Anda di halaman 1dari 22

Departemen Medikal Bedah

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA DI RUANG LONTARA 2


ATAS BELAKANG
DI RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh:

SITI HASMI HASANUDDIN, S.Kep

NIM: 70900119005

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(...........................................) (...........................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS

KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2019

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 1


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
laporan pendahuluan “AMELOBLASTOMA” ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga laporan pendahuluan ini bisa menambah pengetahuan


para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa laporan pendahuluan
ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya laporan pendahuluan selanjutnya
yang lebih baik lagi.

Makassar, 7 Oktober 2019

Penyusun

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 2


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..........................................................................................


KATA PENGANTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
A. KONSEP AMELOBLASTOMA
1. Definisi ..................................................................................................
2. Etiologi ..................................................................................................
3. Patofisiologi ..........................................................................................
4. Manifestasi klinis ..................................................................................
5. Penatalaksanaan medis ..........................................................................
6. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................
B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian .............................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul ...................................
3. Rencana keperawatan ............................................................................
C. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 3


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
KONSEP DASAR
A. Defenisi
Ameloblastoma (amel yang berarti enamel dan blastos, yang berarti kuman)
adalah tumor, jarang jinak epitel odontogenik (ameloblasts, atau bagian luar, pada
gigi selama pengembangan) jauh lebih sering muncul di rahang bawah dari rahang
atas. Ini diakui pada tahun 1827 oleh Cusack. Jenis neoplasma odontogenik
ditunjuk sebagai adamantinoma pada 1885.
Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering terjadi di
mandibula dan maksila. Tumor ini berasal dari epitelium yang terlibat dalam
proses pembentukan gigi, akan tetapi pemicu transformasi neoplastik pada epitel
tersebut belum diketahui dengan pasti. Secara mikroskopis, ameloblastoma
tersusun atas pulau-pulau epitelium di dalam stroma jaringan ikat kolagen.
Ameloblastoma juga mempunyai beberapa variasi dari tampilan
histopatologis, akan tetapi tipe yang paling sering terlihat yaitu tipe folikular dan
pleksiform. Pada sebagian besar kasus, ameloblastoma biasanya asimptomatik,
tumbuh lambat, dan dapat mengekspansi rahang. Tumor ini jarang ganas atau
metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian lain dari tubuh), dan
kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan kelainan yang parah
dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel yang abnormal mudah
infiltrat dan menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas diperlukan
untuk mengobati gangguan ini.
B. Etiologi
Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi
beberapa ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan
gigi, pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut.
Ameloblastoma dapat terjadi pada segala usia, namun paling banyak dijumpai
pada usia dekade 4 dan tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi prediksi pada
golongan penderita kulit berwarna. Ameloblastoma dapat mengenai mandibula

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 4


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
maupun maksila, paling sering pada mandibula sekitar 81%-98%, predileksi di
daerah mandibula; 60% terjasi di regio molar dan ramus, 15% regiopremolar dan
10% regio simpisis. Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan
awal dari proses pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal
dari:
1. Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis
dari beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada
perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada
bagian tengah mengalami degenerasi serta menyerupai retikulum stelata.
2. Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat
pada membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang
spongiosa yang mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi
terbentuknya kista odontogenik.
3. Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma.
Pada kasus yang dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957)
mengenai ameloblastoma yang berkembang dari kista periodontal atau kista
dentigerous tapi hal ini sangat jarang terjadi. Setelah perawatan dari kista
odontogenik, terjadi perkembangan dan rekurensi menjadi ameloblastoma..
4. Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber
(1926) pada beberapa kasus ameloblastoma menemukan adanya hubungan
dengan epiteluim oral.
C. Patofisiologi
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi
baik. Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya region molar dan sisanya
terjadi akibat adanya kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi mutasi-
mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi.
Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap :
1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 5


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
dengan zat Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi
ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk
klon melalui pembelahan (poliferasi).
3. tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi
mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik, dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh
karena itu tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4
sampai dengan 6 tahun.
1. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat
meyebabkan deformitas wajah.
2. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak
3. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual
4. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak Sekitarnya
5. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila massa
tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis. Tidak terdapat
nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan benjolan disertai
rasa nyeri.
6. Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang
terdapat ulserasi oleh karena penekanan gigi apabilah tumor sudah mencapai
ukuran besar.
7. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan
8. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.

