Anda di halaman 1dari 35

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN BETAWI

(Dirangkum dari beberapa sumber)

( Sirih Dare melayani konsultasi budaya Betawi di 021 7987134/0818837872 )

Muqaddimah
Sejak jaman dahulu kala penduduk inti kota Jakarta dan sekitarnya (Bodetabek) adalah
orang Betawi. Pada abad ke-2 daerah Jakarta dan sekitarnya termasuk wilayah kekuasaan
kerajaan Salakanagara. Penduduk asli Betawi adalah rakyat kerajaan Salakanagara.
Pada jaman Salakanagara perdagangan dengan Cina telah maju. Sejak tahun 432
Salakanagara mengirim utusan dagang ke Cina. Pada tahun 667 Salakanagara tidak lagi
mengirim utusan dagang ke Cina. Tidak diketahui penyebabnya, mungkin Salakanagara sudah
ditaklukkan oleh kerajaan lain.
Pada akhir abad ke-5 berdiri kerajaan Tarumanagara di tepi kali Citarum. Tarumanagara
menganut agama Hindu. Ada yang menganggap Tarumanagara merupakan kelanjutan
kerajaan Salakanagara. Hanya saja ibukota kerajaan dipindahkan dari kaki gunung Salak ke
tepi kali Citarum. Penduduk asli Betawi menjadi rakyat kerajaan Tarumanagara.
Raja Tarumanagara Sri Baduga memperhatikan pembangunan pertanian. Sang Raja
Tarumanagara mendirikan bendungan di tepi kali Bekasi dan Kalimati. Bendungan ini untuk
mengairi sawah. Maka sejak ini rakyat Tarumanagara mengenal persawahan menetap.
Di jaman Tarumanagara kesenian mulai berkembang. Petani Betawi membuat orang-
orangan sawah untuk mengusir burung. Orang-orangan sawah ini diberi berbaju dan bertopi.
Petani Betawi menyanyikan lagu sambil menggerak-gerakkan tangan orang-orangan sawah
itu.
Jika panen tiba petani bergembira. Sawah subur karena Dewi Sri menyayangi mereka.
Dewi Sri adalah dewi kemakmuran. Penduduk mengarak barongan yang dinamakan ondel-
ondel untuk menyatakan kegembiraannya. Mengarak ondek-ondel dengan membunyikan
gamelan.
Nelayan juga bergembira menyambut panen laut. Ikan segar merupakan rejeki yang
mereka dapatkan dari laut. Karena itu mereka mengadakan upacara nyadran. Ratusan prau
nelayan melaut mengarak kepala kerbau yang dilarungkan ke laut. Di wilayah agraris atau
pedaaman, masyarak berterima kasih kepada Pengasa Alam Semesta dengan melakukan
Upacara Sedekah Bumi, disebut juga Upacara Bebari/Bebarik.
Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-7 ditaklukkan kerajaan Sriwijaya yang beragama
Budha. Di jaman kekuasaan Sriwijaya berdatangan penduduk Melayu dari Kalimantan.
Mereka mendirikan pemukiman di pesisir Jakarta.
Bahasa Melayu menggantikan kedudukan bahasa Kawi sebagai hahasa pergaulan. Ini
disebabkan terjadinya perkawinan antara penduduk asli dengan pendatang Melayu. Bahasa
Melayu mula-mula dipakai di daerah pesisir saja. Kemudian meluas sehingga ke daerah kaki
gunung Salak dan kaki gunung Gede.
Syair Bujangga Manik, menurut Prof. Noordhuijn ditulis pada akhir paruh abad ke-15.
Syair itu menyebut beberapa nama tempat sekitar Jakarta Kota, labuan (pelabuhan Kalapa),
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 1
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Pabeyaan (sekitar Meseum Bahari), Mandi Rancan (Jl. Kakap dan sekitarnya), Ancol
Temyang1 (kemungkinan daerah Rowa Malaka).
Berdasarkan syair itu tempat-tempat itu telah berpenduduk. Bahkan patut diduga Mandi
Rancang adalah kawasan pemukiman. Seperti halnya Babelan yang merupakan kawasan
pesisir, maka konsentrasi penduduk asli dapat diduga pada awalnya di kawasan pesisir.
Kelana Cina, Fa Hsien (414 M), mencatat adanya pemukiman di sekitar Ancol dan banyaknya
penduduk yang hidup dari mencari ikan.
Peta Ciela, yang dibuat Pangeran Panembong sekitar akhir abad ke-15 dan awal abad ke-
16 menyebut kawasan yang dibatasi sebelah wetan kali Cisadane dan sebelah kulon kali
Citarum, adalah Nusa Kalapa.
Jayakerta atau Kertajaya, dan Surakarta, adalah nama lain Nusa Kalapa yang sudah
disebut oleh naskah Sunda abad ke-15. Nama Jayakerta pada tahun 1527 dipergunakan
Fatahillah untuk menyebut entitas kekuasaan politiknya. Menurut pemantauan Ridwan Saidi,
dari folklore yang masih hidup di sementara kalangan penduduk Bogor asli, perang
penaklukkan Nusa Kalapa oleh Fatahillah disebut sebagai Perang Betawi.
Perang penaklukkan itu menelan korban yang tidak sedikit antara lain musnahnya 3000
rumah karena dirusak Fatahillah (de Quoto 1531), tewasnya Xabandar Wak Item, atau Betara
Katong versi naskah Cirebon) beserta puluhan pengawal labuhan.
Serangan Fatahillah itu sulit dibendung karena berkekuatan 1546 pasukan koalisi
Demak-Cirebon (Purwaka Caruban Nagari), sementara Labuan Kalapa hanya dijaga
beberapa puluh pengawal Xabandar saja. Pasukan Pajajaran yang berkekuatan 100.000 orang
tak mungkin digerakkan dalam waktu singkat.
Daerah Mandi Rancan dikosongkan dari penduduk asli dan menjadi tumpukan puing-
puing reruntuhan belaka sampai Pangeran Jayakerta menjualnya kepada Belanda pada 1602.
Fatahillah mendirikan pusat kekuasaan di tepi barat Kali Besar (kemungkinan Hotel
Batavia, dulu Hotel Omni Batavia), dan di tepi timur didirikan perkampungan Aryan.
Penduduk asli berada di luar kawasan kekuasaan yang melebarkan dominasinya sampai
sekitar kali Angke.
Penduduk membangun pemukimannya kemungkinan besar di balik bukit yang disebut
Gunung Biru atau Blauw Bergen (Topografi 1770). Bukit ini, seperti halnya bukit Gunung
Sarie, telah rata dengan tanah ketika Belanda membangun Batavia dimana banyak anak-anak
sungai yang diuruk. Terjadi pergeseran lokasi pemukiman ke arah selatan (tengah) dari pesisir.

