Nmadila
Nmadila
LAPORAN PENDAHULUAN
DISUSUN OLEH
NADILA HARDANA
PSIK/ 1607030
a. Pengertian
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul akibat terjadi adanya gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak,
sehingga seseorang dapat menderita kelumpuhan atau bahkan kematian. Sroke dapat
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke
hemoragik adalah stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah pada otak.
Sedangkan stroke non hemoragik adalah stroke yang terjadi akibat berkurangknya
suplai darah, oksigen, dan nutrisi ke otak akibat adanya sumbatan pada pembuluh
darah (Batticaca, 2008).
b. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2010) secara umum penyebab stroke biasanya diakibatkan
salah satu dari empat kejadian:
1) trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
2) embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain)
3) iskemia (penurunan aliran darah ke area otak),
4) hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak).Akibatnya adalah penghentian
suplay darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen
gerakan, berpikir, memori, bicara atau sensasi. Sedangkan menurut Price dan
Wilson (2006) terdapat empat subtipe dasar pada stroke non hemoragik
berdasarkan penyebabnya, yaitu sebagai berikut:
1) Stroke lakunar
Infark lakunar terjadi karena penyakit pembuluh-halus hipersensitif dan
menyebabkan sindrom stroke yang biasanya muncul dalam beberapa jam
atau kadang-kadang lebih lama. Infark lakunar merupakan infark yang
terjadi setelahoklusi aterotrombotik atau hialinlipid salah satu dari cabang-
cabang penetrans sirkulus willisi, arteria serebri media atau arteria
vetebralis dan basilaris. Trombosis yang terjadi di pembuluh-pembuluh ini
menyebabkan daerah-daerah infark yang kecil, lunak, dan disebut lakuna.
Terdapat empat sindrom yang sering dijumpai yaitu 1) hemiparesis motorik
murni akibat infark di kapsula interna posterior, 2) hemiparesis motorik
murni akibat infark pars anterior kapsula interna, 3) stroke sensorik murni
akibat infark talamus, dan 4) hemiparesis ataksis atau disartria serta gerakan
tangan atau lengan yang canggung akibat infark pons basal. Sampai saat ini
sudah teridentifikasi lebih dari 30 sindrom lakunar, dan patologi
intravaskular biasanya adalah lipohialinosis atau mikroateroma dengan
bekuan di dalam lumen vaskular. Secara umum, pasien dengan infark
lakunar umumnya berusia lebih tua, memiliki kadar kolesterol lebih tinggi,
dan mengidap diabetes dibandingkan dengan stroke perdarahan
intraserebrum dalam.
2) Sroke tromolitik pembuluh besar
Arteriosklerosis serebral dan pelambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama trombosis serebral. Sebagian besar stroke ini terjadi saat
tidur, saat pasien relatif mengalami dehidrasi dan dinamika sirkulasi
menurun. Gejala dan tanda yang terjadi akibat stroke iskemik ini tergantung
pada lokasi sumbatan dan tingkat aliran kolateral di jaringan otak yang
terkena. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau
kejang dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari
hemoragi intraserebral atau embolisme serebral. Stroke ini sering dikaitkan
dengan lesi ateroskletotik yang menyebabkan penyempitan atau stenosis di
arteria karotis interna atau yang lebih jarang di pangkal arteria serebri
media atau di taut arteria vetebralis dan basalis. Mekanisme lain pelannya
aliran padaarteri yang mengalami trombosisparsial adalah defisit perfusi
yang dapat terjadi pada reduksi mendadak curah jantung atau tekanan darah
sistemik. Agar dapat melewati lesi stenotik intraateri, aliran darah mungkin
bergantung pada tekanan intravaskular yang tinggi.
