Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Kata Pengantar ......................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................... iii
BAB I. Pendahuluan
a. Manfaat Critical Journal Review .................................................................. 1
b. Tujuan Critical Journal Review ..................................................................... 1
c. Identitas jurnal yang direview ...................................................................... 1
BAB II. RINGKASAN JURNAL
a. Pendahuluan ................................................................................................. 3
b. Deskripsi isi jurnal ......................................................................................... 4
BAB III. PEMBAHASAN
a. Pembahasan Jurnal 1 ..................................................................................... 7
(Dominggus Rumahlatu, 2016) ........................................................................... 7
(Madkur, 2014) ................................................................................................... 7
(R.Intansari, 2013) .............................................................................................. 8
b. Pembahasan Jurnal 2 ..................................................................................... 10
c. Kelebihan dan kekurangan jurnal…………………………………………...11
BAB IV. PENUTUP
Kesimpulan dan Saran .............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 12

BAB I. PENDAHULUAN
a. Manfaat Critical Journal Review
1. Untuk membantu para pembaca mengetahui gambaran an penilaian umum dari sebuah jurnal
atau hasil karya tulis ilmiah lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan jurnal yang dikritik
3. Mengethaui latar belakang dan alasan jurnal tersebut dibuat
4. Mengetahui kualitas jurnaldengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama atau
penulis lainnya.
5. Memberikan masukan kepada penulis jurnal berupa kritikdan saran terhadap cara penulisan, isi,
dan substansi jurnal.
b. Tujuan Critical Journal Review
Mengkritik jurnal ini dibuat sebagai salah sau referensi ilmu yang bermanfaat
untukmenambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui kelebihan dan
kekurangan suatu jurnal, menjadi bahan pertimbangan, dan juga menyelesaikan salah satu tugas
individu mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran.
c. Identitas Journal yang direview
Jurnal 1
1. Judul : An Analysis of the Readiness and Implementation
of 2013 Curriculum in The West Part of Seram
District, Maluku Province, Indonesia.
2. Nama Jurnal : International Journal of Environment and
Science Education
3. Edisi Terbit : 2016, Vol.11, Nomor 12
4. Penulis Artikel : Dominggus Rumahlatu, Estevanus K.Huliselan,
dan Johanis Takaria
5. Penerbit : Look Academic Publisher Open Access
6. Kota terbit : Maluku
7. Nomor ISSN :-
8. Alamat Link :

Jurnal 2
1. Judul : What is curriculum?
2. Nama Jurnal : Jurnal Kurikulum dan Pendidikan
3. Edisi Terbit : Volume 8, number 1 (1978)
4. Penulis Artikel : Kieran Egan
5. Penerbit : Curriculum Inquiry
6. Kota terbit : USA
7. Nomor ISSN :-
8. Alamat Link : (http://www.blackwellpublishers.co.uk/asp/journal.asp?ref=0362-6784).

BAB II. RINGKASAN ISI JURNAL

a. Pendahuluan

Kurikulumnya seperti kompas dalam membimbing kapal untuk berlayar di dunia


pendidikan. Seperti kompas, kurikulum memainkan peran penting dalam mengatur,
mengarahkan, dan membimbing kegiatan belajar. Hubball & Burt (2004), menyatakan bahwa
reformasi kurikulum adalah proses yang kompleks, beragam, dan berulang-ulang, di mana
gagasan dibuat menjadi kebijakan, berubah menjadi perilaku, dan dinyatakan sebagai tindakan
sosial. Terkait dengan reformasi dan pentingnya kurikulum, praktisi pendidikan di Indonesia
terus mencari cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya adalah kurikulum
2013 yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi merealisasikan peserta didik yang
berkualitas dan potensial. Hal ini sejalan dengan basis kurikulum 2013 yang dikembangkan dari
dua teori filosofis, yaitu teori reconstructivism dan Gestalt (Farisi, 2013).

