Anda di halaman 1dari 21

A. Pemikiran Ilmuwan Islam tentang Harga Adil.

Konsep tentang harga yang adil awalnya dilaksanakan di


Roma dengan latar belakang pentingnya menempatkan aturan
khusus untuk memberi petunjuk dalam kasus-kasus yang
dihadapi hakim. Sementara dalam konsep Yunani tentang
harga adil adalah ketika penduduk memperoleh sesuatu dan
pertukaran yang sama yaitu tidak kurang atau tidak lebih.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada masa tersebut
konsepsi maupun doktrin tentang harga lebih pada basis etika
ketimbang ekonomi.
Harga diartikan sebagai sejumlah uang yang menyatakan
nilai tukar suatu unit benda tertentu. Harga yang adil adalah
harga yang dibayarkan untuk objek yang diberikan pada
waktu dan tempat yang diserahkan barang tersebut. Definisi
harga adil juga dapat diambil berdasarkan konsep Aquinas
yang mendefenisikannya dengan harga kompetitif normal,
yaitu harga yang berada dalam persaingan sempurna yang
disebabkan oleh permintaan dan penawaran sehingga tidak
ada unsur spekulasi. Sedangkan pada konsep ekonomi Islam,
harga dibentuk oleh keseimbangan permintaan dan
penawaran. Keseimbangan tersebut terjadi saat penjual dan
pembeli bersikap saling merelakan.
sebagaimana firman Allah:
َٰٓ َّ ِ‫َٰ َٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََل ت َۡأ ُكلُ َٰٓواْ أ َ ۡم َٰ َولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِ ۡٱل َٰبَ ِط ِل إ‬
ٖ ‫َل أَن ت َ ُكونَ تِ َٰ َج َرة ً َعن ت ََر‬
‫اض ِمن ُك ۡۚۡم‬
٢٩ ‫ٱَّللَ َكانَ بِ ُك ۡم َر ِح ٗيما‬ َ ُ‫َو ََل ت َۡقتُلُ َٰٓواْ أَنف‬
َّ ‫س ُك ۡۚۡم إِ َّن‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

1
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
(QS.An-Nisa ayat 29)
Ilmuwan Islam bernama Ibn Taymiyyah mendefenisikan
harga adil merupakan nilai harga di mana orang-orang
menjual barangnya dan diterima secara umum sebagai hal
yang sepadan dengan barang yang dijual ataupun barang-
barang yang sejenis lainnya di tempat dan waktu tertentu 1 .
Yang kemudian diperjelas menjadi apabila seseorang
memperjual belikan barang dagangnya tanpa ada pihak yang
dizalimi ke kemudian harga mengalami kenaikan karena
berkurangnya persediaan barang ataupun bertambahnya
jumlah penduduk (permintaan), maka itu semata- mata karena
Allah Swt. Dalam demikian, memaksa para pedagang untuk
menjual barang dagangannya pada harga tertentu merupakan
tindakan pemaksaan yang tidak dapat dibenarkan.
Fokus pembahasan Ibn Taymiyyah tentang masalah harga
yaitu pada kompensasi yang adil dan harga yang adil. Konsep
kompensasi yang adil menurut Ibn Taymiyyah yaitu
Permasalahan tentang kompensasi yang adil ketika terdapat
permasalahan tentang moral atau kewajiban hukum (berkaitan
dengan kepemilikan barang). Adapun prinsip yang berkaitan
dengan kasus sebagai berikut:

2
1. Ketika seseorang bertanggung jawab menyebabkan
terluka atau rusaknya barang/hal milik orang lain.
2. Ketika seseorang mempuyai kewajiban untuk
mengganti rugi atas rusaknya salah satu bagian milik
orang lain.
3. Ketika seseorang dipertanyakan telah membuat
kontrak yang sah pada kegiatan yang menyimpang
dalam kehidupan maupun hak milik.
Ibn Taymiyyah menyebutkan dua sumber penyediaan
barang yaitu produksi lokal dan impor. Kata al-mathlûb yang
dipakai Ibn Taymiyyah merupakan sinonim dari demand,
untuk menyatakan permintaan atas barang-barang tertentu
digunakan raghabat fi al-shai’i, misalnya keinginan atas
suatu barang . Menurut Ibn taymiyyah, konsep harga yang adil
hanya terjadi pada pasar kompetitif yaitu tidak ada pengaturan
yang mengganggu keseimbangan harga dan terciptanya
kondisi di mana semua faktor produksi digunakan dengan
optimal.
Ibn Taymiyyah mengungkapkan bahwa jika masyarakat
menjual barang dagangnya dengan harga normal yaitu
keadaan saat persediaan barang menurun, maka hal tersebut
tidak mengharuskan adanya regulasi terhadap harga karena
termasuk dengan kenaikan harga yang adil dan berasa dalam
persaiangan sempurna tanpa unsur spekulasi.
Perbuatan monopoli terhadap kebutuhan manusia
merupakan sesuatu yang ditentang oleh Ibn Taymiyyah yaitu
Jika ada sekelompok masyarakat melakukan monopoli, maka