3) Stroke embolik
Stroke embolik diklasifikasikan berdasarkan arteri yang terlibat (misalnya
stroke arteria vertebralis) atau asal emolus. Trombus mural jantung
merupakan sumber tersering: infark miokardium, fibrilasi atrium, penyakit
katup jantung, dan kardiomiopati iskemik. Stroke yang terjadi akibat
embolus biasanya menimbulkan defisit neurologik mendadak dengan efek
maksimum sejak awitan penyakit. Biasanya serangan terjadi saat pasien
beraktivitas. Trombus emboli ini sering tersangkut di bagian pembuluh
yang mengalami stenosis. Stroke kardioembolik merupakan stroke embolik
tersering, didiagnosa apabila diketahui adanya kausa jantung seperti
fibrilasi atrium atau apabila pasien baru mengalami infark miokardium yang
mendahului terjadinya sumbatan mendadak pembuluh besar otak. Embolus
berasar dari bahan trombotik yang terbentuk di dinding rongga jantung atau
katup mitralis. Karena biasanya bekuan yang sangatkecil, fragmen-fragmen
embolus dari jantung mencapai otak melalui arteri karotis dan dan
vertebralis. Oleh karena itu, gejala klinis yang ditimbulkan bergantung pada
bagian mana sirkulasi yang tersumbat dan seberapa dalam bekuan berjalan
di percabangan arteri sebelum tersangkut.
4) Stroke kriptogenik
Walaupun kardioembuli menimbulkan gambaran klinis yang dramatis dan
hampir patognomonik, namun sebagian pasien mengalami oklusi mendadak
pembuluh intrakranium besar tanpa penyebab yang jelas. Kelainan ini
disebut stroke kriptogenik karena sumbernya tersembunyi, bahkan setelah
dilakukan pemeriksaan diagnostik dan evaluasi klinis yang ekstensif.
Mungkin kausa tersebut tetap tidak jelas selama beberapa bulan atau tahun,
ketika muncul kembali gejala serupa yang kausanya diketahui.
5) Penyebab lain stroke non hemoragik
Beberapa penyebab lain stroke yang lebih jarang adalah displasia
fibromuskular, arteritis, dan gangguan hiperkoagulasi. Walaupun penyebab
ini umumnya masuk kedalam klasifikasi stroke trombotik, masing-masing
juga memiliki gambaran dari subtipe stroke lain.
6) Faktor Resiko
Faktor risiko pada stroke menurut Smeltzer dan Bare (2010) yaitu
hipertensi, penyakit kardiovaskuler, kolesterol tinggi, obesitas, peningkatan
hematokrit meningkatkan risiko infark serebral, diabetes melitus, merokok,
penyalahgunaan obat dan konsumsi alkohol.
c. Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, tergantung pada lokasi lesi, ukuran
area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral. Menurut
Smeltzer dan Bare (2010) tanda dan gejala yang mungkin muncul yaitu:
a. Kehilangan motorik, stroke adalah penyakit motorneuron atas dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motor. Karena neuron motor atas
melintas, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
menunjukan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari
otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu
sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
b. Kehilangan komunikasi, disartria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara
yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertangung jawab
untuk menghasilkan bicara. Disfagia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan
bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif. Apraksia (ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien
mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
c. Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi.
Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang).
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
e. Disfungsi kandung kemih
Apabila dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
Stroke Hemisfer Kiri Stroke Hemisfer Kanan
Paralisis pada tubuh kanan Paralisis pada tubuh kiri
Defek lapang pandang kanan Defek lapang pandang kiri
Afasia (ekspesif, reseptif, atau global) Defisit persepsi—Khusus
Perubahan kemampuan intelektual Peningkatan distaktibilitas
Perilaku lambat dan kewaspadaan Perilaku impulsif dan penilaian
buruk
Kurang kesadaran terhadap defisit
d. Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-
arteri yang membentuk sirkulus willisis: arteria karotis interna dan sistem
vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke
jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian
jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di
daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa mungkin
terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut. Proses patologik yang
mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh
darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa: 1) keadaan penyakit pada
pembuluh darah itu sendiri, seperti ada aterosklerosis dan trombosis, robeknya
dinding pembuluh darah atau peradangan, 2) berkurangnya perfusi akibat gangguan
status aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah, 3) gangguan aliran
darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh
darah ekstrakranium atau ) ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang
subaraknoid.
