Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI

Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Ajar Komunitas


Jurusan Keperawatan Program Reguler Angkatan XIII
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palangka Raya

Oleh:
1. Guntras Sanjaya PO.62.20.1.10.016
2. Gusmila Kasih PO.62.20.1.10.017
3. Hafsah PO.62.20.1.10.018
4. Hasdian noor PO.62.20.1.10.019
5. Heffi PO.62.20.1.10.057
6. Hendy Trisaputra PO.62.20.1.10.058
7. Indrayadi PO.62.20.1.10.020
8. Irvan Haryanto W. PO.62.20.1.10.059
9. Issa Ina Jarini PO.62.20.1.10.021
10. Leonardo Imanuel .S PO.62.20.1.10.060
11. Maretha Vistaria PO.62.20.1.10.061

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM REGULER


ANGKATAN XIII
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
PALANGKA RAYA
TAHUN 2013
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “DASAR-
DASAR EPIDEMIOLOGI”.

Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Komunitas di Poltekkes Kemenkes
Palangka Raya.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penyusun.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih


kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada :

1. Bapak Natalansyah, S.Pd., M.Kes., selaku Koordinator Mata Kuliah


Keperawatan Komunitas dan pembimbing kami yang mengajar di
Keperawatan Reguler XIII di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Palangka Raya.

Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi kita semua, kami juga
mengharapkan kritik dan saran bagi penulisan makalah selanjutnya.

Palangka Raya, Januari 2013

Penyusun
DASAR – DASAR EPIDEMIOLOGI

1. PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI

Oleh : Guntras Sanjaya

Epidemologi banyak di pakai di lapangan dalam masalah kesehatan


masyarakat. Banyak definisi epidemologi yang kita kenal. Sekalipun bukan di
nyatakan dalam bentuk definisi, gambaran umum tentang masalah kesehatan yang
dikaitkan dengan udara, air, dan tempat tinggal pernah di kemukan pada zaman
yunani kuno oleh Hipocrates.

Kita kenal beberapa pengamat epidemologi tanpa mereka mengemukakan


definisinya, yaitu sebagai berikut.

1. John Snow yang pada tahun 1848-1853 menyelidiki timbulnya kolera di


London yang pada kesimpulannya mengaitkannya dengan timbulnya air kotor
2. Edwin Chadwick tahun 1842 menyelidiki angka kematian pada berbagai
golong umum penduduk di Liverpool Inggris sehubungan dengan keadaan
sanitasi yang jelek pada saat mulai gencarnya industrialisasi. Diungkapkan
dari pengamatannya bahwa lebih dari separo balita golongan pekerja
meninggal sebelum sempat merayakan hari ulang tahunny kelima.
Sehubungan dengan rintisan Edwin Chadwick, ia kemudian justru di kenal
bukan sebagai seorang epidemiologi melainkan seorang pionir Public Health.
3. Prof. Windslow sebagai seorang tokoh kesehatan masyarakat yang pernah
pertama tama merumuskan definisi Public Health, menekankan dasar ilmu ini
pada lingkungan fisik yang ia sebut kemudian sebagai sanitation untuk
dikembangakan selanjutnya dalam ilmu baru terkait, yaitu preventive
medicine.

Setelah munculnya berbagai pengamatan di atas, beberapa ahli kemudian


mencoba memberikan macam macam definisi epidemiologi. Sekalipun dari berbagai
definisi itu di simpulkan terdapat berbagai aneka ragam rumusan namun dari
berbagai perbedaan tersebut masih didapatkan beberapa persamaan yang sama,
yaitu kaitan penyakit dan penyebarannya.
Eddy Pranowo Soedibyo dalam pidato pengukuhannya sebagai guru Besar
Epidemiogi tahun 1991 tempat menginventarisasi berbagai definisi dari berbagai ahli
epidemiologi antara lain Hirsch (1883), Frost (1927), Greenwood (1934), Lilienfield
(1957), plunked dan Gordon (1960), dan lain lain sampai H. R. Leavell dan E. G. C.
Clark.

Berbagai definisi tersebut, yang paling dikenal adalah Leavel and Clark yang
rumusannya adalah sebagai berikut.

Epidemiologi is the science concerned with factors and conditions which


determine the occurance and distribution of health, disease, defect, disability
and death in populations.

(Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari baerbagai faktor dan


kondisi yang mempengaruhi suatu kejadian dan penyebaran keadaan sehat,
sakit, kerusakan jaringan, kelumpuhan, serta kematian pada masyarakat).

Untuk memudahakan penerapan definisi tersbut pada berbagai aplikasi, perhatikan


uraian berikut.

Epidemiologi adalah (cabang ilmu kesehatan) yang mempelajari tentang hal


hal sebagai berikut.

1. Timbulnya suatu penyakit atau fenomena kesehatan.


2. Penyebab penyebabyang menimbulkan.
3. Faktor faktor yang mempengaruhi timbulnya penyebab penyebab tersebut.
4. Bagaiman penyebarannya di dalam kelompok kelompok masyarakat.
5. Pokok pokokpemecahan/penanggulangannya

Adapun perumusan definisi yang meliputi lima hal di atas di tunjukan terhadap
beberapa jangkauan sub-bahasan lain terkait sebagai berikut.

1. Timbulnya penyakit/fenomena kesehatan berkaitan dengan mekanisme


kejadian atau patogenesisnya
2. Penyebab penyebab penyakit nantinya dikaitkan dengan faktor agent
dalam keseimbangan Gordon yang menyangkut trias agent-host-
environment.
3. Faktor faktor yang “ mempengaruhi“ berkaitan dengan determinan atau
variable sebagai influence factors.
4. Masalah penyebaran berkaitan dengan pembahasan transmisi penyakit
(transmission of disease).
5. Masalah pemecahan/penanggulangan nantinya berkaitan dengan sub-
bahasan lebih lanjut terhadap berbagai pemberantasan penyakit atau
Communicable Disease Controle (CDC).

Dari berbagai definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa makna epidemiologi


pada hakikatnya adalah sebagai berikut.

A science of accurance of desease

Maupun

The study of the Natural History of Disease

DEFINISI EPIDEMIOLOGI

1. Last (1988) mendefinisikan epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari


distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor penentu) masalah kesehatan
atau yang berkaitan dengan status dan kejadian spesifik pada populasi serta
ilmu yang menjelaskan kejadian suatu penyakit di masyarakat.
2. Wade Hampton Frost (1972), seorang guru besar epidemiologi, mengatakan
bahwa epidemiologi adalah pengetahuan tentang fenomena missal (mass
phenomena) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural history)
penyakit menular.
3. Greenwood (1934), profesor di School of Hyangiene and Tropical Medicine
London, mengemukakan batasan epidemiologi yang lebih luas, yaitu
mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian yang berkaiatan
dengan kelompok penduduk (herd people).
4. Brian Mac Mahon (1970), pakar epidemiologi di Amerika serikat, bersama
Thomas F. Pugh menulis buku Epidemiology: Principles and Method’s. Pada
buku tersebut diamenyatakan epidemiologi adalah studi tentang penyebaran
dan penyebab kejadian penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi
semacam itu. Walaupun definisinya cukup sederhana, di sini tampak
epidemiologi ditekankan pada suatu pendekatan metodologi dalam
menentukan distribusi penyakit dan mencari penyebab mengapa terjadi
distribusi tersebut dari suatu penyakit.
5. Omran (1974), merupakan suatu studi mengenai penyebab, pola distribusi
keadaan kesehatan, penyakit, dan perubahan pada penduduk, serta
determinanya dan akibat akibat yang terjadi pada kelompok penduduk atau
masyarakat.
6. Hacmohan dan Pugh (1970) menyatakan epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari penyebaran dan faktor faktor yang menentukan terjadinya
penyakit pada masyarakat.
7. Fox, Hall, Elreback, menyatakan epidemiologi merupakan suatu pengetahuan
tentang faktor yang menentukan terjadinya suatu penyakit dalam suatu
populasi.
8. Mausner/Bahn berpendapat bahwa epidemiologi adalah sutu pengetahuan
tentang penyebaran/distribusi dan faktor penyakit serta kecelakaan dalam
suatu populasi.
9. Edwin D Kill Bourne menyatakan epidemiologi adalah pengetahuan tentang
penyebaran dari pada penyakit di masyarakat dan faktor faktor yang
mempengaruhi penyebaran tersebut.
10. WHO (Regional Committe Nacting ke-42 di bandung) mendefinisikan
epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari
peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan denga
kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat dan menerapakan ilmu
tersebut untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.
11. Garry D. Friedman (1974) dalam bukunya Primer of Epidemiology menuliskan
bahwa epidemiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya penyakit
pada populasi manusia.

DEFINISI EPIDEMIOLOGI

Kata epidemiologi berasal dari bahasa yunani, epi berarti pada/tentang,


demos berarti penduduk, dan logos berarti ilmu. Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang penduduk. Selain definisi asal kata, banyak definisi
epidemiologi yang dibuat oleh ahli kesehatan. Definisi yang dibuat tersebut terkait
dengan keadaan dan waktu, dikenal ada 2 definisi yaitu :
1. Definisi lama (sebelum tahun 1960) : Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari penyebaran dan peruasan suatu penularan penyakit dalam sutu
kelompok penduduk dan masyarakat. Dasrnya adalah sebelum tahun 1960
penyakit menular meruakan penyakit yang paling banyak dialami penduduk
dunia.
2. Definisi baru (setelah tahun 1960) : Beberapa tokoh yang terkenal dalam ilmu
penyakit member define mengenai epidemiologi sebagai berikut :
a. Mag Mahon & pugh (1970) epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari
penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya
penyakit terhadap manusia.
b. Omran (1974) ep
c. idemilogi adalah suatu studi memgenai kejadian dan distribusi kesehatan,
penyakit dan perubahan pada penduduk.
d. Mausner & Kramer (1985) epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan
determinan penyakit dan kekcelakaan pada populasi manusia.
e. Last (1988) epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan
tentang keadaan atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada
populasi tertentu dan aplikasinya untuk menanggulangi masalah keehatan.
Dari beberapa definisi baru tersebut dapat kita asumsikan bahwa penyakit
pada populasi tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak dan penyakit pada
manusia sesungguhnya mempunyai faktor penyebab dan faktor pencegahan yang
dapat diidentifikasi melalui penelitian (pengamatan) secara sistematik pada populasi,
tempat dan waktu.
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi, determinan, frekuansi
penyakit, dan faktor yang mempengaruhi status kesehatan pada populasi
manusia.definisi ini mengisyaratkan bahwa epidemiologi pada dasarnya merupakan
ilmu empirik kuantitatif, yang banyak melibatkan pengamatan dan pengukuran
sistematik tentang penyakitdan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit.
Epidemiologi berhubungan erat dengan ilmu yang di sebut biostatistik.