Mula Kata Betawi


Banyak yang berpendapat bahwa kata Betawi berasal dari transliterasi Arab Batavia. Tetapi dalam
naskah-naskah Betawi yang ditulis pada abad ke 18 dan 19 cara menuliskan Batavia sebagai kota
adalah Batafiya (ba – ‫ب‬, ta – ‫ت‬, fa – ‫ف‬, ya – ‫ي‬, alif – ‫) ا = بتفيا‬, dan cara menuliskan Betawi sebagai
nama suku bangsa adalah Betawi (ba – ‫ب‬, ta – ‫ت‬, alif – ‫ﺃ‬, wau – ‫و‬, ya – ‫)ي = بتاوي‬
Batawi sebagai nama suku bangsa berdasarkan dokumen tertulis (Testamen Nyai Inqua) telah
dipergunakan jauh sebelum tahun 1644. Dapat diduga sebelum kota pendudukan itu oleh Belanda
diganti namanya menjadi Batavia, sudah dikenal Betawi sebagai nama suku bangsa.
Nama Betawi mulai go internasional ketika Syech Juned menambahkan kata Betawi di belakang
namanya menjadi, Syeh Juned Al-Batawi, ketika mukim di Mekkah tahun 1834. Syeh Juned Al-

1
Ancol dimana berlokasi Dunia Fantasi adalah Ancol Kiji
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 2
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Batawi kemudian diangkat menjadi imam besar masjidil Haram. Nama Betawi menjadi kian terkenal
dan menjadi brand atau merek dagang dari berbagai kalangan. Paling sedikit ada tiga surat kabar yang
menggunakan nama Betawi, yaitu : Soerat Chabar Betawi (CV Lange, 1858), Bintang Betawi (Van
Dorp & Co, 1900-1906), dan Berita Betawi (Perusahaan betawi, 1932/1933). Nama majalah pun
banyak menggnakan nama Betawi.
Dalam buku karangan GJ. Fillet, Plaaantkundig Woordenboek van Nederlandsch – Indie, terbitan
Amsterdan, J.H. de Bussy, 1888, kata Betawi merupakan nama pohon yang dalam bahasa Latin
disebut Cassia Glauca. Pohon ini sejenis pohon Ketepeng yang banyak tumbuh di pinggir sawah atau
di sekitar pinggir kali. Itu sebabnya seniman masa lalu kerap memncipta karya berdasar nama
tumbuhan, seperti Jali-Jali, Sirih Kuning, dll. Jadi saya berkesimpulan, kata betawi yang kemudian
menjadi nama etnik/suku, berasal dari nama tumbuhan.
Batavia itu apa? Batavia adalah nama yang diberikan VCO (Belanda) kepada kawasan
bekas lokasi kraton Jayakarta yang ditaklukkannya pada tahun 1620-an, sebelumnya pada
tahun 1619 tempat itu diberi nama Jacatra.
Batavia adalah binnenstad, sebuah kota tertutup untuk penduduk. Tidak dapat dipastikan
bahwa pada ketika itu juga terjadi sosialisasi nama kota itu sehingga menjamah audience di
luar binnenstad.
Tidak dapat dipastikan kapan Batavia sebagai nama kota diketahui secara luas oleh
penduduk binnenstad dan pemakai jasa pelabuhan Kalapa. Orang Cina menyebut kota itu
sebagai Ch’lopa (Kalapa).
Menurut kamus bahasa Brunei, betawi berarti anting-anting. Mengacu pada penggalian
situs Babelan, Bekasi, dan terutama situs Batu Jaya, Kerawang, ditemukan banyak anting-
anting yang berasal dari abad ke-2. Dan ada beberapa nama tempat di sekitar ini: Karawang
dan Subang yang mempunyai makna anting-anting. Penduduk di zaman ini dapatlah
dikatakan sebagai “proto” Betawi. Ada pun orang-orang berbahasa Melayu yang menjadi
pemukim di tempat yang sekarang disebut Jakarta paling tidak sejak abad ke-10 (Prof. Bern
Nathofer, Prof. James T. Mc Collin, 1995).

Geografi Betawi
Wilayah geografi atau peta bumi adalah daerah tempat berdiam suatu suku bangsa.
Tempat berdiam itu berbatas dengan tempat berdiam suku bangsa lain yang biasanya
dibedakan dengan bahasa pergaulan yang dipergunakannya.
Wilayah geografi Betawi tidak sama dengan wilayah geografi Jakarta. Wilayah geografi
Jakarta propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Dimanakah letak wilayah tempat berdiam orang Betawi? Orang Betawi berdiam di
wilayah Jakarta dan sekitarnya. Geografinya terletak di antara batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah barat sungai Cisadane
2. Sebelah timur sungai Citarum
3. Sebelah selatan kaki gunung Salak
4. Sebelah utara laut Jawa.

Wilayah tempat orang Betawi berdiam itu meliputi daerah propinsi DKI Jakarta, daerah
propinsi Banten, dan daerah propinsi Jawa Barat. Perinciannya sebagai berikut.
1. Propinsi DKI Jakarta
2. Kabupaten Tangerang
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 3
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
3. Kotamadya Tangerang
4. Kabupaten Bekasi
5. Kotamadya Bekasi
6. Kotamadya Depok
7. Sebagian daerah kabupaten Bogor.

Secara administratif orang Betawi ada yang menjadi penduduk DKI Jakarta, penduduk
kabupaten Tangerang, penduduk kotamadya Tangerang, penduduk kabupaten Bekasi,
penduduk kotamadya Bekasi, penduduk kotamadya Depok, dan penduduk kabupaten Bogor.

Wilayah kebudayaan Betawi


Wilayah kebudayaan Betawi meliputi daerah dimana terdapat kelompok orang Betawi.
Berdiam. Di wilayah tempatnya berdiam itu mereka bercakap-cakap dalam bahasa Betawi.
Kesenian Betawi menjadi salah satu sarana hiburannya.
Wilayah kebudayaan Betawi meliputi:
1. Sub wilayah kebudayaan Betawi Pesisir
Sub wilayah kebudayaan Betawi Pesisir meliputi daerah darat dan pulo.
a. Daerah darat yaitu Dadap, Muara Baru, Sunda Kalapa, Kampung Japad, Kampung
Bandan, Ancol, Tanjung Priuk, Marunda
b. Daerah pulo yaitu Kabupaten Kepulauan Seribu.
2. Sub wilayah kebudayaan Betawi Tengah/Kota meliputi daerah yang di jaman Kolonial
disebut Weltevreden, dan Meester Cornelis yaitu: Glodok, Krukut, Jembatan Lima, Tambora,
Tanah Sereal, Petojo, Gambir, Sawah Besar, Pecenongan, Taman Sari, Pasar Baru, Kebon
Siri, Kampung Lima, Tanah Abang, Kwitang, Senen Gunung Sari, Kramat, Salemba, Cikini,
Gondangdia, Matraman, Pal Meriam, Jatinegara.
3. Sub wilayah kebudayaan Betawi Pinggir adalah daerah-daerap propinsi DKI Jakarta
yang tidak termasuk Betawi Pesisir atau Betawi Tengah.
4. Sub wilayah kebudayaan Betawi Ora/Udik terdapat di kabupaten Tangerang,
kotamadya Tengerang, kabupaten Bekasi, kotamadya Bekasi, kotamadya Depok, sebagian
kabupaten Bogor.
Jadi, kini Orang Betawi bertempat tinggal menyebar di tiga propinsi yaitu Provinsi DKI
Jakarta, Banten (kota dan kabupaten Tangerang), dan Jawa Barat (kota dan kabupaten Bekasi, kota
dan kabupaten Karawang, kota Depok, dan kabupaten Bogor). Orang Betawi berdasarkan statistik
BPS tahun 2002 merupakan penduduk kedua terbesar (27%) setelah Jawa (32%).

