Anda di halaman 1dari 7

Mapping Jurnal Indonesia

IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK


Judul Jurnal LANDAK LAUT (Diadema setosum) DAN UJI AKTIVITAS
ANTIBAKTERI Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Kelompok 1
1. Ahmad Rifly Suleman (821417030)
2. Maimun Datau (821417028)
Nama
3. Putriani Isa (821417044)
Kelompok
4. Ridha Nurfadhilah Yantu (821417006)
5. Istiqomah Sa’adah (821417002)
6. Viola Lole (821417025)
Asisten
Athira Sri Wahyuni Gani
Pembimbing
Penulis dan Mentari Risnauli Siahaan, Andi Hairil Alimuddin, Harlia Hal: 53-
Halaman 60
Infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan,
khususnya dalam bidang ilmu kedokteran. Beberapa bakteri yang
paling sering menimbulkan infeksi adalah Staphylococus
aureus dan Escherichia coli. Bakteri S. aureus merupakan bakteri
normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia. S. aureus
dapat menjadi penyebab infeksi baik pada manusia, maupun pada
hewan. Sedangkan E. coli adalah kuman yang banyak
Pendahuluan ditemukan di usus besar manusia sebagai bakteri normal. Sifatnya
unik karena dapat menyebabkan infeksi yang sering terjadi
pada usus misalnya diare pada anak (Jawetz et al., 1996).
Sampai saat ini penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri masih mengandalkan berbagai antibiotik.
Hal ini menimbulkan kekuatiran akan munculnya strain bakteri
baru yang resisten terhadap antibiotik. Landak laut diperkirakan
mengandung senyawa metabolit sekunder yang berpotensi
sebagai antibakteri alami yang dapat digunakan. Menurut Aprilia,
dkk (2012) cangkang landak laut memiliki kandungan
senyawa aktif yang bersifat toksik, diperkirakan racun yang ada
dalam landak laut tersebut dapat juga digunakan sebagai
antibakteri. Landak laut adalah kelompok hewan
yang sering dijumpai di daerah laut, landak laut dapat ditemukan
mulai perairan laut tropis hingga laut di daerah kutub. Menurut
Aprilia dkk, (2012) landak laut adalah suatu binatang laut yang
95% tubuhnya terdiri dari duri-duri yang bisa digerakkan yang
muncul dari badannya. Organisme yang tergolong
dalam kelas Echinodea ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pangan bergizi pada beberapa negara dan berguna
dalam ekologi (Kimball, 1983; Lang & Schroeter,1976).
Meskipun Indonesia merupakan salah satu eksportir landak laut,
pemanfaatan landak laut sebagai produk obat dan makanan
kesehatan belum banyak dilakukan. Hal ini disebabkan masih
terbatasnya informasi potensi senyawa aktif yang terdapat pada
landak laut asal perairan Indonesia. Informasi tentang hasil
penelitian yang telah dipublikasikan mengenai landak laut
berkisar pada aktivitas sitotoksik. Penelitian ini akan menelusuri
informasi kelompok senyawa metabolit sekunder yang terdapat
dalam ekstrak etanol dan hasil partisi dari landak laut
(Diadema setosum) serta aktivitas antibakterinya. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
tentang kelompok senyawa metabolit sekunder dan potensi
antibakteri landak laut (D. setosum), terhadap bakteri E. coli dan S
.aureus.
Penelitian telah dilakukan selama 9bulan pada bulan Juni 2014
hingga Februari 2015. Pengambilan dan preparasi sampel
Metode
dilaksanakan di Pulau Lemukutan Kecamatan Sungai Raya
Kepulauan dan sampel landak laut diuji di Laboratorium
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura Pontianak.

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan adalah vakum evaporator, autoklaf,
timbangan analitik, penangas air, seperangkat alat gelas,
spektrofotometer UV-Vis (genesys 6) dan vortex.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain cangkang landak laut
(D. setosom) yang diperoleh dari Pulau Lemukutan dani reagen
pro analitis Merck serta reagen teknis
Preparasi Sampel Cangkang Landak Laut
Sampel yang akan digunakan untuk diekstrak adalah landak laut
(D. setosum). Landak laut diambil dan dibersihkan,
dipisahkan antara cangkang dan duri dari bagian isi perut landak
laut.