EPIDEMIOLOGY DEFINED

The word epidemiology derives from epidemic, a term that provides an


immediate clue to its subject matter. Epidemiologi originates from the Greek words
epi (upon) + demos (people) + logy (study of). Although some conceptions of
epidemiology are quite narrow, we suggest a broadenad scope and propose the
following definition :

Epidemiology is concerned with the distribution and determinants of health and


diseases, morbidity, injuries, disability, and mortality in populations. Epidemiologic
studies are applied to the control of health problems in populations. The key aspects
of this definition are determinants, distribution, population, and health phenomena
(e.g., mobidity and mortality).

Terjemahan :

Kata epidemiologi berasal dari epidemi, sebuah istilah yang memberikan petunjuk
langsung ke pokok permasalahannya. Epidemiologi berasal dari kata Yunani epi
(atas) + demo (orang) + logi (studi). Meskipun beberapa konsep epidemiologi cukup
sempit, kami sarankan lingkup broadenad dan mengusulkan definisi berikut:

Epidemiologi berkaitan dengan distribusi dan faktor-faktor penentu kesehatan dan


penyakit, morbiditas, cedera, kecacatan, dan kematian pada populasi. Studi
epidemiologi diterapkan untuk mengendalikan masalah kesehatan pada populasi.
Aspek kunci dari definisi ini adalah penentu, distribusi, populasi, dan fenomena
kesehatan (misalnya, mobidity dan kematian).

EPIDEMIOLOGY DEFINED

Epidemiology is the study of the distribution and determinants of health and


disease in human populations (Harkneee,1995) and is the principal science of
community health practice. It entails a body of knowledge derived from
epidemiological research and specialized epidemiological methods and approaches
to scientific researce. Community health nurses use epidemiological concepts to
improve the health of population groups by identifying risk factors and optimal
approaches that reduce disease risk. Epidemiological methods are important for
accurate community assessment and diagnosis, and in planning and evaluating
effective community interventions. This chapter discusses the uses of epidemiology
and its specialized methodologies.
Terjemahan :

Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan faktor-faktor penentu


kesehatan dan penyakit pada populasi manusia (Harkneee, 1995) dan
merupakan ilmu utama praktik kesehatan masyarakat. Ini memerlukan suatu
tubuh pengetahuan yang berasal dari penelitian epidemiologi dan metode
epidemiologi khusus dan pendekatan ilmiah researce. Komunitas perawat
kesehatan menggunakan konsep epidemiologi untuk meningkatkan
kesehatan kelompok penduduk dengan mengidentifikasi faktor risiko dan
pendekatan yang optimal yang mengurangi risiko penyakit. Metode
epidemiologi penting untuk penilaian masyarakat yang akurat dan diagnosis,
dan dalam merencanakan dan mengevaluasi intervensi masyarakat yang
efektif. Bab ini membahas penggunaan epidemiologi dan metodologi khusus
nya.

Sumber :

1. Wahyudin Rajab, Buku ajar Epidemiologi untuk mahasiswa kebidanan,


Jakarta: EGC, 2009
2. Wahid Iqbal Mubarak, Ilmu Kesehatan masyarakat: Konsep dan Aplikasi
dalam Kebidanan. Jakarta: Salamba Medika, 2012
3. A.L. Slamet Ryadi dan T. Wijayanti, Dasar-dasar epidemiologi. Jakarta:
Salemba Medika, 2011
4. Nies, Mary A. and Melanie Mc ewen. Community Health Nursing: Promoting
the Health of Populations. United States of America: W.B.Saunders
Company, 2001
5. Robert H. Friis and Thomas A. sellers, Epidemiology for Public Health
Practice: volume 1. Canada : Jones and Bartllet learning, 2009
2. TUJUAN EPIDEMIOLOGI

Oleh : Gusmila Kasih

Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam
mempelajari epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi distribusi dan
determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memperoleh informasi
tentang penyebab penyakit, misalnya:

1. Penelitian epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa akibat


keracunan makanan dapat digunakan untuk mengungkapkan makanan yang
tercemar dan menemukan penyebabnya
2. Penelitian epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan antara
karsinoma paru-paru dengan asbes
3. Menetukan apakah hipotesis yang dihasilkan dari percobaabn hewan konsisten
dengan data epidemiologis. Misalnya, percobaan tentang terjadinya karsinoma
kandung kemih pada hewan yang diolesi tir. Untuk mengetahui apakah hasil
percobaan hewan konsisten dengan kenyataan pada manusia, dilakukan
analisis terhadap semua penderita karsinoma kandung kemih lebih banyak
terpajan oleh rokok dibandingkan dengan bukan penderita
4. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menyusun perencanaan, penanggulangan masalah kesehatan, serta
menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat; misalnya:
a. Data frekuensi distribusi berbagai penyakit yang terdapat dimasyarakat
dapat digunakan untuk menyusun rencana kebutuhan pelayanan
kesehatan disuatu wilayah dan menentukan prioritas masalah
b. Bila dari hasil penelitian epidemiologis diperoleh bahwa insidensi tetanus
neonatorum disuatu wilayah cukup tinggi maka data tersebut dapat
digunakan untuk menyusun strategi yang efektif dan efisien dalam
menggulangi masalah tersebut, misalnya dengan mengirirm petugas
lapangan untuk memberikan penyuluhan pada ibu-ibu serta mengadakan
imunisasi pada ibu hamil.
Tujuan Epidemiologi :
a. Menentukan agens primer atauu memastikan factor penyebab.
b. Memahami penyebab penyakit, cacat, atau kondisi.
c. Menentukan karakteristik agens atau factor penyebab
d. Menentukan cara penularan.
e. Menentukan dan menetapkan factor kontribusi.
f. Mengidentifikasi dan menjelaskan pola penyakit secara geografis
g. Menentukan,mendeskripsikan, dan melaporkan perjalanan alami penyakit,
ketidakmampuan cedera, dan kematian.
h. Menentukan metode pengendalian.
i. Menentukan langkah-langkah pencegahan
j. Membantu dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan kesehatan.
k. Menyediakan data-data administrasi dan perencanaan.

Sumber : Timmreck, Thomas C. 2004. EPIDEMIOLOGI : suatu pengantar. Ed 2.


Jakarta : EGC.
3. RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI

Oleh : Hafsah

Kegiatan epidemiologi meliputi bebagai aspek kehidupan masyarakat, baik yang


berhubungan dengan bidang kesehatan maupun di luar bidang kesehatan. Berbagai
bentuk dan jenis kegiatan dalam epidemiologi saling berhubungan satu dengan yang
lainnya sehingga tidak jarang dijumpai bentuk kegiatan yang tumpah tindih. Ruang
lingkup epidemiologi adalah sebagai berikut :

1. Subjek dan objeknya adalah masalah kesehatan. Awalnya subjek dan objek
masalah kesehatan hanya penyakit infeksi dan menular. Sesuai
perkembangan zaman, penyakit degeneratif mulai marak dipelajari dan
sekarang banyak digunakan pada masalah –masalah kesehatan yang bukan
penyakit, sehingga dikenal dengan epidemiologi penyakit menular dan
epidemiologi penyakit tidak menular.
a. Epidemiologi penyakit menular
Sebagai bentuk dan upaya manusia untuk mengatasi gangguan penyakit
menular yang saat ini hasilnya sudah tampak.
b. Epidemiologi penyakit tidak menular
Upaya untuk mencegah penyakit yang tak menular seperti : kanker,
penyakit sistemik, penyakit akibat kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan
obat, termasuk penyakit akibat gangguan industri.
2. Masalah kesehatan yang dimaksud adalah masalah kesehatan yang
ditemukan pada sekelompok populasi/manusia, sehingga terbagi menjadi
epidemiologi komunitas (kependudukan, lingkungan, gizi masyarakat, dan
lain-lain), dan epidemiologi klinis (pengelolaan layanan kesehatan, kesehatan
jiwa, dan lain-lain).
a. Epidemiologi klinis
Bentuk yang saat ini sedang dikembangkan para klinisi yang bertujuan
untuk membekali para klinisi atau dokter/paramedis tentang cara
pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.
b. Epidemiologi kependudukan
Cabang epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
bidang demografi serta faktor-faktor yang memengaruhi berbagai
perubahan demografi yang terjadi di dalam masyarakat. Memberikan
analisi tentang sifat karakteristik penduduk secara demografi dalam
hubungannnya dengan masalah kesehatan dalam masyarakat. Juga
berperan dalam berbagai aspek kependudukan dan keluarga berencana,
serta digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan dan
menyusun perencanaan yang baik.
c. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan
Salah satu sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah,
mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah, serta penyusunan
rencana pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.
Bentuk pendekatan ini dapat digunakan oleh para perencana pelayanan
kesehatan, baik dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan kesehatan
yang bersifat umum maupun dengan sasaran yang khusus.
d. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Ocupational and environmental epidemiology merupakan salah satu
bagian epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis keadaan
kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan
kerja, baik yang bersifat fisik, kimia, biologis, maupun sosial budaya serta
kebiasaan hidup para pekerja. Kegunaannya adalah analisis tingkat
kesehatan para pekerja juga untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja
serta penyakit akibat kerja (PAK).
e. Epidemiologi kesehatan jiwa
Salah satu pendekatan dan analisi masalah gangguan jiwa dalam
masyarakat, baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk
tertentu, maupun analisis berbagai faktor yang memengaruhi timbulnya
gangguan jiwa dalam masyarakat.
f. Epidemiologi gizi
Banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat, di mana
masalah ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut
pola hidup masyarakat. Pendekatan ini bertujuan untuk menganalisis
faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyrakat,
baik yang bersifat biologis maupun yang berkaitan dengan masalah sosial.
3. Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan
dimanfaatkan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah tersebut.

Sumber :

o C. Nurul, Iqbal Wahit M. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Jakarta. Salemba


Medika.
o Wahyudi Rajab, M.epid. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta:EGC
4. PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM KESEHATAN

Oleh : Hasdian noor

Epidemiologi diharapkan dapat berperan dalam pembangunan kesehatan


masyarakat secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan melalui kemampuan
epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan factor penyebab masalah kesehatan
dengan mengarahkan intervensi yang diperlukan. Berikut ini adalah peranan
epidemiolgi.