Pada awalnya, gagasan kurikulum 2013 mendapat banyak perhatian dan tanggapan dari
sejumlah kelompok, yang pada dasarnya merasakan gejolak perpanjangan gerakan di bidang
pendidikan. Dapat diilustrasikan bahwa kurikulum 2013 adalah desain kurikulum berbasis
kompetensi, di mana perkembangannya tetap berfokus pada pencapaian kompetensi yang
diformulasikan dari kompetensi standar (SKL). Implementasi kurikulum 2013 dimulai dari
sejumlah pandangan termasuk: 1) tantangan masa depan; 2) kompetensi masa depan; 3)
fenomena negatif; dan 4) persepsi masyarakat, di mana keempat pandangan tersebut mencakup
beberapa aspek dominan yaitu; konvergensi sains dan teknologi, kualitas, investasi dan
transformasi di sektor pendidikan dan kemampuan untuk berpikir jernih dan kritis, kemampuan
untuk mempertimbangkan aspek moral dari masalah, plagiarisme dan dan kerusuhan sosial, dan
karakter yang kurang (Kemendikbud, 2012; Kemendikbud, 2013).

Menurut Sariono (2013), faktor terpenting dalam pelaksanaan kurikulum 2013 adalah
kesiapan para pelaksana kurikulum itu sendiri. Tidak peduli seberapa bagus kurikulum yang
digunakan, itu tergantung kesiapan guru untuk menerapkannya (Febriya & Nuryono, 2014). Oleh
karena itu, guru dituntut untuk menjadi profesional dalam mempersiapkan materi pembelajaran,
model pembelajaran, strategi belajar, penggunaan alat pembelajaran, mampu menggunakan
model, strategi, dan metode pembelajaran yang inovatif, dan memiliki gaya mengajar yang dapat
membangkitkan rasa menyenangkan dan bermakna. lingkungan belajar. Agar kurikulum 2013
berhasil, harus mulai dari kesiapan dan implementasi yang optimal. Implementasinya terkait
dengan program pelatihan untuk guru sesuai dengan model pelaksanaan kurikulum 2013,
penyediaan buku pegangan untuk guru dan siswa, peningkatan kompetensi guru, penguatan
kapasitas manajemen sekolah, pengembangan budaya pendidikan. berdasarkan konten lokal, dan
mentoring para guru dalam mensosialisasikan kurikulum yang akan dilaksanakan. Kompetensi
guru merupakan komponen terpenting dalam implementasi kurikulum 2013. Ummah (2013)
berpendapat bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki guru, menginternalisasi, mengendalikan dan mewujudkannya dalam
menjalankan tugas profesional mereka yang ditunjukkan dari pekerjaan mereka. Kepmendiknas
Nomor 045 / U / 2002 tentang kurikulum inti pendidikan tinggi menyatakan bahwa kompetensi
sebagai satu set tindakan cerdas dan bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan atau tugas
tertentu. Dengan demikian, kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai keseluruhan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang digambarkan dalam tindakan cerdas dan bertanggung
jawab dalam menjalankan tugas sebagai agen pembelajaran.

b. Deskripsi Isi

Agar program bisa dilaksanakan dengan baik, diperlukan persiapan yang maksimal dan
terencana. McDermott (2011) mengemukakan bahwa kurikulum adalah serangkaian langkah
yang telah ditentukan dan disusun untuk menyesuaikan keluaran pada tujuan tertentu.
Sehubungan dengan tingkat kesiapan pelaksanaan kurikulum 2013 di Kabupaten Seram Bagian
Barat, data yang terkumpul mencakup beberapa aspek melalui kuesioner yang diberikan kepada
responden dengan indikator: 1) pengenalan kurikulum 2013; 2) kesiapan guru; 3) kesiapan siswa;
4) pelatihan; dan 5) kesiapan sekolah. Mengenai tingkat kesiapan dalam pelaksanaan kurikulum
2013, terungkap bahwa 48 responden atau 96% sudah mengetahui bahwa Kurikulum 2013 akan
dilaksanakan. Oleh karena itu, Dinas Pendidikan dan Olahraga perlu menyebarkan kurikulum
2013 untuk lebih memahami kurikulum. Apalagi, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa 33
responden (66%) telah menyelesaikan diseminasi kurikulum 2013. Pemahaman kurikulum 2013
yang disampaikan oleh teman sebaya untuk guru berdasarkan seleksi adalah sebanyak 28
responden atau 56%. Hasilnya menunjukkan bahwa pengenalan kurikulum 2013 di sekolah
sudah hampir maksimal. Gershon (2012) menyatakan bahwa pokok permasalahan kurikulum
adalah pemahaman teori dan implementasinya yang logis. Dengan demikian, diseminasi
merupakan salah satu tindakan logis yang harus dilakukan dalam upaya menerapkan kurikulum.