3
wajib bagi pemerintah untuk melakukan pengaturan (regulasi)
terhadap harga. Hal ini dilakukan untuk menerapkan harga
yang adil. Monopoli merupakan perbuatan yang tidak adil dan
sangat merugikan orang lain, dan perbuatan tersebut adalah
zalim, monopoli sama saja dengan menzalimi orang yang
membutuhkan barang-barang kebutuhan yang dimonopoli.
Tujuan utama dari harga yang adil adalah memelihara
keadilan dalam mengadakan transaksi timbal-balik dan
hubungan-hubungan lain di antara anggota masyarakat.. Pada
konsep harga yang adil pihak penjual dan pembeli sama-sama
merasakan adanya keadilan. Keadilan bagi pihak pembeli, Ibn
Taymiyyah menggunakan contoh apabila seseorang yang
diperintahkan oleh agama untuk membeli barang-barang
tertentu, seperti membeli peralatan untuk ibadah haji, pembeli
harus membelinya namun dengan harga yang setara, tidak
boleh membelinya hanya karena mahal harganya, karena
penjual menjual barangnya dengan harga yang adil, dan
dengan harga yang sudah umum atau sesuai dengan harga
pasar.
Oleh karena itu, pembeli harus dengan lapang dada
membeli barang tersebut jika suatu barang mahal harganya
(naik) disebabkan oleh pengaruh supply dan demand maka
pihak pembeli tidak merasa dirugikan dan pemerintah pun
tidak boleh melakukan intervensi terhadap harga tersebut.
Sedangkan keadilan bagi pihak penjual adalah barang-
barang itu dikenakan harga paksa sehingga tidak ada
keuntungan penjual lain yang diatas normal. Karena, setiap

4
manusia memiliki wewenang atas hak miliknya dan tidak
boleh seorangpun mengambilnya tanpa persetujuan dari
pemiliknya.
B. Mekanisme Pasar dalam Islam
1. Pengertian Pasar
Kemunculan budaya Islam memberikan kontribusi
yang sangat besar kepada kemajuan pembangunan
ekonomi dan teori ekonomi itu sendiri. Pasar adalah
sebuah mekanisme yang dapat mempertemukan pihak
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi atas
barang dan jasa, baik dalam bentuk produksi maupun
penentuan harga. Syarat utama terbentuknya pasar adanya
pertemuan antara pihak penjual dan pembeli, baik dalam
satu tempat ataupun yang berbeda.
Menurut Marthon (2004), dalam konsep ekonomi
Islam, pasar yang ada berdasarkan atas etika dan nilai-
nilai syariah, baik dalam bentuk perintah, larangan,
anjuran, ataupun himbauan. Pelaku pasar mempunyai
tujuan utama dalam melaksanakan sebuah transaksi, yaitu
mencari ridha Allah demi mewujudkan kemaslahatan
hidup bersama di samping juga untuk mewujudkan
kesejahteraan individu.
Wujud suatu pasar dalam dalam Islam, merupakan
refleksi dan kemampuan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, bukan sebaliknya. Islam
mengatur bagaimana keberadaan suatu pasar tidak
merugikan antara satu dengan dengan yang lain. Oleh

5
karena itu, keterlibatan produsen, konsumen, dan
pemerintah di pasar sangatlah diperlukan dengan tujuan
untuk menyamakan persepsinya tentang keberadaan suatu
harga. Bila hal itu tercapai maka mekanisme pasar yang
sesuai dengan syariat Islam akan berdampak pada
kesejahteraan masyarakat (Sudarsosno, 2003).