1. Dalam bidang kesehatan masyarakat,epidemiologi mempunyai tiga fungsi.


a. Menerapkan besarnya dan gangguan kesehatan ( termasuk penyakit )
serta penyebarannya pada suatu penduduk tertentu.
b. Menyiapkan data atau informasi yang esensial untuk keperluan
perencanaan,pelaksanaan program,serta evaluasi berbagai pelayanan
( kesehatan ) pada masyarakat,baik yang bersifat pencegahan,
penanggulangan penyakit,maupun bentuk lain menentuka skala prioritas
terhadap kegiatan.
c. Mengidentifikasi berbagai factor yang menjadi penyebab masalah atau
factor yang berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.
2. Empat peranan utama epidemiologi menurut WHO (1977) adalah sebagai
berikut.
a. Mencari kuasa,yaitu fakto-faktor yang memangaruhi derajat kesehatan
dan yang menyebabkan terjadinya penyakit.
b. Riwayat alamiah penyakit,yaitu berlangsungnya penyakit,bisa sangat
mendadak (emergency),akut,sub-akut,dan kronis.
c. Deskripsi status kesehatan masyarakat,yaitu menggambarkan proposi
menurut status kesehatan,perubahan menurut waktu,usia,dan
sebagainya.
d. Evaluasi hasil intervensi,yaitu menilai bagaimana keberhasilan berbagai
intervensi seperti promosi kesehatan,upaya pencegahan,dan pelayanan
kesehatan.
3. 7 (tujuh) peran utam epidemiologi menurut Vanalis B. (1999) dalam bukunya
epidemiology in heal care.
a. Menginvestigasi penyebab dari suatu penyakit.
b. Mengidentifikasi factor resiko penyakit.
c. Identifikasi sindrom (kumpulan gejala penyakit) dan klasifikasi penyakit.
d. Melakukan diagnosis binding (differential diagnosys) dan perencanaan
pengobatan.
e. Kepentingan surveilen status kesehatan penduduk
f. Sebagai diagnosis komunitas dan perencanaan pelayanan kesehatan.
g. Evaluasi pelayanan kesehatan dan intervensi kesehatan masyarakat.
4. Dari kemampuan epidemiologi
Mengetahui distribusi,fakto-faktor penyebab masalah kesehatan,dan
mengarahkan intervensi yang diperlukan. Epidemiologi diharapkan
mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat di antaranya
adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan utama yang sedang dihadapi oleh
masyarakat.
b. Mengidentifikasi fakto-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit
atau masalah kesehatan utama masyarakat.
c. Menyediakan data untuk keperluan perencanaan kesehatan dan
pengambilan keputusan (decision making).
d. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang
sedang atau telah dilakukan.
e. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu
penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.
f. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi maslah
yang perlu dipecahkan.
5. Epidemiologi dengan disiplin ilmu lainnya
Dunia ilmu pengetahuan secara garis besar terdiri atas ilmu social
(sosiologi), ilmu kesehatan (public health), dan ilmu kedokteran (medicine).
Masing-masing ilmu berkembang dari waktu ke waktu, sehingga lama
kelamaan batas masing-masing ilmu semakin tidak jelas dan sebaliknya
hubungan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya semakin erat. Epidemiologi
pada dasarnya bernaungnya dibawah dunia kesehatan sebagai salah satu
cabang ilmu kesehatan masyarakat.
Dalam epidemiologi dipelajari distribusi penyakit faktor-faktor yang
mempengarauhinya. Dalam hal ini,epidemiologi tidak dapat berdiri sendiri
karena timbulnya penyakit berhubungan dengan faktor-faktor yang ada
dalam penjamu (host), agent,dan lingkungan (environment). Sehingga dari
uraian ini dapat dipahami bahwa epidemiologi tidak dapat melepaskan diri
dengan bidang ilmu lainnya. Dalam bidang kedokteran,epidemiologi
berhubungan erat dengan mikrobiologi,parasitology,patologi,virology,dan
ilmu laboratorium preklinik lainnya. Tidak terkecuali hubungan dengan ilmu-
ilmu penyakit/klinik seperti ilmu penyakit dalam,ilmu bedah,dan sebagainya.
Epidemiologi sebagai suatu metode ilmiah berperan dalam penelitian,
sehingga tidak dapat melepaskan diri dalam kaitannya dengan statistic dan
matematika. Guna menganalisis masalah-masalah yang berkaitan dengan
penerapan strategi pencegahan dan pemberantasan penyakit,epidemiologi
memerlukan masukan dari ilmu-ilmu social,misalnya antropologi dan ilmu
ekonomi. Dengan demikian,tampak bahwa sebagai ilmu yang berkembang
epidemiologi sangat terbuka untuk menerima masukan dari disiplin ilmu
lainnya. Bahkan dalam aplikasinya epidemiologi merasa lebih sempurna bila
bersama ilmu lainnya. Sebagai contoh penerapan epideniologi di klinik
dikenal adanya epidemiologi klinik. Dengan epidemiologi klinik,tampak
epidemiologi turut berkembang kemampuan metodologinya dengan
mendapat masukan dari berbagai ilmu klinik dalam dunia kedokteran.
Sebagai gambarannyan dapat dilihat pada table.7.11.
Table 7.11. Perbandingan Hubungan Epidemiologi dengan Klinik
Epidemiologi Klinik

Taret: Populasi Target: Individu

1. Pengkajian (assessment) 1. Diagnosis


2. Pencegahan (preventif) 2. Pengobatan
3. Perencanaan (planning) 3. Perawatan
4. Penilaian (evaluation) 4. Pelayanan
Sumber: Vanalis, Beaglehole, Epidemiology in health care WHO, 1993

Sumber :

Ryadi, A.L. Slamet. 2011. Dasar-dasar Epidemiologi. Jakarta : Salemba Medika


5. STRATEGI MENGENAL ANALISA MASALAH BERDASARKAN KONSEP
EPIDEMIOLOGI

Oleh : Indrayadi

Strategi mengenal analisa masalah kesehatan berdasarkan prinsip atau


konsep epidemiologi sebagai berikut mempelajari masalah kesehatan pada
sekelompok manusia atau masyarakat , banyaknya masalah kesehatan yang
ditemukan pada sekelompok manusia yang dinyatakan dengan angka frekuensi
mutlak (absolut) atau relative ,banyaknya masalah kesehatan diperinci menurut
keadaan tertentu ,diantaranya keadaan waktu, tempat, orang yang mengalami
masalah kesehatan ,melakukan rangkaian kegiatan tertentu (riset) yang dilakukan
untuk mengkaji masalah kesehatan sehingga diperoleh kejelasan dari masalah
tersebut.

Sumber :

o C. Nurul, Iqbal Wahit M. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Jakarta. Salemba


Medika.
6. HUBUNGAN SEBAB AKIBAT POLA PENYAKIT, DENGAN WAKTU, TEMPAT
DAN LINGKUNGAN.

Oleh : Issa Ina Jarini

Tanpa pemahaman tentang berbagai konsep penyakit, kita tidak mempunyai


dasar pemikiran yang kuat untuk mendeteksi serta mengenal setiap perbedaan yang
ditentukan pada pelayanan kesehatan pada masa kini. Kesenjangan antara konsep
penyakit yang dianut oleh petugas kesehatan dan yang dianut oleh masyarakat
sering menyebabkan gagalnya upaya meningkatkan kesehatan di masyarakat.

Pada petugas kesehatan, sering memiliki harapan yang lebih pada


masyarakat untuk memahami konsep penyakit tanpa sedikitpun memahami konsep
yag ada dalam msyarakat sekitarnya. Sikap yang apriori dan perbedaan pandang
yang tajam tentang pengobatan alternatif sangat banyak dijumpai saat ini. Hal ini
membuktikan ketidak pahaman tentang konsep penyakit di masyarakat.

Konsep tentang penyakit dipengaruhi oleh budaya, tingkat perkembangan


ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pada masyarakat primitif yang masih awam dari
pengaruh ilmu pengetahuan, konsep penyakt tidak dapat dijelaskan secara rasional.
Berbeda dengan masyarakat sekarang ini yang sangat dipengaruhi oleh era
komunikasi global yang lebihbanyakmengenal konsep penyakit secara umum tetapi
tidak mendetail.

Perkembangan konsep timbulnya penyakit lebih banyak dipengaruhi oleh


kekuatan nalar manusia pada zaman ia hidup. Kekuatan manusia adalah pada
kemampuan nalarnya yang tinggi dalam emecahkan berbagai misteri dalam alam
semesta untuk kemudian mengendalikanya. Tanpa nalar manusia terbukti akan
memposisikan dirinya sebagai manusia yang lemah, tidak berdaya dan akhirnya
kalah. Dalam membahas timbulnya penyakit, tidak terlepas dengan adanya kosep
sehat-sakit karena kedua konsep ini berkaitan erat dengan epidemiologi dalam hal
pencegahan dan pemberantasan penyakit. Sebelum membahas megenai konsep
penyebab penyakit, kita mengenal lebih dahulu apa yang disebut dengan penyakit,
bagaimana seseorang dapat sakit, dan dampak yang dapat timbul dengan adanya
penyakit tersebut.
Penyakit/sakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk
bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan
pada fungsi atau struktur organ atau sistem tubuh.
Penyakit/sakit adalah suatu keadaan terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi
tubuh sehingga berada dalam keadaan tidak normal. Dari definisi ini dapat
disimpulkan bahwa penyakit/sakit berbeda dengan rasa sakit.

Penyakit
Positif Negatif
Rasa Sakit Positif Kasus klasik Psikosomatis
Negatif kasus kesehatan Sehat
masyarakat
Gambar: Perbedaan sakit & penyakit dalam masalah kesehatan masyarakat.

Penyakit adalah keadaan yang bersifat objektif dan rasa sakit bersifat
subjektif.
Kasus klasik adalah apabila rasa sakit atau masalah dirasakan ada dan memang
ada penyakitnya. Psikosomatik adalah apabila rasa sakitnya ada namun dari
pemeriksaan dan analisis tidak ditemukan penyakit. Masalah kesehatan masyarakat
adalah rasa sakit dan masalahnya tidak dirasakan/diketahui masyarakat pada saat
itu, namun menurut pandangan kesehatan masalahnya/penyakitnya ada. Sehat,
menurut gambar diatas adalah rasa sakit ataupenyakit tidak ada.

Kajian utama epidemiologi adalah hubungan kasus klasik dengan masalah


kesehatan masyarakat, karena epidemiolog tidak mempelajari tentang rasa sakit
tetapi mempelajari tentang penyakit. Jadi penyebab penyakit adalah kejadian,
kondisi, sifat ataupun kombinasi dari faktor-faktor tersebut di atas yang berperan
penting dalam kejadian penyakit.

Pemahaman tentang konsep penyebab timbulnya penyakit perlu dimiliki untuk


dapat menjelaskan bagaimana mekanisme terjadinya dan penyebarannya. Banyak
model konsep penyebab penyakit yang dikembangkan oleh para ahli, dari zaman
generasi pertama Hippocrates dengan konsep “Airs,Waters and Places”. Galen
dengan konsep “Experimental Medicine”, dan Hieronymous Fracastorius (1478-
1553) dan Igmatz Semmelweis (1818-1865) dengan konsep “Contagion Germ”.
Menjelang akhir abad ke-19, para pakar mengklasifikasi penyebab timbulnya
penyakit menjadi dua yaitu singel causation (penyebab tunggal)

Faktor X Penyakit Y

Gambar : timbulnya penyakit singel causation (penyakit tunggal) menurut model determinasi
murni. Model ini memperlihatkan bahwa faktor X akan menyebabkan penyakit Y.

dan multiple causation ( penyebab majemuk ). Pemikiran para ahli pada waktu itu
menuntut bahwa tiap penyakit harus dapat ditemukan penyebabnya (kuman) yang
spesifik untuk penyakit yang diderita seseorang. Para ahli yang perintis teori kuman
(bakteriologi) seperti Robert Koch atau Louis Pasteur mulai mengidentifikasi jenis
kuman untuk tiap jenis penyakit menular. Konsep penyebab tunggal ini sempat
berlangsung lama sampai seseorang mulai menyadari bahwa berkembangnya
penyakit tidak dapat dijelaskan hanya dengan mengenali jenis penyebabnya saja
yang spesifik.

