat penuaan. Fraktur
collum femur cenderung terjadi pada penderita osteopenia diatas rata-rata, banyak
kecenderungan terjatuh. Selain itu, orang lanjut usia juga memiliki otot yang
lemah serta keseimbangan yang buruk sehingga meningkatkan resiko jatuh
ekstremitas yang sakit sehingga terasa lebih nyaman dan sembuh lebih cepat
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis,
penatalaksanaan dan komplikasi fraktur neck femur.
1.4 Manfaat
1.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit bedah orthopedi khususnya
fraktur neck femur
1.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang
mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah orthopedi.
BAB II
STATUS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 76 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
1. Keluhan Utama
Oktober 2019 00:30 WIB dengan keluhan nyeri pada pinggul kanan.
Sebelumnya pasien terjatuh setelah sholat magrib saat ingin keluar dari
tusuk. Nyeri bertambah parah saat kaki kanan digerakkan dan diangkat.
Hal tersebut membuat pasien sulit berdiri dan berjalan, sehingga pasien
dibantu untuk berdiri. Pasien menyangkal rasa baal dan kebas pada
daerah pinggul kanan dan pasien masih bisa merasakan sentuhan pada
bagian kaki kanan. Ny.S mengaku badan terasa lemas sesaat setelah
kejadian. Pasien tidak mendapat terapi apapun setelah jatuh dan langsung
7. Riwayat Kebiasaan
Makan 3 kali sehari, minum alkohol (-), minum kopi/teh (-), merokok (-),
aktivitas sehari-hari memasak
3. Tanda Vital
c. RR : 20 x/menit
d. Suhu : 36,5º C
4. Kulit
5. Kepala
Bentuk simetris, luka (-), makula (-), papula (-), nodul (-) deformitas.
6. Mata
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas (-/-).
8. Mulut
Sianosis (-), bibir pucat (+), tremor (-), gusi berdarah (-)
9. Telinga
10. Tenggorokan
11. Leher
Cor :
Pulmo :
- Perkusi : Sonor/Sonor
Wheezing (-/-)
13. Abdomen
- Inspeksi : bentuk datar, caput medusa (-), spider nevi (-), scar (-)
- Palpasi : dinding perut supel, undulasi (-), distensi abdomen (-), hepar 2
14. Ekstremitas :
- Atas: Tremor (-/-), Akral dingin (-/-), Edema (-/-), Ulkus (-/-)
- Bawah: Tremor (-/-), Akral dingin (-/-), Edema (-/-), Ulkus (-/-)
Look : Warna kulit kuning langsat, anemis (+), luka (-), deformitas (+)
terdapat shortening pada kaki kanan, pembengkakan (+), perubahan
warna (-), perdarahan aktif (-)
Feel : Suhu teraba hangat (+), nyeri tekan (+), sensibilitas (+), pulsasi arteri
dorsalis pedis (+), CRT < 2 detik. Pengukuran panjang tungkai
didapatkan Leg Length Discrepancy (LLD) 2 cm.
Dextra Sinistra
Move :
Gerakan aktif :
Fleksi hip tidak dapat dievaluasi (nyeri), ekstensi hip tidak dapat
dievaluasi (nyeri), internal rotasi tidak dapat dievaluasi (nyeri), eksternal
rotasi tidak dapat dievaluasi (nyeri). Fleksi dan ekstensi pada
pergelangan kaki (+), fleksi jari kaki (+), ekstensi jari kaki (+), abduksi
jari kaki (+), adduksi jari kaki (+).
AROM Knee : tidak dapat dievaluasi (nyeri).
Gerakan pasif :
Fleksi hip tidak dapat dievaluasi (nyeri), ekstensi hip tidak dapat dievaluasi
(nyeri), internal rotasi tidak dapat dievaluasi (nyeri), eksternal rotasi tidak
dapat dievaluasi (nyeri). Fleksi dan ekstensi pada pergelangan kaki (+),
fleksi jari kaki (+), ekstensi jari kaki (+), abduksi jari kaki (+), adduksi
jari kaki (+).
PROM Knee : tidak dapat dievaluasi (nyeri).
2.4. Resume
Oktober 2019 00:30 WIB dengan keluhan nyeri pada pinggul kanan.
Sebelumnya pasien terjatuh setelah sholat magrib saat ingin keluar dari
ruang mushola. Pasien jatuh dengan posisi terduduk dengan bagian kanan
normal. Pada pemeriksaan regio hip joint dextra didapatkan anemis (+),
deformitas (+), pembengkakan (+), suhu teraba hangat (+), nyeri tekan (+),
terdapat shortening, LLD 2 cm. Gerakan aktif dan pasif pada kedua
- EKG
1. Non Operatif
Non Medikamentosa
Memberi KIE kepada pasien dan keluarga tentang penyakit pasien
Melakukan inform consent bahwa pasien harus MRS untuk
evaluasi dan persiapan dilakukan tindakan selanjutnya
Melakukan inform consent mengenai tindakan yang akan
dilakukan pada pasien
Imobilisasi kaki kanan
Merubah posisi badan setiap 2 jam
ROM Exercise
Medikamentosa
Analgesik
Antibiotik
2. Operatif
Hemiarthroplasty dextra
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat
total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Terjadinya suatu fraktur
lengkap atau tidak lengkap ditentukan oleh kekuatan, sudut dan tenaga, keadaan
tulang, serta jaringan lunak di sekitar tulang (Helmi, 2011). Secara umum,
keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka,
fraktur tertutup dan fraktur dengan komplikasi. Fraktur tertutup adalah fraktur
dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak
mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan
lunak, dapat terbentuk dari dalam maupun luar. Fraktur dengan komplikasi adalah
fraktur yang disertai dengan komplikasi seperti malunion, delayed union, nounion
permukaan articular caput femur dan regio interthrocanter dimana collum femur
merupakan bagian terlemah dari femur. Pembuluh yang memiliki risiko tinggi
terkena adalah cabang cervical ascenden lateralis dari arteri sircumflexa femoralis
medialis. Aliran darah yang terganggu dapat meningkatkan risiko nonunion pada
lokasi fraktur dan memungkinkan terjadinya nekrosis avaskular pada caput femur
(Koval, 2010).
3.3 Epidemiologi
fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 9.702 orang mengalami
fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula.
Diestimasikan bahwa insidensi fraktur femur proksimal akan bertambah dua kali lipat
menjadi 2,6 juta pada tahun 2025 dan 4,5 juta pada tahun 2050. Persentase
peningkatannya meningkat lebih besar pada pria (310%) dibanding perempuan (240%).
Pada tahun 1990, 26% fraktur femur proksimal terjadi di Asia, diperkirakan pada tahun
2025 akan mencapai 37%, dan pada tahun 2050 akan mencapai 45%. Risiko seseorang
untuk mengalami fraktur femur proksimal semasa hidupnya adalah 5,6% pada laki-laki
3.4 Etiologi
3.5 Klasifikasi
2007):
1. Klasifikasi Klinis
a. Fraktur tertutup
Fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka
Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka
pada kulit dan jaringan lunak.
c. Fraktur dengan komplikasi
Fraktur yang disertai dengan komplikasi seperti malunion, delayed
union, nonunion dan infeksi tulang.
2. Menurut etiologis
a. Fraktur traumatik
Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
b. Fraktur patologis
Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis
pada tulang maupun di luar tulang, misalnya tumor, infeksi atau
osteoporosis.
c. Fraktur stress
Terjadi karena beban lama atau trauma ringan yang terus-menerus pada
suatu tempat tertentu, misalnya fraktur pada tulang tibia atau metatarsal
pada tentara atau olehragawan yang sering berlari atau baris-berbaris.
3. Klasifikasi Radiologis
a. Lokalisasi
Diafisial
Metafisial
Intraartikuler
Fraktur dengan dislokasi
Konfigurasi
Fraktur transversal
Fraktur oblik
Fraktur spiral
Fraktur Z
Fraktur segmental
Fraktur kominutif
Fraktur impaksi
Fraktur pecah (burst)
Fraktur epifisis
b. Ekstensi
Fraktur komplit
Apabila garis patah yang melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang.