E. Penatalaksnaan
Beberapa prosedur operasi yang mungkin digunakan untuk mengobati ameloblastoma
antara lain:

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 6


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
1. Enukleasi
Enukleasi merupakan prosedur yang kurang aman untuk dilakukan. Pada
suatu diskusi menyatakan walaupun popular, kuretase merupakan prosedur yang
paling tidak efisien untuk dilakukan. Enukleasi menyebabkan kasus rekurensi
hampir tidak dapat dielakkan, walaupun sebuah periode laten dari pengobatan
yang berbeda mungkin memberikan hasil yang salah. Kuretase tumor dapat
meninggalkan tulang yang sudah diivansi oleh sel tumor.
Teknik enukleasi diawali dengan insisi, flap mukoperiostal dibuka. Kadang-
kadang tulang yang mengelilingi lesi tipis. Jika dinding lesi melekat pada
periosteum, maka harus dipisahkan. Dengan pembukaan yang cukup, lesi biasanya
dapat diangkat dari tulang. Gunakan sisi yang konveksi dari kuret dengan tarikan
yang lembut. Saraf dan pembuluh darah biasanya digeser ke samping dan tidak
berada pada daerah operasi. Ujung tulang yang tajam dihaluskan dan daerah ini
harus diirigasi dan diperiksa. Gigi-gigi yang berada di daerah tumor jinak biasanya
tidak diperlukan perawatan khusus. Jika devitalisasi diperlukan, perawatan
endodontik sebelum operasi dapat dilakukan.
2. Eksisi Blok
Kebanyakan ameloblastoma harus dieksisi daripada dienukleasi. Eksisi
sebuah bagian tulang dengan adanya kontinuitas tulang mungkin
direkomendasikan apabila ameloblastomanya kecil. Insisi dibuat pada mukosa
dengan ukuran yang meliputi semua bagian yang terlibat tumor. Insisi dibuat
menjadi flap supaya tulang dapat direkseksi dibawah tepi yang terlibat tumor.
Lubang bur ditempatkan pada outline osteotomi, denganbur leher panjang
henahan.
Oesteotomi digunakan untuk melengkapi pemotongan. Sesudah itu, segen
tulang yang terlibat tumor dibuang dengan tepi yang aman dari tulang normal dan
tanpa merusak border tulang. Setelah melakukan flap untuk menutup tulang,
dilakukan penjahitan untuk mempertahankan posisinya. Dengan demikian eksisi

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 7


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
tidak hanya mengikutkan tumor saja tetapi juga sebagian tulang normal yang
mengelilinginya. Gigi yang terlibat tumor dibuang bersamaan dengan tumor. Gigi
yang terlibat tidak diekstraksi secara terpisah.
3. Hemimandibulektomi
Merupakan pola yang sama dengan eksisi blok yang diperluas yang mungkin
saja melibatkan pembungkus angulus, ramus atau bahkan pada beberapa kasus
dilakukan pembuangan kondilus. Pembuangan bagian anterior mandibula sampai
regio simfisis tanpa menyisakan border bawah mandibula akan mengakibatkan
perubahan bentuk wajah yang dinamakan “Andy Gump Deformity” Reseksi
mandibula dilakukan setelah trakeostomi dan diseksi leher radikal (bila diperluka)
telah dilakukan. Akses biasanya diperoleh dengan insisi splitting bibir bawah.
Bibir bawah dipisahkan dan sebuah insisi vertikel dibuat sampai ke dagu. Insisi itu
kemudain dibelokkan secara horizontal sekitar ½ inchi dibawah border bawah
mandibula. Kemudian insisi diperluas mengikuti angulus bahwa mandibula sampai
mastoid. Setelah akses diperoleh, di dekat foramen mentale mungkin saja dapat
terjadi perdarahan karena adanya neurovascular.
4. Hemimaksilektomi
Akses ke maksila biasanya diperoleh dengan insisi Weber Fergusson.
Pemisahan bibir melalui philtrum rim dan pengangkatan pipi dengan insisi
paranasal dan infraorbital menyediakan eksposure yang luas dari wajah dan aspek
lateral dari maksila dan dari ethmoid. Setelah diperoleh eksposure yang cukup,
dilakukan pemotongan jaringan lunak dan ekstraksi gigi yang diperlukan.
Kemudian dilakukan
pemotongan dengan ascillating saw dari lateral dinding maksila ke infraorbital
rim kemudian menuju kavitas nasal melalui fossa lakrimalis. Dari kavitas nasal
dipotong menuju alveolar ridge. Setelah itu, dilakukan pemotongan pada palatum
keras. Kemudian pemotongan lateral dinding nasal yang menghubungkan lakrimal
dipotong ke nasofaring dengan menggunakan chisel dan gunting mayo dan