e. Pathway
(Muttaqin, 2008)
f. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut Batticaca (2008) yaitu:
a. Angiografi serebral: untuk membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik, misalnya karena pertahanan atau sumbatan arteri.
b. CT Scan: untuk mengetahui adanya tekanan normal dan adanya thrombosis,
emboli serebral, dan tekanan intracranial (TIK).
c. MRI: untuk menunjukkan daerah infark, perdarahan, dan malformasi arteriovena
(MAV).
d. Ultrasonografi Doppler (USG doppler): untuk mengidentifikasi penyakit
arteriovena (masalah sistem arteri karotis (aliran darah atau timbulnya plak) ) dan
arteriosclerosis.
e. Elektroensefalogram (EEG): untuk mengidentifikasi masalah pada gelombang
otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
f. Pemeriksaan laboratorium
g. Analisa Gas Darah: Mendeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi)
jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial
g. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
Serangan stroke merupakan momen gawat darurat yang tidaak boleh
disepelekan. Segeralah bertindak bila keluarga , teman, atau tetangga anda
mengalaminya
Panggilah mobil ambulans atau langsung bawa penderita ke unit gawat darurat
rumah sakit terdekat, walaupun gejalany a hanya nampak sebagai jenis stroke ringan
yang bersifat sementara
1. Pertolongan Darurat
Sementara menunggu dokter atau ambulans, lakukan pertolongan
sementara untuk keadaan gawat darurat ini, dengan urutan sebagai berikut :
a. Jika orang itu sadar, tenagngkan dia. Baringkan dengan hati – hati, taruh bantal
dibawah kepalanya dan selimuti
b. Jika orang itu tidak sadar, periksa pernafasannya. Bila masih benapas
miringkan badannya dan biarkan kepalanya diatas lantai. Selimuti dia. Tunggu
datangnya dokter atau paramedis untuk melakukan tindakan penyelamatan
lebih
c. Jika pernapasnnya berhenti – kalau anda ahli – segera berikan pernapasan
buatan dari mulut ke mulut (resusitasi). Prioritas utama adalah mengusahakan
penderita bernapas kembali. Ingat bahwa bila pernapasan terhenti dalam 2 – 3
menit akan tejadi kerusakan otak, dan bila sampai 4 – 6 menit akan terjadi
kematian
d. Bila penderita tersebut sebelumnya terjatuh, periksa apakah terjadi pendarahan
hebat. Hentikan pendarahan dengan melakukan penekanan selama 5 menit di
atas lukanya
2. Resusitasi (pertolongan pernapasan)
a. Baringkan korban terlentang di atas permukaan yang keras dan rata. Tekan
bagian dada berulang – ulang sebagai pengganti denyut jantung. Manfaatkan
berat badan anda sebaik – baiknya saat melakukannya dengan meletakkan
kedua tangan anda di atas bagian bawah tulang dada korban. Kedua siku anda
tetap tegak lurus dengan posisi kedua bahu korban tepat di atas kedua tangan
anda. Tekanlah kebawah sekitar 3 sampai 5 cm dengan kecepatan 80 sampai
100 kali permenitnya. Usahakan penekanan dan pelepasan pada setiap siklus
sama durasinya. Jangan mengentak ke bawah , lalu istirahat.
b. Setelah melakukan 15 kali penekanan, embuskan napas anda dalam mulut
korban sebanyak 2 kali. Setiap 4 siklus dengan 15 kali penekanan, dan 2 kali
embusan napas. Periksa apakah sudah ada denyutan napas. Teruskan tindakan
penyelamatan selama korban belum bernapas atau belum ada denyut
jantungnya
3. Pengobatan
Bila gejala – gejala stroke yang dialami penderita berlangsung dalam
kurun waktu yang relatif tidak lama, misalnya selama seminggu sudah seminggu
sudah menunjukan kemajuan yang pesat, kemungkinan besar penderita akan pulih
sama sekali tanpa cacat. Terapi bila setelah dua minggu keadaan pendrita belum
menunjukan kemajuan. Penderita perlu waktu lebih lama di rawat dirumah sakit.
Makin lama penderita dalam keadaan tidak sadar atau koma, semakin kecil
peluangnya untuk pulih total
Umumnya terapi obat merupakan penanganan yang paling paaling lazim
diberikan selama perawatan di rumah sakit maupun setelahnya. Obat apa yang
diberikan tergantung dari jenis stroke yang di alami apakah iskemik atau
hemoragik. Kelompok obat yang paling populer untuk menangani stroke adalah :
a. Antitrombotik
Kelompok antitrombotik diberikan untuk mencegah pembentukan
gumpalan darah yang mungkin tersangkut di pembuluh darh serebral dan
menyebabkan stroke. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah :
b. Antiplatelet
Adalah jenis obat – obatan yang sifatnya mencegah penggumpalan
dengan mengurangi kegiatan platelet (sel darah) yang sifatnya merangsang
terjadinya penggumpalan. Para dokter memberikan jenis ini untuk mencegah
terjadinya stroke iskemik . obat antiplatelet yang akrab di telinga kita karena
terjual bebas adalah aspirin. Jenis antiplatelet lainnya yang sering diresepkan
oleh dokter adalah clopidogrel dan ticlopidine
c. Antikoagualan
Jenis obat ini digunakan untuk mendurangi resiko stroke dengan
merendam sifat penggumpalan pada darah. Obat anti koagulan yang paling
populer adalah warfarin (dikenal juga sebagai coumadin) dan heparin
d. Trombolitik
Obat trombolitik digunakan untuk mengalami stroke iskemik yang
parah dan berlanjut. Obat – obatan ini dimaksudkan untuk menghentikan
stroke dengan melarutkan gumpalan darah yang menyumbat aliran darah dari
jantung ke otak.
Dari kelompok trombolitik, senyawa rt – PA (recombinant tissue
plasminogen activator ) merupakan bentuk rekayasa genetika dari t – PA, zat
trombolitik yang dibuat oleh tubuh. Senyawa ini memberikan efek yang
opyimal bila diberikan melalui infus dalam batas waktu 3 jam setalah
memastiakn bahwa pasien itu benar menderita stroke iskemik sehingga
keefektifannys berkurang
Masalahnya, obat trombolitik dapat meningkatakan pendarahan dan
tidak boleh diberikan untuk kasus stroke hemoragik. Oleh karena itulah, obat
ini hanya boleh digunakan setelah pasien dipastikan secara seksama benar
mengalami stroke iskemik, bukan stroke hemoragik
e. Neuroprotektif
Obat neuroprotektif digunakan untuk melindungi kerusakan lebih
lanjut dari sel saraf otak karena akibat ikutan dari stroke . kelompok ini harus
digunakan dengan sangat hati – hati, karenaefek sampingnya juga berbahaya.
Misalnya, nimodipine, salah satu antagonis kalsium bekerjamengurangi
resiko kerusakan saraf(vasospasme cerebral). Pad pendarahan di dalam otak
(subarachnoid) dengan menghambat kalsium yang berfungasi sebagai
pengirim pesan pada jaringan saraf otak
4. Pembedahan
pembedahan dpat disarankan untuk mencegah stroke , menindak stroke
yang akut, memperbaiki kerusakan pada pembuluh darah, atau cacat bentuk dan di
sekitar otak.
Pembedahan dapat dilakukan secara darurat untuk menyelamatkan pasien
dari stroke hemoragik yang parah. Beberapa jenis pembedahan yang dilakukan
adalah :
a. Endarterectomy carotid
Pembedahan enderterktomi karotid (endarterectomy carotid) ini
dilakukan untuk membuang endapan lemak penyumbat dari sebelah dalm
pembuluh karotid, yang berlokasi di leher dan merupakan penyalur darah
yang utama ke otak. Percobaan klinis menunjukan bahwa enderoktoni
karotid merupakan terapi pencegah stroke yang aman dan efektif bagi
kebanyakan orang yang menderita sumbatan pada pembuluh karotid lebih
dari 50 persen. Pembedahan ini lebih efektif bila dilakukan oleh ahli bedah
saraf atau pembuluh darah yang kompeten dan berpengalaman
b. Bypass EC/IC
Merupakan cara pembedahan untuk memulihkan aliran darah ke
bagian otak yang kehilangan darah, dengan cara mengatur kembali aliran
pembuluh darah yang sehat dalam tempurung otak dari pembuluh darah otak
yang tersumbat
Suatu penelitian klinis memperlihatkan , bahwa pada jangka waktu
panjang, EC?IC nampaknya tidak menjamin terjadinya stroke susulan pada
pasien yang menderita aterosklerosis. Kadangkala pembedahan ini dilakukan
juga pada pasien yang menderita gangguan atau kelainan pada pembuluh
darahnya
c. Clipping
Merupakan cara pembedahan untuk mengurangi kemungkinan
pembuluh darh pecah dan menyebabkan pendarahan subsrschnoid, yakni
menjepit pembuluh yang bengkak. Maka sering pembedahan ini disebut
penjepitan
d. Teknik kumparan lepas
Teknik baru pembedahan ini mulai mendpat perhatian walaupun
tindakan untuk mengtasi pembengkakan pembuluh darah intrakranial ini
beresiko tinggi. Sebuah kumparan kecil, terbuat dari platina, dimasukan
melalui pembuluh di paha dan di antar melalui pembuluh – pembuluh darah
lain ke tempat pembengkakan. Kemidian, kumparan itu dilepas setelah berad
di dalm pembuluh darah yang bengkak tersebut.
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Periksa jalan nafas dari sumbatan benda asing (padat / cair)
Kelemahan menelan/ batuk/ hambatan jalan napas
2) Breathing
Gejala:
Tanda: Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.
3) Circulation
Gejala: Adanya penyakit kardiovaskuler, polisitemia, hipotensi postural.
Tanda :
Hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme/ malformasi
vaskuler.
Nadi : frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi
jantung/ kondisi jantung, obat-obatan, efek stroke pada pusat
vasomotor)
Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu
juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu
Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
4) Disability
Data Subyektif:
Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
Perubahan tingkat kesadaran
Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ),
kelemahan umum.
gangguan penglihatan
5) Exposure
Kaji adanya hematom atau cidera (terutama pada klien stroke yang
mengalami jatuh).
b. Pengkajian Sekunder
Pengkajian fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,
kadang tidak bisa bicara
Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
2) Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : bentuk normocephalik
Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
3) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.
4) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
5) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
6) Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi (berkurangnya
ketajaman sensasi pada satu sisi tubuh).
Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli
dengan refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999)
c. Pengkajian Tersier
a. Tersiery Survey
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
2) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000)
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D.
Ignativicius, 1995)
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus. (Hendro Susilo, 2000)
6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga
faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga.
d. Diagnosa Keperawatan
Batticaca, Fransisca. B. (2008). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan persarafan.
Jakarta : Salemba Medika.
Price, S & Wilson, L. (2006). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2010). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer C. S. dan Bare B. G. (2002). Buku ajar keperawtan medikal bedah brunner &
Suddarth. Edisi 8. Alih bahasa dr. Kuncoro. Jakarta : EGC