Fraktur inkomplit
Apabila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang,
seperti buckle fracture, hairline fracture, dan green stick fracture.
c. Hubungan antar fragmen tulang
Tidak bergeser (undisplaced)
Bergeser (displaced), dapat terjadi dalam 6 cara yaitu;
bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, impaksi dan over riding.
3.5.2 Klasifikasi Fraktur Femur
karena itu, fraktur femur dapat terjadi mulai dari proksimal hingga ke distal
tulang. Berdasarkan letak frakturnya, fraktur femur dekategorikan sebagai
(Rasjad, 2007):
3) Radiologis
4) Patologi
Caput femur mendapat aliran darah dari tiga sumber, yaitu:
a. Pembuluh darah intrameduler di dalam collum femur
b. Pembuluh darah servikal asendens dalam retinakulum kapsul sendi
c. Pembuluh darah dari ligamen yang berputar
Pada saat terjadi fraktur, pembuluh darah intrameduler dan
pembuluh darah retinakulum selalu mengalami robekan, bila terjadi
pergeseran fragmen. Fraktur transervikal adalah fraktur yang bersifat
intrakapsuler yang mempunyai kapasitas yang sangat rendah dalam
penyembuhan karena adanya kerusakan pembuluh darah, periosteum yang
rapuh serta hambatan dari cairan sinovial.
b. Fraktur Trokanter Femur
Fraktur daerah trokanter biasa juga disebut fraktur trokanterik
(intertrokanterik) adalah semua fraktur yang terjadi antara trokanter mayor dan
minor. Fraktur ini bersifat ekstra-artikuler dan sering terjadi pada orang tua di
atas umur 60 tahun.
a. Mekanisme trauma
Fraktur trokanterik terjadi bila penderita jatuh dengan trauma langsung
pada trokanter mayor atau pada trauma yang bersifat memuntir. Keretakan
tulang terjadi antara trokanter mayor dan minor dimana fragmen proksimal
cenderung bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat komunitif terutama
pada korteks bagian posteromedial.
b. Klasifikasi
Fraktur trokanterik dapat dibagi atas:
a. Stabil
b. Tidak stabil
Disebut fraktur tidak stabil bila korteks bagian medial hancur dan
fragmen besar mengalami pergeseran terutama trokanter minor. Fraktur
trokanterik diklasifikasikan atas empat tipe, yaitu:
Tipe I : Fraktur melewati trokanter mayor dan minor tanpa pergeseran
Tipe II : Fraktur melewati trokanter mayor dan minor disertai pergeseran
trokanter minor
Tipe III :Fraktur yang disertai dengan fraktur komunitif
Tipe IV :Fraktur yang disertai dengan fraktur spiral femur
c. Gambaran klinis
Penderita lanjut usia dengan riwayat trauma pada daerah femur
proksimal. Pada pemeriksaan didapatkan pemendekan anggota gerak bawah
disertai rotasi eksterna.
c. Fraktur Diafisis Femur
Fraktur diafisis femur dapat terjadi pada setiap umur, biasanya
karena trauma hebat misalnya kecelakaan lalu lintas atau trauma lain
misalnya jatuh dari ketinggian. Femur diliputi oleh otot yang kuat dan
merupakan proteksi untuk tulang femur, tetapi juga daat berkibat jelek
karena dapat menarik fragmen fraktur sehingga bergeser. Femur dapat
pula mengalami fraktur patologis akibat metastasis tumor ganas. Fraktur
femur sering disertai dengan perdarahan masif yang harus selalu
dipikirkan sebagai penyebab syok.
a. Mekanisme trauma
Fraktur spiral terjadi apabila jatuh dengan posisi kaki melekat erat
pada dasar sambil terjadi putaran yang diteruskan pada femur. Fraktur
yang bersifat transversal dan oblik terjadi karena trauma langsung dan
trauma angulasi.
b. Klasifikasi
Fraktur femur dapat bersifat tertutup atau terbuka, simpel,
komunitif, fraktur Z atau segmental.
c. Gambaran klinis
Penderita pada umumnya dewasa muda. Ditemukan pembengkakan dan
deformitas pada tungkai atas berupa rotasi eksterna dan pemendekan tungkai dan
mungkin datang dalam keadaan syok.
