Anda di halaman 1dari 10

ERGONOMI

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan
mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia
ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran
tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban
bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”,
sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya
dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang
maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”.

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan pada
tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi,
efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok,
aman, nyaman dan sehat.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan
mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesama pekerja,
pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan
budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat.
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
1. Tehnik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot.
8. Desain, dll.
. Metode-metode Ergonomi

1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji
pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas
mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat
sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli
furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan,
bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif
misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

Aplikasi/penerapan Ergonomik:
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh
dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan
berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan
ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara
internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll.
Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan.
a. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
-Laki-laki dewasa 40 kg
-Wanita dewasa 15-20 kg
-Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
-Wanita (16-18 th) 12-15 kg
b. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
-Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
-Frekuensi pergerakan diminimalisasi
-Jarak mengangkat beban dikurangi
-Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
-Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
c. Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus
dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
-Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
-Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
1. Posisi kaki yang benar
2. Punggung kuat dan kekar
3. Posisi lengan dekat dengan tubuh
4. Mengangkat dengan benar
5. Menggunakan berat badan
D. Penyakit-penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi medis yang biasanya
dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah
berumur.

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus
waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan / membaginya sebagai
berikut :
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki
performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan
tidur yang cukup.
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri
dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi
angka kejadiannya di tempat kerja.

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan,
akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada
gangguan bising.
b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang.
c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan.
f. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.
g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
 Pekerja remaja
 Wanita hamil dan menyusui
 Pekerja yang telah berumur
 Pekerja shift
. Migrant
j. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu
diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan
kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot
secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah
ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.

Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja


Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan
tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain,
manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.
KEBISINGAN
Industrialisasi akan selalu diiikuti oleh penerapan tehnologi tinggi, penggunaan bahan serta
peralatan yang lebih komplek, namun sering kali berakibat buruk baik terhadap manusia maupun
lingkungan.
Ditempat kerja terdapat beberapa bahaya yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti faktor
fisika, kimia, biologi, ergonomi serta psikologi.
Kebisingan merupakan sumber bahaya dari faktor fisika di tempat kerja, yang sumber bahaya
tersebut perlu dikendalikan agar tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
produktif bagi tenaga kerja.

Pengertian Kebisingan
Masalah kebisingan tidak hanya merupakan masalah di tempat kerja saja, teapi juga di sekitar
kita seperti suara pesawat terbang, suara senapan, dll.
Pengertian kebisingan adalah bunyi atau suara yang timbul yang tidak dikehendaki yang sifatnya
mengganngu dan menurunkan daya dengar seseorang (WHS, 1993).

Bagaimana telinga kita bisa mendengar ?


Telinga dibagi menjadi 3 bagian :
– Bagian Luar
– bagian Tengah
– Bagian Dalam
Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga ke gendang telinga.
Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi oleh kulit, yang memisahkan telinga tengah
dengan telinga luar.
Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga tengah ke jendela oval di
telinga dalam menyebabkan bergetarnya cairan dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda
memberikan respon terhadap frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya menjadi gelombang
saraf.
Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat saraf pendengaran yang akan
membawanya ke otak.
Getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-tulang tersebut dan
dihantarkan ke jendela oval.
Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai
20.000 Hz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya.
Suara yang sangat keras menyebabkan kerusakan pada sel rambut, karena sel rambut yang rusak
tidak dapat tumbuh lagi maka bisa terjadi kerusakan sel rambut progresif dan berkurangnya
pendengaran
Jenis Kebisingan
1. Bising kontinu (terus menerus) seperti suara mesin, kipas angin, dll.
2. Bising intermitten (terputus putus) yang terjadi tidak terus menerus seperti suara lalu lintas,
suara pesawat terbang
3, Bising Impulsif yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu yang
cepat sehingga mengejutkan pendengarnya seperti suara senapan, mercon, dll
4. Bising impulsif berulang yang terjadi secara berulang-ulang pada periode yang sama seperti
suara mesin tempa.
Pengaruh Kebisingan terhadap tenaga kerja adalah sebagai berikut :
1. Gangguan fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, nadi dan dapat menyebabkan pucat dan
gangguan sensoris
2. Gangguan psikologis
Gannguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, emosi dll.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan bisa berakibat
kepada kecelakaan karena tidak dapat mendengar isyarat ataupun tanda bahaya.
4. Gangguan pada pendengaran (Ketulian)
Merupakan gangguan yang paling serius karena pengaruhnya dapat menyebabkan berkurangnya
fungsi pendengaran. Gannguan pendengaran ini bersifat progresif tapi apabila tidak
dilakendalikan dapat menyebabkan ketulian permanen.

Batasan tingkat kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran


Batasan tingkat kebisingan dibagi menjadi 2, yaitu untuk lingkungan dengan waktu pajanan 24
jam yang kita kenal dengan Baku Mutu Lingkungan dan untuk tempat kerja dengan waktu
pajanan 8 jam kerja atau Nilai Ambang Batas (NAB).

Gangguan Pendengaran Akibat Bising/GPAB (Noise Induced hearing Loss/NIHL)


Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) adalah penurunan pendengaran sensorineural yang
pada awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan sehari-hari.
Penurunanpendengaran sensorineural tipe koklea pada kedua telinga. Faktor lama pajanan,
intensitas kebisingan, umur serta faktor lain akan berpengaruh terhadap penurunan pendengaran
tersebut. Faktor yang mempercepat GPAB/NIHL adalah pajanan intensitas kebisingan melebihi
NAB (>85 dbA selama 8 jam).

GPAB tidak dapat disembuhkan namun bisa dicegah, oleh karena itu tempat kerja yang melebihi
NAB harus menerapkan Program Konservasi Pendengaran / Hearing Conservation Program
(HCP).
Program Konservasi Pendengaran meliputi :
1. Pemantauan Kebisingan
2. Audiometri Test
3. Pengendalian Kebisingan
4. Alat Pelindung Diri
5. Training Motivasi
6. Pemeliharaan Catatan / record

Pemantauan Kebisingan :
Alat ukur untuk pengukuran kebisingan di tempat kerja adalah Sound Level Meter (SLM) dan
untuk personal monitoring digunakan Noise Dosimeter.
Sound Level Meter
Sebelum melakukan pengukuran yang pertama harus dilakukan adalah identifikasi bahaya
apakah di area kerja terdapat sumber bahaya dari mesin atau aktifitas pekerjaan yang dapat
menimbulkan kebisingan, bisa juga dengan melakukan Work Through Survey yaitu survey ke
tempat kerja dan melakukan identifikasi bahaya.
Langkah selanjutnya melakukan pengukuran kebisingan dengan SLM, perlu diketahui bahwa
noise adalah menggunakan fungsi logaritma, karena rentang pendengaran manusia sangat lebar
dengan satuan desible (db).

Lakukan pengukuran secara periodik baik tempat kerja maupun personal monitoring, bandingkan
data pengukuran dengan Nilai Ambang Batas.

Test Audiometri / Pendengaran


Apabila hasil pengukuran di tempat kerja menunjukkan intensitas kebisingan melebihi NAB
maka lakukan audiometri test kepada karyawan minimal 1 tahun sekali.
Audiometri test juga harus dilakukan pada karyawan baru / rotasi / mutasi sebelum di tugaskan
ke area dengan intensitas kebisingan yang tinggi.
Target dari audiometri test adalah pemeriksaan gangguan pendengaran persepsi,konduksi atau
campuran.

Pengendalian Kebisingan
Langkah efektif untuk pencegahan gangguan pendengaran adalh dengan melakukan
pengendalian pada sumber bahaya dengan melakukan eliminasi, subtitusi, engineering,
administrasi.

Pada tahap perencanaan / engineering pastikan memilih peralatan dengan efek kebisingan paling
rendah, mesin dengan intensitas kebisingan tinggi jauhkan dari area yang terdapat banyak
pekerja disana.
Jika mesin tersebut masih bising lakukan pemasangan barier, pasang peredam jika perlu total
enclosure / partial enclosure.

Untuk Tahap Administrasi bisa melakukan hal-hal sebagai berikut :


– Berlakukan area tersebut sebagai area terbatas, hanya boleh dimasuki personil yang terlatih,
menggunakan Alat Pelindung Pendengaran
– Pengaturan jadwal kerja sesuai NAB, misal 85 dBA bekerja selama 8 jam, 88 dBA bekerja
selama 4 jam, dst.