Ekstraksi Sampel
Ekstraksi Secara maserasi dengan Etanol Sebanyak 20 kg
potongan landak laut direndam dengan 5 L etanol di dalam
bejana maserasi, ditutup dan dibiarkan selama 24 jam disimpan
dalam keadaan terlindung dari cahaya matahari, lalu disaring.
Ampas direndam lagi dengan etanol dan dibiarkan selama 24 jam.
Penyarian dilakukan sebanyak 3 kali.
Ekstrak etanol yang diperoleh dipekatkan dengan alat evaporator
hingga diperoleh ekstrak landak laut pekat kemudian di
lakukan partisi. Partisi ekstrak berdasarkan kepolaran
(Harborne, 1987) Ekstrak yang telah didapatkan dari
hasil evaporasi sebanyak 80 gram di larutkan menggunakan 1 L
pelarut etanol 96%. Setelah didapatkan hasil dilanjutkan
dengan proses partisi dengan pelarut nheksan, kloroform dan etil
asetat. Ekstrak etanol dan berbagai fraksi
landak laut dibuat 5 seri konsentrasi (20- 100 mg/ml) dengan
menggunakan DMSO. Konsentrasi tersebut dibuat dengan cara
menimbang masing-masing ekstrak dan hasil dari setiap fraksi
sebanyak 100 mg. kemudian dilarutkan masing-masing ke
dalam DMSO hingga volumenya 1ml dan dilakukan pengenceran
(Dewi, 2010).
Identifikasi Komponen Metabolit Sekunder
Prosedur identifikasi metabolit sekunder menurut Harborne
(1987), meliputi identifikasi alkaloid, steroid/ triterpenoid,
saponin, flavonoid dan polifenol.
Pengambilan dan Preparasi sampel
Sampel landak laut (D.setosum) di preparasi dengan cara dipotong
kecil-kecil sebanyak 20 kg (basah) kemudian
dimaserasi menggunakan pelarut etanol.
Maserasi Sampel
Maserasi dilakukan selama 24 jam dengan tiga kali pengulangan
hingga diharapkan semua komponen senyawa
terekstraksi kedalam pelarut etanol. Maserat dikumpulkan
kemudian diuapkan pelarutnya dengan evaporator pada suhu
dibawah 50 oC. Suhu yang digunakan lebih rendah dari titik didih
Hasil dan
etanol, sehingga tidak akan merusak senyawa metabolit sekunder
pembahasan
yang terdapat pada ekstrak etanol landak
Penelitian
laut. Ekstrak etanol pekat yang diperoleh seberat 142 gram dan
berwarna hitam.
Partisi Sampel
Ekstrak etanol yang telah didapatkan pada proses maserasi
kemudian dilanjutkan dengan proses partisi. Proses partisi yang
dilakukan dengan metode cair-cair, partisi menggunakan empat
pelarut yaitu nheksan, kloroform, etil asetat dan etanol. Proses
pertama dilakukan penimbangan ekstrak landak laut sebanyak 80
gram yang kemudian dilarutkan ke dalam etanol 1 L. Hal ini
dilakukan agar ekstrak terendam dan larut sempurna pada pelarut
etanol. Ekstrak etanol yang telah larut kemudian dipartisi dengan
pelarut n-heksan. Hasil ini memberikan dua lapisan yang terdapat
didalam corong pisah. Fraksi n-heksan yang berada pada lapisan
atas sedangkan etanol yang berada pada lapisan bawah,
dikarenakan n-heksan memiliki massa jenis yang lebih rendah
dibandingkan dengan etanol yaitu (0,66 g/L) sedangkan etanol
(0,789 g/L). Hasil fraksi n-heksan memberikan
warna kuning. Perubahan warna dari pelarut yang sebelumnya
tidak berwarna berubah menjadi kuning menunjukkan
bahwa adanya kemungkinan terdapat komponen yang terlarut
dalam pelarut nheksan. Lapisan etanol kemudian dipartisi kembali
dengan pelarut kloroform sehingga diperoleh dua lapisan yang
berbeda kelarutan. Lapisan kloroform berada pada
lapisan bawah yang dikarenakan massa jenis kloroform yang lebih
berat dibandingkan etanol sebesar 1,48g/L,
warna yang didapatkan pada lapisan kloroform lebih gelap
dibandingkan pada fraksi n-heksan. Lapisan etanol yang
didapat kemudian dipartisi kembali menggunakan pelarut etil
asetat. Lapisan etil asetat yang didapatkan berada pada
lapisan bawah, hal ini dikarenakan massa jenis etil asetat lebih
berat sebesar 0,894g/L dibandingkan dengan massa jenis etanol,
warna yang didapatkan lebih gelap dibandingkan pada hasil fraksi
n-heksan dan kloroform. Fraksi yang telah didapatkan pada
proses partisi kemudian dilanjutkan dengan pemekatan dengan
menggunakan alat evaporator. Hal ini bertujuan agar
didapatkan hasil pekat dari fraksi n-heksan, kloroform, etil asetat
dan etanol pada proses partisi.