SENI BUDAYA BETAWI

1. MUSIK
Gambang Kromong
Nama musik gambang kromong diambil dari nama alat musik yaitu gambang dan
kromong. Selain gambang dan kromong, alat musik lainnya : kongahyan, tehyah, sukong,
gendang, kempul, gong, gong enam, kecrek, dan ningnong.

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 4
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Umumnya gambang kromong menjadi pengirin pertunjukan lenong dan tari cokek.
Sebenarnya gambang kromong dapat tampil secara mandiri. Artinya tampil membawakan
lagu-lagu instrumentalia dan vokal.

Gambang Rancag
Gambang rancag terdiri dari dua unsur, yaitu : gambang dan rancag. Gambang berarti
musik pengiringnya dan rancag adalah cerita yang dibawakannya.
Gambang rancag berarti nyanyian yang menuturkan cerita rakyat Betawi dalam bentuk
pantun berkait. Gambang rancag umumnya membawakan lakon jago, seperti : Si Pitung, Si
Jampang, Si Angkri, dan lain-lain. Istimewanya lakon-lakon itu diubah menjadi pantun
berkait. Lakon jago yang digubah menjadi pantun berkait dibawakan atau dinyanyikan oleh
dua orang bergantian. Sama dengan berbalas pantun.

Keroncong Tugu
Keroncong Tugu tidak jauh beda dengan keroncong pada umumnya. Ia berirama lebih
cepat karena disebabkan oleh suara ukulele yang dimainkan.
Mulanya keroncong ini dimainkan oleh 3 atau 4 orang. Alat musiknya hanya 3 buah gitar,
yaitu : gitar Frounga yang berukuran besar dengan 4 dawai, gitar Monica berukuran sedang
dengan 3-4 dawai, dan gitar Jitera yang berukuran kecil dengan 5 dawai.
Selanjutnya alat musik Keroncong Tugu ditambah dengan suling, biola, rebana,
mandolin, cello, kempul, dan triangle (besi segi tiga). Dulu sering membawakan lagu
berirama melankolis, diperluas dengan irama pantu, irama stambul, irama Melayu, langgam
keroncong, dan langgam Jawa.

Ondel-Ondel
Ondel-ondel berbentuk boneka raksasa. Tingginya 2,5 meter. Rangka tubuhnya dibuat
dari bambu. Garis tengah tubuhnya 80 cm. Wajahnya dibuat dari kayu. Matanya besar
melotot. Rambutnya dibuat dari ijuk warna hitam. Agar lebih menarik di rambutnya diberi
hiasan kembang kelape.
Dahulu ondel-ondel dibuat untuk keperluan upacara. Bentuknya yang raksasa dianggap
memiliki kekuatan gaib. Kekuatan gaib ondel-ondel ini diyakini dapat menangkal wabah atau
bahaya yang mengancam. Ondel-ondel ditanggap untuk berbagai acara. Mengarak penganten
sunat, perkawinan, peresmian, pawai, dan sebagainya. Dulu mereka juga suka ngamen.
Terutama pada hari tahun baru masehi maupun imlek.

Tanjidor
Musik tanjidor sangat dipengaruhi musik Belanda. Alat musiknya terdiri atas klarinet,
peston, Trombon, Tenor, Bass, Gendang dan Drum (Beduk).Lagu-lagu yang dibawakan antara
lain : Batalion, Kramton, Bananas, Delsi, Was Tak-tak, Welmes, Cakranegara. Judul lagu itu
berbau Belanda meski dengan ucapan Betawi. Lagu-lagu tanjidor bertambah dengan
membawakan lagu-lagu Betawi seperti : Jali-Jali, Surilang, Sirih Kuning, Kicir-Kicir, Cente
Manis, stambul, dan persi.

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 5
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Rebana Biang
Disebut rebana biang karena salah satu rebananya berbentuk besar. Rebana biang terdiri
dari tiga buah rebana. Yang kecil bergaris tengah 30 cm diberi nama gendung. Yang berukuran
sedang bergais tengah 60 cm dinamai kotek. Yang paling besar bergaris tengah 60 – 80 cm
dinamai biang. Karena bentuknya yang besar, rebana biang sukar dipegang. Untuk
memainkannya para pemain duduk sambil menahan rebana.
Dalam membawakan sebuah lagu, ketiga reban itu mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
Biang berfungsi gong. Gendung dipukul secara rutin untuk mengisi irama pukulan sela dari
biang. Kotek lebih kepada improvisasi dan pemain kotek biasanya paling mahir. Semula
rebana ini lahir terkait kegiatan tarekat. Lagu-lagunya antara lain Allahu-Ah, Robbuna Salun,
Allah Aisa, Allahu Sailillah, Alfasah, Dul Sayiduna, Dul Laila, dan lain-lain.

Rebana Ketimpring
Rebana Ketimpring jenis rebana yang paling kecil. Garis tengahnya hanya berukuran 20
sampai 25 cm. Dalam satu grup ada tiga buah rebana. Ketiga rebana itu mempunyai sebutan,
yaitu rebana tiga, rebana empat, dan rebana lima. Rebana lima berfungsi sebagai komando.
Sebagai komando, rebana lima diapit oleh rebana tiga dan rebana empat. Rebana Ketimpring
ada dua macam. Pertama Rebana Ngarak. Kedua Rebana Maulid.
Sesuai dengan namanya, Rebana Ngarak berfungsi mengarak dalam suatu arak-arakan.
Rebana Ngarak biasanya mengarak mempelai pengantin pria menuju ke rumah mempelai
pengantin wanita. Syair lagu Rebana Ngarak biasanya shalawat. Syair shalawat itu diambil
dari kitab maulid Syarafal Anam, Addibai, atau Diiwan Hadroh. Karena berfungsi mengarak
itulah, Rebana Ngarak tidak statis di satu tempat saja.

Rebana Hadro
Rebana Hadro berukuran 25 cm – 35 cm. Lebih besar dari rebana ketimpring. Pada kayu
kelongkongan dipasang tiga pasang lingkaran logam berfungsi sebagai kecrek. Rebana ini
berfungsi sebagai hiburan. Rebana ini terdiri atas tiga instrumen yang posisi maupun
fungsinya agak mirip, yakni : Bawa (berfungsi sebagai komando), Ganjil/Seling (pengiring),
dan Gedug (pengiring). Bawa yang berfungsi sebagai komando irama pukulannya lebih rapat,
Ganjil/Seling yang isi mengisi dengan Bawa dan Gedug yang fungsinya mirip dengan bass.
Yang khas dari tradisi Rebana Hadro adalah Adu Zikir yaitu lomba menghafal syair-syair
Diwan Hadro maupun kitab maulid lainnya.

