Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Semakin berkembang pesatnya pembangunan saat ini dapat dilihat
dari banyaknya bangunan konstruksi berskala besar. Baik sebagai sarana
transportasi berupa jembatan, jalan, bangunan air seperti bendungan,
maupun pada struktur bangunan seperti gedung perkantoran, apartemen
yang diminati di kota-kota besar.
Dari sekian banyak konstruksi yang telah dibuat terlihat bahwa
konstruksi beton lebih dominan digunakan. Bak pada konstuksi jalan,
gedung berlingkat maupun pada stuktur basah seperti pada bendungan dan
saluran irigasi. Menurut Ir Tri Mulyono dalam bukunya Teknologi Beton,
beton yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil dapat
dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil, struktur beton
digunakan untuk bangunan pondasi, kolom, pelat atau pelat cangkang.
Dalam teknik sipil hidro, beton digunakan untuk bangunan air seperti
bendung, bendungan, saluran dan drainase perkotaan. Beton juga digunakan
dalam teknik sipil transportasi untuk pekerjaan rigid pavement (lapisan
keras permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong dan lainnya.
Jadi, beton hampir digunakan dalam semua aspek ilmu teknik sipil. Artinya,
semua struktur dalam teknik sipil akan menggunakan beton, minimal dalam
pekerjaan pondasi.
Struktur beton dapat didefinisikan sebagai banguna beton yang
terletak di atas tanah yang menggunakan tulangan atau tidak menggunakan
tulangan (ACI 318-89, 1990:1-1). Struktur beton sangat dipengaruhi oleh
komposisi dan kualitas bahan-bahan pencampur beton, yang dibatasi oleh
kemampuan daya tekan beton (in a state of compression) seperti yang
tercantum dalam perencanaannya. Hal tersebut begantung pada kemampuan
daya dukung tanah (supported by soil), kemampuan struktur yang lain atau
kemampuan struktur atasnya (vertical support).
Menurut Wang, Salmon, dan Hariandja (1993: 5) beton polos
didapat dengan mencampurkan semen, agregat (aggregate) halus, agregat
kasar, air, dan kadang-kadang campuran lain. McCormac (2000: 1)
berpendapat, “Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil,
batu pecah, atau agregat-agregat lain yang yang dicampur menjadi satu
dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa
mirip batuan”. Sedangkan menurut Budiadi (2008: 10) “beton adalah
campuran dari semen, air dan agregat serta suatu bahan tambahan”
Dengan keistimewaan yang dimiliki oleh campuran beton tersebut, maka
dapat ditinjau bahwa kemampuan beton terhadap tekan tidak lepas dan
berhubungan erat dengan unsur-unsur yang terkandung dalam campuran itu
sendiri. Seperti pendapat diatas, campuran beton pada umumnya terdiri dari
agregat, air dan semen poertland sebagai bahan pengikat. Tegangan tekan
dan kemudahan dalam pelaksanaan campuran beton yang dihasilkan
merupakan salah satu ukuran dalam menentukan layak atau tidaknya beton
tersebut dilaksanakan. Atas dasar tegangan tekan yang dihasilkan dan
kemudahan dalam pelaksanaan inilah, maka perlu dilakukan penelitian
penelitian-penelitian dan analisa konkrit mengenai teknologi beton untuk
mendapatkan kekuatan tekan yang tinggi dan kepadatan campuran yang
menjamin kemudahan dalam pelaksanaan dengan menggunakan semen
yang lebih ekonomis.
Meninjau akan beragamnya tambahan agregat pada bahan penyusun
beton, maka dalam hal ini penulis ingin melakukan penelitian tentang kuat
tekan beton setelah ditambahkan agregat pecahan keramik kedalam
campuran beton. Agregat dari pecahan keramik merupakan barang yang
tidak asing lagi bagi masyarakat, karena dapat ditemukan ditemukan
ditempat sampah. Dari pecahan keramik tersebut, dibuat menjadi agregat
halus atau seperti halnya pasir, kemudian dicampurkan kedalam adukan
beton. Agregat tambahan ini diharapkan dapat berfungsi menjaga kerapatan
adukan beton selama proses pengecoran dilakukan dan menambah kuat
tekan beton setelah proses pengerasan.

1.2. Rumusan Masalah


Dari penjelasan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Dapatkah pecahan keramik digunakan sebagai bahan pengganti agregat
pada campuran penyusun beton, terutama sebagai agregat halus ?
2. Bagaimana kuat tekan beton dengan mengganti sebagian agregat halus
dengan penambahan pecahan keramik ?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui seberapa besar kuat tekan beton dengan menggunakan
tambahan pecahan keramik sebagai agregat halus.
2. Mengetahui perbedaan kuat tekan antara beton yang diberi tambahan
pecahan keramik dengan beton yang tidak diberikan tambahan pecahan
keramik.

1.4. Batasan Masalah


Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini dibatasi hanya
pada pengaruh penggantian sebagian agregat halus dengan pecahan
keramik dalam pembuatan beton.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaatnya untuk mengetahui kegunaan pecahan keramik sebagai
bahan tambahan campuran beton dan dapat mengetahui apakah dapat
menaikkan mutu beton atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai