Semakin berkembang pesatnya pembangunan saat ini dapat dilihat dari banyaknya bangunan konstruksi berskala besar. Baik sebagai sarana transportasi berupa jembatan, jalan, bangunan air seperti bendungan, maupun pada struktur bangunan seperti gedung perkantoran, apartemen yang diminati di kota-kota besar. Dari sekian banyak konstruksi yang telah dibuat terlihat bahwa konstruksi beton lebih dominan digunakan. Bak pada konstuksi jalan, gedung berlingkat maupun pada stuktur basah seperti pada bendungan dan saluran irigasi. Menurut Ir Tri Mulyono dalam bukunya Teknologi Beton, beton yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil, struktur beton digunakan untuk bangunan pondasi, kolom, pelat atau pelat cangkang. Dalam teknik sipil hidro, beton digunakan untuk bangunan air seperti bendung, bendungan, saluran dan drainase perkotaan. Beton juga digunakan dalam teknik sipil transportasi untuk pekerjaan rigid pavement (lapisan keras permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong dan lainnya. Jadi, beton hampir digunakan dalam semua aspek ilmu teknik sipil. Artinya, semua struktur dalam teknik sipil akan menggunakan beton, minimal dalam pekerjaan pondasi. Struktur beton dapat didefinisikan sebagai banguna beton yang terletak di atas tanah yang menggunakan tulangan atau tidak menggunakan tulangan (ACI 318-89, 1990:1-1). Struktur beton sangat dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas bahan-bahan pencampur beton, yang dibatasi oleh kemampuan daya tekan beton (in a state of compression) seperti yang tercantum dalam perencanaannya. Hal tersebut begantung pada kemampuan daya dukung tanah (supported by soil), kemampuan struktur yang lain atau kemampuan struktur atasnya (vertical support). Menurut Wang, Salmon, dan Hariandja (1993: 5) beton polos didapat dengan mencampurkan semen, agregat (aggregate) halus, agregat kasar, air, dan kadang-kadang campuran lain. McCormac (2000: 1) berpendapat, “Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-agregat lain yang yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan”. Sedangkan menurut Budiadi (2008: 10) “beton adalah campuran dari semen, air dan agregat serta suatu bahan tambahan” Dengan keistimewaan yang dimiliki oleh campuran beton tersebut, maka dapat ditinjau bahwa kemampuan beton terhadap tekan tidak lepas dan berhubungan erat dengan unsur-unsur yang terkandung dalam campuran itu sendiri. Seperti pendapat diatas, campuran beton pada umumnya terdiri dari agregat, air dan semen poertland sebagai bahan pengikat. Tegangan tekan dan kemudahan dalam pelaksanaan campuran beton yang dihasilkan merupakan salah satu ukuran dalam menentukan layak atau tidaknya beton tersebut dilaksanakan. Atas dasar tegangan tekan yang dihasilkan dan kemudahan dalam pelaksanaan inilah, maka perlu dilakukan penelitian penelitian-penelitian dan analisa konkrit mengenai teknologi beton untuk mendapatkan kekuatan tekan yang tinggi dan kepadatan campuran yang menjamin kemudahan dalam pelaksanaan dengan menggunakan semen yang lebih ekonomis. Meninjau akan beragamnya tambahan agregat pada bahan penyusun beton, maka dalam hal ini penulis ingin melakukan penelitian tentang kuat tekan beton setelah ditambahkan agregat pecahan keramik kedalam campuran beton. Agregat dari pecahan keramik merupakan barang yang tidak asing lagi bagi masyarakat, karena dapat ditemukan ditemukan ditempat sampah. Dari pecahan keramik tersebut, dibuat menjadi agregat halus atau seperti halnya pasir, kemudian dicampurkan kedalam adukan beton. Agregat tambahan ini diharapkan dapat berfungsi menjaga kerapatan adukan beton selama proses pengecoran dilakukan dan menambah kuat tekan beton setelah proses pengerasan.
1.2. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Dapatkah pecahan keramik digunakan sebagai bahan pengganti agregat pada campuran penyusun beton, terutama sebagai agregat halus ? 2. Bagaimana kuat tekan beton dengan mengganti sebagian agregat halus dengan penambahan pecahan keramik ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui seberapa besar kuat tekan beton dengan menggunakan tambahan pecahan keramik sebagai agregat halus. 2. Mengetahui perbedaan kuat tekan antara beton yang diberi tambahan pecahan keramik dengan beton yang tidak diberikan tambahan pecahan keramik.
1.4. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh penggantian sebagian agregat halus dengan pecahan keramik dalam pembuatan beton.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaatnya untuk mengetahui kegunaan pecahan keramik sebagai bahan tambahan campuran beton dan dapat mengetahui apakah dapat menaikkan mutu beton atau tidak.