DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI
Oleh:
1. Guntras Sanjaya PO.62.20.1.10.016
2. Gusmila Kasih PO.62.20.1.10.017
3. Hafsah PO.62.20.1.10.018
4. Hasdian noor PO.62.20.1.10.019
5. Heffi PO.62.20.1.10.057
6. Hendy Trisaputra PO.62.20.1.10.058
7. Indrayadi PO.62.20.1.10.020
8. Irvan Haryanto W. PO.62.20.1.10.059
9. Issa Ina Jarini PO.62.20.1.10.021
10. Leonardo Imanuel .S PO.62.20.1.10.060
11. Maretha Vistaria PO.62.20.1.10.061
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “DASAR-
DASAR EPIDEMIOLOGI”.
Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Komunitas di Poltekkes Kemenkes
Palangka Raya.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penyusun.
Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi kita semua, kami juga
mengharapkan kritik dan saran bagi penulisan makalah selanjutnya.
Penyusun
DASAR – DASAR EPIDEMIOLOGI
1. PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI
Berbagai definisi tersebut, yang paling dikenal adalah Leavel and Clark yang
rumusannya adalah sebagai berikut.
Adapun perumusan definisi yang meliputi lima hal di atas di tunjukan terhadap
beberapa jangkauan sub-bahasan lain terkait sebagai berikut.
Maupun
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGY DEFINED
Terjemahan :
Kata epidemiologi berasal dari epidemi, sebuah istilah yang memberikan petunjuk
langsung ke pokok permasalahannya. Epidemiologi berasal dari kata Yunani epi
(atas) + demo (orang) + logi (studi). Meskipun beberapa konsep epidemiologi cukup
sempit, kami sarankan lingkup broadenad dan mengusulkan definisi berikut:
EPIDEMIOLOGY DEFINED
Sumber :
Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam
mempelajari epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi distribusi dan
determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memperoleh informasi
tentang penyebab penyakit, misalnya:
Oleh : Hafsah
1. Subjek dan objeknya adalah masalah kesehatan. Awalnya subjek dan objek
masalah kesehatan hanya penyakit infeksi dan menular. Sesuai
perkembangan zaman, penyakit degeneratif mulai marak dipelajari dan
sekarang banyak digunakan pada masalah –masalah kesehatan yang bukan
penyakit, sehingga dikenal dengan epidemiologi penyakit menular dan
epidemiologi penyakit tidak menular.
a. Epidemiologi penyakit menular
Sebagai bentuk dan upaya manusia untuk mengatasi gangguan penyakit
menular yang saat ini hasilnya sudah tampak.
b. Epidemiologi penyakit tidak menular
Upaya untuk mencegah penyakit yang tak menular seperti : kanker,
penyakit sistemik, penyakit akibat kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan
obat, termasuk penyakit akibat gangguan industri.
2. Masalah kesehatan yang dimaksud adalah masalah kesehatan yang
ditemukan pada sekelompok populasi/manusia, sehingga terbagi menjadi
epidemiologi komunitas (kependudukan, lingkungan, gizi masyarakat, dan
lain-lain), dan epidemiologi klinis (pengelolaan layanan kesehatan, kesehatan
jiwa, dan lain-lain).
a. Epidemiologi klinis
Bentuk yang saat ini sedang dikembangkan para klinisi yang bertujuan
untuk membekali para klinisi atau dokter/paramedis tentang cara
pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.
b. Epidemiologi kependudukan
Cabang epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
bidang demografi serta faktor-faktor yang memengaruhi berbagai
perubahan demografi yang terjadi di dalam masyarakat. Memberikan
analisi tentang sifat karakteristik penduduk secara demografi dalam
hubungannnya dengan masalah kesehatan dalam masyarakat. Juga
berperan dalam berbagai aspek kependudukan dan keluarga berencana,
serta digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan dan
menyusun perencanaan yang baik.
c. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan
Salah satu sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah,
mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah, serta penyusunan
rencana pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.