Orkes Sambrah dan Tonil Sambrah


Orkes Sambrah adalah ansambel musik Betawi. Instrumen musiknya antara lain :
harmonium, biola, gitas, string bas, tamborin, marakas, banyo, dan bas betot. Dalam
menyajikan lagu, unsur alat musik harmonium sangat dominan. Maka orkes sambrah disebut
pula sebagai orkes harmonium. Orkes ini dimanfaatkan sebagai sarana hiburan dalam
berbagai acara. Terutama untuk memeriahkan resepsi pesta pernikahan.
Tonil sambrah pengembangan dari teater bangsawan dan komedi stambul. Ia sudah
muncul di Betawi sekitar tahun 1918. Tonil sambrah termasuk kesenian yang komplit: musik,
pantun, tari, lawak, dan lakon.

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 6
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Seluruh pemain tonil sambrah umumnya laki-laki. Karena dalam pengertian mereka tidak
boleh jika ada perempuan yang bergabung dengan laki-laki hukumnya haram.
Pada tahun 1940-an, khususnya pada masa pendudukan Jepang, tonil sambrah
menghilang. Baru pada tahun 1950-an tonil ini muncul kembali, tetapi namanya menjadi
Orkes Harmonium. Tonil sambrah sesudah kemerdekaan ini ditata lebih rapi. Dikemas seperti
halnya persiapan pementasan teater. Pemain perempuan sudah diperbolehkan ikut
meramaikan pementasan.

Orkes Gambus
Orkes Gambus dahulu dikenal dengan sebutan irama Padang Pasir. Pada tahun 1940-an
orkes gambus menjadi tontonan yang disenangi. Bagi orang Betawi, tanpa nanggap gambus
pada pesta perkawinan atau khitanan dan sebagainya terasa kurang sempurna.
Orkes gambus sudah ada di Betawi awal abad ke 19. Saat itu banyak imigram dari
Hadramaut (Yaman Selatan) dan Gujarat datang ke Betawi.

2. TARI
Tari Cokek
Tari cokek diiringi musik gambang kromong. Sejak awal tari cokek merupakan tari
pergaulan dan hiburan. Dalam sebuah hajatan, para tamu disambut oleh para penari cokek.
Beberapa penari wanita memberikan selendang kepada tetamu. Pemberian selendang itu
sebagai tanda bahwa tamu diajak menari. Gerakan tari ini bertujuan humor belaka. Atau untuk
memberikan kesan meriah pada setiap pertunjukan.

Tari Belenggo
Ada dua iringan musik yang mengiringi tari belenggo. Musik gamelan ajeng dan musik
rebana biang. Disebut juga tari belenggo versi gamelan ajeng dan versi rebana biang.
Tari belenggo yang didiringi gamelan ajeng disebut tari topeng gong. Tari topeng gong
saat ini sudah jarang yang menarikan. Terutama setelah gamelan ajeng hanya mengiringi
pertunjukan wayang kulit Betawi. Tari topeng gong ditarikan oleh penari wanita atau
berpasangan pria dan wanita.
Tari belenggo versi rebana biang merupakan tari yang bernafaskan keagamaan dan
dibawakan oleh penari pria. Gerak tarian mengambil pola gerak silat. Sikap badan agak
membungkuk. Langkah kaki agak pendek hampir tidak diangkat. Berputar dalam lingkaran
sempit ke arah kiri. Penari belenggo sebenarnya ahli beladiri silat.

Tari Topeng
Pertunjukan topeng Betawi diawali dengan tari-tarian. Tarian itu adalah tari kembang
topeng, tari topeng tunggal atau tari topeng kedok, dan tari ronggeng topeng.
Dalam tari kembang topeng penari tidak memakai topeng. Topeng atau kedok dipakai
pada tari topeng kedok atau tari topeng tunggal. Topeng yang dipakai berjumlah tiga buah.
Masing masing berwarna putih, merah, dan hitam. Ketiganya memiliki karakter sendiri, yaitu
karakter Subadra, Srikandi, dan Jingga.
Tari topeng Betawi memiliki kekhasan tersendiri. Koreografer tari Betawi masa kini
banyak memperoleh inspirasi dari topeng. Tari kreasi baru seperti Ngarojeng, Doger Amprok,
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 7
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Gitek Balen, Kembang Lambang Sari, Nandak Ganjen, Topeng Sengget, dan lain-lain
bersumber pada topeng Betawi.

Tari Kreasi Baru


Seniman tari Betawi menciptakan beberapa tari yang mengambil sumber dari topeng,
cokek, maupun sambrah dan blenggo. Seniman yang menonjol di sini antara lain: Kisam
bersaudara, yaitu Atin (suprihatin) Entong (Sukirman). Dia telah melahirkan tari kreasi baru
seperti: Nandak Ganjen, Dulang Penatas, Kembang Tarub, Gejrug Jidat, dll.

3. TEATER
Lenong
Lenong mulai berkembang akhir abad ke-19. Sebelumnya masyarakat mengenal komedi
stambul dan teater bangsawan. Hampir di semua wilayah Jakarta ada perkumpulan atau grup
lenong.
Lenong bukan cuma sekadar hiburan saja, tetapi juga sarana ekspresi perjuangan dan
protes sosial. Lakonnya mengandung pesan moral, menolong yang lemah, membenci
kerakusan dan perbuatan tercela. Hampir dalam semua lakonnya selalu muncul seorang yang
berjiwa kesatria untuk membela rakyat kecil yang tertindas. Lenong ada dua jenis: preman
dan denes.

Lenong Denes
Lenong denes menyajikan cerita-cerita kerajaan dalam pementasannya, antara lain :
Indra Bangsawan, Jula-Juli Bintang Tujuh, dan cerita Cerita 1001 Malam. Pementasan
lenong denes menggunakan bahasa Melayu tinggi. Contoh kata-kata yang sering digunakan
antara lain : tuanku, baginda, kakanda, adinda, beliau, daulat tuanku, syahdan, hamba. Dialog
dalam lenong denes sebagian besar dinyanyikan. Adegan-adegan perkelahian dalam lenong
denes tidak menampilkan silat, tetapi tinju, gulat, dan main anggar (pedang).

Lenong Preman
Lenong preman kebalikan dari lenong denes. Lenong preman membawakan cerita drama
rumah tangga sehari-hari, disebut juga lenong jago. Disebut demikian kerena cerita yang
dibawakan umumnya kisah para jagoan, antara lain : Si Pitung, Jampang Jago Betawi, Mirah
Dari Marunda, Si Gobang, Pendekar Sambuk Wasiat, Sabeni Jago Tenabang, dan lain-lain.
Dengan begitu diketahui cerita tentang kepahlawanan dan kriminal menjadi tema utama lakon
lenong.
Lenong preman menggunakan bahasa Betawi dalam pementasannya. Dengan
menggunakan bahasa Betawi, terjadi keakraban antara pemain dan penonton. Banyak
penonton yang memberi respon spontan dan pemain menanggapi. Dialog dalam lakon lenong
umumnya bersifat polos dan spontan. Karena cerita yang dibawakan masalah sehari-hari,
kostum/pakaian yang digunakan adalah pakaian sehari-hari.

