Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis merupakan gangguan kesehatan terkait dengan proses

pencernaan terutama lambung. Lambung bisa mengalami kerusakan karena

proses peremasan yang terjadi terus menerus selama hidup. Selain itu,

lambung bisa mengalami kerusakan jika sering kosong karena lambung

meremas hingga dinding lambung lecet atau luka (Abdul, dkk, 2016).

Menurut Maria, (2015) Gastritis merupakan peradangan yang mengenai

mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan

mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superficial yang menjadi

penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel

akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung.

Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak

fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung

hingga menyebabkan kematian (Saydam, 2011). Gastritis dapat menyebabkan

perubahan di dalam sel dari lapisan perut yang mendorong ke arah

kekurangan gizi, limfoma, atau kanker lambung. Pasien diopname, terutama

dalam kondisi kritis, perlu mendapatkan medikasi pencegahan untuk

menghindari pengembangan radang lambung (Digiulio., et al (2014).

Menurut data World Health Organization (2016), penyakit gastritis

mengalami peningkatan setiap tahunnya dari data terdapat laki-laki sebanyak

221,970 kasus dan perempuan 845,575 kasus. Selain itu disetiap usia
memiliki angka kejadian yang berbeda-beda antara lain laki-laki (15-29

tahun) 8,545 kasus dan perempuan (15-29 tahun) 36,437 kasus. Dari data

tersebut perempuan lebih sering mengalami sakit gastritis ketimbang pria.

Biasanya perempuan lebih menginginkan bentuk tubuh ideal. Hal tersebut

berkaitan dengan pola makan yang kurang sehat dan seimbang (Maria,2016).

Data untuk Indonesia menurut WHO angka kejadian gastritis pada

beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus

dari 238.452.952 jiwa penduduk atau sebesar 40,8%. Berdasarkan profil

kesehatan di Indonesia tahun 2016, gastritis merupakan salah satu penyakit

dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di

Indonesia dengan jumlah kasus 30.154 kasus (4,9%) (JIMKESMAS, 2017)

Provinsi Jawa Tengah menyebutkan prevelensi angka kejadian gastritis

didaerah Jawa Tengah meliputi daerah Temanggung laki-laki 495 kasus,

perempuan 513 dengan jumlah 1008 kasus, di daerah Banjarnegara 9,373 dan

di daerah Sragen 7,735 kasus (Dinkes Jawa Tengah 2018).

Menurut data rekam medis tahun 2019 Rumah Sakit Moewardi

prevelensi penyakit yang ada di daerah Surakarta gastritis (dypepsia)

menduduki peringkat ke 6 pada pasien rawat inap. Adapun hasil di Rumah

Sakit Moewardi Daerah Surakarta pada tahun 2019 ,pasien yang mengalami

gastritis (dyspepsia) yaitu 119 pasien ( Periode 1 Maret S/D 31 Maret 2019).

Salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada pasien gastritis adalah

nyeri. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium.

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan


akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Price, 2010). Secara

umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien yang mengalami nyeri

dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara (menangis, merintih,

menghembuskan nafas), ekspresi wajah (meringis, menggigit bibir),

pergerakan tubuh (gelisah, otot tegang, mondar-mandir, dll), interaksi sosial

(menghindari percakapan, disorientasi waktu) (Judha, 2012).

Respon nyeri yang mengalami gastritis juga disebabkan salah satunya

adalah ketidakteraturan makan. Sebanyak 63% responden mempunyai

kebiasaan makan yang tidak teratur. Orang yang memiliki kebiasaan makan

tidak teratur mudah terserang penyakit ini. Hal ini sesuai teori menyatakan

bahwa pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda

pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung,

sehingga timbul rasa nyeri (Rafana, 2011).

Untuk mengurangi nyeri tersebut dapat dilakukan tehnik relaksasi

progresif dimana tehnik. Teknik relaksasi otot progresif adalah memusatkan

perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan mengidentifikasikan otot yang

tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi

untuk mendapatkan perasaan relaks (Tyani., et al. 2015).