Bentuk pendekatan ini dapat digunakan oleh para perencana pelayanan
kesehatan, baik dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan kesehatan
yang bersifat umum maupun dengan sasaran yang khusus.
d. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Ocupational and environmental epidemiology merupakan salah satu
bagian epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis keadaan
kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan
kerja, baik yang bersifat fisik, kimia, biologis, maupun sosial budaya serta
kebiasaan hidup para pekerja. Kegunaannya adalah analisis tingkat
kesehatan para pekerja juga untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja
serta penyakit akibat kerja (PAK).
e. Epidemiologi kesehatan jiwa
Salah satu pendekatan dan analisi masalah gangguan jiwa dalam
masyarakat, baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk
tertentu, maupun analisis berbagai faktor yang memengaruhi timbulnya
gangguan jiwa dalam masyarakat.
f. Epidemiologi gizi
Banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat, di mana
masalah ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut
pola hidup masyarakat. Pendekatan ini bertujuan untuk menganalisis
faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyrakat,
baik yang bersifat biologis maupun yang berkaitan dengan masalah sosial.
3. Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan
dimanfaatkan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah tersebut.
Sumber :
Sumber :
Oleh : Indrayadi
Sumber :
Penyakit
Positif Negatif
Rasa Sakit Positif Kasus klasik Psikosomatis
Negatif kasus kesehatan Sehat
masyarakat
Gambar: Perbedaan sakit & penyakit dalam masalah kesehatan masyarakat.
Penyakit adalah keadaan yang bersifat objektif dan rasa sakit bersifat
subjektif.
Kasus klasik adalah apabila rasa sakit atau masalah dirasakan ada dan memang
ada penyakitnya. Psikosomatik adalah apabila rasa sakitnya ada namun dari
pemeriksaan dan analisis tidak ditemukan penyakit. Masalah kesehatan masyarakat
adalah rasa sakit dan masalahnya tidak dirasakan/diketahui masyarakat pada saat
itu, namun menurut pandangan kesehatan masalahnya/penyakitnya ada. Sehat,
menurut gambar diatas adalah rasa sakit ataupenyakit tidak ada.
Faktor X Penyakit Y
Gambar : timbulnya penyakit singel causation (penyakit tunggal) menurut model determinasi
murni. Model ini memperlihatkan bahwa faktor X akan menyebabkan penyakit Y.
dan multiple causation ( penyebab majemuk ). Pemikiran para ahli pada waktu itu
menuntut bahwa tiap penyakit harus dapat ditemukan penyebabnya (kuman) yang
spesifik untuk penyakit yang diderita seseorang. Para ahli yang perintis teori kuman
(bakteriologi) seperti Robert Koch atau Louis Pasteur mulai mengidentifikasi jenis
kuman untuk tiap jenis penyakit menular. Konsep penyebab tunggal ini sempat
berlangsung lama sampai seseorang mulai menyadari bahwa berkembangnya
penyakit tidak dapat dijelaskan hanya dengan mengenali jenis penyebabnya saja
yang spesifik.
Tokoh yang paling berperan dalam model ini adalah Robert Koch yang
berhasil menemukan basil Tuberculosis sebagai penyebab penyakit tuberkulosa
sehingga terkenal dengan Postulat Henle Koch. Postulat ini menyatakan bahwa
suatu agent (bibit penyakit) dapat menyebabkan penyakit apabila memenuhi 4
syarat :
1. Kuman harus ada pada setiap kasus dan dibuktikan melalui kultur (faktor
yang diperlukan)
2. Kuman tersebut tidak ditemukan pada kasus-kasus yang disebabkan oleh
penyakit lain (suffccient factor).
3. Kuman harus dapat menimbulkan penyakit yang sama pada binatang
percobaan, atau dari binatang percobaan dapat ditemukan kuman yan
dimaksud (spesifitas efek).
Host (penjamu)
Agent Environment
(Penyebab (lingkungan)
Lingkungan) (
l
Gambar: segitiga epidemiologi i
n
g
4. Adanya faktor yang berkontribusi dan berperan dalam timbulnya penyakit, k
u
misalnya kondisi umum, daya tahan, dan lain-lain (faktor kontributor). n
g
a
Melihat perkembangan penyakit pada masanya, ternyata konsep penyebab
n
tunggal mulai ditinggalkan. Alasannya, orang mulai menyadari bahwa )
Faktor
Faktor
Faktor
Faktor Faktor
Faktor
Faktor Faktor Penya
Faktor Faktor kit
Faktor Faktor
Faktor
Faktor
Gambar: sebab akibat pada penyebab penyakit majemuk.