2. Mekanisme Pasar
Mekanime pasar adalah cara bekerja suatu pasar
berdasarkan pada sistem pasar yang ada. Sistem pasar
yang kita kenal saat ini adalah sistem pasar yang bebas
yang biasa menggunakan prinsip lassez faire et laissez le
monde va de lui meme “Biarkan ia berbuat dan biarkan ia
berjalan, dunia akan mengurus diri sendiri”. Maksudnya,
biarkan saja perekonomian berjalan dengan wajar tanpa
adanya campur tangan pemerintah, nanti akan ada suatu
tangan yang tak terlihat (invisible hands) yang akan
membawa perekonomian ke arah equilibrium.
Dalam teori konvensional, mekanisme pasar adalah
suatu cara agar dapat mencapai tujuan ekonomi, yakni
berupa kesejahteraan masyarakat dunia. Dan
kesejahteraan masyarakat itu didefinisikan sebagai
kesejahteraan material. Dengan kata lain kualitas
kehidupan manusia itu tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan untuk memenuhi kesejahteraan material saja
tapi juga untuk memenuhi kesejahteraan non material.

6
Ekonomi Islam memandang bahwa pasar, Negara,
dan individu berada dalam keseimbangan (iqtishad) tidak
boleh ada jarak diantara mereka, sehingga salah satunya
menjadi dominan dari yang lain. Pasar menentukan harga
dan cara berproduksi, tidak boleh ada gangguan yang
mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar tersebut.
Namun dalam kenyataannya sulit ditemukan pasar yang
berjalan sendiri secara adil. Distorasi pasar tetap sering
terjadi, sehingga dapat merugikan para pihak.
Pada dasarnya dalam sistem ekonomi Islam,
mekanisme pasar dibangun atas dasar kebebasan, yakni
kebebasan individu untuk melakukan transaksi barang dan
jasa. Sistem ekonomi Islam menempatkan kebebasan pada
posisi yang tinggi dalam kegiatan ekonomi, walaupun
kebebasan itu bukanlah kebebasan mutlak seperti yang
dianut paham kapitalis. Namun, kebebasan ini diikat oleh
aturan. Yaitu tidak melakukan kegiatan ekonomi yang
bertentangan dengan aturan syariat, tidak menimbulkan
kerugian bagi para pihak yang bertransaksi, senantiasa
melakukan kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan
kemaslahatan. Beberapa pemikiran tokoh Islam mengenai
mekanisme pasar:
a. Al-Ghazali
Al-Ghazali menjelaskan evolusi pasar, secara
alami manusia selalu membutuhkan orang lain, petani
membutuhkan ikan yang ada pada nelayan, sebaliknya
nelayan membutuhkan beras yang ada pada petani, dan

7
lain sebagainya. Dalam memenuhi kebutuhan itu, manusia
pun memerlukan tempat penyimpanan dan pendistribusian
semua kebutuhan mereka. Tempat inilah yang kemudian
didatangi manusia dalam rangka memenuhi
kebutuhannya. Dari sinilah munculnya pasar. Petani
ataupun nelayan yang tidak dapat secara langsung
melakukan barter dengan barang yang mereka butuhkan
mendorong mereka untuk melakukan transaksi di pasar.
Para pedagang melakukan jual beli dengan tingkat
keuntungan tertentu. Jika petani tidak mendapatkan
pembeli dan barang yang dibutuhkannya, ia akan menjual
barangnya dengan harga yang lebih murah. Pernyataan ini
menunjukan bahwa harga ditentukan oleh permintaan dan
penawaran.
b. Abu Yusuf
Abu Yusuf menyatakan tidak ada batasan tertentu
tentang murah dan mahalnya harga di pasar. Murah bukan
karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal
bukan karena kelangkaan makanan, kadang makanan
sangat sedikit tapi harganya murah. Murah dan mahal
merupakan sunnatullah (ketentuan Allah). Pernyataan ini
bermakna bahwa harga bukan hanya ditentukan oleh
supply (penawaran) semata, tetapi juga ditentukan oleh
demand (permintaan). Abu Yusuf mengindikasikan ada
variable-variabel tertentu yang juga memengaruhi
terbentuknya harga, misalnya jumlah uang beredar,
penimbunan barang, dan lain-lain. Pemahaman yang

8
berkembang ketika itu mengatakan bahwa bila sedikit
barang, maka harga akan mahal dan bila tersedia banyak
barang, maka akan murah.
c. Ibn Taimiyah
Ibn Taimiyah memiliki pandangan bahwa mekanisme
pasar dalam Islam adalah pasar bebas, harga ditentukan
oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Kenaikan harga
tidak selalu disebabkan oleh ketidakadilan dari para
pedagang, harga merupakan hasil interaksi antara
permintaan dan penawaran yang terbentuk karena faktor
yang komplek. Terkadang naik turunnya harga disebabkan
oleh defisiensi produksi atau penurunan terhadap barang
permintaan atau tekanan pasar. Jika permintaan terhadap
barang meningkat, sedangkan ketersediaan barang
menurun, maka harga akan naik, begitupun sebaliknya.
Kelangkaan atau melimpahnya barang kadang bukan
disebabkan oleh ketidakadilan tetapi karena kehendak
Allah. Ibn Taimiyah secara prinsipnya menghargai
pentingnya harga yang terjadi karena mekanisme pasar
berjalan secara alami. Karena itu, ia menolak campur
tangan pemerintah menetapkan atau menekan harga (price
intervention) selama naik turunnya harga disebabkan oleh
faktor-faktor alami.
d. Ibn Khaldun
Ibn Khaldun membagi jenis barang menjadi dua
macam, yaitu barang kebutuhan pokok dan barang
mewah. Ia menyatakan jika suatu kota berkembang dan

9
jumlah penduduknya semakin banyak, penuh dengan
kemewahan, maka harga barang pokok akan menurun,
sedangakan harga barang mewah akan naik. Ini
disebabakan karena penduduk kota memiliki surplus
tinggi akan bahan makanan melebihi kebutuhan mereka,
sedangkan penawaran bahan pangan dan barang
kebutuhan pokok lainnya meningkat.
Pada prinsipnya Islam menganut sistem ekonomi
pasar bebas. Tingkat harga diserahkan pada kekuatan
penawaran dan permintaan. Dalam keadaan pasar berjalan
secara alami ini pemerintah tidak dibenarkan campur
tangan dalam mekanisme pasar. Namun, apabila harga
barang di pasar tidak lagi ditentukan oleh kekuatan
penawaran dan permintaan seperti melonjaknya harga
suatu barang disebabkan oleh hilangnya barang di pasaran
karena tindakan para spekulan yang melakukan
penimbunan barang komoditi tertentu yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat. Kenaikan harga suatu barang
disebabkan oleh ketiadaan barang karena bencana alam
maka dalam keadaan seperti ini pemerintah dapat
melakukan campur tangan dengan melakukan regulasi
harga. Regulasi harga dilakukan untuk kemaslahatan,
yakni memenuhi kebutuhan dasar penduduk dan untuk
memelihara kejujuran para pedagang (pelaku usaha).
Bentuk campur tangan Negara dalam mekanisme pasar
adalah bentuk regulator, mengawasi, dan mengatur

10
mekanisme pasar agar berjalan seimbang sehingga tercipta
harga yang adil.
Ciri khas mekanisme pasar islami dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Orang bebas keluar masuk.
2. Adanya informasi yang cukup mengenai kekuatan-
kekuatan pasar dan barang-barang dagangan.
3. Unsur-unsur monopolistik harus dilenyapkan dari pasar.
Kolusi antara penjual dan pembeli harus dihilangkan.
Pemerintah boleh melakukan intervensi apabila ada
monopoli.
4. Kenaikan dan penurunan harga disebabkan oleh naik
turunnya permintaan dan penawaran.
5. Adanya homogenitas dan standardisasi produk agar
terhindar dari pemalsuan produk, penipuan, dan
kecurangan tentang kualitas produk.
6. Terhindar dari penyimpangan terhadap kebebasan
ekonomi yang jujur seperti sumpah palsu, kecurangan
dalam takaran, timbangan, ukuran. Pelaku pasar juga
dilarang menjual barang-barang haram, perjudian, dan
pelajaran.
Konsep di atas menentukan bahwa pasar yang sesuai
aturan Islam harus bisa menjamin adanya kebebasan keluar
masuknya sebuah komoditas di pasar beserta perangkat dan
faktor-faktor produksinya. Hal yang dimaksud yaitu untuk
menjamin adanya pendistribusian kekuatan ekonomi dalam
sebuah mekanisme yang proposional. Otoritas pasar tidak bisa