Pendapat Smeltzer dan Bare (2008), relaksasi otot skeletal dipercaya

dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang

menunjang nyeri. Hampir semua orang dengan nyeri kronis mendapatkan

manfaat dari metode relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu

untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri
kronis dan yang meningkatkan nyeri. Sedangkan setelah diberikan relaksasi

otot progresif pasien gastritis mengalami penurunan skala nyeri karena pasien

sudah tidak terfokus lagi pada rasa sakitnya itu. Sehingga hipotalamus tidak

mengaktifkan mediator nyeri.

Hasil penelitian Melisa (2013), tentang efektivitas pemberian teknik

relaksasi progresif dalam penurunan nyeri pasien gastritis akut dengan hasil

dari 25 responden tingkat nyeri pada pasien gastritis akut sebelum pemberian

teknik relaksasi progresif adalah nyeri ringan sebanyak 4 orang (16%), nyeri

sedang yaitu sebanyak 16 orang (64 %), nyeri berat terkontrol sebanyak 5

orang (20%). Tingkat nyeri pada pasien gastritis akut sesudah pemberian

teknik relaksasi progresif adalah tidak ada nyeri sebanyak 1 orang (4%), nyeri

ringan sebanyak 12 orang (48%), nyeri sedang yaitu sebanyak 7 orang (28

%), nyeri berat terkontrol sebanyak 5 orang (20%). Nilai sum ranks

menunjukkan bahwa nilai rank untuk tingkat nyeri pada sebelum pemberian

teknik relaksasi progresif adalah sebesar 71,50 pada saat sedangkan saat

sesudah pemberian teknik relaksasi progresif adalah sebesar 6,50. Nilai Z

sebesar -2,887 dengan nilai signifikan sebesar 0,004.

Menurut hasil penelitian Iwayan Supetran (2016) , menunjukkan setelah

diberikan relaksasi otot progresif sebagian besar pasien sudah tidak

mengalami nyeri.setelah diberikan relaksasi otot progresif pasien merasakan

nyerinya berkurang, karena gerakan-gerakan yang telah diberikan secara

perlahan membantu merilekskan saraf baik yang simpatis maupun yang

parasimpatis. Saraf yang rileks menurunkan rasa nyeri secara perlahan.


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik

mengambil judul penelitian " Relaksasi Otot Progresif dalam Menurunkan

Tingkat Nyeri pada Asuhan Keperawatan Gastritis ".

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana Relaksasi Otot Progresif dalam Menurunkan Tingkat

Nyeri pada Asuhan Keperawatan Gastritis ?”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis Relaksasi Otot Progresif dalam Menurunkan

Tingkat Nyeri pada Asuhan Keperawatan Gastritis.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis pengkajian nyeri pada Asuhan Keperawatan Gastritis

b. Menganalisi diagnosa keperawatan pada Asuhan Keperawatan

Gastritis

c. Menganalisis rencana keperawatan dalam menurunkan tingkat nyeri

pada Asuhan Keperawatan Gastritis

d. Menganalisis implementasi Relaksasi otot progresif dalam

menurunkan tingkat nyeri pada Asuhan Keperawatan Gastritis

e. Menganalisis evaluasi Relaksasi otot progresif dalam menurunkan

tingkat nyeri pada Asuhan Keperawatan Gastritis


D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan

studi kasus lebih lanjut dalam mengembangkan ilmu keperawatan

khususnya pada Relaksasi Otot Progresif Dalam Menurunkan Tingkat

Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Gastritis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perawat

Proposal ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, serta

membantu menambah referensi dalam hal perkembangan

pengetahuan dalam melaksanakan Relaksasi Otot Progresif Dalam

Menurunkan Tingkat Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Gastritis.

b. Bagi Instansi Rumah Sakit

Proposal ini dapat menjadikan bahan masukan dan referensi dalam

mengaplikasikan tindakan keperawatan yang telah dijalankan.

c. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan Proposal ini dapat terus dikembangkan dan dijadikan

acuan bagi penelitian Relaksasi Otot Progresif Dalam Menurunkan

Tingkat Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Gastritis selanjutnya, serta

sebagai wacana bagi institusi pendidikan dalam meningkatkan mutu

pendidikan di masa yang akan datang.


d. Bagi Penulis

Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

yang berharga khususnya dalam memberikan Relaksasi Otot

Progresif Dalam Menurunkan Tingkat Nyeri Pada Asuhan

Keperawatan Gastritis.

Anda mungkin juga menyukai