Anda di halaman 1dari 9

Perhitungan Curah Hujan Rata – Rata

A. Metode Poligon Thiessen


Menurut Seyhan (1990: 55), metode poligon thiessen terdapat bisektor tegak lurus yang
digambar melalui garis – garis lurus yang menghubungkan penakar-penakar hujan di
dekatnya, dengan meninggalkan masing-masing penakar di tengah-tengah suatu poligon.
Jumlah hasil kali luas poligon dengan presipitasi rata-rata. Metode ini sesuai dengan luas
total untuk mendapatkan persipitasi rata-rata. Metode ini sesuai untuk kawasan-kawasan
dengan jarak penakar-penakar presipitasi yang tidak merata, memerlukan stasiun
pengamat di dan dekat kawasan tersebut, penambahan atau pemindahan suatu stasiun
pengamat akan mengubah seluruh jaringan, metode ini tidak memperhitungkan topografi
B. Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata
1) Luas poligon tiap-tiap stasiun
 STA A Pahoman (PH 001) = 26478684,185 m2
 STA B Sukarame (PH 003) = 27721619,451 m2
 STA C Sumur Putri (PH 004) = 20057549,413 m2
2) Perhitungan
Dengan menggunakan persamaan berikut:
𝐴1 𝑅1 + 𝐴2 𝑅2 + 𝐴3 𝑅3 … … … + 𝐴𝑛 𝑅𝑛
𝑅=
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + 𝐴4 … … + 𝐴𝑛
Keterangan :
R : Curah hujan rata-rata daerah (mm/hari).
R1, R2, R3, Rn : Curah hujan di tiap titik pengamatan dan n adalah jumah titik
pengamatan.
A1, A2, A3, An : Bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamtan.
Perhitungan Evapotranspirasi

A. Acuan Perhitungan
Pada perhitungan ini mengacu pada SNI 7745:2012 tentang “Tata Cara Penghitungan
Evapotranspirasi Tanaman Acuan dengan Metode Penman-Monteith” . Standar ini
menyajikan penghitungan evapotranspirasi tanaman acuan dengan metode Penman
Monteith yang telah disepakati oleh para ahli di banyak negara untuk dijadikan sebagai
acuan. Atas dasar tersebut, penghitungan evapotranspirasi tanaman acuan metode
Penman-Monteith disusun sebagai standar.
Metode ini dapat menghasilkan pendugaan ET0 pada lokasi luas dan memiliki data yang
lengkap. Metode ini memberikan hasil terbaik dengan kesalahan mimimum untuk
tanaman acuan. Metode Penman-Monteith memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan tersebut yaitu dapat diaplikasikan secara global tanpa perlu adanya tambahan
parameter lain, selain itu metode ini sudah dikalibrasi dengan beberapa software dan
beberapa jenis lisimeter (Allen et al. 1998). Kelemahan utama dalam metode ini adalah
membutuhkan data meteorologi yang cukup banyak seperti suhu, kelembaban, kecepatan
angin, dan radiasi matahari. Dimana hanya beberapa stasiun cuaca yang menyediakan
data tersebut dalam per jam dan harian (Irmak et al. 2003).
B. Perhitungan ETo
Penghitungan evapotranspirasi tanaman acuan dengan metode Penman-Monteith
(Monteith, 1965) adalah :

900
0,408  Rn  γ U (es  ea )
( T  273 ) 2
ETo  ................................................... (1)
  γ ( 1  0,34 U 2 )

Denganpengertian :
ETo adalah evapotranspirasi tanaman acuan, (mm/hari).

Rn adalah radiasi matahari netto di atas permukaan tanaman, (MJ/m2/hari).


T adalah suhu udara rata-rata, (o C).
U2 adalah kecepatan angin pada ketinggian 2 m dari atas permukaan tanah, (m/s).

es adalah tekanan uap air jenuh, (kPa).

ea adalah tekanan uap air aktual, (kPa).

 adalah kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu, (kPa/o C).
 adalah konstanta psikrometrik, (kPa/o C).
R n dihitungdenganrumus :

Rn  Rns  Rnl ............................................................................................... (2)


Dengan pengertian :

Rns adalah radiasi gelombang pendek, (MJ/m2/hari).

Rnl adalah radiasi gelombang panjang, (MJ /m2/hari).

Besarnya Rns adalah :

Rns  ( 1  α) Rs ............................................................................................... (3)


Denganpengertian :
α adalah koefisien pantulan radiasi tajuk = 0,23 (nilai koefisien ini dipengaruhi oleh
kondisi tanaman penutup lahannya, pada beberapa literatur menggunakan kisaran
nilai 0,23 – 0,25).

Rs adalah radiasi matahari, (MJ/m2/hari).

Rs dihitung dengan :

n
R s  ( 0 ,25  0 ,5 ) Ra ...................................................................................... (4)
N
Dengan pengertian :
n adalah lama matahari bersinar dalam satu hari, (jam).
N adalah lama maksimum matahari bersinar dalam satu hari, (jam).
Ra adalah radiasi matahari ekstraterestrial, (MJ/m2/hari).

besarnya Ra adalah :

Ra  37 ,6 d r (ωs sin  sin δ  cos cos δ sin ωs ) ....................................... (5)


dengan pengertian :
d r adalah jarak relatif antara bumi dan matahari.
δ adalah sudut deklinasi matahari, (rad).
 adalah letak lintang, (rad). Jika berada pada lintang utara nilainya positif, pada
lintang selatan nilainya negatif.
ωs adalah sudut saat matahari terbenam, (rad).
dan ωs dihitung dengan :

ωs  arccos (  tan  tan δ) ............................................................................. (6)


dengan pengertian :
δ adalah deklinasi matahari, (rad).
 adalah letak lintang, (rad).

dan d r dihitung berdasarkan persamaan di bawah ini (Duffie & Beckman, 1980) :


dr  1  0,033 cos ( J)  1  0,033 cos ( 0,0172 J) ................. (7)
365
besarnya δ dihitung dengan (Duffie& Beckman, 1980) :


δ  0 ,409 sin ( J  1,39 )  0 ,409 sin ( 0 ,0172 J  1,39 ) .................................. (8)
365
Dengan pengertian :
J adalah nomor urut hari dalam setahun (hari julian)

Nilai ( 0,0172 J ) pada persamaan (7) dan ( 0,0172 J  1,39 ) pada persamaan (8) dalam
satuan radian.
Besarnya nilai J secara matematis dapat dihitung dengan :
a. Untuk J Bulanan (Gommes, 1983):

J = Integer (30,42 M  15,23) ................................................................ (8a)


b. Untuk J Harian (Craig, 1984):
M
J = integer (275  30  D )  2 .......................................................................... (8b)
9
Denganpengertian :
M adalah bulan (1-12)
D adalah hari dalam bulan (1 - 31)
Jika tahun normal dan M < 3, nilai J ditambah nilai 2
Jika tahun kabisat dan M > 2, J ditambah nilai 1, tahun kabisat adalah tahun yang habis
dibagi dengan angka 4.

Untuk melakukan penghitungan dengan periode 10 harian, maka nilai J diperoleh dari
persamaan (8b) dengan D sama dengan 5, 15, dan 25 pada setiap bulannya.
Besarnya N dihitung dengan rumus:
24
N ωs ............................................................................................................ (9)
π

dan Rnl dihitung dengan:

Rnl   Rld   Rlu   f (ε a  εvs ) σ Tk4 ............................................................. (10)

Dengan pengertian :
Rnl adalah radiasi gelombang panjang, (MJ /m2/hari).

Rlu  adalah radiasi termal yang dipancarkan oleh tanaman dan tanah ke atmosfer,

(MJ/m2/hari).
Rld  adalah radiasi gelombang panjang termal yang dipancarkan dari atmosfer dan

awan masuk ke permukaan bumi, (MJ/m2/hari).


f adalah faktor penutupan awan, tanpa dimensi.
εa adalah emisivitas efektif atmosfer.

ε vs adalah nilai emisivitas oleh vegetasi dan tanah  0,98 (Jensen dkk., 1990).

σ adalah nilai konstanta Stefan-Boltzman = 4,90 x 10-9 MJ/m2/K4/hari.


Tk adalah suhu udara rata-rata, (K).

Faktor penutupan awan (f) dihitung dengan rumus (FAO No. 24, 1977):
n
f  0 ,9  0 ,1 ...................................................................................................... (11)
N

Emisivitas ( ε , ) dihitung dengan rumus (Jensen dkk. ,1990) :


ε ,  (ε a  εvs )  (ar  br ea )  ( 0,34  0,14 ea .....................................................(12)

Dengan pengertian :
ε , adalah emisivitas atmosfer

ea adalah tekanan uap air aktual (kPa).


a r adalah 0,34 - 0,44.

br adalah negatif 0,25 - negatif 0,14.


Kecepatan angin pada ketinggian 2 m adalah:
 4,87 
U 2  U z   ................................................................................. (13)
 ln ( 67 ,8 z  5,42 ) 
Dengan pengertian :
U 2 adalah kecepatan angin pada ketinggian 2 m, (m/s).

U z adalah kecepatan angin pada ketinggian z m, (m/s).


z adalah ketinggian alat ukur kecepatan angin, (m).
Tekanan uap jenuh ( e s ) besarnya (Tetens, 1930):

 17 ,27 T 
e s  0,611 exp   .................................................................................... (14)
 T  237 ,3 
Tekanan uap aktual ( e a ) dihitung dengan:

ea  e s x RH ...........................................................................................................(15)

Dengan pengertian :
RH adalah kelembaban relatif rata-rata, (%).
Kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara dihitung dengan (Murray, 1967):
4098 e s
 ................................................................................................. (16)
(T  237 ,3 ) 2

Dengan pengertian :
 adalah kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara, (kPa/o C).
T adalah suhu udara rata-rata, (o C).
e s adalah tekanan uap jenuh pada suhu T , (kPa).

Konstanta psikrometrik () dihitung dari (Brunt, 1952) :


cpP
10 3  0 ,00163
P
γ ................................................................................... (17)
ελ λ
dengan pengertian :
 adalah konstanta psikrometrik, (kPa/o C).
cp adalah nilai panas spesifik udara lembap sebesar 1,013 kJ/kg/o C.
P adalah tekanan atmosfer, (kPa).
 adalah nilai perbandingan berat molekul uap air dengan udara kering = 0,622.
 adalah panas laten untuk penguapan, (MJ/kg).
Tekanan atmosfer (P) dihitung dari (Burman dkk.,1987):
g
 T  τ (z  z o )  τ R
P  Po  ko  ................................................................................ (18)
 Tko 
 
Dengan pengertian :
P adalah tekanan atmosfer pada elevasi z, (kPa).
Po adalah tekanan atmosfer pada permukaan laut, (kPa).
z adalah elevasi, (m).
zo adalah elevasi acuan, (m).
g adalah gravitasi = 9,8 m/s2.
R adalah konstanta gas spesifik = 287 J/kg/K.
Tko adalah suhu pada elevasi zo, (K).
 adalah konstanta lapse rate udara jenuh = 0,006 5 K/m.
Jika tekanan udara pada suatu stasiun tidak tersedia, maka gunakan asumsi
Tko = 293 K untuk T = 20o C dan Po = 101,3 kPa pada zo = 0.
Panas laten untuk penguapan () dihitung dengan rumus (Harrison, 1963):

λ  2,501  ( 2,361 x 10 3 )T ................................................................................... (19)


dengan pengertian :
 adalah panas laten untuk penguapan, (MJ/kg).
T adalah suhu udara rata-rata, (o C).
Perhitungan Kebutuhan Air
(KP-01 / 07 Lampiran II Kebutuhan Air)

A. Kebutuhan Air Selama Penyiapan Lahan


Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan metode yang
dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstra (1968). Metodetersebut didasarkan pada laju
air konstan dalam 1/dt selama periodepenyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut :
𝑒𝑘
𝐼𝑅 = 𝑀. 𝑘
𝑒 −1
Dimana :
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/ hari
M = Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensari kehilangan airakibat evaporasi
dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan
M = Eo + P, mm/ hari
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1, ETo selama penyiapan lahan, mm/ hari
P = Perkolasi
k = MT/S
T = jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = Kebutuhan air,untuk penjenuhan di tambah dengan lapisan air 50 mm
B. Kebutuhan Air Irigasi Konsumtif
Kebutuhan Bersih Air Di Sawah Untuk Padi adalah:
NFR  ETC  P  WLR  Re … .......................................... (2.9)
dimana:
NFR = NettoField WaterRequirement, kebutuhan bersihairdi
Sawah (mm/hari)
ETC = Evaporasi tanaman (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
WLR = Penggantian lapisan air (mm/hari)
Re = Curah hujan efektif (mm/hari)

 Kebutuhan Air Irigasi Untuk Padi Adalah:

NFR
IR  …………. ......................................................... (2.10)
e
dimana:
IR = Kebutuhan air irigasi (mm/hr)
e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan
NFR = Netto Field WaterRequirement, kebutuhan bersih air di
Sawah (mm/hari)

 Kebutuhan Air Irigasi Untuk Palawija adalah:

IR  ETC  Re/ e

C. Kebutuhan Pengambilan
Kebutuhan pengambilan untuk tanaman adalah jumlah debit air yang dibutuhkan oleh satu
hektar sawah untuk menanam padi atau palawija. Kebutuhan pengambilan ini dipengaruhi
oleh efisiensi irigasi. Efisiensi irigasi adalah perbandingan jumlah air yang benar-benar
sampai ke petak tersier dengan jumlah air yang di sadap (Yulianur, 2005: 26). Besarnya
kebutuhan pengambilan di hitungdengan rumus berikut

NFR
DR  . .................................................................. (2.11)
ef  8,64

ef  ef1  ef 2  ef 3 ................................................ (2.12)


dimana:
DR = Kebutuhan pengambilan air pada sumbernya (lt/dt/ha)
1 / 8,64 = Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt/ha

Anda mungkin juga menyukai