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 8
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Topeng
Topeng dalam bahasa Betawi mempunyai tiga arti: kedok penutup wajah, teater atau
pertunjukan, dan primadona atau penari. Topeng yang dimaksud di sini dalam pengertian
pertunjukan atau teater rakyat Betawi.
Awalnya pertunjukan topeng tidak menggunakan panggung tapi di tanah. Bila
perkumpulan topeng mengadakan pementasan, properti yang digunakan hanya colen atau
lampu minyak bercabang tiga dan gerobak kostum diletakkan di tengah arena. Dengan kondisi
itu pemain dan penonton tidak dibatasi dengan tirai atau dekor apapun. Pergantian adegan
dilakukan dengan mengitari colen.
Pertunjukan topeng diiringi oleh musik tabuhan topeng. Tabuhan topeng terdiri dari
rebab, kromong tiga, gendang besar, kulanter, kempul, kecrek, dan gong buyung. Lagu yang
dimainkan khas daerah pinggir Jakarta. Nama lagunya antara lain : Kang Aji, Sulamjana,
Lambangsari, Enjot-enjotan, Ngelontang, Glenderan, Gojing, Sekoci, Oncom Lele, Buah
Kaung, Rembati, Lipet Gandes, Ucing-Ucingan, Gegot, Gapleh, Karantangan, Bombang, dan
lain-lain.

Blantek
Blantek awalnya diakui sebagai teater topeng tingkat pemula. Di kalangan seniman
topeng, jika ada pemain topeng yang bermain jelek, diejek dengan menyebutnya sebagai
pemain topeng blantek.
Pada perkembangannya, blantek memiliki identitas sendiri. Musik pengiringnya rebana
biang. Di awal pertunjukan dibawakan lagu-lagu zikir dan shalawat. Kreativitas mereka
berkembang dengan menampilkan tari blenggo, pencak silat, dan sulap. Pertunjukan blantek
merupakan campuran antara tari, nyanyi, guyonan, dan lakon.

Jipeng dan Jinong


Jipeng berarti akronim dari kata tanji dan topeng. Sebagi kesenian perpaduan, tata cara
pergelaran Jipeng tidak berbeda dengan pergelaran topeng. Bedanya pada awal pertunjukan
dan kostum. Kostum yang digunakan pemain Jipeng lebih sederhana. Untuk penarinya, Jipeng
cukup memakai kebaya, kain panjang, dan selendang panjang yang diikatkan di pinggang.
Topeng diawali dengan lagu arang-arangan atau enjot-enjotan, Jipeng diawali dengan lagu-
lagu mars dan was (wals) khas tanjidor. Tema dan cerita yang dibawakan Jipeng tidak banyak
berbeda dengan topeng.
Pertunjukan lenong preman dengan iringan musik tanjidor disebut Jinong. Jinong, pada
masanya, berdiri sendiri sebagai teater rakyat. Lakon yang dibawakan Jinong biasanya sama
dengan lakon yang dibawakan lenong. Lakon-lakon Si Jampang, Si Pitung, Si Angkri Jago
Pasar Ikan, menjadi primadona dalam pertunjukan Jinong.

Wayang Kulit Betawi


Menurut beberapa sumber, wayang kulit Betawi berhubungan dengan penyerangan
tentara Sultan Agung dari Mataram ke Batavia. Peristiwa ini terjadi pada saat Batavia
dipimpin oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen.

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 9
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Tapi antara wayang kulit Betawi dengan wayang Jawa Tengah tetap ada perbedaan.
Wayang kulit Betawi lebih merakyat, sederhana, polos, dan mementingkan keakraban dengan
penontonnya.
Musik yang mengiringi wayang kulit Betawi disebut gamelan ajeng. Alat musik gamelan
ajeng terdiri atas : terompet (sering juga digunakan rebab), dua buah saron, gedemung,
kromong, kecrek, gendang, kempul, dan goong. Namun dahulu sampai tahun 1920-an,
wayang kulit Betawi diiringi gamelan bambu.

4. ARSITEKTUR
Rumah Tradisional Betawi
Bentuk rumah tradisional Betawi ada tiga macam.
1. Rumah tipe Gudang. Rumah ini berbentuk empat persegi panjang.
2. Rumah tipe Joglo. Rumah ini berbentuk bujur sangkar.
3. Rumah tipe Bapang. Disebut juga tipe Kebaya. Rumah ini berbentuk empat persegi
panjang.
Rumah Joglo dan rumah Bapang dibagi dalam tiga ruang. Ruang depan, ruang tengah,
dan ruang belakang. Sedang rumah Gudang terkesan dibagai dalam dua ruang. Ruang depan
dan ruang tengah. Ruang belakang dari rumah Gudang tetap ada. Tapi penataan ruangnya
samar-samar.

Ragam Hias
Ragam hias Betawi disebut pula dekorasi gaya Betawi. Ragam hias merupakan
permainan geometri. Geometri adalah dasar untuk arsitektur, berbagai ragam hias, dan
pengenalan dunia simbol. Ragam hias Betawi sudah ada sejak jaman neolitikum. Ketika itu
sudah lazim digunakan bentuk cagak. Bentuk cagak menjadi ragam hias pada leher periuk
tanah. Cagak mengalami pengembangan menjadi bentuk tumpal. Bentuk tumpal dalam kain
batik Betawi berbentuk temu tumpal. Bentuk cagak maupun tumpal sebenarnya bentuk lain
dari gunung. Bentuk cagak dan tumpal mempunyai arti kekuatan.
Rumah tradisional Betawi diberi ragam hias gigi balang yang diletakkan pada lisplang
yang berfungsi memberi keindahan pada rumah. Bentuk lain adala banji. Banji memiliki pola
segi empat. Pola ini terpengaruh kebudayaan Hindu yang artinya dinamis. Pola banji sering
dikombinasi dengan unsur tumbuh-tumbuhan. Yang paling banyak dipilih adalah bunga lima
atau bunga tapak dara. Bunga tapak dara dalam tradisi pengobatan Betawi berhasiat
menyembuhkan berbagai penyakit. Unsur flora lain yang digunakan sebagai ragam hias antara
lain cempaka, jambu mede, delima, pucuk rebung, dan lain-lain. Bentuk ragam hias lain
adalah matahari, kipas, varian botol. Yang paling jelas ragam hias ditemukan pada: langkan,
tiang utama, garde, lisplang, siku yang berada di liuar flapon.
Pada masjid, ragam hias hampir sama dengan rumah tradisional. Ada ragam hias temu
tumpal dalam berbagai variasi. Ada ragam hias bunga tapak dara. Ada pula ragam hias
lonjong dan mute setengah lingkaran. Pada lobang angin ada mute lingkaran penuh.
Nelayan Betawi mempunyai kebiasaan memberi ragam hias pada perahunya. Warna yang
digunakan mencolok : merah, jingga, hijau, kuning, dan putih. Kebanyakan melukiskan
ombak bergulung-gulung dalam bentuk garis lengkung, patah-patah, rege, rendeng, dan
kepang.
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 10
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Busana tradisional Betawi mendapat ragam hias lebih beragam. Motif batik yang disukai
adalah jamblang, babaran kalengan, dan jelamprang. Pada busana pengantin perempuan
penggunaan ragam hias burung phoenik atau burung hong dan naga sangat menyolok. Burung
phoenik memberikan kesan gemulai dan menambah wibawa bagi pemakainya.