Uji Fitokimia
Uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol, fraksi
kloroform, etil asetat, nheksan dan etanol positif mengandung
senyawa triterpenoid. Pada ekstrak etanol, fraksi kloroform, fraksi
etil asetat dan etanol positif mengandung alkaloid, polifenol dan
saponin, sedangkan fraksi n-heksan tidak teridentifikasi
terdapatnya kandungan senyawa metabolit saponin, polifenol dan
alkaloid. Senyawa triterpenoid yang dihasilkan pada uji fitokimia
positif dilihat dari terbentuknya warna merah pada ekstrak etanol
dan hasil fraksi n-heksan, fraksi klororoform, fraksi etil asetat dan
fraksi etanol. Senyawa alkaloid dan senyawa saponin yang
dihasilkan pada hasil uji ekstrak etanol, fraksi kloroform, fraksi
etil asetat dan fraksi etanol dilihat dengan terdapatnya endapan
coklat pada uji alkaloid menggunakan reagen wagner dan
dragendrof dan terdapatnya busa pada uji saponin. Masing-masing
ekstrak etanol dan fraksi yang telah diidentifikasi dengan uji
fitokimia kemudian dilanjutkan dengan uji menggunakan plat
KLT dan reagen penampak noda, serta dibantu dengan pemanasan
untuk mempercepat reaksi. Menurut Pratiwi, dkk (2012) skrining
fitokimia senyawa golongan alkaloid menunjukkan
hasil positif jika penyemprotan dengan reagen serium (IV) sulfat
menghasilkan bercak noda berwarna coklat jingga dengan
visualisasi pada sinar tampak dan pendar hijau muda dengan
visualisasi menggunakan sinar UV 366 nm dan sinar UV 254 nm.
Uji senyawa golongan flavonoid menunjukkan hasil positif
dengan menunjukkan warna kuning-hijau setelah disemprot
dengan menggunakan reagen AlCl3 dan diloanjutkan dengan
pemanasan untuk mempercepat proses reaksi
(Handayani dkk., 2014). Uji senyawa golongan fenolik
menunjukkan hasil positif dengan menunjukkan warna coklat
setelah disemprot dengan reagen serium (IV) sulfat
(Pratiwi dkk., 2012). Uji senyawa golongan triterpenoid dan
steroid memberikan hasil positif dengan menunjukkan warna
merahungu pada triterpenoid dan warna hijau pada steroid setelah
disemprotkan dengan reagen Libermann-Burchard dan dibantu
dengan proses pemanasan.
Pada ekstrak etanol, fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi
etanol yaitu alkaloid, fenolik, saponin dan triterpenoid. Fraksi n-
heksan hanya terkandung triterpenoid. Fraksi etil asetat
merupakan fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri yang
Kesimpulan terbaik dengan diameter zona bening sebesar 12,02 mm pada
konsentrasi 100 mg/ml terhadap bakteri S.aureus..
Fraksi etil asetat merupakan fraksi yang memiliki aktivitas
antibakteri yang terbaik dengan diameter zona bening sebesar
11,02 mm pada konsentrasi 100 mg/ml terhadap bakteri E. Coli.
Paraf Asisten
Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai