Anda di halaman 1dari 2

Bosowa bergerak di 6 grup usaha yaitu otomotif, semen, pertambangan dan energi, jasa

keuangan, properti dan pendidikan. Selain menjalankan grup usaha intinya, Bosowa juga menjalankan
sejumlah proyek perintis di bidang media, olahraga dan agrokultur. Bosowa juga melakukan kegiatan
CSR di bidang pendidikan, kemanusiaan dan keagamaan, serta sosial dan kebudayaan.

Bosowa merupakan sebuah perusahaan swasta nasional yang didirikan pada tahun 1973 di
Makassar, Sulawesi Selatan. Nama Bosowa berasal dari nama 3 Kerajaan Bugis yaitu Bone, Soppeng dan
Wajo. PT. Semen Bosowa Maros adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan atau
produksi semen yang didirikan dengan Akta Nomor 29 januari 1991. Pada tahun1999 pabrik terintegrasi
pertama Bosowa Semen yang berlokasi di Maros, Sulawesi Selatan selesai dibangun, dengan kapasitas
terpasang 2.2 juta ton per tahun. Pada tahun 2008 Pabrik Mill yang berlokasi di Batam selesai dibangun,
dengan kapasitas terpasang 1.2 juta ton per tahun. Pada tahun 2013 Mill ke 2 yang berlokasi di Maros
selesai dibangun. Pada tahun 2015 Pabrik Mill yang berlokasi di Banyuwangi, Jawa Timur selesai
dibangun, dengan kapasitas terpasang 1.8 juta ton per tahun. Kiln 2 di pabrik Maros selesai dibangun,
dengan kapasitas terpasang sebesar 2 juta ton per tahun.

Batu kapur atau limestone adalah sebuah batuan sedimen dengan rumus kimia CaCO3
terdiri dari mineral Calcite (Calsium Carbonate). Batu Kapur merupakan salah satu bahan baku
utama pada proses pembuatan semen selain tanah liat (Clay), yang merupakan sumber Kalsium
Oksida (CaO).

Pada proses pembakaran Batu kapur akan terurai menjadi CaO dan CO2

CaCO3 ———————–CaO + CO2

Selain CaO terdapat unsur negatif yang sangat tidak diinginkan didalam batu kapur yaitu MgO
(Magnesium Oksida) yang mana batu kapur dengan kandungan MgO yang tinggi akan
memberikan efek negatif apabila batu kapur tersebut digunakan sebagai bahan baku dalam semen.
semen yang dihasilkan akan berkualitas rendah pada aplikasinya akan mengakibatkan pemuaian
(Ekspansi), selain itu MgO dalam batu kapur akan memberikan efek warna gelap daripada semen
yang dihasilkan.

Apabila ditinjau dari aspek teknis, areal bekas tambang dapat digunakan untuk budidaya pertanian,
jika telah dilakukan perbaikan kondisi lahan. Dari aspek kualitas tanah, kendala utama rehabilitasi
lahan adalah rendahnya kandungan unsur hara dan bahan organik, toksisitas unsur tertentu,
kemampuan tanah menyerap hara dan air, pH tanah dan sifat fisik tanah yang buruk (Dariah et al.,
2010), sehingga tanaman yang sesuai untuk lahan bekas tambang adalah tanaman yang memiliki
daya adaptasi yang tinggi pada lahan marginal. Salah satu tanaman perkebunan yang memiliki
daya adaptasi yang tinggi tersebut adalah sagu (Suryana, 2007), baik sagu rumbia (Metroxylon
sagu Rottb) maupun sagu baruk (Arenga microcarpa Becc). Pertambangan juga memiliki dampak
negatif pada topografi tanah, tetapi yang paling penting tanah menjadi kurang subur karena
hilangnya tanah lapisan atas, kerusakan tanaman melalui kegiatan peledakan terkendali. Tanah
dapat kehilangan kemampuannya untuk menahan air melalui peledakan (Nzimande dan Chauke,
2012).

Anda mungkin juga menyukai