Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Sikap dan Terpaan Iklan

Layanan Masyarakat KB Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di TV


terhadap Perilaku KB pada Wanita atau Pria dalam Usia Subur
Puri Kusuma Dwi Putri

Abstract
This study examinse level of education, knowledge, attitude and exposure to public
service announcement of family planning which is involving fertile woman and man as
sample. The coefficien of determination of this study is 34,7. It show that level of knowledge
affect the behaviour of family planning behaviour. The result of this research show that level
of education, level of knowledge and public service advertising’s exposure has impacted
woman’s behaviour over family planning.

Keywords: family planning, knowledge affect the behaviour

Pendahuluan
Penduduk di Indonesia semakin Dari segi politik, DPR RI periode
bertambah jumlahnya dari tahun ke tahun, 2004-2009 mengesahkan UU No 52 Tahun
hal ini merupakan pekerjaan rumah bagi 2009 tentang Perkembangan
pemerintah serta peran aktif masyarakat. Kependudukan dan Pembangunan
Program pemerintah yaitu Keluarga Keluarga. UU itu diyakini memberi
Berencana (KB) setelah pasca orde baru, landasan hukum yang kuat untuk program
belum dapat direalisasikan dengan baik KB dan kependudukan. "UU ini secara
dan diterima oleh masyarakat, karena tegas dan mengikat seluruh komponen
beberapa faktor yang ada di benak pemerintah di pusat dan daerah untuk
masyarakat dapat mempengaruhi dalam menjalankan program kependudukan dan
pengambilan keputusan pada keluarga KB secara serius dan terkoordinir," kata
berencana. Berbeda pada masa orde baru Surya Candra Suprapty, Anggota Komisi
dimana Indonesia sukses dengan program IX DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan
keluarga berencana, bahkan Indonesia (Anonymous, 2010: tanpa halaman). Pada
menjadi contoh suksesnya program KB UU no. 52 tahun 2009, disebutkan bahwa
bagi negara-negara tetangga. Tetapi, saat yang dimaksud dengan keluarga berencana
ini jumlah penduduk Indonesia melaju (KB) adalah upaya untuk mengatur
dengan cepat. kelahiran anak, jarak dan usia ideal
Pada dasarnya hasil dari program melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
KB berguna untuk pembangunan dan promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
perkembangan masyarakat Indonesia itu dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
sendiri. Pada kenyataannya pro kontra keluarga berkualitas (BKKBN, 2010: 1).
mengenai keluarga berencana tetap saja Program KB nasional sebagai salah
terjadi. Seperti halnya ada yang satu program untuk pengendalian
menganggap bahwa menentukan jumlah penduduk melalui pengaturan kelahiran
anak adalah hak asasi manusia di mana dan pemberdayaan ketahanan keluarga,
pemerintah tidak perlu campur tangan dan bertujuan untuk menjamin agar seluruh
membatasi anak dengan KB seperti dengan fasilitas pelayanan dapat memberikan
membatasi rezeki dari Tuhan. Istilah yang pelayanan yang bermutu dan merata
sering didengar di masyarakat kita untuk keseluruh desa atau kelurahan melalui
hal ini ialah “banyak anak banyak rezeki”. perluasan akses peningkatan kualitas
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi,
46
PURI KUSUMA DWI PUTRI
Pengaruh Tingkat Pendidikan ...

meningkatkan partisipasi dan kesertaan dapat melampaui masa-masa melahirkan


tanggung jawab pria dalam praktik anak dengan mengikuti pola ASFR saat
keluarga berencana, upaya penurunan ini. SDKI (survey demografi kesehatan
kematian ibu, bayi dan anak, serta Indonesia) menghasilkan angka fertilitas
mempromosikan hak-hak dan kesehatan yang konstan pada level 2,6 berarti
reproduksi bagi pasangan, dalam rangka seorang wanita di Indonesia secara rata-
membangun keluarga kecil dan sejahtera rata akan melahirkan 2,6 anak selama
(BKKBN, 2008: 3). hidupnya (USAID, BPS, BKKBN,
Berikut pernyataan dari Direktur Departemen Kesehatan, 2008: 46).
Jaminan dan Pelayanan Keluarga Sedangkan TFR di Jawa Tengah
Berencana (KB) Badan Kependudukan berdasarkan hasil SDKI menunjukkan
dan Keluarga Berencana Nasional Setia peningkatan dari 2,1 pada tahun 2002/
Edi mengatakan, jumlah penduduk pada 2003 menjadi 2,3 pada tahun 2007
2010, menurut perhitungan Badan Pusat (BKKBN, 2011: 2). Angka tersebut tidak
Statistik (BPS), sebanyak 237,6 juta jiwa. sesuai dengan sasaran program KB
Jumlah penduduk 237,6 juta tersebut nasional provinsi Jawa Tengah (RPJM
mendekati proyeksi BPS untuk jumlah 2004-2009) yakni menurunnya angka
penduduk tahun 2015, yakni 237,8 juta kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,10
jiwa. ”Angka itu sudah tercapai sekarang. per wanita usia subur (BKKBN, 2008: 11).
Dengan melencengnya proyeksi itu, Berdasarkan data sementara hasil
jumlah penduduk diperkirakan 264,4 juta sensus penduduk (SP) 2010, jumlah
tahun 2015,” ujarnya (Anna, 2010: tanpa penduduk Jawa Tengah mengalami
halaman). peningkatan yang cukup signifikan,
Selain itu, dia mengatakan, jika yang sebesar 1.524.632 dari 30.856.055 jiwa
ber-KB 1 persen saja setiap tahun, pada tahun 2000 menjadi 32.380.687 jiwa
proyeksi tahun 2010 akan tetap sesuai. dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP)
”Kenyataannya, yang ber-KB tidak sesuai periode 2000-2010 rata-rata setiap tahun
harapan,” ujarnya. Setia mengatakan, salah sebesar 0,37%. Pengendalian penduduk
satu kendala program KB ialah otonomi melalui pengendalian kelahiran tentu
daerah yang menyebabkan keterputusan memberikan andil yang sangat berarti
koordinasi dan implementasi program untuk mewujudkan penduduk yang
secara luas. Tidak semua daerah berkualitas, sebagai modal dasar
mempunyai struktur yang khusus pembangunan kependudukan yang
mengurusi KB. Di tengah perubahan itu, berkelanjutan untuk mewujudkan keluarga
fungsi petugas Penyuluh Lapangan KB sejahtera (BKKBN, 2011: 11). Selain
(PLKB) juga tergerus karena kurangnya adanya perilaku KB pada wanita atau pria
dukungan. Padahal, PLKB penting untuk dalam usia subur yang dapat dilihat dari
mengedukasi dan memberikan konseling jumlah TFR, laju pertumbuhan
sehingga masyarakat dapat merencanakan penduduk (LPP) 1,33% kota Semarang
keluarga dengan baik dan rasional (Anna, tinggi dalam hal pertumbuhan
2010: tanpa halaman). penduduk di Jawa Tengah
Ukuran tingkat fertilitas yang umum mengalahkan 34 kabupaten atau kota
digunakan adalah angka fertilitas total lainnya bahkan selisihnya pun cukup
(total fertility rate) dan angka fertilitas signifikan (Wawasan, 2011: 15).
menurut umur (age specific fertility rate BKKBN melaporkan bahwa rata-rata
atau ASFR). TFR dihitung dengan jumlah anak yang dilahirkan pada
menjumlahkan ASFR dan dapat kelompok miskin mencapai 4,2 anak,
didefinisikan sebagai jumlah anak yang padahal pada kelompok yang lebih
akan dilahirkan oleh seorang wanita mampu, jumlah rata-rata anak bisa ditekan
sampai akhir masa reproduksinya jika ia menjadi hanya 3,0 anak. Hasil Survei

47
-JURNAL INTERAKSI-

Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2007 3. Ada hubungan positif antara tingkat
mencatat, rata-rata jumlah anak yang pengetahuan terhadap perilaku KB
dilahirkan oleh perempuan yang pada wanita atau pria dalam usia subur.
berpendidikan rendah mencapai 4,1 anak, 4. Ada hubungan positif antara tingkat
sedangkan kelompok berpendidikan tinggi pengetahuan terhadap sikap.
hanya 2,7 anak per keluarga (Ruslan, 5. Ada hubungan positif antara perilaku
2010: tanpa halaman). KB pada wanita atau pria dalam usia
Begitupula angka kematian ibu subur terhadap pengetahuan.
tinggi, 228 kasus per 100 ribu kelahiran. 6. Ada hubungan positif antara sikap
Sedangkan kematian bayi, 34 kasus dari terhadap perilaku KB pada wanita atau
seribu kelahiran. Data dari demografi pria dalam usia subur.
Indonesia menyebutkan bahwa 60 persen 7. Ada hubungan positif antara perilaku
penduduk Indonesia hanya tamatan KB pada wanita atau pria dalam usia
sekolah dasar atau lebih rendah. Data subur tehadap sikap.
tersebut ini menunjukkan ada pengaruh 8. Ada hubungan positif antara sikap
antara perbedaan pengetahuan KB pada terhadap terpaan iklan KB di TV.
masyarakat yang mempunyai perbedaan 9. Ada hubungan positif antara terpaan
tingkat pendidikan rendah dan tinggi iklan layanan masyarakat KB di TV
terhadap perilaku KB (Wibowo, 2010: terhadap perilaku KB pada wanita atau
tanpa halaman). pria dalam usia subur.
Wanita yang kurang berpendidikan 10. Ada hubungan positif antara perilaku
lebih cenderung mulai mengandung pada KB pada wanita atau pria dalam usia
usia lebih muda: 19% remaja yang tidak subur terhadap terpaan iklan KB di
sekolah telah mulai mempunyai anak TV.
dibandingkan dengan 4% remaja 11. Ada hubungan positif antara terpaan
berpendidikan SMTA atau lebih (USAID, iklan layanan masyaraka KB di TV
BPS, BKKBN, Departemen Kesehatan, terhadap sikap.
2008: 4). Pendidikan mempunyai peranan 12. Ada hubungan positif antara tingkat
yang penting di dalam kehidupan pendidikan, tingkat pengetahuan,
berkeluarga, karena mereka yang sikap, terpaan iklan layanan
berpendidikan tinggi dapat mempunyai masyarakat KB terhadap perilaku KB
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan pada wanita atau pria dalam usia subur.
dengan yang berpendidikan rendah.
Hasil Penelitian
Metoda Penelitian Studi pada individu yang menjadi
Penelitian ini menggunakan metode fokus sosial merupakan arah dari tradisi
survei yang ingin mengetahui bagaimana sosiopsikologi. Tradisi ini mempunyai
pengaruh tingkat pendidikan, tingkat kelebihan dengan komunikasi. Teori pada
pengetahuan, sikap dan terpaan iklan KB tradisi ini fokus kepada perilaku sosial
di televisi terhadap perilaku KB pada individu, variabel psikologi, efek
wanita atau pria dalam usia subur. individual, kepribadian, sifat, persepsi, dan
Hipotesis Minor dalam penelitian ini kognisi. Walaupun teori ini mempunyai
adalah perbedaan, tetapi mereka membagi
1. Ada hubungan positif antara tingkat perhatian yang sama untuk perilaku dan
pendidikan terhadap perilaku KB pada proses kognitif yang menghasilkan
wanita atau pria dalam usia subur. perilaku. Teori sosiopsikologis pada
2. Ada hubungan positif antara tingkat komunikasi saat ini berorientasi pada
pendidikan terhadap tingkat kognisi, meningkatkan cara manusia
pengetahuan. memproses informasi. Tradisi
sosiopsikologi dan sibernetika bersamaan