1
Keterangan :
4
1. Lingkungan sosial
5
2. Lingkungan Bologis
2
3. Lingkungan fisik
3 4. Host (manusia)
5. bvyfInti Genetik.
Dari gambar diatas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu penyakit tidak
tergantug pada suatu sebab yang berdiri sendiri melainkan akibat dari proses sebab-
akibat. Dengan demikian timbulnya penyakit dapat dicegah dengan memotong rantai
tersebut. Model ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oeleh perilaku
dan gaya hidup individu.
Dalam model roda diperlukan pengkajian dari berbagai faktor yang berperan
dalam timbulnya penyakit dengan tidak menekankan pada pentingnya agent sebagai
penyebab penyakit. Model ini mementingkan adanya hubungan antara manusia dan
lingkungan hidupnya. Besarnya pera dari masing-masing lingkungan sangat
bergantung pada penyakit. Misalnya, faktor lingkungan sosial sangat berperan
dalam menyebabkan stes mental / kejiwaan manusia; faktor lingkungan biologis
berperan menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh agent; dan faktor genetik
berperan besar menimbulkan penyakit keturunan.
Penjamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusi yang dapat
memengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Host erat hubungannya dengan
manusia sebagai makhluk biologis dan manusia sebagai makhluk sosial sehingga
manusia dalam hidupnya mempunyai dua keadaan dalam timbulnya penyakit yaitu
manusia kemungkinan terpajan da kemungkinan rentan/resisten.
HOST AGENT
ENVIRONMENT
Gambar : skema tahap prapatogenesis yang menggambarkan hubungan seimbang, pada tahap ini
host dalam keadaan sehat.
A
A
H
H
A H
E E E
( 1. ) ( 2. ) (3)
Sifat bibit penyakit yang dapat menularkan penyakit infeksi(menular dan tidak
menular) dikenali ada empat macam, yaitu :
Masuknya agent (bibit penyakit) yang dapat menimbulkan penyakit pada host
(manusia) melalui beberapa macam jalur penularan sebagai berikut.
Kemungkinan periode p
Sumber :
Salemba Medika.
Wahyudi Rajab, M.epid. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta:EGC
7. KLASIFIKASI PENYAKIT
Oleh : Heffi
Klasifikasi penyakit
KLASIFIKASIPENYAKIT
- Streptococcen - P. Metabolisme
- TBC
- Stafilococcen - P. Geriatri
- Typhus
- P. Alkoholisme
abdominalis
- P. Kecanduan Narkotik
-Hepatitis
- P. Karsinogenik
- Trauma Accidental
- P. Kardiovaskular
- P. Kejiwaan
Dengan makin majunya masyarakat secara sosial ( Stres)
dan ekonomi, maka gaya
- P. untuk
hidup masyarakat berubah makin tidak menguntungkan Karenameredam
Pencemaran
beberapa
jenis penyakit yang seyogianya dapat dengan mudah kita tiadakan dengan
kesadaran dan langkah-langkah kita. Sebagai contoh adalah penyakit-penyakit yang
tergolong dalam kelompok penyakit non-infeksi.
Menurutnya kualitas udara karena pencemaran di kemudian hari akan makin
bertambah. Bertambah justru karena makin melajunya pembangunan, baik lewat
industriaisasi maupun trasportasi karena meningkatnya mobilitas masyarakat
modern.
Sumber :
Salah satu teori Public Health yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya
penyakit dikenal dengan istilah 5 level of prevention against deseases.
Leavel dan Clark dalam bukunya Preventive medicine fot the Doctor in his
Community mengemukakan adanya tiga tingkatan dalam proses pencegahan
terhadap timbulnya sauatu penyakit. Kedua tingkatan utama tersebut meliputi hal-hal
sebagai berikut.
Tabel 3.1
Lima tingkatan secara public health dalam pencegahan terhadap penyakit.
Fase Pre-Pathogenesis Fase Pathogenesis
Pencegahan
Pencegahan Primer sekunder Pencegahan Tersier
Dalam tingkat pencegahan ini ada dua kegiatan pokok yang sangat dianjurkan untuk
diterapkan, yaitu Disability Limitation and Rehabilitation. Untuk disability limitation ini
dapat dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
1. Peningkatan kesehatan
a. Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan
b. Memberi nutrisi yang sesuai dengan standar
c. Meningkatkan kesehatan mental
d. Penyediaan perumahan yang sehat
e. Rekreasi yang cukup
f. Pekerjaan yang sesuai
g. Melakukan konseling perkawinan
h. Melaksanakan pemeriksaan berkala
2. Perlindungan umum dan khusus
a. Pemberian imunisasi
b. Kebersihan perorangan
c. Perlindungan sanitasi
d. Perlindungan kecelakaan
e. Perlindungan terhadap kecelakaan kerja
f. Penggunaan nutrisi khusus
g. Perlindungan terhadap bahan karsinogen
h. Menghindari zat-zat allergen.
3. Diagnosis dini dan pengobatan cepat dan tepat
a. Mencari kasus sedini mungkin
b. Pemeriksaan umum secara rutin
c. Survey selektif penyakit khusus
d. Meningkatkan keteraturan pengobatan
e. Mencari orang yang pernah berhubungan dengan penderita penyakit
menular.
f. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
4. Pembatasan ketidakmampuan
a. Penyempurnaan dan intensitas pengobatan lanjutan agar terarah dan
tidak menimbulkan komplikasi.
b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
c. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk pengobatan dan
perawatan yang intensif.
5. Rehabilitasi
a. Diperlukan sarana untuk pelatihan dn pendidikan di rumah sakit dan
tempat-tempat umum
b. Memanfaatkan dan memelihara sebaik-baiknya kapasitas yang tersisa
pada seseorang
c. Melakukan pendidikan dan penyuluhan pad masyarakat umum dan
industry
d. Menyediakan tempat perlindungan khusus.
Sumber :
Ryadi, A.L. Slamet. 2011. Dasar-dasar Epidemiologi. Jakarta : Salemba Medika
Jenis studi/riset kuantitatif dibagi menjadi studi deskriptif dan studi analitik. Studi
deskriptif terdiri dari :
Studi Korelasi
Studi korelasi adalah studi yang menggunakan data dari suatu populasi
tertentu untuk membandingkan kelompok yang berbeda selama periode waktu
yang sama atau populasi yang sama tetapi untuk waktu yang berbeda. Studi ini
sangat berguna untuk merumuskan hipotesis.Contohnya, korelasi antara
konsumsi daging per kapita dan kanker usus besar atau korelasi antara asupan
(intake) garam dan hipertensi.Studi korelasi mengacu pada seluruh populasi,
sehingga tidak dapat menghubungkan antara pemajanan (exposure) dan
penyakit terhadap individu.
Studi Epidemiologi Analitik
Studi epidemiologi analitik adalah studi yang menekankan pada pencarian
jawaban tentang penyebab terjadinya masalah kesehatan (determinan),
besarnya masalah/kejadian (frekuensi). Dan penyebaran serta munculnya
masalah kesehatan (distribusi) dengan tujuan menentukan hubungan sebab
akibat antara factor resiko dan penyakit. Secara strategis studi ini dibagi atas dua
desain utama yaitu observasi dan studi intervensi/eksperimen. Studi observasi
terdiri dari rancangan cross sectional, kohort, dan kasus control.
Kekurangannya :
Terpajan (exposed)
Kasus individu dengan
penyakit
Tidak (Non-exposed)
Terpajan (exposed)
Control individu tanpa
penyakit
Tidak (Non-exposed)
Rancangan Kohort
Rancangan kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari
hubungan antara penyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan
membandingkan kelompok terpajan dan kelompok yang tidak terpajan
berdasarkan status penyakitnya.
Ciri khas dari rancangan kohort :
1. berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara yang
berbaris maju ke depan.
2. Subjek dibagi berdasarkan ada atau tidaknya pemajan factor tertentu dan
kemudian diikuti dalam periode waktu tertentu untuk menentukan
munculnya penyakit pada tiap kelompok.
3. Digunakan untuk mempelajari dinamika kolerasi antara factor risiko dan
efek.
4. Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau efek diikuti
secara prospektif.
5. Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui variabel
terikat (akibat).
6. Dapat dilakukan secara prospektif atau retrospektif.
Langkah-langkahnya :
1. Tentukan satu kelompok orang yang terpajan.
2. Tentukan kelompok lainnya orang yang tidak terpajan.
3. Amati kedua kelompok, apakah mereka menjadi sakit atau tidak.
Terdapat dua jenis studi kohort yaitu kohort prospektif dan studi kohort
retrospektif. Kelebihan rancangan kohort adalah :
1. Merupak desain terbaik dalam menentukan insiden dan perjalanan
penyakit atau efek yang diteliti.
2. Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara factor
risiko dengan efek secara temporal.
3. Dapat meneliti beberapa efek sekaligus.
4. Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang.
5. Dapat meneliti multiple efek dari satu pemajan.
6. Dapat menetapkan hubungan temporal.
7. Mendapatkan incidence rate.
Sakit (disease)
Terpajan (exposed)
Sakit (disease)
Tidak terpajan
(Non-exposed) Tidak sakit (non-
disease)
Kekurangannya adalah :
1. Memerlukan waktu yang lama.
2. Sarana dan biaya yang mahal.
3. Rumit.
4. Kurang efesien untuk kasus yang jarang.
5. Terancam droup out mengganggu analisis.
6. Menimbulkan masalah etika.
Analitik
Sumber :
http://books.google.co.id/books?id=DrTEvxpXLWMC&pg=PA44&dq=macam+
studi+epidemiologi&hl=en&sa=X&ei=oFwTUcvEMIjLrQeN84GoDA&redir_esc
=y#v=onepage&q=macam%20studi%20epidemiologi&f=false
10. STUDI DESKRIFTIF
1. Study deskriftif adalah alat untuk menemukan makna makna baru , menjelaskan
sebuah kondisi keberadaan ,menentukan frekuensi kemunculan sesuatu,dan
mengkategorikan informasi.
a. Mengidentifikasi masalah,
Sumber :
1. Rasio
Rasio merupakan nilai relative yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai
kuantitatif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut.misalnya
sebuah nilai kuantitatif A dan nilai kuantitatif lain adalah B, maka rasio kedua
nilai tersebut adalah A/B. contoh, pada suatu kejadian luar biasa keracunan
makanan terdapat 32 orang penderita dan 12 diantaranya dalah anak-anak,
rasio anak terhadap orang dewasa adalah :
12/20 = 0.6
2. Proporsi
Proporsi adalah perbandingan dua kali kuantitatif yang pembilangannya
merupakan bagian dari penyebut. Pada proporsi, perbandingan menjadi:
A/(A+B). Pada contoh diatas proporsi menjadi :
12/(12+20) = 0.375
Bila proporsi dikalikan 100 disebut persen (%) sehingga presentase pada
contoh diatas menjadi 37,5 %.
3. Angka
Angka merupakan proporsidalam bentuk khusus perbandingan antara
pembilang dan penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu. Insidensi
merupakan kasus baru suatu penyakit yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Ini merupakan cara terbaik untuk mementukan risiko timbulnya penyakit.
a. Angka Insidensi
Batasan untuk angka insidensi ialah proporsi kelompok individu yg terdapat
dalam penduduk suatu wilayah atau Negara yang semula tidak sakit dan
menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi
tersebut adalah kasus baru. Rumusnya adalah sebagai berikut.
p = (d/n)xk
p = estimasi
d = jumlah kasus baru
n = jumlah individu yang awalnya tidak sakit
k = konstanta
Atau jumlah kejadian dalam kurun waktu tertentu dibagi penduduk yang
mempunyai risiko (population ot risk) terhadap kejadian tersebut dalam
kurun waktu tertentu dikalikan dengan konstanta “k”.
Jumlah kejadian dalam waktu tertentu
Angka insidensi = ----------------------------------------------------- x k
Jumlah population ot risk waktu tertentu
b. Angka prevalensi
Perhitungan angka prevalensi terdapat dua ukuran, yaitu point prevalence
( prevalensi sesaat) dan periode prevalence (prevalensi periode).
Jumlah semua kasus yang dicatat pada saat tertentu
Point prevalence = -------------------------------------------------------------------------
Jumlah penduduk
Data menurut epidemiologi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu data berbentuk rasio,
proporsi, rate.
1. Rasio ( R ) = jumlah orang ( dengan sifat kualitatif tertentu ) dibandingkan
terhadap sejumlah orang lain ( dengan sifat kualitatif lain pula ).
Rumus : X
R = ---
Y
Keterangan :
X tidak mempunyai keterkaitan dengan Y.
x/y harus merupakan bilangan yang lebih kecil atau sama dengan satu.
R tidak dinyatakan dalam prosentasi, melainkan sebagai suatu pecahan
dimana y harus lebih besar daripada x ( suatu angka pecahan ) atau
sama.
2. Proporsi ( P )
Jumlah orang ( dengan sifat kualitatif tertentu ) dibandingkan dengan sejumlah
populasi seluruhnya.
Rumus : X
P = ---
Y
Keterangan :
X merupakan bagian dari Y, dimana Y = 100%
X/Y merupakan bagian dari 100%, misalnya X/Y adalah 60% atau 35%,
dan sebagainya.
P sering dinyatakan dalam persentase ( % )
3. Rate ( Rr )
Angka yang menyatakan hubungan ( relasio ). Jumlah berapa kali ( frekuensi )
suatu kejadian ( penyakit ) tertentu itu terjadi diantara sejumlah orang yang
mempunyai peluang terekpos dalam suatu waktu tertentu.
Rumus : X
Rr = --- Population at risk atau :
Y
Perbandingan suatu peristiwa dengan populasi yang mempunyai risiko berkaitan
dengan peristiwa dimaksud.
Untuk mengukur frekuensi kejadian penyakit pada suatu populasi digunakan salah
satu dari tiga bentuk pecahan, yaitu proporsi, rasio, dan rate.
1. Proporsi
Proporsi adalah bentuk pecahan yang pembilangnya merupakan bagian dari
penyebut. Ciri dari proporsi :
a. Bentuk ini biasanya dinyatakan dalam persen ( % ) yaitu dengan
mengalihkan pecahan ini dengan 100%.
b. Tidak mempunyai satuan.
c. Rentang nilai 0 sampai 1.
Contoh :
Populasi yang terdiri dari 500 orang, 20 orang diantaranya menderita penyakit
malaria. Berapa besar proporsi penderita malaria dalam populasi ?
Proporsi = X/Y x K
2. Rasio
Rasio adalah pecahan yang pembilangnya bukan merupakan bagian dari
penyebutnya. Ini yang membedakannya dengan proporsi. Rasio menyatakan
hubungan antara pembilang dan penyebut yang berbeda satu dengan yang lain.
Dengan kata lain, perbandingan saru peristiwa ( kejadian ) dangan peristiwa
yang lainnya yang tidak berhubungan.
Rumus rasio = X/Y x K. X adalah jumlah kejadian orang yang memiliki satu atau
lebih cirri-ciri tertentu. Y adalah jumlah kejadian orang yang memiliki satu atau
lebuh cirri tertentu namun cirri tersebut berbeda dangan ciri pada kelompok X.
selama K = 1 rumus dapat disederhanakan menjadi X/Y = X : Y.
Ada dua jenis rasio :
1) Rasio yang mempunyai satuan. Misalnya, jumlah dokter per 100.000
penduduk atau jumlah kematian bayi selama setahun per 1.000 kelahiran
hidup.
2) Rasio yang tidak mempunyai satuan oleh karena pembilang dan
penyebutnya mempunyai satuan yang sama. Misalnya, rasio antara satu
proporsi dan proporsi lain atau rasio antara satu rate dan rate yang lain.
Contohnya relative risk dan odds ratio.
Contoh :
a. Jumlah anak kelas VI yang sudah diimunisasi disbanding dengan
dengan anak kelas sama yang tidak diimunisasi pada sekolah
tertentu.
b. Didalam suatu kelompok sebanyak 20 orang menderita penyakit
tertentu, 2 orang diantaranya meninggal. Rasionya 20 : 2 = 20/2 : 2/2
= 10 : 1. Artinya, dari 10 kasus didapati 1 kematian.
3. Rate
Rate adalah perbandingan suatu peristiwa dibagi dengan jumlah penduduk yang
mungkin terkena peristiwa yang dimaksud dalam waktu yang sama yang
dinyatakan dalam persen, permil, atau per 100.000. ini merupakan konsep yang
lebih kompleks dibandingkan dengan dua bentuk pecahan yang terdahulu. Rate
yang sesungguhnya merupakan kemampuan berubah suatu kuantitas bila terjadi
perubahan pada kuantitas lain. Kuantitas lain yang digunakan sebagai patokan
ini biasanya adalah kuantitas waktu.
Bentuk ukuran ini sering dicampuradukan penggunaanya dengan proporsi. Ciri
dari rate adalah mempunyai satuan ukuran per satuan waktu dan besarnya tidak
terbatas.
Rumus rate = X/Y x K dengan satuan harga yag ditetapkan oleh peneliti, namun
penyaji harus dapat menerangkan nilai K-nya ( apakah 100, 1.000, 10.000, atau
100.000 ).
Contoh :
1) Dari hasil pengukuran penyakit disuatu daerah ditemukan penderita
penyakit TBC sebanyak 180/00.
2) Kecepatan mobil pada satu saat tertentu bentuknya adalah suatu rate.
Oleh karena kecepatan sebuah mobil yang sedang berjalan dapat
berubah tiap saat, maka yang diukur adalah kecepatan rata-rata dari
mobil tersebut. Ini yang biasa disebut kecepatan ( speed ) yang diukur
dengan membagi jarak tempuh mobil tersebut dengan waktu yang
digunakan untuk mencapainya.
Misalnya Jakarta-Bogor yang jaraknya 60 km ditempuh dalam wkatu 1
jam. Jadi, kecepatan mobilnya adalah 60 km per jam.
When raw counts are converted to rates, the community health nurse can make
meaningful cmparisons with rates from other districts or states, from the nation, and
from previous time periods. These analyses assist the nurse in determining the
magnitude of a public health problem in a given area and allow more reliable
tracking of trends in the community over time.
Sometimes a ratio is used to express a relation-ship between two variables. A ratio
is obtained by divining one quantity by another and the numerator is not necessarily
part of the denominator. For example, a ratio could contrast the number of male
births to that of female births. Proportions is often a percentage and it represents
the numerator as part of the denominator.
Terjemahan :
Ketika jumlah mentah dikonversi ke tingkat, perawat kesehatan masyarakat dapat
membuat cmparisons bermakna dengan tingkat dari daerah lain atau negara, dari
bangsa, dan dari periode waktu sebelumnya. Analisis ini membantu perawat dalam
menentukan besarnya masalah kesehatan masyarakat di daerah tertentu dan
memungkinkan pelacakan lebih handal dari tren dalam masyarakat dari waktu ke
waktu.
Kadang-kadang rasio yang digunakan untuk mengekspresikan hubungan-kapal
antara dua variabel. Sebuah rasio diperoleh dengan meramal satu kuantitas
dengan yang lain dan pembilang belum tentu bagian dari penyebut. Sebagai
contoh, rasio kontras bisa jumlah kelahiran laki-laki dengan perempuan kelahiran.
Proporsi sering persentase dan itu merupakan pembilang sebagai bagian dari
penyebut.
( Mary A Nies and Melanie Mc Ewen, 2001, hal. 71 )
Sumber :
Mubarak, Wahif Iqbal & Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas
Pengantar dan Teori. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.
Mubarak, Wahif Iqbal. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika.
Nies, Mary A and Melanie Mc Ewen. 2001. Community Health Nursing : Promoting
the Health of Populations. United States of America : W. B,. Saunders Company.
DAFTAR PUSTAKA
A.L. Slamet Ryadi dan T. Wijayanti, Dasar-dasar epidemiologi. Jakarta: Salemba
Medika, 2011
Mubarak, Wahif Iqbal & Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas
Pengantar dan Teori. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.
Wahid Iqbal Mubarak, Ilmu Kesehatan masyarakat: Konsep dan Aplikasi dalam
Kebidanan. Jakarta: Salamba Medika, 2012
Robert H. Friis and Thomas A. sellers,2009. Epidemiology for Public Health Practice:
volume 1. Canada : Jones and Bartllet learning
Tujuan Epidemiologi
http://books.google.co.id/books?id=V1e0q0f2vC8C&pg=PA16&dq=tujuan+epidemiol
ogi&hl=id&sa=X&ei=vlwkUc67HcfprAf0nICoAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=tuju
an%20epidemiologi&f=false diakses tanggal 19 Pebruari 2013