Dalam aspek kesiapan para guru, terlihat juga bahwa sebagian besar guru di SBB siap
menerapkan kurikulum 2013. Hal ini sesuai dengan pendapat Sahiruddin (2013) yang
menyatakan bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 nampaknya sangat menjanjikan jika pemerintah
Indonesia melakukan segala upaya melalui kebijakan dan penganggaran untuk benar-benar
menyelesaikan banyak masalah seperti kurangnya motivasi, dan hambatan budaya. bagi guru
yang mengadopsi peran baru sebagai fasilitator. Selanjutnya Miswad dkk. (2013), menyatakan
bahwa cara yang dapat ditempuh untuk memenuhi beban kerja guru adalah dengan membagi
kelompok belajar di beberapa kelas, mengajar di lembaga pendidikan nonformal, melaksanakan
tugas sebagai wali kelas dan administrator. Agar pelaksanaan kurikulum berhasil, beberapa
terobosan dibutuhkan, salah satunya adalah pelatihan guru. Terungkap bahwa 27 responden
(54%) menjawab bahwa mereka telah menyelesaikan pelatihan, dan 33 responden (66%)
mengetahui bahwa rekan mereka mengikuti pelatihan sebagai guru inti dalam membantu
keberhasilan pelaksanaan kurikulum 2013. Pentingnya pelatihan kurikulum 2013 bagi guru
adalah mengubah pola pikir mereka dalam mempersiapkan pembelajaran, menerapkan
pembelajaran, dan mengevaluasi hasil pembelajaran sesuai dengan pendekatan pembelajaran dan
evaluasi pada kurikulum 2013 (Kemenag, 2013).

Dalam hal kesiapan pelaksanaan kurikulum 2013 di SBB kabupaten, berdasarkan lima
aspek pengukuran, dapat dikatakan bahwa SBB memiliki tingkat kesiapan yang cukup tinggi.
Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase pengukuran dari lima aspek yaitu lebih dari 60%.
Hal ini mengindikasikan kesiapan pelaksanaan kurikulum 2013 baik oleh guru maupun oleh
siswa di lingkungan SBB sudah memadai, yaitu dari aspek pengenalan kurikulum, kesiapan guru
dan siswa, pelatihan, dan kesiapan sekolah. Khusus untuk aspek kesiapan sekolah, sudah
memenuhi standar, namun ada beberapa faktor penghambat seperti minimnya ketersediaan buku
dan beberapa faktor lainnya, karena menurut Sumei et al. (2014), ketersediaan infrastruktur
seperti buku dan pelatihan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan kurikulum
2013. Kurikulum 2013 diimplementasikan sepenuhnya di sekolah-sekolah di setiap provinsi di
Indonesia, oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan di setiap
kabupaten / kota untuk menerapkan kurikulum. Berbagai persiapan juga telah dilakukan dengan
harapan agar kurikulum 2013 bisa menjangkau semua sekolah di Indonesia. Sehubungan dengan
itu, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa responden, dapat dikatakan
bahwa kurikulum 2013 telah dilaksanakan di beberapa sekolah di bagian barat kabupaten Seram.
Berdasarkan informasi ini, para peneliti menggunakan kuesioner untuk menilai sejauh mana
kurikulum 2013 telah diimplementasikan.