48
PURI KUSUMA DWI PUTRI
Pengaruh Tingkat Pendidikan ...

menjelaskan sistem proses informasi pada perubahan lingkungan (Rakhmat, 2007:


individu (Littlejohn dan Foss, 2008: 44). 20-21).
Tradisi sosiopsikologi dapat dibagi Menurut teori baru efek media massa
ke dalam tiga cabang : (1) Perilaku; (2) yaitu social learning theory (teori belajar
Kognitif; (3) Biologis. Dalam perilaku, sosial) dari Bandura, orang cenderung
teori berkonsentrasi pada bagaimana meniru perilaku yang diamatinya. Stimulus
orang-orang sebenarnya berperilaku dalam menjadi teladan untuk perilakunya. Teori
situasi komunikasi. Teori ini seperti belajar sosial dapat diandalkan untuk
hubungan antara perilaku komunikasi. menjelaskan efek behavioural media
Pendekatan kedua yaitu teori kognitif massa (Ardianto dan Erdinaya, 2007: 56).
berpusat pada pola pikiran, cabang ini Ada teori ini bertujuan untuk memahami
menyatakan bahwa bagaimana individu efek terpaan media (Ardianto dan
memperoleh, menyimpan dan memproses Erdinaya, 2007: 62). Wanita atau pria
informasi yang akan menghasilkan hasil dalam usia subur meniru apa yang
perilaku. Dalam kata lain, apa yang anda dikatakan dalam iklan KB di televisi.
lakukan pada situasi komunikasi tidak Sejak Thorndike dan Watson sampai
hanya pada pola stimulus response, tetapi sekarang kaum behaviouris mempunyai
juga pada mental yang digunakan untuk pendirian, bahwa organisme dilahirkan
mengatur informasi. Variasi ketiga adalah tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis;
biologis. Studi genetik mengasumsikan perilaku adalah hasil pengalaman; dan
bahwa pentingnya peningkatan, psikologis perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh
dan penelitian perilaku lain menjadi kebutuhan untuk memperbanyak
menarik dalam efek fungsi otak dan kesenangan dan mengurangi penderitaan.
struktur, neurochemistry, dan faktor Asumsi ini ditambah lagi dengan
genetik dalam menjelaskan perilaku sumbangan biologi abad ke XIX: manusia
manusia. Peneliti percaya bahwa beberapa hanyalah kelanjutan organisme yang lebih
sifat, jalan pemikiran, dan perilaku diikat rendah. Kita, karena itu dapat memahami
secara biologis dan tidak diperoleh dari manusia dengan meneliti perilaku
pembelajaran atau faktor situasional, tetapi organisme yang bukan manusia. Misalnya,
dari pengaruh pembawaan sejak lahir teori belajar dengan mengamati bagaimana
(LittleJohn dan Foss, 2008: 43). Pada tikus belajar (Rakhmat, 2007: 22).
tradisi ini yang membedakan dengan teori Asumsi bahwa pengalaman adalah
social learning theory atau teori kognitif, faktor paling berpengaruh dalam
terletak pada imitasi atau modelling membentuk perilaku, menyiratkan betapa
manusia yang dapat berpengaruh pada plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk
perilaku manusia. menjadi apapun dengan menciptakan
Behaviourisme lahir sebagai reaksi lingkungan yang relevan, kemudian
terhadap intropeksionisme (yang Watson dengan satu eksperimen bersama
menganalisa jiwa manusia berdasarkan Rosalie Rayner di John Hopkins;
laporan-laporan subyektif) dan juga tujuannya menimbulkan dan
psikoanalisis (yang berbicara tentang alam menghilangkan rasa takut. Subyek
bawah sadar yang tidak nampak). eksperimennya Albert B, bayi sehat
Behaviourisme ingin menganalisa hanya berusia 11 bulan yang tinggal di rumah
perilaku nampak saja, yang dapat diukur, perawatan anak-anak invalid, karena
dilukiskan dan diramalkan. Belakangan, ibunya menjaddi perawat disitu. Albert
teori kaum behaviouris lebih dikenal menyayangi tikus putih. Sekarang
dengan teori belajar, karena menurut diinginkan rasa takut diciptakan. Ketika
mereka seluruh perilaku manusia-kecuali Albert menyentuh tikus itu, lempengan
instink adalah hasil belajar. Belajar artinya baja dipukul keras tepat di belakang
perubahan perilaku organisme sebagai kepalanya. Albert tersentak, tersungkur

49
-JURNAL INTERAKSI-

dan menelungkupkan mukanya ke atas Social cognitive theory provides an


kasur. Proses ini diulangi: kali ini Albert agentic conceptual framework within
tersentak, tersungkur, dan mulai bergetar which to examine the determinants and
ketakutan. Seminggu kemudian, ketika mechanisms of such effects. Human
tikus diberikan padanya, Albert ragu-ragu behavior has often been explained in terms
dan menarik tangannya ketika hidung tikus of unindirectional causation, in which
itu menyentuhnya. Pada keenam kalinya, behavior has often been explained in terms
tikus diperlihatkan dengan suara keras of triadic reciprocal causation. In this
pukulan baja. Rasa takut Albert transactional view of self and society,
bertambah, dan ia menangis keras. personal factors in the form of cognitive,
Akhirnya kalau tikus itu muncul - affective, and bilogical events; behavioral
walaupun tidak ada suara keras- Albert patterns; and environmental events all
mulai menangis, membalik, dan berusaha operate as interacting determinants that
menjauhi tikus itu (Rakhmat, 2007: 22). influence each other bidirectionally
Eksperimen Albert bukan saja (Bryant dan Zillmann, 2002: 121).
membuktikan betapa mudahnya
membentuk atau mengendalikan manusia, Pembahasan
tetapi juga melahirkan metode pelaziman Dalam penelitian ini Personal
klasik (classical conditioning). Diambil determinants berasal dari internal individu,
dari Sechenov dan Palvov, pelaziman yang dalam konteks ini berupa tingkat
klasik adalah memasangkan stimuli yang pengetahuan dan sikap. Teori kognitif
netral atau stimuli terkondisi (tikus putih) sosial memberikan penekanan pada
dengan stimuli tertentu (unconditioned pentingnya karakteristik atau sifat manusia
response). Setelah pemasangan terjadi yang unik yang terdiri atas empat
berulang-ulang, stimuli yang netral karakteristik atau sifat yaitu simbolisasi
melahirkan response terkondisikan. Dalam (symbolizing), pengaturan diri (self-
eksperimen di atas, tikus yang netral regulatory), koreksi diri (self-reflective),
berubah mendatangkan rasa takut setelah dan kemampuan belajar (vicarious
setiap kehadiran tikus dilakukan capacities). Pada simbolisasi manusia
pemukulan batangan baja (unconditioned memiliki kemampuan atau kapasitas untuk
response stimulus). Sedangkan pada memahami dan menggunakan berbagai
penelitian Skinner terdapat peneguhan simbol yang memungkinkan manusia
(reinforcement). untuk menyimpan, memproses, dan
Bandura menambahkan konsep mentransformasikan pengalaman ke dalam
belajar sosial (social learning). Ia berbagai model kognitif yang akan
mempermasalahkan peranan ganjaran dan memandu mereka dalam melakukan
hukuman ddalam proses belajar. Banyak berbagai tindakan atau membuat
perilaku manusia yang tidak dapat keputusan di masa depan (Morissan, 2010:
dijelaskan dengan mekanisme pelaziman 242-243).
atau peneguhan. Selain itu Bandura pada Pada kemapuan mengatur diri sendiri
saat manusia belajar juga terjadi peniruan (self-regulatory) mencakup konsep-konsep
(imitation). Ganjaran dan hukuman seperti motivasi dan evaluasi. Manusia
bukanlah faktor yang penting dalam memiliki kemampuan untuk memotivasi
belajar, tetapi faktor yang penting dalam diri mereka untuk mencapai tujuan
melakukan satu tindakan (performance). tertentu. Mereka memiliki kemampuan
Melakukan satu perilaku ditentukan oleh untuk mengevaluasi perilaku mereka
peneguhan, sedangkan kemampuan sendiri sehingga dengan demikian,
potensial untuk melakukan ditentukan oleh perilaku bersifat ‘mengarahkan diri’ (self-
peniruan (Rakhmat, 2007: 25). directed) dan ‘mengatur diri’ (self-
regulated) (Morissan, 2010: 243).

50
PURI KUSUMA DWI PUTRI
Pengaruh Tingkat Pendidikan ...

Misalnya: pasangan suami isteri yang melalui verifikasi dengan menggunakan


sudah cukup mempunyai dua anak dengan aturan inferensi (inference) yang sudah
melihat kondisi ekonomi dan tingkat diketahui sebelumnya. Inferensi adalah
kebutuhan yang semakin tinggi, alasan yang digunakan dalam menarik
memutuskan untuk melakukan program kesimpulan atau membuat keputusan logis
KB. Pasangan tersebut melakukan berdasarkan bukti-bukti yang diketahui
evaluasi, pengaturan dan pengarahan atau kesimpulan sebelumnya dan bukan
terhaddap perilaku mereka dalam berdasarkan pada pengamatan langsung.
menanggapi atau memberikan respons Misalnya: wanita atau pria dalam usia
terhadap motivasi dan tujuan bersama. subur sudah menggunakan salah satu alat
Koreksi diri (self reflective) kontrsepsi misalnya bagi pria
merupakan kemampuan untuk bercermin menggunakan kondom dan dia sudah
atau melakukan refleksi terhadap diri merasa puas dan aman, maka dengan
sendiri (self refelcetive capacity) adanya metode kontrasepsi jangka panjang
melibatkan proses verifikasi pikiran yaitu lainnya seperti vasektomi, dia akan
kemampuan orang untuk melakukan berfikir logis bahwa yang kondom saja dia
koreksi terhadap diri guna memastikan sudah merasa puas apalagi yang jangka
pemikirannya benar. Bandura panjang dan lebih banyak disarankan
mengemukakan empat cara berbeda dalam karena efektif dan hemat.
melakukan koreksi diri sendiri yaitu: (a) Kemampuan lain pada manusia yang
penyesuaian (enactive); (b) pengamatan; terkait pada teori kognitif sosial adalah
(c) persuasif atau bujukan; (d) logika ‘kemampuan belajar’ (vicarious capacity),
(Morissan, 2010: 242-245). yaitu kemampuan untuk belajar dari
Penyesuaian dimana sesorang sumber lain tanpa harus memiliki
menilai kesesuaian antara pemikiran dan pengalaman secara langsung. Kemampuan
hasil tindakannya. Pengamatan (vicarious) ini biasanya mengacu pada penggunaan
merupakan pengamatan tidak langsung media massa, baik secara positif maupun
(vicarious) berdasarkan observassi negatif. Orang dapat mendapatkan perilaku
terhadap pengalaman orang lain dan hasil yang mendukung dari TV dan belajar dari
yang diperoleh berfungsi menegaskan atau perilaku yang negatif (Morissan, 2010:
menolak kebenaran pikiran seseorang. 245).
Efek televisi dapat terjadi misalnya: Pengetahuan sendiri dipengaruhi
seorang laki-laki memiliki pemikiran oleh faktor pendidikan formal.
bahwa menurutnya dia bangga dengan Pengetahuan sangat erat hubungannya
mempunyai banyak anak terutama laki- dengan pendidikan, dimana diharapkan
laki. Namun dalam kehidupannya dia bahwa dnegan pendidikan yang tinggi
mempunyai dia anak perempuan, setelah ia maka orang tersebut akan semakin luas
melihat ILM KB di TV pemikirannya pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu
mengenai anak laki-laki terguncang, dan ditekankan bukan berarti seseorang yang
dia harus membuat evaluasi atau penilaian berpendidikan rendah mutlah
kembali terhadap pemikirannya. berpengetahuan rendah pula. Hal ini
Penjelasan berikutnya mengenai mengingat bahwa peningkatan
persuasif, misalnya pada tayangan iklan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
menunjukkan bagaimana orang-orang pendidikan formal saja, akan tetapi dapat
yang ditemui di tempat umum menyatakan diperoleh dari pendidikan non formal.
keyakinannya terhadap kualitas produk Sikap dikatakan sebagai suatu
yang bersangkutan. Audiens dapat respons evaluatif. Respons hanya akan
terbujuk program KB melalui iklan di TV. timbul apabila individu dihadapkan pada
Sedangkan pada koreksi diri melalui suatu stimulus yang menghendaki adanya
logika yaitu menggunakan cara logika reaksi individual. Respons evaluatif berarti

51
-JURNAL INTERAKSI-

bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan bersama-sama mempunyai hubungan. Hal


sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh ini sejalan dengan pandangan YB Mantra
proses evaluasi dalam diri individu yang yang dikutip Notoatmodjo, pendidikan
memberi kesimpulan terhadap stimulus dapat mempengaruhi seseorang termasuk
dalam bentuk nilai baik-buruk, positif- juga perilaku seseorang akan pola hidup
negatif, menyenangkan-tidak terutama dalam memotivasi untuk sikap
menyenangkan, yang kemudian berperan serta dalam pembangunan pada
mengkristal sebagai potensi reaksi umumnya, makin tinggi pendidikan
terhadap objek sikap (Azwar, 1995: 5). seseorang makin mudah menerima
Behavioural determinants dalam informasi (Wawan dan Dewi, 2010: 16-
penelitan ini terdiri dari perilaku KB pada 17).
wanita atau pria dalam usia subur, juga
termasuk di dalam reciprocal
determinants. Konsep mayor dari social Gambar 2.1.
learning theory berasumsi mengenai Schematization Of Triadic Reciprocal
manusia dan perilaku manusia. Causation In The Causal Model Of
Kebanyakan teoritikus dan peneliti Social Cognitive Theory
berasumsi bahwa orang-orang menjadi
sosial dengan memperhatikan lingkungan
di sekitar mereka. Tambahan penting dari
asumsi ini adalah orang-orang bereaksi
kepada lingkungan (Suryoputro, Ford, dan
Shaluhiyah, 2007: 12). Faktor internal dan
faktor lingkungan dapat mempengaruhi
perilaku KB pada wanita atau pria dalam
usia subur. Sumber: Bryant dan Zillmann (2002: 122)
Sedangkan menurut Soeitoe, pada
mulanya pendidikan dinyatakan sebagai
suatu proses tunggal yang meliputi ‘latihan Dari dua belas hipotesis minor dan
akal budi’, ‘pembentukan watak’ satu hipotesis mayor tidak secara
dan’penyerahan kebudayaan’. Pada tahap keseluruhan diterima. Diantaranya terdapat
berikutnya ‘akal budi’ dianalisa menjadi dua hipotesis yang ditolak yaitu pada
‘kemampuan’ yang terpisah-pisah dan hipotesis minor, dimana ada hubungan
efektivitas pendidikan dan pengajaran positif antara tingkat pendidikan (X 1 )
tergantung dari keadaan kemampuan- terhadap perilaku KB pada wanita atau
kemampuan itu (Soeitoe, 1982: 8). pria dalam usia subur (Y) dan ada
Pengertian lainnya pendidikan ialah segala hubungan positif antara tingkat pendidikan
usaha yang dilakukan dengan sadar, (X 1 ) terhadap tingkat pengetahuan (X 2 ).
dengan tujuan untuk mengubah tingkah Hal menarik dalam penelitian ini yaitu,
laku manusia ke arah (yang baik0 bahwa hasil penelitian oleh BKKBN yang
diharapkan (Soeitoe, 1982: 15). dikutip pada BAB 1 menunjukkan bahwa
Perubahan-perubahan yang ingin dicapai ada hubungan antara tingkat pendidikan
melalui proses pendidikan pada dasarnya (X 1 ) terhadap perilaku KB pada wanita
adalah perubahan pola tingkah laku. atau pria dalam usia subur (Y). Namun
Perubahan pola tingkah laku yang pada penelitian ini tidak ditemukan adanya
diinginkan disebut pula ‘tujuan hubungan positif antara tingkat pendidikan
pendidikan’ (educational obyectives). terhadap perilaku KB apabila dilakukan
Begitupula pada tingkat pendidikan analisis simple regresi (secara bivariate)..
terhadap perilaku KB pada wanita atau Menurut Sutrisno Hadi, tidak
pria dalam usia subur, apabila diuji secara signifikannya suatu garis regresi dapat

52
PURI KUSUMA DWI PUTRI
Pengaruh Tingkat Pendidikan ...

diinterpretasi dari dua sebab. Pertama, menjamin bahwa pesan akan memberikan
memang antara kriterium dengan pengaruh. Memperoleh exposure adalah
prediktor-prediktornya tidak terdapat suatu keharusan namun tidak cukup untuk
korelasi yang signifikan. Kedua, mencapai keberhasilan komunikasi. Dalam
sebenarnya antara kriterium dan prediktor- bahasa praktis, mengekspos konsumen
prediktornya terdapat korelasi yang kepada pesan suatu merek merupakan
signifikan, akan tetapi karena jumlah kasus fungsi dari keputusan managerial utama
yang diselidiki tidak cukup banyak, maka mengenai: (1) besarnya anggaran, dan (2)
korelasi itu tidak dapat diketemukan dalam pilihan media dan alat untuk
perhitungan (Hadi, 1992: 4). Hal ini menyampaikan pesan tersebut. Dengan
menarik karena tingkat pendidikan (X 1 ) kata lain, persentase dari khalayak sasaran
terhadap perilaku KB (Y) di kelurahan tinggi akan diekspos kepada suatu pesan
Peterongan mempunyai hipotesis tertolak, merek jika dialokasikan anggaran yang
dimana responden dengan tamatan SD mencukupi serta pilihan media yang tepat;
hingga perguruan tinggi mempunyai anggaran yang tidak cukup dan atau
perilaku KB yang sudah baik. Informasi pilihan media yang buruk akan
yang diperoleh oleh peneliti, bahwa kader menghasilkan level of exposure yang
KB di kelurahan Peterongan termasuk rendah (Shimp, 2003: 182).
aktif dalam menggerakkan program KB Sikap (X 3 ) mempunyai korelasi
dan mempunyai pengaruh yang besar terbesar terhadap perilaku KB (Y) sebesar
kepada masyarakat sekitar. Untuk 0.574. Hal ini dapat dijelaskan oleh
masyarakat di daerah tempat tinggal Saifuddin Azwar, bahwa sikap adalah
responden tersebut, fungsi hader KB sudah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
menjadi seperti opinion leader. Seperti Sikap seseorang terhadap suatu objek
yang diungkapkan oleh Sutrisno Hadi, adalah perasaan mendukung atau memihak
bahwa hipotesis pertama dapat tertolak (favorable) maupun perasaan tidak
karena jumlah kasus yang diambil tidak mendukung atau tidak memihak
cukup banyak yaitu 100 kasus atau (unfavorable) pada objek tersebut (Azwar,
responden. Selain itu hipotesis tersebut 2011: 5). Sikap responden terhadap
tertolak, dapat dikarenakan pengaruh kader program KB sudah menunjukkan
KB lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dukungan yang baik. Hasil penelitian ini
dengan pengaruh tingkat juga sejalan dengan hasil penelitian
pendidikan.Sebaliknya hubungan negatif Saptono, bahwa ada hubungan antara sikap
antara tingkat pendidikan terhadap terhadap partisipasi pria dalam KB dan
perilaku KB juga dapat terjadi, karena sikap istri terhadap paritisipasi pria dalam
perilaku KB di kelurahan Peterongan KB di kecamatan Jetis Kabupaten Bantul
sudah baik. Hal ini dapat dibuktikan tahun 2008 (Budisantoso, 2008: iv).
dengan 72% sudah menggunakan alat Namun demikian hasil pada
kontrasepsi. koefisen determinasi menunjukkan 34,7%.
Sedangkan Terpaan iklan layanan Ini berarti variasi perilaku KB pada wanita
masyarakat KB di TV (X 4 ) mempunyai atau pria dalam usia subur dapat dijelaskan
korelasi terhadap perilaku KB (Y) sebesar oleh variasi dari keempat variabel
0.286. Hasil temuan penelitian ini sejalan independent yaitu tingkat pendidikan (X 1 ),
dengan pendapat Terrence A. Shimp. tingkat pengetahuan (X 2 ), sikap (X 3 ), dan
Terrence A. Shimp menyatakan, meskipun terpaan iklan layanan masyarakat KB versi
exposure merupakan tahap awal yang Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu (X 4 ).
penting menuju tahap-tahap selanjutnya Nilai sisa sebesar 65,3% dipengaruhi oleh
dari proses informasi, fakta yang ada variabel lainnya. Jumlah nilai korelasi
adalah mengekspos konsumen kepada terbesar ada pada variabel sikap (X 3 )
pesan komunikator pemasaran tidak terhadap perilaku KB yaitu sebesar 0.574,

53
-JURNAL INTERAKSI-

diikuti variabel tingkat pengetahuan (X 2 ) (X 2 ), sikap (X 3 ), dan terpaan iklan layanan


terhadap perilaku KB yaitu sebeasar 0.409. masyarakat KB versi Shireen Sungkar dan
Sedangkan korelasi terendah ada pada Teuku Wisnu (X 4 ). Ketiga faktor tersebut
tingkat pendidikan (X 1 ) terhadap perilaku mempunyai hubungan timbal balik sesuai
KB yaitu sebesar 0.157. Untuk korelasi dengan hipotesis yang diajukan.
terpaan iklan layanan masyarakat (X 4 ) Secara praktis, bagi BKKBN
terhadap perilaku KB (Y) sebesar 0.286. merupakan pekerjaan rumah untuk dapat
Bila keempat variabel diuji independen menekan laju pertumbuhan penduduk.
tersebut diuji secara bersamaan, maka nilai Karena setelah masa orde baru ledakan
korelasi yang tertinggi dapat menjadikan penduduk di Indonesia belum dapat
keempat variabel independent serentak ditekan. Bagi BKKBN juga penting untuk
mempunyai pengaruh terhadap variabel melihat kesuksesan dalam kampanye “dua
perilaku KB (Y). anak cukup” pada masa orde baru. Dimana
Menurut Algifari (Algifari, Indonesia termasuk berhasil di dalam
2000:77), pada analisis regresi yang menekan jumlah penduduk pada saat itu.
menggunakan lebih dari satu variabel Apabila jumlah penduduk di Indonesia
independen, mungkin saja dalam dapat ditekan dengan sosialisasi yang
pengujian secara parsial terdapat variabel semakin luas mengenai arti pentingnya
independen yang tidak signifikan. Namun ikut KB atau salah satunya dengan
demikian tidak berarti variabel independen menggunakan alat kontrasepsi, maka
yang tidak signifikan tersebut dikeluarkan perilaku KB di Indonesia akan menjadi
dari model regresi. Karena, jika dalam lebih baik.
pengujian secara simultan (bersama-sama) Secara sosial, angka pertumbuhan
ternyata signifikan, berarti semua variabel penduduk semakin tahun jumlahnya
independen yang terdapat dalam model semakin meningkat. Hal tersebut sejalan
regresi memberikan kontribusi yang dengan angka Total Fertility Rate yang
bermakna terhadap model tersebut. Jadi belum mencapai sasaran yaitu sebesar 2,3
variabel independen yang tidak orang kelahiran per keluarga. Sedangkan
berpengaruh secara signifikan pada sasaran yang harus dicapai 2,1 orang
pengujian parsial tidak perlu dikeluarkan (BKKBN, 2011: 2 dan 3). Adanya
dari model regresi. kepadatan penduduk yang semakin padat
Secara akademis, hasil penelitian ini dapat menyebakan hal-hal berikut ini
memberi sumbangan secara teoritis bahwa diantaranya, kelangkaan dalam
pada model social learning theory dimana mendapatkan pekerjaan yang baik
terjadi hubungan timbal balik antara sehingga pengangguran meningkat,
behavioral determinants, environmental kriminalitas meningkat, penduduk tidak
determinants, dan behavioral determinants secara menyeluruh dapat menikmati
serta hasil koefisien korelasi menunjukkan pendidikan dengan layak, kesejahteraan
angka yang sama. Dalam penelitian ini hidup belum tentu baik atau harmonis, dan
mengenai pengaruh tingkat pendidikan lain sebagainya.
(X 1 ), tingkat pengetahuan (X 2 ), sikap
(X 3 ), dan terpaan iklan layanan Penutup
masyarakat KB versi Shireen Sungkar dan Simpulan
Teuku Wisnu (X 4 ) terhadap perilaku KB Secara keseluruhan dengan hipotesis
pada wanita atau pria dalam usia subur (Y) mayor yang diajukan, penelitian ini
dengan menggunakan social learning berhasil menjelaskan tujuan penelitian.
theory oleh Albert Bandura yang Dalam penelitian ini tingkat pendidikan,
dilakukan uji F secara bersama-sama, tingkat pengetahuan, sikap terpaan iklan
menunjukkan bahwa perilaku KB terjadi layanan masyarakat KB di TV versi
timbal balik antara tingkat pengetahuan Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu

54
PURI KUSUMA DWI PUTRI
Pengaruh Tingkat Pendidikan ...

mempunyai pengaruh terhadap perilaku Daftar Pustaka


KB pada wanita atau pria dalam usia subur Buku
dengan nilai koefisen determinasi sebesar Algifari. 2000. Analisis Regresi. Teori,
34,7%. Nilai sisa dari koefisen determinasi Kasus, Dan Solusi. Edisi Kedua.
sebesar 65,3% dipengaruhi oleh variabel- Yogyakarta: BPFP
variabel lainnya. Variabel terbesar yang Ardianto, Elvinaro & Lukiati Komala
mempunyai pengaruh terhadap perilaku Erdinaya. 2007. Komunikasi
KB berdasarkan pada persamaan regresi Massa,cetakan ketiga. Bandung:
yaitu variabel sikap dengan nilai korelasi Simbiosa Rekatama Media
sebesar 0.574 dan variabel tingkat Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap manusia
pengetahuan dengan nilai korelasi sebesar teori dan pengukurannya, edisi
0.286 (signifikansi 0.000). Hal ini juga kedua. Yogjakarta: Pustaka pelajar
sejalan dengan teori Social Learning yang Badan Koordinasi Keluarga Berencana
menunjukkan relasi resiprokal, artinya Nasional. 2010. Profil Program KBN
teori yang diajukan dalam penelitian ini Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009.
terbukti secara timbal balik. Tingkat Jawa Tengah: BKKBN
pengetahuan mempunyai pengaruh Bandura, Albert. 1977. Social Learning
terhadap perilaku KB, sikap mempunyai Theory. Prentice Hall: New Jersey
pengaruh terhadap perilaku KB, terpaan Jennings, Bryant and Dolf Zillmann. 2002.
iklan mempunyai pengaruh terhadap Media effects advanced in theory
perilaku KB, begitupula sebaliknya and research, second edition. New
perilaku KB juga berpengaruh terhadap Jersey: Lawrence Erlbaum
tingkat pendidikan, sikap dan terpaan ILM Associates
KB di TV. Littlejohn, Stephen W., and Karen A. Foss.
Dalam studi komunikasi strategis ini 2008. Theories of Human
dapat digunakan sebagai rancangan Communication, ninth edition.
komunikasi strategis untuk mempersuasif Belmont: Thomson Wadsworth
perilaku KB pada wanita atau pria dalam Morissan. 2010. Psikologi Komunikasi.
usia subur. Variabel yang digunakan Bogor: Ghalia Indonesia
nantinya untuk dapat merancang Rakhmat Jalaluddin. 2007. Psikologi
komunikasi yang strategis dengan Komunikasi. Bandung: PT Remaja
menggunakan variabel yang paling Rosdakarya
berpengaruh yaitu tingkat pengetahuan dan Shimp, A. Terence. 2000. Periklanan
sikap. Penyampaian informasi dapat Promosi, Jakarta: Erlangga
dilakukan melalui flyer, jingle KB, melalui Soeitoe, Samuel. 1982. Psikologi
kader KB, arisan, komunitas, dan media Pendidikan Untuk Para Pendidik
jejaring atau media online. dan Calon Pendidik. Jilid 1. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Saran Universitas Indonesia
Sebaiknya Pemerintah mendukung Wawan, A., dan Dewi. 2010. Teori dan
program KB di seluruh Indonesia seperti Pengukuran Pengetahuan, Sikap,
pada zaman orde baru. Selain itu BKKBN dan Perilaku Manusi Dilengkapi
dapat merancang komunikasi strategis contoh kuesioner, Yogyakarta: Nuha
dengan menitikberatkan pada variabel Medika
tingkat pengetahuan dan sikap agar
pasangan usia subur aware dengan
program KB, karena kedua variabel
tersebut paling berpengaruh setelah diteliti.
Begitupula bagi pasangan usia subur dapat
ikut serta mensukseskan program KB

55
-JURNAL INTERAKSI-

Internet Learning Theory in Youth Sexual


Anna, Lusia Kus. 2010. KB Diabaikan, Behaviour Study in Central Java.
Jumlah Penduduk Melonjak, Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia.
http://female.kompas.com/read/xml/ Volume 2/No.1/Januari,h.12
2010/09/24/07264169/kb.diabaikan.j
umlah.penduduk.melonjak. Diunduh Laporan Penelitian
pada 6 Oktober pukul 10.59 WIB Rapat kerja program KB nasional Jawa
Jurnal Tengah tahun 2008, Badan
Suryoputra, Antono, Nicholas J Ford, dan Koordinasi Keluarga Berencana
Zahroh Shaluhiyah. 2007. Social Nasional

56

Anda mungkin juga menyukai