11
membatasi elemen pasar pada peran industri tertentu atau
sejumlah industri tertentu, karena hal ini hanya akan
membawa kepada adanya perilaku monopolistik yang berada
pada kondisi produktivitas sebuah industri sehingga bisa
dibatasi untuk kepentingan kenaikan harga ataupun lainnya.
Jika pasar bisa mengakomodasikan berbagai bentuk
kebebasan yang ada, hal tersebut berarti pasar mempunyai arti
keterlibatan peran sebagai instrument terstruktur untuk sebuah
pendistribusian barang dan jasa, efesiensi produksi, dan
distribusi income. Lebih jauh Nasution (2007) menjelaskan
dari ketiga peran pasar tersebut, yaitu:
1. Peran Pasar Dalam Distribusi Barang dan Jasa
Suatu kebebasan akan mengarahkan pasar pada
distribusi barang dan jasa secara optimal kepada
keseluruhan konsumen, selama daya beli (purchasing
power) antar para konsumen di pasar tidak terpaut
berjauhan satu sama lainnya. Distribusi pendapatan atau
pembagian kekayaan akan menjamin terjadinya keadilan
distribusi barang dan jasa di pasar, sebab dalam pasar
setiap individu akan selalu berpikir dan berusaha untuk
mendapatkan manfaat tertinggi dari setiap perencanaan
anggaran pengeluarannya.
2. Peran Pasar dalam Efisiensi Produksi
Kontrol dan pembatasan beberapa faktor produksi
dalam tatanan nilai Islam dengan memanfaatkan
instrument harga pasar, instrument harga pasar akan
diarahkan pada efesiensi bahan baku dari produksi dari

12
berbagai macam hasil produksi permintaan konsumen di
pasar. Setiap harga dibayarkan oleh konsumen mewakili
atau mengkover besar ongkos produksi yang diperlukan.
Dengan demikian, keputusan para produsen dan
investor dalam memproduksi barang dan jasa akan selalu
dikaitkan dan bergantung pada prediksi keuntungan yang
didapat. Disebabkan kenaikan harga produk ditentukan
oleh volume permintaan pasar, yang secara otomatis akan
mengerakan para produsen untuk menambah jumlah
produknya di pasar. Dan jika terjadi penurunan harga,
para produsen akan dengan serta mengurangi jatah
produksinya, baik dalam kuantitas maupun kualitas, yang
dalam hal ini akan mengubah bahan baku produk kepada
kualitas yang lebih rendah.

3. Peran Pasar dalam Distribusi Pendapatan


Hukum permintaan dan penawaran di pasar sangat
berperan dalam menentukan pendapatan, karena
pendapatan di pasar direpresentasikan oleh harga yang
berlaku sebagai alat tukar atas penggunaan jasa ataupun
aneka ragam produk. Konsep distribusi kemudian
memanfaatkan instrument, harga untuk menentukan nilai
barang maupun jasa yang ditawarkan di pasar. Dengan
demikian setiap pendapatan yang diterima berlaku sebagai
insentif dari kepemilikan beberapa faktor produksi.

13
Sementara itu, Marthon (2004) menyatakan bahwa
menjaga hak-hak pelaku pasar yaitu penjual dan pembeli
dalam menghindari transaksi yajng menyebabkan distorsi
dalam pasar serta mendorong untuk mewujudkan
kemaslahatan individu maupun masyarakat, dibutuhkan
suatu aturan dan kaidah-kaidah umum yang dapat
dijadikan sebagai sandaran. Aturan dan kaidah-kaidah
yaitu meliputi:
a. Adil dalam takaran dan timbangan. Konsep keadilan
harus diterapkan dalam mekanisme pasar.
b. Larangan mengkonsumsi riba.
c. Kejujuran dalam transaksi.
d. Larangan bai’najasy, yaitu transaksi jual beli di mana si
penjual meyuruh orang lain memuji barangnya atau
menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik
untuk membelinya, sementara si penawar tersebut tidak
benar-benar bermaksud membeli barang tersebut.
e. Larangan talaghi al-wafidain, yaitu menjemput penjual
atas barang dagangnya di luar kota, sebelum penjual
sampai pada pasar.
f. Larangan menjual barang yang belum sempurna
kepemilikannya, karena dalam ekonomi Islam proses
transaksi jual beli suatu barang harus sempurna
kepemilikannya. Dalam arti, seseorang tidak boleh
menjual suatu barang yang belum penuh
kepemilikannya dan masih dalam keterlibatan pihak
lain.