d. Fraktur Suprakondiler Femur
Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur
dan batas metafisis dengan diafisis femur. Terapi konservatif dengan cara lutut
difleksi dilakukan untuk menghilangkan tarikan otot.
a. Mekanisme trauma
Fraktur terjadi karena tekanan varus atau valgus disertai kekuatan aksial
dan putaran.
b. Klasifikasi
1) Tidak bergeser
2) Impaksi
3) Bergeser
4) Komunitif
Pergeseran terjadi pada fraktur oleh karena tarikan otot sehingga
pada terapi konservatif lutut harus difleksi untuk menghilangkan tarikan
otot.
c. Gambaran klinis
Berdasarkan anamnesis ditemukan riwayat trauma yang disertai
pembengkakan dan deformitas pada daerah suprakondiler. Pada pemeriksaan
mungkin ditemukan adanya krepitasi.
e. Fraktur suprakondiler femur dan fraktur interkondiler
Menurut Neer, Grantham, Shelton (1967)
- Tipe I : Fraktur suprakondiler dan kondiler bentuk T
- Tipe IIA : Fraktur suprakondiler dan kondiler dengan sebagian
metafisis (bentuk Y)
- Tipe IIB : Sama seperti IIA tetapi bagian metafisis lebih kecil
- Tipe III : Fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler
yang tidak total
e. Fraktur Kondilus Femur
Klasifikasi fraktur kondilus femur dapat dibagi menjadi:
f. Tipe I; Fraktur kondilus dalam posisi sagital
g. Tipe II; Fraktur dalam posisi koronal dimana bagian posterior kondilus
femur bergeser
h. Tipe III; Kombinasi antara sagital dan koronal
Gambaran klinis terdapat trauma pada lutut disertai nyeri dan
pembengkakan. Mungkin ditemukan krepitasi dan hemaartrosis sendi lutut.
3.6 Patofisiologi
menyebabkan patah, maka sel-sel tulang akan mati. Perdarahan biasanya terjadi
disekitar tempat patah dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut.
timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mati berakumulasi
pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk bekuan fibrin
(hematom fraktur) dan berfungsi sebagai jalan untuk melekatnya sel-sel baru.
Aktifitas osteoblas segera terangsang dan membentuk tulang baru imatur yang
disebut kalus. Bekuan fibrin di reabsorbsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan
3.7 Diagnosis
Deformitas: Deformitas dapat timbul dari tulang itu sendiri atau penarikan dan
Sikap anggota gerak: Kebanyakan fraktur terlihat jelas, namun fraktur satu
Nyeri tekan: Tanyakan pada pasien daerah mana yang terasa paling sakit.
Krepitasi: Krepitasi tulang dari gerakan pada daerah fraktur dapat diraba
Pemeriksaan kulit dan jaringan lunak di atasnya: Pada fraktur akut, terapi
tergantung pada keadaan jaringan lunak yang menutupinya. Adanya blister atau
daerah terbuka yang lebih dari 8 jam sejak cedera harus dianggap terinfeksi dan
operasi harus ditunda sampai luka sembuh sepenuhnya. Bebat dan elevasi
menurunkan pembengkakan dan ahli bedah harus menunggu untuk keadaan kulit
yang optimal.
Sebagai skrining cepat, gerakan aktif dari seluruh anggota gerak diuji pada
penilaian awal. Pasien dengan fraktur mungkin merasa sulit untuk bergerak dan
fraktur harus dicurigai jika ada yang nyeri yang menimbulkan keterbatasan.
3.7.4 Pengukuran
Pada fraktur dengan pergeseran atau dislokasi, hal ini nampak jelas. Apparent
leg length discrepancy dapat diukur dari xiphisternum ke maleolus medial dengan
menjaga tubuh dan kaki sejajar dengan alas dan tidak membuat setiap upaya untuk
menyamakan sisi panggul. Hal ini akan memberikan perbedaan fungsional pada
panjang kaki. Raba spina iliaka anterior superior (SIAS) dan atur panggul agar
sejajar (garis yang menghubungkan kedua SIAS tegak lurus dengan alas).Lalu
ukur panjang kaki dari SIAS ke maleolus medial, maka akan didapatkan true
length measurement. Pastikan kaki berada dalam sikap dan posisi yang sama
(Rex, 2012).