Alat Pelindung Diri / Alat Pelindung pendengaran


Pemakaian Alat pelindung pendengaran adalah upaya terakhir dalam upaya pencegahan
gangguan pendengaran, ada 2 jenis :
1. Ear plug / sumbat telinga
2. Ear muff / tutup telinga
Setiap Alat Pelindung Pendengaran memiliki nilai NRR (Noise Reduction Rate), secara prinsip
Kebisingan yang akan diterima telinga kita adalah :
1.Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – NRR (dBC)
Namun pengurangan dengan rumus diatas tidak tepat, gunakan safety faktor 50%, dengan
mempertimbangkan kualitas serta cara penggunaannya yang tidak tepat, sehingga rumus diatas
menjadi
2.Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – [(NRR-7)*50%]
Apabila dengan rumus tersebut Kebisingan masih >85 dBA, maka gunakan pelindung ganda
yaitu ear plug dan ear muff, untuk perhitungan
– pilih NRR terbesar dari Ear plug atau ear muff, kemudian hitung dengan rumus :
3.Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – [(NRR-7)*50%] – 5

Hal yang penting dalam Alat Pelindung Pendengaran ini adalah berikan pelatihan
penggunaannya yang tepat, gambar dibawah adalah contoh penggunaan Alat Pelindung
Pendengaran
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan Alat Pelindung Pendengaran adalah :
1. Dapat melindungi pekerja dari kebisingan
2. Nyaman diapakai dan efisien
3. Cocok dengan Alat Pelindung diri yang lainnya misal helm dan kacamata
3. Masih bisa berkomunikasi ketika digunakan, karena jika berlebihan dapat menimbulkan
bahaya lainnya misal tidak dapat mendengar isyarat atau sirene tanda bahaya.
Training Motivasi
Berikan penjelasan ke karyawan tentang akibat kebisingan serta bagaimana cara mencegahnya,
buktikan bahwa tidak ada orang yang kebal terhadap kebisingan dengan memberikan data
catatan rekam medis audiometri serta data pengukuran area kerja.
Pelatihan dengan metoda visualisasi adalah cara yang efektif untuk menjelaskan ke karyawan.

Pemeliharaan Catatan
Pelihara data pengukuran area kerja, audiometri test karyawan dan evaluasi secara berkala.
Lakukan upaya teknis untuk area kerja yang memiliki tingkat kebisingan melebihi NAB.
PENGAMANAN MESIN

Karakteristik industri elektronik adalah mengoperasikan mesin atau peralatan dengan


tenaga besar, mesin atau peralatan tersebut dapat beroperasi secara otomatis atau setengah
otomatis atau beroperasi dengan menggunakan bahan kimia yang korosif.

Seperti kita ketahiui mesin itu sangat bermanfaat bagi manusia, manfaatnya antara lain :

1. Membantu manusia dalam melakukan produktivitas.


2. Membantu dalam kegiatan – kegiatan produksi dalam suatu industry
3. Membantu manusia dalam melakukan maintenance.
4. Menciptakan segala kegiatan lebih mudah.
5. DLL.

Akan tetapi suatu mesin itu dapat berdamppak negative bagi pekerja atau perusahaan apabila
tidak di control dengan baik dan benar.

Peralatan industri eleltronik sebagian besar menggunakan listrik tegangan tinggi, tingkat
kecelakaan yang ditimbulkan berbeda. Kecelakaan yang banyak mengakibatkan kematian adalah
terjepit dan terlindas. Jenis kecelakaan lain juga bisa menimbulkan kecelakaan yang serius.

Strategi pengendalian :
1. Membentuk petugas bagian keselamatan dan kesehatan kerja dan melakukan
pengecekan peralatan dan pengoperasiannya secara rutin.
2. Pekerja diharuskan mengikuti pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dan
memasukan contoh kasus ini sebagai materi pelajaran, meningkatkan pengetahuan
pekerja akan keselamatan dan kesehatan kerja demi mencegah terulangnya kecelakaan
yang sama.
3. Menetapkan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai dan lolos sensor
kelayakan oleh instansi terkait, kemudian diumumkan dan dilaksanakan secara wajib.
4. Bagian keselamatan dan kesehatan kerja melakukan pelatihan dan menjalankan
inspeksi prosedur kerja secara ketat.
5. Membuat perencanaan alokasi tenaga kerja.
6. Membuat peralatan isolasi pengamanan dan peralatan penghenti otomastis dalam
keadaan darurat, dan lain-lain, agar pekerja mempunyai peralatan pelindung diri.

Secara Teknis /engineering :

- Mengisolasi mesin – mesin - Substitusi mesin

- Memodifikasi mesin atau proses - Menggunakan pondasi mesin yang baik

- Mengubah cara kerja - DLL.

Secara administrative :Merawat mesin dan alat secara teratur dan periodic,Pengadaan ruang
control, Pengaturan jam kerja,DLL.

Anda mungkin juga menyukai