MODEL PENYEBAB PENYAKIT

Tokoh yang paling berperan dalam model ini adalah Robert Koch yang
berhasil menemukan basil Tuberculosis sebagai penyebab penyakit tuberkulosa
sehingga terkenal dengan Postulat Henle Koch. Postulat ini menyatakan bahwa
suatu agent (bibit penyakit) dapat menyebabkan penyakit apabila memenuhi 4
syarat :

1. Kuman harus ada pada setiap kasus dan dibuktikan melalui kultur (faktor
yang diperlukan)
2. Kuman tersebut tidak ditemukan pada kasus-kasus yang disebabkan oleh
penyakit lain (suffccient factor).
3. Kuman harus dapat menimbulkan penyakit yang sama pada binatang
percobaan, atau dari binatang percobaan dapat ditemukan kuman yan
dimaksud (spesifitas efek).
Host (penjamu)

Agent Environment
(Penyebab (lingkungan)
Lingkungan) (
l
Gambar: segitiga epidemiologi i
n
g
4. Adanya faktor yang berkontribusi dan berperan dalam timbulnya penyakit, k
u
misalnya kondisi umum, daya tahan, dan lain-lain (faktor kontributor). n
g
a
Melihat perkembangan penyakit pada masanya, ternyata konsep penyebab
n
tunggal mulai ditinggalkan. Alasannya, orang mulai menyadari bahwa )

berkembangnya peyakit tidak dapat dijelaskan hanya dengan mengenali jenis


kumannya saja, namun diperlukan faktor lain yang turut memengaruhi sehingga
dikenal konsep/model penyebab majemuk. Berikut ini ditampilakan beberapa model
multiple causation (penyebab majemuk) yang merupakan model yang sering
digunakan dalam melihat terjadinya penyebab penyakit.

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan pada satu


komponen akan mengubah keseimbangan ketiga komponen. Dari hasil interaksi
antara tiga faktor host, agent, dan environmet itu penyakit berpeluang untuk terjadi
dan kemudian berkembang dan menyebar. Model ini cocok untuk menerangkan
penyakit infeksi.

Model jaringan sebab-akibat (web of causation) menjelaskan baha penyebab


penyakit terdiri dari berbagai faktor yang majemuk, faktor atau komponen tersebut
saling terkait dan membentuk jaringa sebab-akibat yang cukup rumit.

Faktor
Faktor
Faktor
Faktor Faktor
Faktor
Faktor Faktor Penya
Faktor Faktor kit
Faktor Faktor
Faktor
Faktor
Gambar: sebab akibat pada penyebab penyakit majemuk.
1
Keterangan :
4
1. Lingkungan sosial
5
2. Lingkungan Bologis
2
3. Lingkungan fisik
3 4. Host (manusia)
5. bvyfInti Genetik.

Gambar : Penyebab penyakit menurut model roda.

Dari gambar diatas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu penyakit tidak
tergantug pada suatu sebab yang berdiri sendiri melainkan akibat dari proses sebab-
akibat. Dengan demikian timbulnya penyakit dapat dicegah dengan memotong rantai
tersebut. Model ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oeleh perilaku
dan gaya hidup individu.

Model roda menggambarkan hubugan manusia dan lingkungannya sebagai


roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian
intinya dan faktor lingkungan biologi, sosial, fisik yang mengelilingi host (manusia).
Ukuran komponen roda bersifat relatif, bergantung pada problem spesifik dari
penyait.

Dalam model roda diperlukan pengkajian dari berbagai faktor yang berperan
dalam timbulnya penyakit dengan tidak menekankan pada pentingnya agent sebagai
penyebab penyakit. Model ini mementingkan adanya hubungan antara manusia dan
lingkungan hidupnya. Besarnya pera dari masing-masing lingkungan sangat
bergantung pada penyakit. Misalnya, faktor lingkungan sosial sangat berperan
dalam menyebabkan stes mental / kejiwaan manusia; faktor lingkungan biologis
berperan menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh agent; dan faktor genetik
berperan besar menimbulkan penyakit keturunan.

Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi yang diteukan oleh


Gordon dan La Richt (1950), menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit
pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu host, agent, dan environment.
Gorden berpendapat bahwa:
1) Penyakit timbul karena ketidak seimbangan antara agent (penyebab) dan
manusia (host)
2) Keadaan keseimbanagn bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent
dan host (baik individu/kelompok)
3) Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi
tersebut akan berhubungan langsug pada keadaan alami dari lingkungan
(lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis)

Penjamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusi yang dapat
memengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Host erat hubungannya dengan
manusia sebagai makhluk biologis dan manusia sebagai makhluk sosial sehingga
manusia dalam hidupnya mempunyai dua keadaan dalam timbulnya penyakit yaitu
manusia kemungkinan terpajan da kemungkinan rentan/resisten.

Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses kejadian penyakit pada


penjamu adalah:

HOST AGENT

ENVIRONMENT

Gambar : skema tahap prapatogenesis yang menggambarkan hubungan seimbang, pada tahap ini
host dalam keadaan sehat.

A
A
H
H
A H
E E E
( 1. ) ( 2. ) (3)

Gambar : Skema tahap potogenesia

1. Faktor keturunan. Ada beberapa penyakit keturunan yang dapat ditularkan


dari kedua orang tuanya (mis, penyakit asma, diabetes melitus).
2. Mekanisme kekebalan tubuh/imunitas. Daya tahan tubuh seseorang tidak
sama, namun faktor imunitas sangat berperan penting dalam proses kejadian
penyakit pada seseorang dan sebaliknya apabila host mempunyai imunitas
akan terhindar dari penyakit. Imunitas terbagi atas.
a. Imunitas alamniah (tanpa intervensi)
 Aktif alamiah yang bertahan lama dan membentuk antibodi (misal, air
susu ibu untuk bayinya)
 Pasif alamiah pada bayi yang hilang setelah 4 bulan, tidak bertahan
lama (misal, pemberian toksid kepada ibu akan berdampak pada bayi
yang lahir)
b. Imunitas didapat (dengan intervensi)
 Aktif didapat yang dibuat pejamu setelah imunisasi.
 Pasif didapat yang bertahan 4-5 minggu ( ATS dan ABU ).
c. Herd immunity ( kekebalan kelompok ) yang berpengaruh dalam
timbulnya penyakit pada suatu kelompok di suatu populasi. Orang
yang tekena varisela aka mempunyai kekebalan terhadap varisela.
3. Usia. Terdapat penyakit pada usia tertentu (misal, penyakit difteri atau
campak akan menyerang anak-anak balita).
4. Jenis kelamin. Terdapat penyakit yang menyerang jenis kelamin tertentu (
misal, kenker prostat yang dialami oleh pria dan kanker serviks yang dialami
wanita)
5. Ras (perbedaan cara, nilai sosial, dan faktor genetika)
6. Sosial-ekonomi (cara hidup, tingkat pendidikan, dan ekonomi)
7. Status perkawinan (mortalitas berkaitan denga status perkawinan)
8. Penyakit terdahulu. Penyakit kronis lebih rentan terhadap suatu infeksi.
9. Gaya hidup berhubungan dengan sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, ras,
atau golongan etnis.
10. Hereditas (berkaitan dengan ras)
11. Nutrisi (sistem pertahanan tubuh secara umum)

Bibit penyakit (agent) adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya


atau ketidakberdayaannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat menimbulkan
penyakit atau mempengauhi perjalanan suatu penyakit. Macamnya berupa golongan
biotis (unsur hidup) dan golongan a-biotis (unsur mati). Golongan biotis terdiri dari :

a. Mikroorganisme (virus, bakteri, dan riketsia)


b. Non-mikroorganisme (prtozoa, metazoa/cacing)
c. Tumbuhan (fungsi atau jamur)
Penyakit yang ditimbulkan oleh kelompok biotis ini disebut dengan penyakit
infeksi yang sifatnya menular dan tidak menular. Golongan a-biotis terdiri dari :

a. Golongan kimiawi (pestisida, bahan pengawet makanan, obat-obatan, limbah


industri)
b. Golongan fisik (panas, sinar, radiasi, suara, getaran, objek yang bergerak
cepat)
c. Golongan mekanik (kecelakaan lalu-lintas, pukulan)
d. Golongan nutrien (karbohidrat, protein, lemak) yang apabila manusia
mengalami kekurangan atau kelebihan akan mengakibatkan penyakit.

Sifat bibit penyakit yang dapat menularkan penyakit infeksi(menular dan tidak
menular) dikenali ada empat macam, yaitu :

1. Patogenesis adalah kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi


pada penjamu sehingga menimbulkan penyakit pada penjamu. Jika
kemampuan ini tidak dimiliki disebut dengan a-patogen.
2. Virulensi adalah suatu tingkat / derajat keganasan suatu kuman. Jika
kerusakan yang ditimbulkannya hebat/ganas maka golongan bibit penyakit
tersebut disebut virulen.
3. Antigenesitas adalah kemampuan suatu bibit penyakit untuk merangsang
timbulnya mekanisme pertahanan tubuh (antigen/antibodi) pada diri penjamu.
Misalnya, pada saat kontak dengan penderita hepatitis.
4. Infektivitas adalah kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi/menyebar
dan penyesuaian diri pada pejamu, hidup, dan berkembang biak dalam tubuh
penjamu (misal, penderita HIV)

Masuknya agent (bibit penyakit) yang dapat menimbulkan penyakit pada host
(manusia) melalui beberapa macam jalur penularan sebagai berikut.

a. Inhalasi yaitu masuknya agent dengan perantara udara (air borne


transmission). Misalnya, terhirup zat-zat kimia berupa gas, uap, debu,
mineral, partikel (golongan a-biotik), atau kontak dengan penderita TB
(golongan biotik).
b. Ditelan yaitu masuknya agent melalui salular pencernaan dengan cara
memakan atau tertelan. Misalnya, minuman keras, obat-obatan, keracunan
logam berat.
c. Melalui kulit yaitu masuknya agent melalui kontak langsung dengan kulit.
Misalnya, keracunan oleh bahan kosmetika, tumbuh-tumbuhan, dan binatang.