Gambar 3.12 Pengukuran Leg Length Discrepancy
proksimal femur posisi AP dan lateral diindikasikan untuk kasus curiga fraktur
collum femur. Dua hal yang harus diketahui adalah apakah ada fraktur dan apakah
terjadi pergeseran. Pergeseran dinilai dari bentuk yang abnormal dari outline
tulang dan derajat ketidaksesuaian antara garis trabekula di kaput femur, collum
femur, dan supra-asetabulum dari pelvis. Penilaian ini penting karena fraktur
terimpaksi atau fraktur yang tidak bergeser akan mengalami perbaikan setelah
untuk fraktur tanpa pergeseran atau fraktur yang tidak nampak di radiografi biasa.
Bone scan atau CT scan dilakukan pada pasien yang memiliki kontraindikasi MRI
3.8 Penatalaksanaan
Non-operatif:
Indikasi:
b. Terapi operatif:
Fiksasi internal diindikasikan untuk Garden Tipe I, II, III pada pasien muda,patah
tulang yang tidak jelas, dan fraktur displaced pada pasien muda
fracture dengan kompresi pada leher femur dan fraktur leher femur pada pasien
yang tidak bisa berjalan atau komplikasi yang tinggi.Terapi operatif hampir sering
Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi
Jenis-jenis operasi:
a.Pemasangan pin
pemasangan pin yang tidak akurat ( percobaan pemasangan pin secara multiple
3.9 Komplikasi
1. Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Hal
ini biasanya terjadi pada fraktur, pada kondisi tertentu terjadi syok
neurogenic pada fraktur femur karena rasa sakit yang hebat pada pasien.
2. Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh; tidak adanya nadi; CRT
(Capillary Refill Time) menurun; sianosis distal; hematoma yang lebar;
serta dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
pembidaian; perubahan posisi pada yang sakit; tindakan reduksi dan
pembedahan.
3. Sindrom kompartemen
Adalah suatu kondisi dimana terjebaknya otot, tulang, saraf dan pembuluh
darah dalam jaringan parut akibat suatu pembengkakan dari edema atau
hematoma yang menekan otot, syaraf, dan pembuluh darah. Kondisi
sindrom kompartemen akibat komplikasi fraktur hanya terjadi pada fraktur
yang dekat dengan persendian dan jarang terjadi pada bagian tengah
tulang. Tanda khas untuk sindrom kompartemen adalah 5 P (pain/ nyeri
local, pallor/ pucat, parestesi/tidak ada sensasi, pulselessness/ tidak ada
denyut nadi , perubahan nadi , perfusi yang kurang baik pada bagian distal,
CRT > 3 detik pada bagian distal kaki, paralysis/kelumpuhan tungkai)
4. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
ortopedik, infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Hal
ini biasanya terjadi karena kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin (ORIF dan OREF)
atau plat.
5. Avaskular Nekrosis
Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa
menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmanns
ischemia.
6. Sindrom emboli lemak
Adalah suatu komplikasi serius yang sering terjadi pada fraktur tulang
panjang. FES terjadi karena sel –sel lemak yang dihasilkan sumsum tulang
kuning masuk pada aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam
darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernapasan, takikardi,
hipertensi, takipneu, dan demam.
2019 14.30 WIB dengan dengan keluhan nyeri pada pinggul kanan dan riwayat
jatuh 2 hari yang lalu. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik disimpulkan bahwa
Dalam penatalaksanaan kasus ini diberikan terapi non operatif berupa non
analgetik dan antibiotik. Terapi operatif pada pasien ini adalah hemiarthroplasty
dextra.
4.2. Saran
Setelah mengkaji laporan kasus ini disarakan kepada pembaca maupun
penulis untuk menambah wawasan lebih dalam lagi melalui sumber-sumber lain
yang lebih relevan terutama pada penentuan fraktur femur dan tatalaksana lanjut
pada fraktur femur.