14
g. Larangan ikhtikar, yaitu menahan atau menimbun
komoditas kebutuhan masyarakat untuk dijual dengan
tujuan menaikkan harga.
h. Konsep kemudahan dan kerelaan dalam pasar.
Kesepakatan dan kerelaan merupakan fondasi dasar
dalam melakukan transaksi.

C. Peran Negara dalam Ekonomi Islam


Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan
hukum dan menganut pa ham kesejahteraan. Dengan demikian
negara memiliki kewajiban untuk mensejahterakan rakyatnya
khususnya dalam bidang perekonomian.salah satu bentuk
campur tangan pemerintah yaitu dalam hal kebijakan fiskal
dengan mengatur penerimaan dan pengeluaran dalam APBN.
Dalam ekonomi Islam, tujuan kebijakan fiskal adalah
menciptakan stabilitas ekonomi.
Setelah munculnya krisis demi krisis yang terjadi di
belahan dunia baik di Amerika Serikat, Eropa walaupun di
belahan dunia lainnya termasuk Indonesia, kehidupan ekonomi
keuangan semakin banyak mendapat perhatian.
1. Dalam Ilmu Ekonomi Islam
Dalam Ilmu Ekonomi Islam, negara mempunyai
peranan yang sangat penting dalam perekonomian yang
ada dinegaranya. Menurut para ulama dalam ekonomi
Islam, negara memiliki kekuasaan yang paling luas untuk
melaksanakan tugas-tugasnya dengan syarat bahwa tugas
tersebut dilaksanakan dengan cara yang adil dan

15
demokrasi, dimana segala keputusan diambil dengan cara
musyawarah bersama para wakil rakyat. Meskipun Islam
memberikan peran kepada negara sepenuhnya, namun
bukan berarti bahwa konsep ekonomi Islam mengabaikan
kemerdekaan individu.
Penjelasan tentang peranan negara dalam mekanisme pasar
dan dalam perekonomian telah dijelaskan dalam Alquran
surah Al-hadid ayat 25 :
‫اس بِ ۡٱل ِق ۡس ِِۖط‬
ُ َّ‫وم ٱلن‬ ۡ َ َ‫ت َوأَنزَ ۡلنَا َمعَ ُه ُم ۡٱل ِك َٰت‬
َ ُ‫ب َوٱل ِميزَ انَ ِليَق‬ ِ َ‫سلَنَا بِ ۡٱلبَيِ َٰن‬
ُ ‫س ۡلنَا ُر‬
َ ‫لَقَ ۡد أ َ ۡر‬
‫ب‬ِ ۡۚ ‫سلَ ۥهُ ِب ۡٱلغ َۡي‬
ُ ‫ص ُر ۥهُ َو ُر‬
ُ ‫ٱَّللُ َمن يَن‬ ِ َّ‫د َو َم َٰنَ ِف ُع ِللن‬ٞ ‫شدِي‬
َّ ‫اس َو ِليَعۡ لَ َم‬ َ ‫س‬ ٞ ‫َوأَنزَ ۡلنَا ۡٱل َحدِيدَ فِي ِه بَ ۡأ‬
٢٥ ‫يز‬ٞ ‫ي َع ِز‬
ٌّ ‫ٱَّللَ قَ ِو‬
َّ ‫ِإ َّن‬
Yang artinya:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami
dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami
turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan)
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami
ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat
dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui
siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha
Kuat lagi Maha Perkasa.”
2. Dalam Politik Ekonomi Islam
Dalam politik ekonomi Islam, negara bertugas dan
bertanggung jawab untuk menegakkan keadilan dalam
perekonomian dan memberikan sanksi terhadap para
pelanggar hukum di bidang ekonomi. Selain itu negara juga