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 8


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
kemudian dilakukan pemotongan posterior. Pembuangan spesimen dan packing
kavitas maksilektomi yang tepat diperlukan untuk mengontrol perdarahan.
F . Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray kepala, yang menghasilkan satu-dimensi gambar dan leher untuk membantu
mencari daerah yang tidak normal pada rahang.
2. CT scan (computed tomography scan)
CT scan, yang menghasilkan gambar dua dimensi dari kepala dan leher yang dapat
mengungkapkan apakah ameloblastoma telah invaded tisu atau organ lain.
3. MRI (magnetic resonance imaging)
MRI Scan, yang menggunakan magnet dan gelombang radio untuk membuat
gambar 3 dimensi yang dapat mengungkapkan abnormalitas kecil di kepala dan
leher. Dokter juga menggunakan MRI Scan untuk menentukan apakah
ameloblastoma telah menyebar ke rongga mata atau sinuses.
4. Tumor marker (penanda tumor)

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 9


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
PENYIMPANGAN KDM

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 10


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian data dasar menurut
Doenges (2000), adalah:
1. Aktifitas/istirahat
Data Subjektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Objektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera
(trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan
fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,
Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 11
Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot
aksesoris.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru akibat gelisah.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
Defenisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset dan mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
- Agen pencederaan fisiologis
- Agen pencederaan kimiawi
- Agen pencederaan fisik
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : mengeluh nyeri
Objektif : tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi menngkat,
sulit tidur
Gejala dan tanda minor :
Subjektif : -
Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah,
proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,
diaphoresis
Kondisi klinis terkait : kondisi pembedahan, cedera traumatis, infeksi, sindrom
coroner akut, glaucoma
2. Risiko infeksi

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 12


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
Defenisi : beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
Faktor resiko :
- Penyakit kronis
- Efek prosedur invasive
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan orgaisme pathogen lingkungan
- Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
- Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
Kondisi klinis terkait : AIDS, luka bakar, PPOK, diaetes mellitus tindakan
invasif, kondisi peggunaan terapi steroid, penyalahgunaan obat, KPSW, kanker,
gagal ginjal, immunosupresi, lymphedema,
leukositopenia, gangguan fungsi hati
3. Defisit nutisi
Defenisi : asupn nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab :
- Kurangnya supan makanan
- Ketidakmampuan menelan makanan
- Ketidakmampuan mencerna makanan
- Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
- Peningkatan kebuuthan metabolisme
- Faktor ekonomi
- Faktor psikologis
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : -
Gejala dan tanda minor :
Objektif : berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Subjektif :
- Cepat kenyang setelah makan

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 13


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
- Kram/ nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
Objektif : bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah
membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin menurun, rambut rontok
berlebihan, diare
Kondisi klinis terkait : stroke, Parkinson, Mobius syndrome, cerebral palsy, cleft
lip, cleft palate, amytropic lateral sclerosis, kerusakan neuromuscular, luka bakar,
kanker, infeksi, AIDS.
4. Gangguan pola tidur
Defenisi : gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal
Penyebab :
- Hambatan lingkungan
- Kurangnya control tidur
- Kurangnya privasi
- Restrain fsik
- Ketiadaan teman tidur
- Tidak familiar dengan peralatan tidur
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : mengekuh sulit tidur, menegeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas
tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif : -
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objektif : -
Kondisi klins terkait : nyeri/ kolik, hipertiroidisme, kecemasan, PPOK,
kehamilan, eriode pasca partum, kondisi pasca operasi
5. Gangguan komunikasi verbal

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 14


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
Defenisi : penurunan, perlambatan, atau ketiadaan kemampuan, untuk menerima,
memproses, mengirim, dan/ atau menggunakansistem symbol
Penyebab :
- Penurunan sirkulasi serebral
- Gangguan nuromuskuler
- Gangguan pendengaran
- Gangguan musculoskeletal
- Kelainan palatum
- Hambatan fisik
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : -
Objektif : tidak mampu berbicara atau mendengar, menunjukka respon tidak sesuai
Gejala dan tanda minor :
Subjktif : -
Objektif : afasia, disfasia, apraksia, disleksia, sisartria, afonia, dislalia, pelo, gagap,
tidak ada kontak mata, sulit memahami komunikasi, sulit mempertahankan
komunikasi, sulit menggunakan ekspresi wajh atau tubuh
Kondisi klinis terkait : sroke, cedera kepala, trauma wajah, peningkatan tekanan
intracranial, hipoksia kronis, tumor, milasteia gravis, infeksi laring, tumor rahang,
skizofrenia, delusi, paranoid, autism.