Environment (lingkungan) adalah segala sesuatu yang berada di sekitar


manusia yang memengaruhi kehidupan da perkembangan manusia. Lingkungan
terbagi dalam tiga macam yaitu:

1. Lingkungan fisik adalah lingkungan yang berbeda di sekitar manusia yang


meliputi kondisi udara,musim, cuaca, kondisi geografi, dan geologinya yang
dapat memengaruhi kerentanan host. Ketinggian tertentu akan memengaruhi
jantung, kelembapan aka memengaruhi selaput lendir. Keadaan geografi
akan menentukan jenis vektor atau reservoar dari suatu penyakit, sedangkan
keadaan geologi akan memengaruhi ketersediaan air.
2. Lingkungan biologi, masih merupakn ligkungan yang berada di sekitar
manusia namun jenisnya berasal dari golongan biotis (hewan, tumbuhan, dan
mikroorganisme) tempat hidup yang paling sesuai dengan bibit penyakit
disebut dengan reservoar atau tempat agent tersebut dapat hidup di dalam
tubuh manusia dan binatang.
3. Lingkungan non-fisik adalah lingkungan sebagai akibat dari aksi manusia
yang meliputi sosial-budaya, norma, dan adat-istiadat. Sebagai contoh,
lingkungan sosial-ekonoi yang memengaruhi status kesehatn fisik dan mental
baik individu maupun kelompok, meliputi kepadatan, kehidupan sosial,
fasilitas olehraga, rekreasi, stratifikasi sosial, tingkat kejahatan, sistem
asuransi, bencana alam, perang, dan lain-lain.

Seseorang dapat menjadi sakit atau timbul penyakit apabila ia dengan


sengaja atau tidak sengaja mengadakan / terpajan pada penyebab penyakit. Proses
ini melalaui tahapan. Dalam proses ini terlibat enam komponen yang dapat
menimbulkan penyakit infeksi (menular dan tidak menular) :

1. Penyebab penyakit. Bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit disebut


patogen.
2. Reservoar dari agent penyebab adalah habitat normal tmpat agent penyakit
menular hdup, tubuh, dan berkembang biak ( habitat ini dapat berupa
manusia, hewan, atau lingkungan).
3. Cara keluarnya penyebab penyakit dari penjamu (melalui saluran napas,
sluran kemih, perencanaan, kulit, dan transplasental)
4. Cara penularan agent ke pejamu baru melalui metode kontak langsung dan
droplet (tetes ludah) dan metode tidak langsung yaitu melalui perantara
(misal, nyamuk)
5. Tempat masuk ke dalam pejamu umumnya sama antara tempat masuk dan
keluarnya.
6. Kerentaan / kepekaan pejamu. Faktor imunitas, faktor ketahanan tubuh,
malnutrisi, dan sistem imunologi.

Epidemiologi Deskriptif Penyakit Bedasarkan Waktu, Tempat dan


Orang.
 Gambaran wabah berdasarkan waktu

Perjalanan wabah berdasarkan waktu digambarkan dengan grafik histogram


yang berbentuk kurva epidemi, gambaran ini membantu :

1. Memberi informasi sampai di mana proses wabah itu dan bagaimana


kemungkinan kelanjutannya.
2. Memperkirakan kapan pemasaran terjadi dan memusatkan penyelidikan pada
periode tersebut, bila telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya.
3. Menarik kesimpulan tentang pola kejadian,dengan demikian mengetahui
apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang atau campur
keduanya.

Kemungkinan periode p

emaparan dapat dilakukan denga :

1. Mencari masa inkubasi terpanjang, terpendek, da rata-rata.


2. Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur
satu masa inkubasi rata-rata.
3. Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi
terpendek.

Masa inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit


sampai timbulnya gejala pertama. Informasi tentang masa inkubasi bermanfaat bila
penyakit belum diketahui sehingga mempersempit diagnosa diferensial dan
memperkirakan periode pemaparan. Cara menghitug median masa inkubasi :

1. Susunan teratur (array) berdasarkan waktu kejadiannya.


2. Buat frekuensi kumulatifnya.
3. Tentukan posisi kasus paling tengah (median)
4. Tentukan kelas median.
5. Median masa inkubasi ditentukan dengan menghitung jarak antara waktu
pemaparan dan kasus median.

 Gambaran wabah berdasarkan tempat

Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik berbentuk


Spot map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/simbol tempat tertentu yang
menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis
kejadian namun mengakibatkan populasi ( tidak menggambarkan resiko )

 Gambaran wabah berdasarkan ciri orang

Variabel orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada


hubungannya dengan keterpajanan atau kerentanan terhadap suatu penyakit. Disini
akan diamati karakteristik yang ada pada individu yang merupakan subjek
pengamatan peneliti, sehingga kita akan mengetahui kesimpulan dari yang kita
amati tersebut. Misalnya karakteristik inang ( jamur, jenis kelamin, ras/suku, status
kesehatan ) atau berdasarkan pemaparan (pekerjaan, rekreasi, penggunaan obat-
obatan).

Sumber :

 C. Nurul, Iqbal Wahit M. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Jakarta.

Salemba Medika.
 Wahyudi Rajab, M.epid. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa

Kebidanan. Jakarta:EGC

7. KLASIFIKASI PENYAKIT

Oleh : Heffi

Menurut klasifikasi penyakit, maka kita dapat membedakan dalam


epidemiologi penyakit infeksi dan epidemiologi penyakit non-infeksi. Selanjutnya
masing-masing klasifikasi ini dapat dibagi kembali menurut berbagai sub-kriteria.

Dengan bergesernya pola penyakit infeksi kini ke arah non-infeksi, maka


strategi dan kebijaksanaan program penanggulangan penyakit dalam kondisi hari ini
maupun yang akan datang harus pula diubah disesuaikan dengan trend pola
penyebaran penyakit.

Epidemiologi penyakit infeksi dapat dibedakan kembali dalam epidemiologi


penyakit infeksi menular dan epidemiologi penyakit infeksi non-menular. Dengan
makin meningkatnya tingkat pencemaran di negara kita atau makin panjangnya usia
umur harapan hidup serta ketegangan dalam kehidupan sosial, maka morbiditas
maupun mortalitas penyakit non-infeksi makin meningkat pula.
Untuk memudahkan gambaran klasifikasi maka perhatikan visualisasi dalam
bagian 3 berikut ini

Klasifikasi penyakit

KLASIFIKASIPENYAKIT

P. INFEKSI ( I ) P.NON-INFEKSI (NI)

P.I MENULAR P.I. NON-MENULAR

Contoh : Contoh : - Nutritional disease

- Dipteri - Tetanus - Nutritional related

- Streptococcen - P. Metabolisme
- TBC
- Stafilococcen - P. Geriatri
- Typhus
- P. Alkoholisme
abdominalis
- P. Kecanduan Narkotik
-Hepatitis
- P. Karsinogenik
- Trauma Accidental

- P. Kardiovaskular
- P. Kejiwaan
Dengan makin majunya masyarakat secara sosial ( Stres)
dan ekonomi, maka gaya
- P. untuk
hidup masyarakat berubah makin tidak menguntungkan Karenameredam
Pencemaran
beberapa
jenis penyakit yang seyogianya dapat dengan mudah kita tiadakan dengan
kesadaran dan langkah-langkah kita. Sebagai contoh adalah penyakit-penyakit yang
tergolong dalam kelompok penyakit non-infeksi.
Menurutnya kualitas udara karena pencemaran di kemudian hari akan makin
bertambah. Bertambah justru karena makin melajunya pembangunan, baik lewat
industriaisasi maupun trasportasi karena meningkatnya mobilitas masyarakat
modern.

Sumber :

Ryadi, A.L. Slamet. 2011. Dasar-dasar Epidemiologi. Jakarta : Salemba Medika


8. TINGKAT PENCEGAHAN PENYAKIT

Oleh : Hendy Trisaputra

Salah satu teori Public Health yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya
penyakit dikenal dengan istilah 5 level of prevention against deseases.

Leavel dan Clark dalam bukunya Preventive medicine fot the Doctor in his
Community mengemukakan adanya tiga tingkatan dalam proses pencegahan
terhadap timbulnya sauatu penyakit. Kedua tingkatan utama tersebut meliputi hal-hal
sebagai berikut.

1. Fase sebelum sakit


Fase pre-pathogenesis dengan tingkat pencegahan yang disebut
pencegahan primer (primary prevention)
2. Fase selama proses sakit
Fase pathogenesis, terbagi dalam dua tingkatann pencegahan yang
disebut pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan
tersier (tertiary prevention).

Tabel 3.1
Lima tingkatan secara public health dalam pencegahan terhadap penyakit.
Fase Pre-Pathogenesis Fase Pathogenesis
Pencegahan
Pencegahan Primer sekunder Pencegahan Tersier

Promosi Perlindungan Diagnosis awal dan Pembatasan Rehabilitasi


Kesehatan umum & spesifik perawatan tepat waktu ketidakmampuan
(Health (General and (Early diagnosis and
promotion) specific protection) prompt treatment)
Pada masing-masing tingkat pencegahan dikemukakan beberapa dikemukakan
beberapa sifat kegiatan atau usaha-usaha pokok yang dapat dilakukan, yaitu pada
tingkat pencegahan primer dan sekunder.
Pencegahan Primer (Primary Prevention)
1. Dapat dilakukan promosi kesehatan di mana kegiatan-kegiatan sebagaimana
di bawah ini dapat dipersiapkan sebagai berikut.
a. Penyuluhan kesehatan yang intensif.
b. Perbaikan gizi dan penusunan pola menu gizi yang adekuat.
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap pertumbuhan balita khususnya,
anak-anak, dan remaja pada umumnya.
d. Perbaikan perumahan sehat.
e. Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan
pengembangan kesehatan mental maupun social.
f. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
g. Pengendalian terhadap factor lingkungan yang dapat memengaruhi
timbulnya suatu penyakit.
2. Perlindungan umum dan spesifik meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
a. Memberikan pengobtan kepada golongan yang rentan (vulnerable risk
groups).
b. Peningkatan hygiene perorangan dan perlindungan terhadap lingkungan
yang tidak menguntungkan.
c. Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan (pengembangan aspek
keamanan).
d. Perlindungan kerja (dalam rangka pengembangan occupational health)
e. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-
bahan racun mupun allergen.
f. Pengendalian sumber-sumber perncemaran.

Pada pencegahan primer ini kegiatan-kegiatan program yang berkaitan dengan


lingkup epidemiologi antara lain adalah 1 (c, d, dan g) serta 2 (a, b, d, e, dan f).

Pencegahan primer merupakan upaya terbaik karena dilakukan sebelum kita


jatuh sakit dan ini adalah sesuai dengan “konsep sehat” yang kini dianut dalam
kesehatan masyarakat modern.
Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)

Dalam tingkat pencegahan ini ada dua kegiatan pokok yang sangat dianjurkan untuk
diterapkan, yaitu Disability Limitation and Rehabilitation. Untuk disability limitation ini
dapat dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

1. Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar arah penyakit


tidak sebaliknya menjurus kepada stadium komplikasi.
2. Pencegahan terhadap komplikasi maupun cacat setelah sembuh.
3. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan
pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
4. Mengusahakan pengurangan beban-beban nonmedis (sosial) pada seorang
penderita untuk memungkinkan ia meneruskan pengobatan dan perawatan
diri.

Makin menjurus ke pencegahan tersier, upaya-upaya epidemiologis makin tidak lagi


dimungkinkan. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan terbaik untuk upaya-upaya
epidemiologis adalah pencegahan primer. Sementara itu, pada pencegahan
sekunder hanya dimungkinkan pada keadaan dini dari pathogenesis penyakit
tersebut. Pada keadaan lanjut, kita hanya mempunyai kesempatan kecil sekali untuk
dapat melakukan upaya-upaya epidemiologis.

Kegiatan lima tingkatan pencegahan penyakit meliputi :

1. Peningkatan kesehatan
a. Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan
b. Memberi nutrisi yang sesuai dengan standar
c. Meningkatkan kesehatan mental
d. Penyediaan perumahan yang sehat
e. Rekreasi yang cukup
f. Pekerjaan yang sesuai
g. Melakukan konseling perkawinan
h. Melaksanakan pemeriksaan berkala
2. Perlindungan umum dan khusus
a. Pemberian imunisasi
b. Kebersihan perorangan
c. Perlindungan sanitasi
d. Perlindungan kecelakaan
e. Perlindungan terhadap kecelakaan kerja
f. Penggunaan nutrisi khusus
g. Perlindungan terhadap bahan karsinogen
h. Menghindari zat-zat allergen.
3. Diagnosis dini dan pengobatan cepat dan tepat
a. Mencari kasus sedini mungkin
b. Pemeriksaan umum secara rutin
c. Survey selektif penyakit khusus
d. Meningkatkan keteraturan pengobatan
e. Mencari orang yang pernah berhubungan dengan penderita penyakit
menular.
f. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
4. Pembatasan ketidakmampuan
a. Penyempurnaan dan intensitas pengobatan lanjutan agar terarah dan
tidak menimbulkan komplikasi.
b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
c. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk pengobatan dan
perawatan yang intensif.
5. Rehabilitasi
a. Diperlukan sarana untuk pelatihan dn pendidikan di rumah sakit dan
tempat-tempat umum
b. Memanfaatkan dan memelihara sebaik-baiknya kapasitas yang tersisa
pada seseorang
c. Melakukan pendidikan dan penyuluhan pad masyarakat umum dan
industry
d. Menyediakan tempat perlindungan khusus.

Sumber :
Ryadi, A.L. Slamet. 2011. Dasar-dasar Epidemiologi. Jakarta : Salemba Medika

9. BERBAGAI STUDI DALAM EPIDEMIOLOGI

Oleh : Irvan Haryanto Wijaya

Jenis studi/riset kuantitatif dibagi menjadi studi deskriptif dan studi analitik. Studi
deskriptif terdiri dari :

1. Studi korelasi penyakit


2. Rangkaian berkala
3. Laporan kasus
4. Rangkaian kasus
5. Cross sectional ( studi potong lintang atau studi prevalens atau survey).

Studi analitik terdiri dari :


1. Studi observasi (kasus control, kohort, cross sectional)
2. Eksperimen/intervensi (uji klinik, quasi experiment, eksperimen murni)

Studi Epidemiologi Deskriptif


Definisi studi deskriptif adalah studi yang menggambarkan karakter umum
sebaran (distribusi) suatu penyakit, misalnya berhubungan dengan orang (siapa),
tempat (di mana), dan waktu (kapan).Selain itu, studi deskriptif adalah studi yang
memberi bukti untuk mengembangkan hipotesis.Manfaat dan kegunaannya adalah
memberi informasi untuk pelayanan kesehatan dan administrator bagi
pengalokasian sumber daya dan perencanaan program pencegahan dan
pendidikan.
Tujuan studi deskriptif dalam epidemiologi adalah :
1. Menggambarkan karakteristik distribusi dari berbagai penyakit/ masalah
kesehatan dari suatu kelompok populasi yang terkena.
2. Memperhitungkan besar dan pentingnya berbagai masalah kesehatan pada
kelompok populasi.
3. Mengidentifikasi kemungkinan determinan, masalah, dan factor risiko.
Macam studi deskriptif adalah laporan kasus, rangkaian kasus, dan studi
korelasi penyakit. Di bawah ini akan disajikan contoh dari tiap jenis tersebut.
 Laporan kasus dan rangkaian kasus
Banyak ahli menganggap laporan kasus bukan sebagai suatu
penelitian, karena dari bentuk laporan ini kita tidak mengetahui
hubungan sebab akibat karena dilakukan tanpa menggunakan
control.Tetapi merupakan dokumen berharga karena dapat
menggugah kita untuk waspada terhadap kemungkinan dan
mendorong kita untuk melakukan penelitian. Gambaran tentang
pengalaman menarik dari seorang pasien atau sekelompok pasien
dengan diagnosis yang sama akan memudahkan penyusunan suatu
kesimpulan sehingga pengenalan atas penyakit tersebut berguna bagi
penyusunan hipotesis.
Contoh 1.laporan kasus pada tahun 1961 tentang wanita berusia 40
tahun yang dalam premenopause menderita emboli paru 5 minggu
setelah mengkonsumsi pil konsentrasi. Dengan mempelajari kasus
tersebut kita dapat lebih waspada tentang penggunaan pil kontrasepsi
dan dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun hipotesis ketika
kita akan meneliti lebih lanjut.
Contoh 2.Laporan kasus padatahun 1980 tentang 5 pemuda
homoseksual yang sebelumnya sehat namun kemudian menderita
pneumocystic carinii di Los Angels.Ini pun membuat kita waspada dan
mencoba mencari jawaban dari contoh tersebut.

Studi Korelasi
Studi korelasi adalah studi yang menggunakan data dari suatu populasi
tertentu untuk membandingkan kelompok yang berbeda selama periode waktu
yang sama atau populasi yang sama tetapi untuk waktu yang berbeda. Studi ini
sangat berguna untuk merumuskan hipotesis.Contohnya, korelasi antara
konsumsi daging per kapita dan kanker usus besar atau korelasi antara asupan
(intake) garam dan hipertensi.Studi korelasi mengacu pada seluruh populasi,
sehingga tidak dapat menghubungkan antara pemajanan (exposure) dan
penyakit terhadap individu.
Studi Epidemiologi Analitik
Studi epidemiologi analitik adalah studi yang menekankan pada pencarian
jawaban tentang penyebab terjadinya masalah kesehatan (determinan),
besarnya masalah/kejadian (frekuensi). Dan penyebaran serta munculnya
masalah kesehatan (distribusi) dengan tujuan menentukan hubungan sebab
akibat antara factor resiko dan penyakit. Secara strategis studi ini dibagi atas dua
desain utama yaitu observasi dan studi intervensi/eksperimen. Studi observasi
terdiri dari rancangan cross sectional, kohort, dan kasus control.

Rancangan Cross Sectional


Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan epidemiologi yang
mempelajari hubungan penyakit dan factor penyebab yang mempengaruhi
penyakit tersebut secara serentak pada individu atau kelompok pada satu
kejadian menggunakan kamera foto. Ciri khas rancangan cross sectional :
1. Peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada saat
tertentu.
2. Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua factor baik
pemajanan (exposure) maupun penyakit yang dinilai pada waktu yang
sama. Variabelnya bebas dan terikat yang dikumpulkan dalam waktu yang
sama.
3. Hanya menggambarkan hubungan asosiasi bukan sebab-akibat.
4. Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti tidak melakukan
tindak lanjut terhadapp pengukuran yang dilakukan.
5. Desain ini dapat digunakan

Keterbatasan dari studi ini adalah kerancuan hubungan waktu antara


pemajanan dan penyakit.Kelebihannya :

1. Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum.


2. Relative mudah, murah, dan hasil cepat diperoleh.
3. Dapat meneliti banyak variabel.
4. Subjek jarang droup out.
5. Dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya

Kekurangannya :

1. Sulit menentukan hubungan sebab-akibat.


2. Jumlah subjek cukup mahal.
3. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit.
4. Tidak praktis untuk kasus yang jarang.

Rancangan Kasus Kontrol


Adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara
penyebab suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan
kelompok kasus dan kelompok control berdasarkan status penyebab
penyakitnya.
Ciri rancangan kasusu control :
1. Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau tidak
(control) suatu kasus yang ingin diamati kemudian proporsi pemajanan
dari kedua kelompok tersebut dibandingkan.
2. Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingin diketahui variabel bebas
(penyebab).
3. Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama.
4. Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek (subjek
[kasus] yang telah terkena penyakit) sedangkan variabel bebasnya dicari
secara retrospektif.
5. Untuk control, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan karakteristik
yang sama dengan kasus.
6. Bedanya kelompok control tidak menderita penyakit yang akan diteliti.

Terpajan (exposed)
Kasus individu dengan
penyakit

Tidak (Non-exposed)

Terpajan (exposed)
Control individu tanpa
penyakit
Tidak (Non-exposed)

Dari gambar di atas dapat diambil langkah-langkah yang harus diperhatikan


dalam menggunakan rangcangan ini, yaitu :
1. Pilih satu kelompok dari kasus.
2. Pilih satu kelompok control yang tepat.
3. “melihat” ke belakang apakah terdapat pemajanan pada masing-masing
kelompok.
Ketepatan pemilihan kasus dan control merupakan hal terpenting dalam studi
ini. Oleh karena itu, kasus harus benar-benar mewakili variabel yang akan diteliti.
Control tidak boleh dipilih atas dasar keterpajanan variabel yang diteliti dan harus
sama dengan kasus kecuali mereka tidak menderita penyakit yang akan diteliti.
Nilai untuk hasil hubungan tersebut dikenal dengan odd ratio (OR) yang
merupakan estimasi dari risiko relative (RR) pada studi kasus control. OR adalah
suatu rasio odds pemajanan dari kelompok kasus dengan odds pemajanan dari
kelompok control, yang menggambarkan besarnya kemungkinan
berkembangnya penyakit pada kelompok yang terpajan relative dibandingkan
yang tidak terpajan.
Kelebihan rancangan ini adalah :
1. Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus yang jarang atau yang
masa latennya pajang.
2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
3. Biaya yang dibutuhkan relative sedikit.
4. Subjek penelitian sedikit.
Kekurangannya :
1. Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh.
2. Sukar untuk meyakinkan dua kelompok tersebut sebanding.
3. Tidak dapat dipakai lebih dari satu variabel dependen.

Rancangan Kohort
Rancangan kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari
hubungan antara penyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan
membandingkan kelompok terpajan dan kelompok yang tidak terpajan
berdasarkan status penyakitnya.
Ciri khas dari rancangan kohort :
1. berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara yang
berbaris maju ke depan.
2. Subjek dibagi berdasarkan ada atau tidaknya pemajan factor tertentu dan
kemudian diikuti dalam periode waktu tertentu untuk menentukan
munculnya penyakit pada tiap kelompok.
3. Digunakan untuk mempelajari dinamika kolerasi antara factor risiko dan
efek.
4. Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau efek diikuti
secara prospektif.
5. Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui variabel
terikat (akibat).
6. Dapat dilakukan secara prospektif atau retrospektif.
Langkah-langkahnya :
1. Tentukan satu kelompok orang yang terpajan.
2. Tentukan kelompok lainnya orang yang tidak terpajan.
3. Amati kedua kelompok, apakah mereka menjadi sakit atau tidak.
Terdapat dua jenis studi kohort yaitu kohort prospektif dan studi kohort
retrospektif. Kelebihan rancangan kohort adalah :
1. Merupak desain terbaik dalam menentukan insiden dan perjalanan
penyakit atau efek yang diteliti.
2. Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara factor
risiko dengan efek secara temporal.
3. Dapat meneliti beberapa efek sekaligus.
4. Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang.
5. Dapat meneliti multiple efek dari satu pemajan.
6. Dapat menetapkan hubungan temporal.
7. Mendapatkan incidence rate.
Sakit (disease)

Terpajan (exposed)

Tidak sakit (non-


disease)

Sakit (disease)

Tidak terpajan
(Non-exposed) Tidak sakit (non-
disease)

Kekurangannya adalah :
1. Memerlukan waktu yang lama.
2. Sarana dan biaya yang mahal.
3. Rumit.
4. Kurang efesien untuk kasus yang jarang.
5. Terancam droup out mengganggu analisis.
6. Menimbulkan masalah etika.

Rancangan Studi Eksperimen


Rancangan studi eksperimen atau intervensi adalah jenis penelitian yang
dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam rangka korelasi sebab akibat.
Menurut Bhisma Murti, rancangan studi ini digunakan ketika penelitian atau
orang lain dengan sengaja memperlakukan sebagai tingkat variabel independent
kepada subjek penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh variabel
independent tersebut terhadap variabel dependent.
Berdasarkan pengertian tersebut studi eksperimen (studi perlakuan atau
intervensi dari situasi penelitian) terbagi dalam dua macam yaitu rancangan
eksperimen murni dan quasi eksperimen.
Eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang memperlakukan dan
memanipulasi subjek penelitian dengan control secara ketat. Dengan kata lain
penelitian eksperimen murni mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang ditelitinya
(memanipulasi suatu variabel)
2. Ada randominasi, yaitu penunjukkan subjek penelitian secara acak untuk
mendapatkan salah satu dri berbagai tingkat factor penelitian.
3. Semua variabel tterkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol hamper
semua pengaruh factor penelitian terhadap variabel hasil yang diteliti.
Quasi eksperimen (eksperimen semu) adalah eksperimen yang dalam
mengontrol situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan
tertentu dan/atau penunjukan subjek penelitian secara tidak acak untuk
mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat factor penelitian. Ciri dari quasi
eksperimen adalah :
1. Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan subjek penelitian secara
tidak acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat factor
penelitian. Hal ini disebabkan karena ketika pengalokasian factor
penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak
praktis menggunakan randominasi.
2. Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan pengalokasian
factor penelitiian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis,
atau tidak praktis menggunakan randominasi sehingga sulit mengontrol
variabel secara ketat.
Perbedaan studi deskriptif dan analitik :
Deskriptif
1. Pemaparan data tentang mortalitas dan morbiditas penyakit dan data kondisi
kesehatan lainnya.
2. Pemaparan data dalam bentuk tabulasi dan tesusun secara statistik.
3. Kompilasi data tabulasi menurut berbagai variabel :
 Man (group of men)
 Place
 time
4. Mengadakan analisis tabulasi tanpa uji inferensial dan tanpa membahas
hubungan sebab akibat

Analitik

1. Idem, meliputi keseluruhan data karakteristik deskriptif, ditambah karakteristik


analitik pad butir-butir berikut.
2. Mengadakan berbagai penelitian menurut metode epidemiologi seperti kohort,
case control, screening test, dan lain-lain.
3. Mengadakan analisis dan uji inferensial dari data yang diteliti.
4. Melakukan analisis untuk mencari korelasi sebab-akibat.
5. Mengembangkan pengetahuan dan prosedur penanganan masalah letupan
dan endemisitas penyakit dengan cara-cara yang baru dan lebih operasional.

Sumber :

Ryadi, A.L Slamet dan Wijayanti, T. 2011. Dasar-Dasar Epidemiologi.Jakarta :


Medika Salemba.

http://books.google.co.id/books?id=DrTEvxpXLWMC&pg=PA44&dq=macam+
studi+epidemiologi&hl=en&sa=X&ei=oFwTUcvEMIjLrQeN84GoDA&redir_esc
=y#v=onepage&q=macam%20studi%20epidemiologi&f=false
10. STUDI DESKRIFTIF

Oleh : Leonardo Imanuel Samson

1. Study deskriftif adalah alat untuk menemukan makna makna baru , menjelaskan
sebuah kondisi keberadaan ,menentukan frekuensi kemunculan sesuatu,dan
mengkategorikan informasi.

2. Tujuan study deskriptif adalah :

a. Untuk mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat factual


adakalanya penelitian dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau uraian
semata mata dari suatu fenomena ,tidak mencari hubungan antar variable
,menguji hipotesis atau membuat ramalan.

b. Untuk mencari informasi factual dan di lakukan secara mendetail

c. Mengidentifikasi masalah masalah atau untuk mendapatkan jastifikasi keadaan


dan praktik praktik yang sedang berlangsung

d. Mendeskripsikan tentang subjek yang di kelola oleh kelompok orang tertentu


dalam waktu yang bersamaan.

3. Langkah langkah umum penelitian deskiptif :

a. Mengidentifikasi masalah,

b. Mengidentifikasi secara spesifik

c. Merumuskan rancangan atau desain pendekatan

d. Mengumpulkan dan menganalisis data,

e. Menyusn laporan penelitian.

4. ruang lingkup studi deskriptif

a. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek

b. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia


c. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah dalam
merumuskan timbulnya suatu masalah

Sumber :

Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Jakarta :


EGC
11. UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI

Oleh : Maretha Vistaria

Dalam epidemiologi, ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas


dan mortalitas adalah rasio, proporsi, dan angka.

1. Rasio
Rasio merupakan nilai relative yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai
kuantitatif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut.misalnya
sebuah nilai kuantitatif A dan nilai kuantitatif lain adalah B, maka rasio kedua
nilai tersebut adalah A/B. contoh, pada suatu kejadian luar biasa keracunan
makanan terdapat 32 orang penderita dan 12 diantaranya dalah anak-anak,
rasio anak terhadap orang dewasa adalah :
12/20 = 0.6
2. Proporsi
Proporsi adalah perbandingan dua kali kuantitatif yang pembilangannya
merupakan bagian dari penyebut. Pada proporsi, perbandingan menjadi:
A/(A+B). Pada contoh diatas proporsi menjadi :
12/(12+20) = 0.375
Bila proporsi dikalikan 100 disebut persen (%) sehingga presentase pada
contoh diatas menjadi 37,5 %.
3. Angka
Angka merupakan proporsidalam bentuk khusus perbandingan antara
pembilang dan penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu. Insidensi
merupakan kasus baru suatu penyakit yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Ini merupakan cara terbaik untuk mementukan risiko timbulnya penyakit.
a. Angka Insidensi
Batasan untuk angka insidensi ialah proporsi kelompok individu yg terdapat
dalam penduduk suatu wilayah atau Negara yang semula tidak sakit dan
menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi
tersebut adalah kasus baru. Rumusnya adalah sebagai berikut.
p = (d/n)xk
p = estimasi
d = jumlah kasus baru
n = jumlah individu yang awalnya tidak sakit
k = konstanta
Atau jumlah kejadian dalam kurun waktu tertentu dibagi penduduk yang
mempunyai risiko (population ot risk) terhadap kejadian tersebut dalam
kurun waktu tertentu dikalikan dengan konstanta “k”.
Jumlah kejadian dalam waktu tertentu
Angka insidensi = ----------------------------------------------------- x k
Jumlah population ot risk waktu tertentu

b. Angka prevalensi
Perhitungan angka prevalensi terdapat dua ukuran, yaitu point prevalence
( prevalensi sesaat) dan periode prevalence (prevalensi periode).
Jumlah semua kasus yang dicatat pada saat tertentu
Point prevalence = -------------------------------------------------------------------------
Jumlah penduduk

Jumlah semua kasus yang dicatat selama 1 periode


Point prevalence = -----------------------------------------------------------------------
Jumlah penduduk

( Wahif Iqbal Mubarak, 2009, hal. 192-194 )

Data menurut epidemiologi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu data berbentuk rasio,
proporsi, rate.
1. Rasio ( R ) = jumlah orang ( dengan sifat kualitatif tertentu ) dibandingkan
terhadap sejumlah orang lain ( dengan sifat kualitatif lain pula ).
Rumus : X
R = ---
Y
Keterangan :
 X tidak mempunyai keterkaitan dengan Y.
 x/y harus merupakan bilangan yang lebih kecil atau sama dengan satu.
 R tidak dinyatakan dalam prosentasi, melainkan sebagai suatu pecahan
dimana y harus lebih besar daripada x ( suatu angka pecahan ) atau
sama.
2. Proporsi ( P )
Jumlah orang ( dengan sifat kualitatif tertentu ) dibandingkan dengan sejumlah
populasi seluruhnya.
Rumus : X
P = ---
Y

Keterangan :
 X merupakan bagian dari Y, dimana Y = 100%
 X/Y merupakan bagian dari 100%, misalnya X/Y adalah 60% atau 35%,
dan sebagainya.
 P sering dinyatakan dalam persentase ( % )
3. Rate ( Rr )
Angka yang menyatakan hubungan ( relasio ). Jumlah berapa kali ( frekuensi )
suatu kejadian ( penyakit ) tertentu itu terjadi diantara sejumlah orang yang
mempunyai peluang terekpos dalam suatu waktu tertentu.
Rumus : X
Rr = --- Population at risk atau :
Y
Perbandingan suatu peristiwa dengan populasi yang mempunyai risiko berkaitan
dengan peristiwa dimaksud.

Hal-hal yang termasuk dalam kelompok rate adalah sebagai berikut :


a. Insiden.
b. Prevalens.
c. Attack rate ( AR ).
d. Case fatality rate ( CFR )
e. Crude birth rate ( CBR ).
f. Crude death rate ( CDR ).
g. Infant mortality rate ( IMR ).
h. Maternal mortality rate ( MMR ).