16
berperan penting dalam penegakkan keadilan ekonomi dan
pasar.
3. Peranan negara menurut Prof. Dr. Muhammad Nejatullah:
a. menciptakan iklim yang sehat dalam mekanisme pasar
b. mengambil langkah-langkah positif dibidang produksi
dan pembentukan modal, guna mempercepat
pertumbuhan dan menjamin keadilan sosial dalam
mekanisme pasar.
4. Intervensi pemerintah dalam regulasi harga
Dalam mekanisme pasar, regulasi harga dan moral harus
ada dalam satu kesatuan pemikiran. Karena jika hanya
terwujudnya nilai moral dan harga saja, tujuan-tujuan yang
diinginkan masyarakat bisa jadi belum mampu terwujud.
Oleh karena itu peran negara sebagai mitra dan fasilitator
dibutuhkan untuk mewujudkan misi Islam.
Peran Negara salah satunya sebagai pemilik manfaat
sumber-sumber ekonomi bersifat publik, termasuk
produksi dan distribusi serta sebagai lembaga pengawas
kehidupan ekonomi. Ikut campur pemerintah ini bukan
berarti pemerintah berhak memonopoli segala sumber daya
ekonomi yang ada di Negara nya, melainkan bertujuan
untuk menciptakan dan menghasilkan masyarakat yang
shaleh. Peran pemerintah terlihat jelas dalam menciptakan
pasar yang efisien dan mampu menghasilkan maslahah
yang maksimum. Namun secara teknis kondisi ini dapat
terwujud ketika pasar itu sendiri dapat mengatur harga
pasar.

17
5. Kebijakan fiskal
Secara etimologi, kebijakan fiskal berasal dara dua kata,
yaitu kebijakan dan fiskal. Kebijakan berarti bermacam-
macam. Sedangkan fiskal yaitu berhubungan dengan soal-
soal finansial. Tujuan nya adalah untuk mempengaruhi
jumlah total pengeluaran masyarakat, pertumbuhan
ekonomi, jumlah seluruh produksi masyarakat dan
banyaknya kesempatan kerja dan pengangguran serta
menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol
tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.
Tanggung jawab dan tugas pemerintah dalam
perekonomian juga untuk mengawasi faktor utama
penggerak perekonomian misalnya mengawasi praktek
produksi dan jual beli, melarang praktek yang tidak benar
atau di haramkan dan mematok harga yang tidak sesuai.

18
KESIMPULAN

Ibn Taymiyyah mendefenisikan harga adil merupakan


nilai harga di mana orang-orang menjual barangnya dan diterima
secara umum sebagai hal yang sepadan dengan barang yang
dijual ataupun barang-barang yang sejenis lainnya di tempat dan
waktu tertentu. Sehingga memperjual belikan barang dagangnya
tanpa ada pihak yang dizalimi.
Pada prinsipnya Islam menganut sistem ekonomi pasar
bebas. Tingkat harga diserahkan pada kekuataan penawaran dan
permintaan. Dalam keadaan pasar berjalan secara alami,
pemerintah tidak dibenarkan campur tangan dalam mekanisme
pasar. Namun, apabila harga barang di pasar tidak lagi ditentukan
oleh kekuatan permintaan dan penawaran, maka pemerintah
berkenan ikut campur dengan melakukan regulasi harga agar
mencapai kemaslahatan.
Sementara, Indonesia merupakan Negara yang menganut
pada hukum dan kesejahteraan. Sehingga Negara memiliki
kewajiban untuk mensejahterakan rakyat khususnya pada bidang
perekonomian. Negara berperan untuk menegakkan keadilan dan
memberi sanksi terhadap oknum yang melanggar hukum di
bidang ekonomi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Islahi, A. A,(1997). Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah


(Diterjemahkan oleh Anshari Thayib), Cet I, Surabaya: PT.Bina
Iman.
Ibn Taymiyyah, Majmû‘ Fatâwâ, Vol. XXIX
Robert D. Hogg, Theory of the Just Price, terjemahan
bahasa Inggris (London: George Allen, 1940)
Sudarsono, Heri (2003). Konsep Ekonomi Islam, Suatu
Pengantar. Cet II. Yogyakarta: Ekonisia.
Ibn Taymiyyah, al-Hisbah fi al-Islâm, Cet. I,
M. Umarudin, Ibn Taymiyyah: Pemikiran dan Pembaharuan
dalam Buku Mihrajan Ibn Taymiyyah
A. A. Islahi, Konsepsi Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyyah,
(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997)
Marthon, Said Sa’ad (2004). Ekonomi Islam di Tengah krisis
Ekonomi Global. (Diterjemahkan oleh Ahmad Ikhrom dan
Dimyauddin dari judul aslinya: al-Madkhal li al-Fikri al-Iqtishaad
fi al-Islam)
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami. H. 145
https://media.neliti.com/media/publications/195011-
ID-mekanisme-pasar-dan-kebijakan-penetapan.pdf

20
https://www.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2
010/09/22/1309/harga-pasar-menurut-ibnu-
taimiyyah.html

21

Anda mungkin juga menyukai