Pandangan lainnya adalah bahwa dengan implementasi kurikulum 2013, buku pegangan
guru telah diberikan secara merata dan digunakan secara nasional. Sehubungan dengan itu, 45
responden (90%) percaya bahwa dengan buku pegangan guru, akan ada keseragaman guru dalam
mengantarkan materi pembelajaran. Apalagi terkait dengan karakter siswa, terungkap bahwa 49
responden (98%) berpendapat bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 akan menghasilkan atau
mahasiswa pascasarjana yang memiliki karakter moral dan baik. Hal ini sejalan dengan Supangat
(2013), yang menyatakan bahwa kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat
Indonesia untuk memiliki kemampuan untuk hidup sebagai individu dan warga negara yang
setia, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta memberikan kontribusi kepada masyarakat,
bangsa, negara, dan peradaban dunia. Dapat dijelaskan bahwa tingkat kesiapan kurikulum 2013
di SBB sudah disiapkan secara optimal. Persiapan atau kesiapan ini bertujuan untuk
mempersiapkan para guru dan siswa, sehingga mereka tidak melakukan kesalahan dalam
mengimplementasikannya. Dengan demikian, diharapkan kualitas pendidikan tercapai, dan bisa
menciptakan guru yang profesional. Hal ini sejalan dengan pendapat Darling-Hammond &
Bransford di Mursid (2013), yang menyatakan bahwa guru profesional perlu memahami dan
menguasai setidaknya tiga pengetahuan dasar pengajaran yang meliputi:

(1) menguasai pengetahuan konten),

(2) pedagogis menguasai pengetahuan),

(3) menguasai pengetahuan konten paedagogis.

Tiga pengetahuan dasar tentang pengajaran tersebut adalah pengetahuan dasar


pengajaran yang seharusnya dimiliki seorang guru. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa ada
banyak kendala dalam pelaksanaan kurikulum 2013 yang dikemukakan responden, beberapa
diantaranya adalah:

1. Kurangnya buku pegangan untuk guru dan siswa terkait dengan tahun 2013 kurikulum.

2. Mereka belum mengerti karena kurangnya diseminasi.

3. Guru tidak maksimal dalam menerapkan kurikulum 2013

4. Dalam proses persiapan pelaksanaannya.


Untuk mengatasi hambatan tersebut, Dinas Pendidikan SBB, LPMP, dan pihak terkait
lainnya terus berupaya dan melakukan terobosan agar kurikulum 2013 dapat diimplementasikan
di semua sekolah di 11 kecamatan di bagian barat kabupaten seram. . Muflihah (2013)
mengemukakan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui
penerapan kurikulum adalah dengan melengkapi sarana dan prasarana sesuai dengan standar
yang telah ditentukan. Sebenarnya, pada kurikulum tahun 2013, guru tidak lagi terbebani silabus
karena silabus sudah disediakan secara nasional, sehingga guru hanya perlu fokus pada
penyusunan rencana pelajaran (Gultom, 2014; Hasibuan & Widyaiswara, 2013).

BAB III. PEMBAHASAN

a. Pembahasan isi jurnal 1

Kurikulum merupakan salah satu komponen pendidikan utama yang tertuang dalam
Undang-Undang Pendidikan Indonesia nomor 20/2003. Pernyataan umum konstitusi
mendefinisikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan yang mencakup tujuan
pendidikan, isi, bahan pembelajaran, dan metode pembelajaran yang dimaksudkan sebagai
pedoman dalam menerapkan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Madkur, 2014), McDermott (2011) mengemukakan bahwa kurikulum adalah
serangkaian langkah yang telah ditentukan dan disusun untuk menyesuaikan keluaran pada
tujuan tertentu (Dominggus Rumahlatu, 2016), Definisi ini menyiratkan bahwa kurikulum lebih
luas daripada silabus dan bahwa silabus adalah bagian dari kurikulum. Beberapa ahli
menganggap bahwa kurikulum dan silabus merupakan dua konsep yang saling dipertukarkan.
Namun, beberapa lainnya membedakan kurikulum dari silabus.Yalden (1987, 18), misalnya,
menyatakan: Kurikulum mencakup tujuan, sasaran, isi, proses, sumber daya, dan sarana evaluasi
semua pengalaman belajar yang direncanakan untuk siswa baik masuk dan keluar sekolah dan
masyarakat melalui pengajaran di kelas dan program terkait. Dengan kata lain, kurikulum adalah
seperangkat kegiatan pembelajaran yang terdiri dari beberapa elemen penting yaitu tujuan, isi,
prosedur, sumber daya dan alat penilaian. Ini tidak hanya mencakup perencanaan sekolah dan
kegiatan di luar sekolah. (Madkur, 2014)

Dubin dan Olshtain (1986, hal 34-35) mendefinisikan sebuah kurikulum sebagai
"deskripsi umum tentang tujuan umum dengan menunjukkan keseluruhan filosofi pendidikan
budaya yang berlaku di seluruh mata pelajaran", sedangkan silabus sebagai "pernyataan
pengajaran yang lebih rinci dan operasional dan elemen pembelajaran, yang menerjemahkan
filosofi kurikulum menjadi serangkaian langkah yang direncanakan menuju tujuan yang lebih
sempit". (Madkur, 2014) Ini berarti bahwa dalam pembuatan silabus, isi, metode, dan penilaian
harus dilibatkan. Berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum, guru merupakan titik kunci dalam
pengembangan kurikulum bagi guru merupakan ujung tombak implementasi di lapangan. Hal ini
sejalan dengan Murray Print (1993) yang memandang bahwa guru diwajibkan untuk menerapkan
kurikulum, untuk menyesuaikan kurikulum dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal,
merancang kurikulum dan melakukan penelitian kurikulum. Dengan kata lain, dapat dikatakan
bahwa pengembangan kurikulum dimulai dari kelas. Oleh karena itu, guru harus memiliki ide
kreatif dan memeriksa kurikulum di kelas sebagai fase penting dan sebagai elemen dukungan
administratif secara keseluruhan. Karena peran vital guru dalam pelaksanaan kurikulum di kelas,
sangat mendesak pendapat mereka, apakah itu pro atau kontra, dipertimbangkan (Madkur,
2014). Menurut Yero (2002), masing-masing guru membentuk kurikulum sesuai dengan
kepercayaan mereka sendiri, mengajarkan nilai-nilai pribadi mereka melalui kurikulum implisit,
dan mengoperasikan kelas mereka sesuai dengan definisi pengajaran dan pembelajaran mereka
sendiri (R.Intansari, 2013). Terkait dengan reformasi dan pentingnya kurikulum, praktisi
pendidikan di Indonesia terus mencari cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah
satunya adalah kurikulum 2013 yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
merealisasikan peserta didik yang berkualitas dan potensial. (Dominggus Rumahlatu,
2016) Berbagai saran yang datang dari guru yang berbeda dapat memperkaya dan memberi kita
perspektif yang lebih luas untuk melihat implementasi sebenarnya dari kurikulum
2013 (Madkur, 2014). Dalam aspek kesiapan para guru, terlihat juga bahwa sebagian besar guru
di SBB siap menerapkan kurikulum 2013. Hal ini sesuai dengan pendapat Sahiruddin (2013)
yang menyatakan bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 nampaknya sangat menjanjikan jika
pemerintah Indonesia melakukan segala upaya melalui kebijakan dan penganggaran untuk benar-
benar menyelesaikan banyak masalah seperti kurangnya motivasi, dan hambatan budaya. bagi
guru yang mengadopsi peran baru sebagai fasilitator. Selanjutnya Miswad dkk. (2013),
menyatakan bahwa cara yang dapat ditempuh untuk memenuhi beban kerja guru adalah dengan
membagi kelompok belajar di beberapa kelas, mengajar di lembaga pendidikan nonformal,
melaksanakan tugas sebagai wali kelas dan administrator. (Dominggus Rumahlatu, 2016)