5. UPACARA ADAT
Akeke (Hakekah)
Akeke adalah upacara selamatan pemberian nama dan cukur rambut bayi. Pada upacara
itu dipotong kambing, satu ekor untuk bayi perempuan dan dua ekor untuk bayi laki-laki.
Hasil seluruh rambut yang dipotong atau dicukur dikumpulkan kemudian ditimbang
dengan ukuran gram. Jumlah timbangan misalnya 5 gram, maka ayah si bayi (si bayi sekarang
sudah diberi nama, misalnya namanya Muhammad Arief, akan membeli emas sebanyak 5
gram. Jumlah uang untuk membeli emas yang 5 gram emas itu akan disumbangkan kepada
anak yatim – piatu dan fakir miskin.

Sunatan
Sunat bagi orang Betawi adalah upacara memotong ujung penis anak lelaki dalam ukuran
tertentu. Menurut ajaran agama Islam, bila anak lelaki memasuki akil balig ia harus segera
dikhitan atau disunat.
Sehari sebelum hari H (hari pelaksanaan sunat) biasanya si anak diriasin dengan pakaian
penganten sunat. Pagi-pagi sekitar pukul 08.00 WIB si anak mulai diarak keliling kampung.
Tujuannye untuk memberi hiburan atau memberi kegembiraan serta semangat kepada si anak
bahwa besok dia akan dapat pengalaman baru, yaitu pengalaman sunat. Pada event ini
pelengkap dan pendukung acaranya antara lain : 1. Pakaian penganten sunat lengkap
(sebenarnya jenisnya sama dengan jenis baju kebesaran penganten care haji). 2. Pembaca
shalawat dustur. 3. Grup rebana ketimpring sebagai tukang ngarak dan membaca shalawat
badar. 4. Kuda hias. 5. Delman hias. 6. Grup ondel-ondel.
Baru keesokan harinya ia disunat oleh bengkong, sekarang dokter.

Khatam Qur’an
Khatam Qur’an di Betawi sering disebut Tamatan Qur’an. Upacara ini sangat penting
bagi orang Betawi karena ini sebagai pertanda bahwa seseorang yang sudah melaksanakan
upacara Tamatan Qur’an dianggap telah menjadi orang yang mengerti ajaran agama Islam.
Sebab anak yang didaftarkan ngaji di langgar atau masjid oleh orang tuanya, memang tidak
melulu mempelajari atau diajari bagaimana membaca Al-Qur’an dengan baik dan berakhlak.
Penentu bahwa murid sudah layak dikatagorikan rampung dan tamat adalah nguru
ngajinya sendiri. Karena memang guru ngajilah yang mengajarkan dan mengamati secara
intensif. Murid yang dianggap sudah tamat akan dipanggil gurunya dan kepada murid tersebut
dikatakan bahwa dia sudah tamat.
Di hari pelaksanaan upacara tamatan. Anak yang disunat udah diriasin dengan memakai
pakean gamis putih lengkap dengan topi hajinya. Lalu Anak yang khatam diantar keluaganya
ke tempat ngajinya. Di tempat ngaji ini Anak yang disunat sudah ditunggu Guru Ngajinye,
teman-teman ngajinye, dan tukang ngarak (bisa kumpulan rebana ketimpring, atawe nyang

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 11
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
semacemnye). Dari tempat ngaji ini diadakan upacara pelepasan untuk diarak sampai ke
rumahnya.

Menikah
Tradisi Betawi mengenal cara yang bertingkat-tingkat untuk sampai pada tahap berumah
tangga. Tahap-tahap itu pada saat ini memang jarang atau tidak lagi dilakukan, karena
berbahagi halangan. Tahap-tahap tersebut adalah :
a. Ngedelengin, mencari calon menantu perempuan yang dilakukan oleh Mak Comblang
b. Ngelamar, pernyataan meminta pihak lelaki kepada pihak perempuan.
c. Bawa Tande Putus, pernyataan atau kesepakatan kapan pernikahan akan dilaksanakan.
d. Ngerudat, rombongan keluarga penganten laki-laki menuju rumah penganten
perempuan, seraya membawa serah-serahan seperti roti buaya, pesalin, sie, dll.
d. Akad Nikah, ikrar yang diucapkan oleh penganten laki-laki di hadapan wali penganten
perempuan.
e. Kebesaran, upacara kedua mempelai duduk di puade untuk menerima ucapan selamat
dari keluarga dan undangan.
f. Negor, upaya suami merayu istrinya untuk memulai hidup baru sebagai sebuah
keluarga.
g. Pulang Tige Ari, upacara resepsi pernikahan yang dilakukan di rumah keluarga
penganten lelaki.

Bikin dan Pindah Rumah


Membikin atau membangun rumah bagi orang Betawi adalah pekerjaan yang amat
penting. Itulah sebabnya dibutuhkan beberapa persyaratan antara lain tersedianya biaya,
material bangunan, dan lahan terpat didirikannya bangunan. Selain itu ada syarat yang juga
amat penting namun bukan material, yaitu perhitungan yang berporos kepada alam gaib.
Bahan bangunan dari jenis kayu yang sudah tua, antara lain nangka, duren, kecapi,
jamblang, cempaka, jengkol, dan sebagainya. Jenis pohon itu memang banyak tumbuh di
Betawi. Jenis kayu nangka karena warnanya kuning tidak boleh digunakan membuat drompol
(bagian bawah kusen pintu atau bagian bawah lainnya). Jika kayu ini dilangkahi akan
mengakibatkan sakit kuning. Kayu nangka utamanya digunakan sebagai tiang guru, dinding
rumah, dan pintu panel berukir. Komposisi kayu nangka dan kayu jamblang akan jauh lebih
indah jika diambil bagian paling tengahnya. Jenis kayu cempaka seyogyanya dipakai untuk
kusen pintu bagian atas. Ini mempunyai makna tertentu yaitu agar pemilik rumah senantiasa
dihormati dan disenangi tetangga. Sedangkan jenis kayu asem dipantang digunakan sebagai
bahan bangunan. Sifat asem ditafsirkan akan mempengaruhi harmonisasi antara pemilik
rumah dengan tetangganya. Dapat terjadi rumah mempunyai kesan kumal, gersang dan tidak
berwibawa.
Pindah rumah bagi orang Betawi memiliki arti khusus dan strategis. Rumah bukan hanya
berfungsi sebagai tempat berlindung dari gempuran musim yang tidak ramah, namun lebih
dari itu ia adalah tempat menyemai benih menciptakan generasi mendatang yang kokoh lahir
batin. Itulah sebabnya pinde rume ini kudu disiapin semateng-matengnye dan membutuhkan
tersedianya dana serta melibatkan seluruh tetangga, tokoh masyarakat, alim ulama, grup
kesenian, dan lain-lain.
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 12
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Nuju Bulan
Ada beberapa keharusan dan pantangan yang senantiasa harus diingat dalam memelihara
kehamilan. Perempuan hamil harus senantiasa berzikir (memuji keesaan Allah) dan sesering
mungkin membaca shalawat dan membaca Al-Qur’an khususnya surat Yusuf. Sedangkan
pantangannya antara lain jangan membunuh binatang, jangan menghina fisik orang lain, dan
jangan membicarakan keburukan orang atau hal-hal buruk lainnya. Ia juga dilarang makan
daging ayam yang kena sakit sampar, ikan yang berenangnya miring, daging babi, pisang
ambon, nanas, nangka dan isi perut binatang ternak. Kalau pantangan itu dilanggar tanpa
disadari akan berakibat buruk bagi anak yang dilahirkan. Bisa saja si anak akan cacat secara
fisik. Sedangkan pantangan memakan daging ayam, ikan dan daging bagi ibu hamil seperti
disebut di atas agar anak yang dilahirkan tidak kena penyakit ayan (epilepsi). Banyak ditemui
kejadian yang berkenaan dengan kasus itu.
Tahap kehamilan selanjutnya adalah nuju bulan. Tanggal pelaksanaannya biasanya antara
tanggal 7, 17, atau 27 dari bulan hijriyah. Orang Betawi biasanya memilih tanggal 7 atau 17,
karena tanggal 27 dianggap sudah masuk bulan ke delapan. Upacara nuju bulan dilakukan
tiga tahap yaitu selametan (tahlilan) dengan membaca surah Yusuf di dalam ruangan, mandi
air kembang di kamar mandi, dan ngirag di kamar tidur. Ngirag di daerah lain disebut juga
gedog. Dapat pula dilakukan sebaliknya, mulai dari ngirag dan seterusnya.

