Disusun oleh:
Riya Ulin Nuha
1610104105
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
DAFTAR TABEL……………………………………………………………... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
C. Tujuan .......................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hipertensi dalam Kehamilan ..................................................... 11
B. Epidemiologi Hipertensi dalam Kehamilan ................................................ 28
C. Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan ..................................................... 29
D. Faktor Resiko Hipertensi dalam Kehamilan................................................ 48
E. Phatofisiologi Hipertensi dalam Kehamilan.................................................51
F. Manifestasi Klinis Hipertensi dalam Kehamilan..........................................52
G. Diagnosis Hipertensi dalam Kehamilan ...................................................... 28
H. Penatalaksanaan Klinis Hipertensi dalam Kehamilan................................. 52
I. Pencegahan Hipertensi dalam Kehamilan ................................................... 28
BAB III ANALISIS JURNAL
A. Rancangan Penelitian .................................................................................. 54
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 54
C. Subyek Penelitian ........................................................................................ 55
BAB IV REKOMENDASI ASUHAN KEBIDANAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 70
B. Pembahasan ................................................................................................. 80
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 96
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dapat berjalan lancar baik karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi
kehamilan. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan, yaitu faktor fisik meliputi
status kesehatan, status gizi, gaya hidup; faktor psikologis meliputi stressor, support
keluarga, Subrainstormingtan abuse (subtance abuse), partner abuse; dan faktor sosial
budaya dan ekonomi (Marmi, 2011).
Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar
kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15% menderita komplikasi berat,
dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini
mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun (Prawirohardjo, 2014).
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu
langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas, dan
segala intervensi atau penangan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak
langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul
sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia,
HIV/AIDS, penyakit kardiovaskular, perdarahan, infeksi, hipertensi dalam kehamilan,
partus macet dan aborsi (Prawirohardjo, 2014).
Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan, tekanan darah mencapai nilai
140/90 mmHg atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik 15 mmHg di
atas nilai normal (Junaidi, 2010).
Preeklampsia pada kehamilan adalah kelainan malfungsi endotel pembuluh darah
atau vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20
minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang
menimbulkan terjadinya hipertensi, edema, dan dijumpai proteinuria 300 mg per 24 jam
atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat pengambilan urin
sewaktu (Brooks MD, 2011).
Perempuan hamil dengan hipertensi dalam kehamilan mempunyai resiko yang
tinggi untuk komplikasi yang berat seperti abruptio plasenta, penyakit serebrovaskular,
gagal organ, dan koagulasi intravaskular. Preeklampsia dan eklampsia memberi pengaruh
buruk pada kesehatan janin yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta,
hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta. Dampak
preeklampsia pada janin adalah intratuterine growth restriction (IUGR), oligohidramnion,
dan kenaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung akibat intratuterine
growth restriction, prematuritas, oligohidramnion, dan solusio plasenta (Angsar, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hipertensi dalam Kehamilan?
2. Apa epidemiologi Hipertensi dalam Kehamilan?
3. Apa saja klasifikasi dari Hipertensi dalam Kehamilan?
4. Apa saja faktor resiko dari Hipertensi dalam Kehamilan?
5. Bagaimana phatofisiologi Hipertensi dalam Kehamilan?
6. Bagaimana manifestasi klinis Hipertensi dalam Kehamilan?
7. Apa diagnosis dari Hipertensi dalam Kehamilan?
8. Bagaimana penatalaksanaan Hipertensi dalam Kehamilan?
9. Bagaimana pencegahan Hipertensi dalam Kehamilan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hipertensi dalam Kehamilan
2. Untuk mengetahui epidemiologi dari Hipertensi dalam Kehamilan
3. Untuk mengetahui klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan
4. Untuk mengetahui faktor resiko Hipertensi dalam Kehamilan
5. Untuk mengetahui phatofisiologi Hipertensi dalam Kehamilan
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis Hipertensi dalam Kehamilan
7. Untuk konsentrasi diagnosis dari Hipertensi dalam Kehamilan
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Hipertensi dalam Kehamilan
9. Untuk mengetahui pencegahan Hipertensi dalam Kehamilan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan The National High Blood
Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy
(NHBPEP) memberikan suatu klasifikasi untuk mendiagnosa jenis hipertensi dalam
kehamilan, (NHBPEP, 2000) yaitu :
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan
2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria. Eklampsia adalah preeklampsi yang disertai dengan kejang-kejang
dan/atau koma
3. Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed upon chronic
hypertension) adalah hipertensi kronik disertai tanda- tanda preeklampsi atau hipertensi
kronik disertai proteinuria
4. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai
proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kematian
dengan tanda-tanda preeklampsi tetapi tanpa proteinuria.
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya “hasil konsepsi”
yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte antigen protein G
(HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respon imun, sehingga ibu tidak
menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi
trofoblas janin dari lisis oleh natural killer cell (NK) ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas kadalam
jaringan desidua ibu, jadi HLA-G merupakan prokondisi untuk terjadinya invasi
trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu disamping untuk menghadapi sel natural killer.
Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan HLA-G. Berkurngnya
HLA-G di desidua didaerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua.
Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur
sehingga mepermudah terjadinya reaksi inflamasi kemungkinan terjadi immune-
maladaptation pada preeklampsia.
BAB III
ANALISIS JURNAL
Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Kota Banda Aceh padatahun 2012
terdapat 142 kasus eklampsia dan preeklampsia. Berdasarkan profil kesehatan kota Banda Aceh
diketahui keduanya merupakan penyebab 20% kematian maternal setiap tahunnya dan kelompok
risiko tinggi usia ibu hamil yaitu kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun sebanyak 80 kasus dan
kelompok usia tidak beresiko sebesar 62 kasus, berdasarkan profil kesehatan kota Banda Aceh
tahun 2014 diketahui preeklamsia dan eklampsia merupakan penyebab 20% kematian maternal
setiap tahunnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada penolongan persalinan pada pasiendengan
preeklampsia berat (PEB), Pasien dengan PEB sebaiknya tidak diperkenankan untuk mengejan
terlalu hebat, hal ini dikarenakan proses mengejan dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan
darah. Seperti yang kita ketahui, peningkatan tekanan darahpada wanita dengan PEB berbanding
lurus dengan terjadinya eklampsia. Hal yang perludilakukan pada pasien dengan PEB adalah
mempercepat proses persalinan kala duadenganSectiocaesareaataudapatjugamelakukan tindakan
ekstraksi forsepdanekstraksi vacuum bertujuan untuk mengurangi efek komplikasi yang
mungkinterjadi.
Kejang masih mungkin akan terjadi walau tatalaksana MgSO4 telahdiberikan, angka
kejadian ini terjadi sekitar 10%dariseluruhkasus. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian
2gram bolus MgSO4 atau dapat diberikan sodium amoborbital 250 mg intra
venasecarapelanselama 3 sampai 5 menit.
Kejang pada eklampsia terdiridari beberapa fase. Fase pertama terjadi adanya twiching
pada wajah pada 20 detik pertama diikuti pada fase kedua timbulnya sentakan tonik-klonik pada
pada badan dan ekstremitas pasien diikuti dengan fase penurunan kesadaran saat setelah kejang
pasien dapatmenjadi agitasi serta terjadi hiperventilasi, keadaan ini merupakan kompensasi dari
keadaan asidosis laktat yang terjadi selama kejang.
Dari berbagai studi menyebutkan kejang yang terjadi setelah tatalaksana preeklampsia
masih belum dimengerti sepenuhnya. Kemungkinan hal ini terjadi akibat peningkatan jumlah
MgSO4 tidak diikuti dengan peningkatan kadar Mg2+ total dan yang terionisasisehingga efek
inhibisi terhadap ion Ca2+ tidak terjadi. Walaupun peningkatan jumlah MgSO4 meningkat secara
signifikan, tetapi kadar Ca2+ yang terionisasi tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Hal
ini menunjukan bahwa efek MgSO4 tidak melalui modulasi kadar kalsium Ca2+terionisasi,
sehingga hal ini mampu memicu terjadinya kejang walaupun tatalaksana MgSO4 sudah diberikan.
Pada wanita hamil terdapat penurunan kadar magnesium darah, walaupun tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna antara kehamilan normal dan preeklampsia ataueklampsia. Penurunan
kadar magnesium dalam darah pada penderita preeklampsia daneklampsia mungkin dapat
diterangkan atas dasar hipervolemia yang fisiologis pada kehamilan.(13,15) Pengaruh yang paling
berbahaya dari ion Mg2+ adalah hambatan pelepasan Asetilkolin.(18)Ion Magnesium berperan
dalam proses pelepasan ion Ca2+, Na+ dan K+ trans membran pada fase depolarisasi dan
repolarisasi, melalui aktivitas enzim Ca-ATPase dan Na-6ATPase. Defisiensi Mg2+ akan
menurunkan konsentrasi Kalium dalam sel dan meningkatkan konsetrasi Na+ dan Ca2+ dalam sel
yang pada akhirnya mengurangi ATP intraseluler, sehingga Mg2+ dianggap sebagai stabilisator
dari berbagai kanal ion tidak berfungsi, dalam keadaan ini penurunan jumlah ion Mg2+ akan
meningkatkan ambang batas eksitasi sehingga dapat menyebabkan kejang.
Atas dasar hipervolemia yang fisiologis pada kehamilan.(13,15) Pengaruh yang paling
berbahaya dari ion Mg2+ adalah hambatan pelepasan Asetilkolin.(18)Ion Magnesium berperan
dalam proses pelepasan ion Ca2+, Na+ dan K+ trans membran pada fase depolarisasi dan
repolarisasi, melalui aktivitas enzim Ca-ATPase dan Na-6ATPase. Defisiensi Mg2+ akan
menurunkan konsentrasi Kalium dalam sel dan meningkatkan konsetrasi Na+ dan Ca2+ dalam sel
yang pada akhirnya mengurangi ATP intraseluler, sehingga Mg2+ dianggap sebagai stabilisator
dari berbagai kanal ion tidak berfungsi, dalam keadaan ini penurunan jumlah ion Mg2+ akan
meningkatkan ambang batas eksitasi sehingga dapat menyebabkan kejang.
Magnesium memilikiefek minor pada post junctional sedangkan pada motor end plate ion
Mg2+ memiliki efek kompetisi terhadapion Ca2+ didaerah pre-junctional. Pada beberapa keadaan
tertentu kompetisi tersebut tidak dapat terjadi walaupun kadar Mg2+ yang sudah ada sudah
mencapai ambang batas, halini yang di curigai menyebabkan efek
inhibisitidakdapatditekanwalaupun serum ion Mg2+ sudahberada di ambangbatas normal.(16,18)
Ion Mg2+ dan ion Ca2+ bersifat antagonis satu sama lain,konsentrasi ion Mg2+ yang sudah
tinggi akan menghambat pelepasan Asetilkolin, sedangkankonsentrasi ion Calsium yang tinggi
akan meningkatkan pelepasan asetilkolin dari nervusterminal presinaptik.(18,21) Ion Mg2+
memiliki efek inhibisi pada potensial post junctional danmenyebabkan penurunan eksitabilitas dari
serabut-serabut otot, sehingga dengan 4 gram MgSO4 pada keadaan preeklampsia mampu
meningkatkan ambang kejang, dengan penjelasan tersebutlah MgSO4 memberi efek anti kejang
pada tatalaksanapreeklampsia.
BAB IV
Pemberian MgSO4 merupakan terapi pilihan pada tatalaksana preeclampsia berat dalam
mencegah eklampsia. Kemungkinan kejang pasca tatalaksana MgSO4 masih dapat terjadi, oleh
karena itu pemantauan pasca pemberia obat sangat penting untuk dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Angsar, M.D. (2010). Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam Saifudin, A.B., Rachimhadi, T., dan
Wiknjosastro, G.H., (Eds.), Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Edisi IV: 530-561.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Brooks, M.D. (2011). Pregnancy, Preeclampsia. St Mary Corwin Medical Center: Department of
Emergency Medicine
Cunningham, G. (2013). Hipertensi dalam Kehamilan dalam: Obstetri Williams Edisi 23 Vol 1.
Jakarta : EGC
Junaidi. (2010). Hipertensi (Pengenalan, Pencegahan dan Pengobatan). Jakarta : PT. Bhuana Ilmu
Populer
Katsiki, N., Godosis, D., Komaitis, S., & Hatzitolios. S. (2010). Hypertention in Pregnancy:
clasification, diagnosis and treatment. Greece: Aristotle University of Thessaloniki
Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2.
Jakarta: EGC
Marmi. (2011). Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mustafa, R., Ahmed, S., Gupta, A., & Venuto, R.C. (2012). Comprehensive Review of
Hypertention in Pregnancy. Hindawi Publishing Corporation Journal of Pregnancy. USA:
State University of New York
NHBPEP. (2000). Report of The National High Blood Pressure Education Program Working
Group on High Blood Pressure in Pregnancy. Bethesda: American Journal of Obstetrics
and Gynecology; 183(1) hal. 1-22
Sihotang, P.C., Rahmayanti, E.I., Tebisi, J.M., & Bantulu, F.M. (2016). Hubungan Pola Makan
dan Kecukupan Istirahat Tidur dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Biromaru. Jurnal Kesehatan Tadulako. Vol. 2 No. 1, Januari 2016: 1-75.
(Online)
(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/article/download/5747/4513.p
df,diakses 13 Oktober 2019
EKLAMPSIA POSTPARTUM: SEBUAH TINJAUAN KASUS
1
Bagian Obstetrik dan Genikologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/
Email: andalas_dr@yahoo.com
adalah;
Laporan Kasus
Pembahasan
Kejangmasihmungkinakanterjadiwalautatala
ksana MgSO4 telahdiberikan, angka kejadian 35
ini terjadi sekitar 10%dariseluruhkasus.
Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian
2gram bolus MgSO4 atau dapat diberikan
sodium amoborbital 250 mg intra
(21)
venasecarapelanselama 3 sampai 5 menit.
atas dasar hipervolemia yang fisiologis pada pelepasan asetilkolin dari nervusterminal
kehamilan.(13,15) Pengaruh yang paling presinaptik.(18,21) Ion Mg2+ memiliki efek
berbahaya dari ion Mg2+ adalah hambatan inhibisi pada potensial post junctional
pelepasan Asetilkolin.(18)Ion Magnesium danmenyebabkan penurunan eksitabilitas
berperan dalam proses pelepasan ion Ca2+, dari serabut-serabut otot, sehingga dengan 4
Na+ dan K+ trans membran pada fase gram MgSO4 pada keadaan preeklampsia
depolarisasi dan repolarisasi, melalui mampu meningkatkan ambang kejang,
aktivitas enzim Ca-ATPase dan Na-6ATPase. dengan penjelasan tersebutlah MgSO4
Defisiensi Mg2+ akan menurunkan
konsentrasi Kalium dalam sel dan
memberi efek anti kejang pada
meningkatkan konsetrasi Na+ dan Ca2+ (16,19,20,21)
dalam sel yang pada akhirnya mengurangi tatalaksanapreeklampsia.
ATP intraseluler, sehingga Mg2+ dianggap
sebagai stabilisator dari berbagai kanal ion
tidak berfungsi, dalam keadaan ini penurunan
jumlah ion Mg2+ akan
inhibisitidakdapatditekanwalaupun serum
36
Mohd Andalas1, Andry Khairani
Ramadana2, dan Rudiyanto3 Eklampsia
Postpartum: Sebuah Tinjauan Kasus
Pelayanan Obstetri
Emergensi DasarJakarta:
2008
31
Pharmacology Applied
Toobstetrics. Br J Obstet
Gynecol. 1998. 105:
p260-83
Diagnosis and
Management of
Preeclampsia and
Eclampsia: The American
College of Obstetricians
and Gynecologists
Number 33.2002:1
management of
eclampsia.Obstet
Gynecol. 2005 Feb.
105(2): p402-10
37
32
33