Hal ini sejalan dengan Supangat (2013), yang menyatakan bahwa kurikulum 2013
bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia untuk memiliki kemampuan untuk hidup
sebagai individu dan warga negara yang setia, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
memberikan kontribusi kepada masyarakat, bangsa, negara, dan peradaban dunia (Dominggus
Rumahlatu, 2016). Kurikulum baru juga menawarkan pengembangan karakter untuk
mempersiapkan siswa menghadapi berbagai peluang, yang dapat membawa sisi positif dan
negatif kepada siswa dan masyarakat pada umumnya. Pendidikan karakter memberi siswa
pengetahuan yang perlu mereka ketahui terutama mengenai dampak negatif dari kemajuan
teknologi, sains, dan seni dan bagaimana mereka bisa mengatasinya dengan baik. Kurikulum
2013 pada umumnya memiliki banyak kesamaan dengan pendahulunya, kurikulum KTSP.
Namun, ada beberapa fitur baru dalam kurikulum ini. Pertama, dibandingkan dengan KTSP, ada
penilaian konkrit di setiap aspek dalam kurikulum tahun 2013, di mana indikator diberikan untuk
membantu guru dengan mudah memeriksa prestasi siswa mereka. kurikulum 2013 berisi inovasi
untuk menciptakan praktik belajar yang lebih baik, yang ditujukan terutama untuk meningkatkan
kualitas siswa. Berbeda dengan kurikulum KTSP sebelumnya, guru tidak diharuskan
mengembangkan silabusnya lagi, sehingga diharapkan lebih fokus untuk belajar dan menyiapkan
materi sehingga bisa memberi kesempatan belajar yang lebih bermutu bagi siswa. Kemudian,
pendekatan tematik-integratif memberi kesempatan lebih luas bagi para guru untuk memperkaya
materi. Selain itu, siswa bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.

Dalam paradigma yang lebih besar, perubahan kurikulum yang menyangkut pendidikan
karakter diharapkan bisa menjadi harapan baru bagi peningkatan mutu pendidikan nasional.
Selanjutnya, pendidikan karakter diarahkan untuk melahirkan generasi dengan karakter yang
kuat, integritas moral dan perilaku mental-spiritual yang tinggi (Madkur, 2014). Menurut
Darling-Hammond & Bransford di Mursid (2013), yang menyatakan bahwa guru profesional
perlu memahami dan menguasai setidaknya tiga pengetahuan dasar pengajaran yang meliputi:
(1) menguasai pengetahuan konten), (2) pedagogis menguasai pengetahuan), (3) menguasai
pengetahuan konten paedagogis. Tiga pengetahuan dasar tentang pengajaran tersebut adalah
pengetahuan dasar pengajaran yang seharusnya dimiliki seorang guru. Hasil identifikasi
menunjukkan bahwa ada banyak kendala dalam pelaksanaan kurikulum 2013 yang dikemukakan
responden, beberapa diantaranya adalah:

1. Kurangnya buku pegangan untuk guru dan siswa terkait dengan tahun 2013 kurikulum.

2. Mereka belum mengerti karena kurangnya diseminasi.

3. Guru tidak maksimal dalam menerapkan kurikulum 2013

4. Dalam proses persiapan pelaksanaannya.

Muflihah (2013) mengemukakan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui penerapan kurikulum adalah dengan melengkapi sarana dan prasarana
sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Sebenarnya, pada kurikulum tahun 2013, guru tidak
lagi terbebani silabus karena silabus sudah disediakan secara nasional, sehingga guru hanya perlu
fokus pada penyusunan rencana pelajaran (Gultom, 2014; Hasibuan & Widyaiswara,
2013). (Dominggus Rumahlatu, 2016)

PERAN GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM

Kurikulum 2013 pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya.


Sasaran perubahan kurikulum tak lain adalah guru sebagai pelaksana langsung di kelas.
Sedangkan kurikulum adalah program yang direncanakan, guru merupakan pelaku yang
melaksanakan program pembelajaran melalui proses belajar mengajar. Inilah hubungan antara
guru, kurikulum dan pembelajaran. Ada beberapa peran yang harus dimiliki guru dalam
menerapkan kurikulum 2013:

1. Guru sebagai perancang pembelajaran

Sebagai guru profesional, ia merancang rencana pembelajaran yang akan dilakukan di kelas.
Desain penelitian diharapkan terstruktur dan praktis.

2. Belajar Motivator
Salah satu peran guru yang paling sulit adalah menjaga kemauan siswa untuk mengeksplorasi
materi pembelajaran sebanyak mungkin. Motivasi, seperti yang terungkap dalam banyak
penelitian, merupakan faktor yang sangat potensial untuk membuat siswa bersemangat untuk
belajar secara optimal.

3. Mediator Belajar

Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar bisa menjadi perantara antara sumber belajar dan
siswa. Guru menyajikan materi pelajaran kepada siswa belajar dan siswa menerima, memeriksa,
dan mendiskusikan masalah ini sehingga menjadi milik mereka. Sebagai mediator, guru
meletakkan platform untuk proses belajar mengajar. Guru menginterpretasikan sesuatu di
lingkungan tempat siswa berinteraksi.

4. Belajar Inspirasi

Guru menjadi sumber utama inspirasi bagi siswa dalam mengelola materi pelajaran. Pemikiran
dan strategi yang disampaikan oleh guru akan mendorong siswa untuk belajar mandiri dan
kreatif. (Madkur, 2014)

b. Pembahasan isi jurnal 2

Pada jurnal II dijelaskan bahwa “sang master memberi tahu para siswa tentang pokok
pembicaraan (bahan pembelajaran) dalam bentuk cermah atau lain sebagainya

Jurnal II yaitu menjelaskan sebagai siswa hendaklah menjaga prilaku yang baik, tidak ada
manusia yang tidak baik karena prilaku adalah pendidikan awal dilingkungan orang tua,jika kita
berperilaku buruk dengan guru siapa lagi yang akan mengajarkan kita untuk menjadi murid yang
sukses. Karena kurikulum akan sukses jika ada seorang guru yang mengarahkan kita dalam
proses belajar. Jurnal kedua memfokuskan guru dalam proses pebelajaran baik kepada anak
normal maupun anak yang dalam kondisi cacat.

c. Kelebihan dan Kelemahan Jurnal

Adapun kelebihan jurnal tersebut yaitu bahasa yang digunakan didalam jurnal mudah dipahami
dan jelas. Susunan kalimat yang digunakan didalam jurnal ini juga sudah sesuai dengan
ketentuan EYD, Metode yang terdapat didalam jurnal juga sudah dijabarkan dengan jelas dan
data dilengkapi dengan grafik sehingga memudahkan pembaca untuk memahami isi jurnal
tersebut. Dan pada jurnal ini juga terdapat nama penerbit jurnal ini yaitu perubahan jjurnal sudah
jelas tetapi kurang lengkap karena tidak terdapat peran guru dalam implementasi kurikulum.
BAB IV. PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ini bertujuan untuk memahami
suara guru tentang pelaksanaan kurikulum 2013. Para guru secara positif merasakan perubahan
yang ditawarkan dalam kurikulum baru sebagai indikasi bahwa negara ini bekerja menuju
peningkatan kualitas pendidikannya, mengikuti teknologi, sains, dan seni yang terus berubah.
Dikatakan bahwa guru merupakan aktor kunci dalam implementasi kurikulum, oleh karena itu
diharapkan dapat terbuka dan berinovasi agar guru dapat memberikan proses belajar mengajar
yang lebih baik. Namun, ada juga beberapa tantangan yang dihadapi guru dalam menerapkan
kurikulum. Hal ini bermanfaat bagi guru dan siswa saat pemerintah mendengarkan suara guru
dan mengatasi tantangan mereka sesuai dengan itu. Mengacu pada tantangan di atas, beberapa
saran ditawarkan. Pertama, mendesak pemerintah untuk lebih mempersiapkan pembentukan
kurikulum baru dengan memberikan pelatihan dan pengawasan yang memadai kepada para guru.
Kedua, guru itu sendiri harus lebih adaptif, kreatif dan inovatif untuk menciptakan atmosfir
pembelajaran yang baik. Akhirnya, sehubungan dengan penilaian, teknik penilaian harus
disederhanakan.

DAFTAR PUSTAKA
Dominggus Rumahlatu, E. K. (2016). An Analysis of the Readiness and Implementation of 2013 Curriculum in The
West Part of Seram District, Maluku Province,Indonesia. International Journal of Environmental and Science
Education , 5662-5675.

Madkur, M. R. (2014). Teachers' Voice 0n the 2013 Curriculum for English Instructional Activity. IJEE ,
120-133.

R.Intansari. (2013). Teachers' Strategy in Implementating English Curriculum in a Junior High School in
Indonesia. Indonesian Journal of Applied Linguistic , 235-244.

Anda mungkin juga menyukai