Kaulan (Nazar)
Masyarakat Betawi pinggir menyebut nazar dengan kata ngucap dan kaulan. Nazar,
ngucap, kaulan adalah semacam janji yang diniatkan dalam hati dan diucapkan dengan tegas
serta dapat didengar oleh orang di sekitarnya. Karena ini merupakan ikrar, maka akan sangat
mempengaruhi perjalanan hidup orang yang ngucap selanjutnya. Artinya nazar itu harus
dilaksanakan sesuai janji dan manakala tidak dilaksanakan akan berakibat buruk bagi si nazar.
Itulah sebabnya orang Betawi sangat berhati-hati bila ingin ngucap (kaulan, nazar).
Karena jika ngucap telah diikrarkan meskipun secara tidak sadar, mau tidak mau harus
dilaksanakan ucapan itu. Kepercayaan atau keyakinannya pada ucapan atau niatan yang
dinazarkan itu membuatnya seperti dibayang-bayangi beban atau hutang sehingga keadaan itu
membuat hidupnya tidak tenang.

Lebaran
Lebaran adalah salah satu puncak kegembiraan setelah menjalankan masa bakti dan
ketakwaaan. Untuk sampai pada tahap lebaran masih beberapa tahap lagi yang harus dilalui
dengan baik dan benar. Tahap itu adalah mengerjakan ibadah puasa Ramadhan dan membayar
zakat fitrah. Orang Betawi mengenal paling sedikit tiga macam lebaran, yaitu lebaran Idul
Fitri, lebaran aji yaitu lebarah bulan haji tanggal 10, 11, dan 12 bulan Dzul Hijjah dan
memotong hewan kurban berupa kambing, sapi, atau kerbau yang dagingnya didistribusikan
kepada fakir-miskin.
Lebaran anak yatim yaitu lebaran khusus untuk membahagiakan anak yatim-piatu.
Lebaran ini dilaksanakan tanggal 10 Muharram tahun baru Islam. Pagi-pagi anak-anak yatim
sudah dikumpulkan. Terlebih dahulu diadakan zikir-tahlil dan membacakan doa bagi orang

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 13
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
tua yang telah meninggal. Setelah itu mereka dihibur, diberi makan lezat dan berkat; diberi
hadiah-hadiah (pakaian, alat tulis, tas sekolah) dan uang.

Alam Kematian
Kematian adalah sesuatu yang pasti datang bagi semua mahluk hidup. Orang Betawi
meyakini benar bahwa alam kematian atau alam barzah merupakan kelanjutan dari hidup di
alam dunia. Oleh karenanya orang yang masih hidup masih terus dapat melakukan
komunikasi dengan orang yang sudah meninggal.
Sebelum shalat janazah dilakukan, ketika jenazah sedang dimandikan diselenggarakan
upacara bagi fidiyah atau pudie bertempat di masjid/musholla. Pelaksanaan bagi fidiyah
dipimpin oleh kyai senior setempat. Pihak keluarga janazah menyerahkan perwakilan kepada
kyai dengan mengucapkan ijab-kabul.
Dalam tradisi Betawi, penghotmatan kepada orang yang sudah meninggal
diejawantahkan dalam bentuk beberapa upacara :tige ari, nuju ari, lima belas ari, seratus ari,
dan haul, yang bertujuan membacakan doa-doa untuk almarhum.

Upacara Lain
Selain upacara adat di atas, masyarakat Betawi hingga kini masih melakukan upacara
yang berhubungan dengan gejala alam. Misalnya acara Sedekah Bumi, yaitu upacara sebagai
ungkapan terima kasih kepada Sang Pencipta karena hasil tani/ladang melimpah ruah. Ada
juga upacara Melepas Perahu Baru, yang dilaksanakan oleh masyarakat nelayan Betawi
Pesisir. Begitu pula upacara Nyadran atau Sedekah Laut, dilakukan oleh masyarakat Betawi
Pesisir. Selain itu ada juga upacara Mangkeng, yaitu upacara menjaga perlengkapan dan
bahan-bahan pesta.

6. HAL KHUSUS
Pecah Kulit
Pecah Kulit berada di Jalan Pangeran Jayakarta, Jakarta Barat. Dahulu kala di sini
terdapat tempat penyamakan kulit milik orang Jerman bernama Erberveld. Karena itu daerah
ini disebuit Pecah Kulit. Erberveld adalah Letnan Kavaleri tentara Belanda. Setelah pensiun
dari dinas ketentaraan ia membuka usaha penyamakan kulit di atas tanah yang sangat luas. Ia
juga memiliki tanah yang luas di Sunter.
Erberveld menikah dengan wanita Siam. Dari perkawinannya itu lahir seorang putera
bernama Pieter. Setelah besar ia bernama Pieter Erberveld. Pieter Erberveld menikah dengan
wanita Betawi.
Ketika ayahnya meninggal, Pieter melanjutkan usaha penyamakan kulit. Ia mempunyai
12 orang buruh. Kepala buruh bernama Ateng Kartadria.
Pada suatu hari Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanpa alasan yang sah menyita tanah-
tanah Pieter Erberveld. Erberveld marah. Bersama Ateng Kartadria ia merencanakan
pemberontakan. Pemberontakan itu akan dikobarkan pada malam tahun baru 1 Januari 1721.
Rencana Pieter dapat diketahui Belanda. Pieter, Ateng Kartadria, dan pengikut-
pengikutnya ditangkap. Di hadapan majelis hakim Pieter membantah tuduhan memberontak.
Namun majelis hakim menghukum Pieter dengan hukuman gantung kepala. Begitu juga
terhadap Ateng Kartadria dan pengikut-pengikutnya.
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 14
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Pieter Erberveld dihukum gantung pada tanggal 21 April 1721 di halaman Balai Kota
disaksikan orang ramai. Di atas tanah milik Pieter di Pecah Kulit, Belanda mendirikan
monumen peringatan. Monumen itu berupa tembok dan di atasnya diletakkan tengkorak
kepala yang tertusuk belati. Pada dinding tembok terdapat tulisan berbunyi:
Ini suatu peringatan bagi Pieter Erberveld yang memberontak terhadap Belanda. Di
tempat ini dilarang mendirikan bangunan apa pun. Walau rumput tidak boleh tumbuh di sini.
Monumen itu kini disimpan di Meseum Fatahillah, sekarang bernama Museum Sejarah
Jakarta.
Tidak diketahui dimana jenasah Pieter Erberveld dikuburkan. Ia meninggalkan seorang
isteri dan seorang gadis cantik. Kemudian hari gadisnya itu menikah dengan seorang
pengusaha kaya raya.
Ateng Kartadriya dikubur di Pecah Kulit. Sehingga sekarang makamnya sering
dikunjungi orang.