Jumlah lahir hidup dalam 1 tahun

CBR =--------------------------------------------------------------- x 10000/00

Jumlah penduduk pertengahan tahun

Jumlah kematian dalam 1 tahun

CDR = --------------------------------------------------------------- x 10000/00

Jumlah penduduk pertengahan tahun

Jumlah bayi mati kurang 1 tahun dalam 1 th

IMR = ---------------------------------------------------------------- x 10000/00

Jumlah lahir hidup dalam tahun sama

Jumlah ibu mati karena persalinan dalam 1 th

IMR = --------------------------------------------------------------- x 10000/00

Jumlah kelahiran hidup dalam tahun sama

( Wahif Iqbal Mubarak, 2009, hal.92-94 )

Untuk mengukur frekuensi kejadian penyakit pada suatu populasi digunakan salah
satu dari tiga bentuk pecahan, yaitu proporsi, rasio, dan rate.

1. Proporsi
Proporsi adalah bentuk pecahan yang pembilangnya merupakan bagian dari
penyebut. Ciri dari proporsi :
a. Bentuk ini biasanya dinyatakan dalam persen ( % ) yaitu dengan
mengalihkan pecahan ini dengan 100%.
b. Tidak mempunyai satuan.
c. Rentang nilai 0 sampai 1.

Contoh :

Populasi yang terdiri dari 500 orang, 20 orang diantaranya menderita penyakit
malaria. Berapa besar proporsi penderita malaria dalam populasi ?

Proporsi = X/Y x K

20/500 x 100% = 4%.

2. Rasio
Rasio adalah pecahan yang pembilangnya bukan merupakan bagian dari
penyebutnya. Ini yang membedakannya dengan proporsi. Rasio menyatakan
hubungan antara pembilang dan penyebut yang berbeda satu dengan yang lain.
Dengan kata lain, perbandingan saru peristiwa ( kejadian ) dangan peristiwa
yang lainnya yang tidak berhubungan.
Rumus rasio = X/Y x K. X adalah jumlah kejadian orang yang memiliki satu atau
lebih cirri-ciri tertentu. Y adalah jumlah kejadian orang yang memiliki satu atau
lebuh cirri tertentu namun cirri tersebut berbeda dangan ciri pada kelompok X.
selama K = 1 rumus dapat disederhanakan menjadi X/Y = X : Y.
Ada dua jenis rasio :
1) Rasio yang mempunyai satuan. Misalnya, jumlah dokter per 100.000
penduduk atau jumlah kematian bayi selama setahun per 1.000 kelahiran
hidup.
2) Rasio yang tidak mempunyai satuan oleh karena pembilang dan
penyebutnya mempunyai satuan yang sama. Misalnya, rasio antara satu
proporsi dan proporsi lain atau rasio antara satu rate dan rate yang lain.
Contohnya relative risk dan odds ratio.
Contoh :
a. Jumlah anak kelas VI yang sudah diimunisasi disbanding dengan
dengan anak kelas sama yang tidak diimunisasi pada sekolah
tertentu.
b. Didalam suatu kelompok sebanyak 20 orang menderita penyakit
tertentu, 2 orang diantaranya meninggal. Rasionya 20 : 2 = 20/2 : 2/2
= 10 : 1. Artinya, dari 10 kasus didapati 1 kematian.
3. Rate
Rate adalah perbandingan suatu peristiwa dibagi dengan jumlah penduduk yang
mungkin terkena peristiwa yang dimaksud dalam waktu yang sama yang
dinyatakan dalam persen, permil, atau per 100.000. ini merupakan konsep yang
lebih kompleks dibandingkan dengan dua bentuk pecahan yang terdahulu. Rate
yang sesungguhnya merupakan kemampuan berubah suatu kuantitas bila terjadi
perubahan pada kuantitas lain. Kuantitas lain yang digunakan sebagai patokan
ini biasanya adalah kuantitas waktu.
Bentuk ukuran ini sering dicampuradukan penggunaanya dengan proporsi. Ciri
dari rate adalah mempunyai satuan ukuran per satuan waktu dan besarnya tidak
terbatas.
Rumus rate = X/Y x K dengan satuan harga yag ditetapkan oleh peneliti, namun
penyaji harus dapat menerangkan nilai K-nya ( apakah 100, 1.000, 10.000, atau
100.000 ).
Contoh :
1) Dari hasil pengukuran penyakit disuatu daerah ditemukan penderita
penyakit TBC sebanyak 180/00.
2) Kecepatan mobil pada satu saat tertentu bentuknya adalah suatu rate.
Oleh karena kecepatan sebuah mobil yang sedang berjalan dapat
berubah tiap saat, maka yang diukur adalah kecepatan rata-rata dari
mobil tersebut. Ini yang biasa disebut kecepatan ( speed ) yang diukur
dengan membagi jarak tempuh mobil tersebut dengan waktu yang
digunakan untuk mencapainya.
Misalnya Jakarta-Bogor yang jaraknya 60 km ditempuh dalam wkatu 1
jam. Jadi, kecepatan mobilnya adalah 60 km per jam.

( Wahyudin Rajab, 2009, hal. 96-98 )


Calculation of rates
The community health nurse must analyze data about the health of the community
to determine the pattern of disease in a community. The nurse may collect data by
conducting surveys or compiling data from existing records ( e.g., data from clinic
facilities or vital statistics records ). Often assessment data are in the from of counts
or simple frequencies of events ( e.g., the number of people with a specific health
condition ). Community health practitioners interpret these raw counts by
transforming them into rates.
Rates are arithmetic expressions that help practitioners consider a count of an
event relative to the size of the population from which it is extracted ( e.g., the
population at risk ). Rates are population proportions or factions in which the
numerator is the number of events occurring in a specified perion of time. The
denominator consists of those in the population at the specified time period ( e.g.,
per day, per week, or per year). This proportion is multiplied by a constant ( k ) that
is a multiple of 10, such as 1000, 10,000, or 100,000. The constant usually
converts the resultant number to a whole number, which is large and easier to
interpret. Thus a rate can be the number of cases of a disease occurring for every
1000, 10,000, or 100,000 people in the population.
Terjemahan :
Perhitungan tingkat
Perawat kesehatan komunitas harus menganalisis data tentang kesehatan
masyarakat untuk menentukan pola penyakit di masyarakat. Perawat dapat
mengumpulkan data dengan melakukan survei atau kompilasi data dari catatan
yang ada (misalnya, data dari fasilitas klinik atau vital statistik catatan). Seringkali
data penilaian dalam dari penghitungan atau frekuensi kejadian yang sederhana
(misalnya, jumlah orang dengan kondisi kesehatan tertentu). Komunitas praktisi
kesehatan menafsirkan jumlah mentah dengan mengubah mereka ke tingkat.
Harga adalah ekspresi aritmatika yang membantu praktisi mempertimbangkan
hitungan peristiwa relatif terhadap ukuran populasi dari yang diekstrak (misalnya,
populasi yang berisiko). Tarif populasi proporsi atau faksi di mana pembilang
adalah jumlah kejadian yang terjadi dalam Perion waktu tertentu. Penyebut terdiri
dari orang-orang dalam populasi pada periode waktu tertentu (misalnya, per hari,
per minggu, atau per tahun). Proporsi ini dikalikan dengan suatu konstanta (k) yang
merupakan kelipatan dari 10, seperti 1000, 10.000, atau 100.000. Konstan
biasanya mengubah nomor yang dihasilkan untuk seluruh nomor, yang besar dan
mudah untuk menafsirkan. Dengan demikian tingkat dapat menjadi jumlah kasus
penyakit yang terjadi untuk setiap 1000, 10.000, atau 100.000 orang dalam
populasi.
Numerator Number of health events in a specified period
Rate = ---------------------- = ------------------------------------------------------------------- x k
Denominator Population in same area in same specified period

When raw counts are converted to rates, the community health nurse can make
meaningful cmparisons with rates from other districts or states, from the nation, and
from previous time periods. These analyses assist the nurse in determining the
magnitude of a public health problem in a given area and allow more reliable
tracking of trends in the community over time.
Sometimes a ratio is used to express a relation-ship between two variables. A ratio
is obtained by divining one quantity by another and the numerator is not necessarily
part of the denominator. For example, a ratio could contrast the number of male
births to that of female births. Proportions is often a percentage and it represents
the numerator as part of the denominator.
Terjemahan :
Ketika jumlah mentah dikonversi ke tingkat, perawat kesehatan masyarakat dapat
membuat cmparisons bermakna dengan tingkat dari daerah lain atau negara, dari
bangsa, dan dari periode waktu sebelumnya. Analisis ini membantu perawat dalam
menentukan besarnya masalah kesehatan masyarakat di daerah tertentu dan
memungkinkan pelacakan lebih handal dari tren dalam masyarakat dari waktu ke
waktu.
Kadang-kadang rasio yang digunakan untuk mengekspresikan hubungan-kapal
antara dua variabel. Sebuah rasio diperoleh dengan meramal satu kuantitas
dengan yang lain dan pembilang belum tentu bagian dari penyebut. Sebagai
contoh, rasio kontras bisa jumlah kelahiran laki-laki dengan perempuan kelahiran.
Proporsi sering persentase dan itu merupakan pembilang sebagai bagian dari
penyebut.
( Mary A Nies and Melanie Mc Ewen, 2001, hal. 71 )

Sumber :
Mubarak, Wahif Iqbal & Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas
Pengantar dan Teori. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.

Mubarak, Wahif Iqbal. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika.

Nies, Mary A and Melanie Mc Ewen. 2001. Community Health Nursing : Promoting
the Health of Populations. United States of America : W. B,. Saunders Company.

RAJAB, Wahtudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.


Jakarta: ECG.

DAFTAR PUSTAKA
A.L. Slamet Ryadi dan T. Wijayanti, Dasar-dasar epidemiologi. Jakarta: Salemba
Medika, 2011

Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Jakarta :


EGC

Mubarak, Wahif Iqbal & Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas
Pengantar dan Teori. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.

Timmreck, Thomas C. 2004. EPIDEMIOLOGI : suatu pengantar. Ed 2. Jakarta :


EGC.

Wahid Iqbal Mubarak, Ilmu Kesehatan masyarakat: Konsep dan Aplikasi dalam
Kebidanan. Jakarta: Salamba Medika, 2012

RAJAB, Wahtudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.


Jakarta: ECG.

Nies, Mary A. and Melanie Mc ewen. 2001.Community Health Nursing: Promoting


the Health of Populations. United States of America: W.B.Saunders Company.

Robert H. Friis and Thomas A. sellers,2009. Epidemiology for Public Health Practice:
volume 1. Canada : Jones and Bartllet learning

Macam study epidemiologi


http://books.google.co.id/books?id=DrTEvxpXLWMC&pg=PA44&dq=macam+studi+e
pidemiologi&hl=en&sa=X&ei=oFwTUcvEMIjLrQeN84GoDA&redir_esc=y#v=one
page&q=macam%20studi%20epidemiologi&f=false

Tujuan Epidemiologi
http://books.google.co.id/books?id=V1e0q0f2vC8C&pg=PA16&dq=tujuan+epidemiol
ogi&hl=id&sa=X&ei=vlwkUc67HcfprAf0nICoAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=tuju
an%20epidemiologi&f=false diakses tanggal 19 Pebruari 2013

Anda mungkin juga menyukai