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 15


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
C. INTERVENSI
No Diagnosa Luaran Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri Setelah dilakukan Observasi Mengetahui
tindakan - Identifikasi lokasi, tingkat nyeri
keperawatan karakteristik,
selama 3x24 jam, durasi, frekuensi,
maka : kualitas, intensitas
- Keluhan nyeri nyeri
menurun - Identifikasi skala
- Meringis nyeri
menurun - Identifikasi respon
- Gelisah menurun nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik Mengurangi
nonfarmakologi nyeri tanpa
untuk mengurangi tindakan
nyeri invasive
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan Mengerti
pemicu nyeri tentang
- Jelaskan strategi penyakitnya
meredakan nyeri

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 16


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian Mengurangi
analgesik nyeri
2 Risiko Setelah dilakukan Observasi Mengenali dan
infeksi tindakan - Monitor tanda dan mengetahui
keperawatan gejala infeksi local tanda infeksi
selama dan sistemik
3x24 jam, maka : Terapeutik
- D Kemerahan - Batasi jumlah Memulihkan
menurun pengunjung kondisi pasien
- Bengkak menurun - Cuci tangan
emam menurun sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
pertahankan teknik
aseptic pada pasie
beresiko tinggi
Edukasi
Mengetahui
- Jelaskan tanda dan
tanda infeksi
gejala infeksi
pada pasien
- Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
- Ajari etika batuk
Kolaborasi
Memeberikan

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 17


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
- Kolaborasi antibiotik yang
pemberian sesuai
imunisasi, jika
perlu
3. Defisit Setelah dilakukan Observasi Untuk
nutrisi tindakan - Identifikasi status mengetahui
keperawatan nutrisi status nutrisi
selama - Identifikasi alergi
3x24 jam, maka : dan intoleransi
- Pola makan yag makanan
dihabiskan - Identifikasi
meningkat makanan yang
- Berat badan disukai
Membaik Terapeutik
Menjaga
Indeks massa - Melakukan oral
kebersihan
tubuh (IMT) hygiene sebelum
mulut agar
membaik makan, jika perlu
pasien tetap
- Sajikan makanan
nyaman
secara menarik dan
suhu yang sesuai
Edukasi
Pasien dan
- Anjurkan posisi
keluarga
duduk, jika
pasien dapat
mampu
mengontrol
- Ajarkan diet yang
makannya
diprogramkan
Kolaborasi
pasien
- Kolaborasi

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 18


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
pemberian Untuk
medikasi sebelum memenuhi
makan nutrisi yang
- Kolaborasi dengan dibutuhkan
ahli gizi untuk oleh pasien
menentukan
jumlah alori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
4. Gangguan Setelah dilakukan Observasi mengetahui
pola tindakan - Identifikasi pola pola aktivitas
tidur keperawatan aktivitas dan tidur tidur pasien
selama - Identifikasi factor
3x24 jam, maka : pengganggu tidur
keluhan sulit tidur Terapeutik
menurun - Modifikasi kenyamanan
- keluhan sering lingkungan membuat
terjaga meningkat - Batasi waktu tidur pasien
- keluhan tidak siang, jika perlu relaksasi dan
puas - Fasilitasi membuat
tidur menurun menghilangkan pasien santai
stress sbelum tidur
Edukasi
- Jelaskan mengurangi
pentingnya tidur gangguan tidur
cukup selama

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 19


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
sakit
- Anjurkan menepti
kebiasaan waktu
tidur
- Anjurkan
menghindari
makanan/
minuman yang
mengganggu tidur
5 Gangguan Setelah dilakukan Observasi Mengethui
komunikasi tindakan - Identifikasi pola
verbal keperawatan prioritas metode komunikasi
selama komunikasi yang dan hambatan
3x24 jam, maka : digunakan sesuai pasien
- Kemampuan dengan
berbicara kemampuan
meningkat - Identifikasi sumber
- Kemampuan pesan
mendengar secara jelas
meningkat Terapeutik Mempermudah
- Kesesuaian - Fasilitasi proses
ekspresi wajah/ mengungkapkan komunikasi
tubuh meningkat isi pesan dengan
jelas
- Fasilitasi
penyampaian
struktur pesan

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 20


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
secara logis
dukung pasien
dan keluarga
menggunakan
komunikasi
efektif
Edukasi Memastikan
- Jelaskan perlunya apa yang
komuikasi efektif disampaian
- Ajarkan pasien sesuai
memformulasikan dengan
pesan dengan persepsi
tepat

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 21


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar
DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2.
EGC: Jakarta.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2016). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.
Price, Sylvia A. (2016). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2014). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta:

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005 22


Program profesi Ners angkt. 15
UIN Alauddin Makassar

Anda mungkin juga menyukai