Keluarga Peranakan
Kehidupan masyarakat kota Jakarta sejak dulu beraneka ragam. Bahasa Melayu Betawi
digunakan sebagai bahasa pergaulan penduduk. Penduduk keturunan Arab, Eropa, Cina,
maupun Mestizo sehari-hari berbahasa Melayu Betawi.
Bahasa Melayu Betawi menjadi pengikat pelbagai suku bangsa di Jakarta.

Belanda Indo
Orang-orang Belanda dan Eropa lainnya banyak yang menikah dengan wanita penduduk
asli. Anak-anak mereka disebut anak Indo. Anak Indo berbahasa Melayu Betawi, mengikut
kepada bahasa ibunya. Tetapi banyak juga laki-laki pribumi yang menikah dengan wanita
Belanda atau Eropa lainnya.
Anak-anak Indo bergaul dengan anak-anak kampung. Anak Indo menyebut ayahnya
papie dan ibunya mamie. Pamannya disebut oom, dan bibinya disebut tante. Kakeknya
disebut opa, dan neneknya. disebut oma.
Orang Indo banyak yang menekuni bidang kesusasteraan, seorang di antaranya Tjalie
Robinon. Tjalie Robinson lahir tahun 1911. Ia dibesarkan di Jalan Gunung Sahari, Jakarta
Pusat. Orang Indo merupakan bagian masyarakat Betawi.

Kampung Tugu
Kampung Tugu berada di Jakarta Utara. Kampung ini dihuni oleh keturunan kaum
pekerja Mestizo yang didatangkan Belanda pada abad ke-17. Dahulu kala mereka berbahasa
Kreol. Makin lama bahasa Kreol dilupakan orang. Mereka sekarang berbahasa melayu
Betawi.
Orang kampung Tugu kebanyakan beragama Kristen. Di kampung Tugu terdapat gereja
tua yang dinamakan gereja Portugis.
Orang kampung Tugu menyukai kroncong. Mereka yakin musik kroncong peninggalan
nenek moyangnya. Kroncong Tugu banyak penggemarnya di Jakarta.
Memang banyak lagu-lagu rakyat yang berasal dari kaum Mestizo. Antara lain lagu Nina
Bobo dan Burung Kaka Tua. Tentu saja syair lagu-lagu tersebut mengalami perubahan.

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 15
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Orang kampung Tugu mempunyai panggilan kekerabatan yang hampir sama dengan
orang Indo. Ada sebutan oom, tante, dan oma.

Kampung Krukut
Kampung Krukut berada di Jakarta Barat. Dulu kampung ini terkenal sebagai tempat
tinggal orang Arab. Orang Arab kebanyakan datang di Jakarta pada abad ke-19. Pada abad
ke-18 sudah ada yang datang namun dalam jumlah sedikit. Mereka berasal dari Hadramaut.
Oleh karena itu mereka disebut juga hadorim, orang-orang Hadramaut.
Orang Arab datang tidak membawa keluarga. Mereka menikah dengan penduduk asli.
Anak-anak mereka berbahasa Melayu Betawi.
Orang Arab menyebut ayahnya aba, ibunya umi. Pamannya disebut ami, bibinya disebut
hale. Kakeknya disebut jid, dan neneknya jidah.
Orang Arab banyak yang mengajar agama Islam. Pada abad ke-18 seorang ulama Arab
bernama Habib Husin Alaydrus datang ke Jakarta dan mendirikan mesjid di Pasar Ikan.
Tepatnya di daerah yang disebut Luar Batang. Mesjid yang didirikannya itu terkenal dengan
nama Mesjid Luar Batang.
Habib Husin mengajar agama sampai dengan wafatnya pada akhir abad ke-18. Ia
dimakamkan di serambi mesjid Luar Batang. Sehingga sekarang makamnya banyak yang
mengunjungi.
Batang adalah tonggak tempat menyangkutkan tali prau. Luar batang berarti daerah di
luar tempat menambat prau. Mesjid Luar Batang berarti berada di luar daerah tempat prau
ditambatkan.
Krukut nama jenis rumput. Dalam bahasa Melayu disebut geylang. Kini tempat tinggal
orang-orang peranakan Arab tersebar di seluruh Jakarta, tidak hanya di Krukut.

Cikini-Gondangdia
Jalan Gondangdia di Menteng berubah menjadi Jalan RP Soeroso. Tetapi penduduk
Jakarta tetap menyebut Jalan Gondangdia. Cikini adalah nama tempat yang tidak jauh dari
Gondangdia. Baik di Cikini maupun di Gondangdia berdiri stasion Kerata Api. Berarti daerah
ini sejak dulu dipandang penting. Di Cikini berdiri toko-toko, sedangkan di Gondangdia
berdiri rumah-rumah yang bagus.
Di jaman Belanda bertempat tinggal di Cikini dan Gondangdia merupakan idaman orang.
Daerah ini amat tenang. Di tepi jalan tumbuh bunga tanjung. Pagi hari menimbulkan wangi
semerbak.
Dulu di Cikini juga ada kebun binatang, kolam renang, lapangan tenis, gedung bioskop
Garden Hall dan Podium. Adanya pasar kembang di Cikini menambah indahnya daerah ini.
Pelbagai bangsa yaitu Belanda, Inggeris, Cina, Arab, dan bangsa Indonesia sendiri senang
berjalan-jalan di Cikini. Jakarta sebagai kota berpenduduk majemuk tercermin di Cikini.
Bangunan lama di Cikini banyak yang sudah diruntuhkan. Kebun binatang pun
dipindahkan ke Ragunan. Sekarang daerah Cikini dan Gondangdia menjadi daerah yang
sibuk. Banyak hotel baru bermunculan di Cikini dan Gondangdia. Setiap hari kendaraan roda
empat tumpah ruah ke jalan memadatkan lalu lintas. Cikini dan Gondangdia bukan yang dulu
lagi.

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 16
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu berasal dari abad ke-5. Prasasti diketemukan di desa Tugu, Tanjung Priuk.
Prasasti berisi keterangan bahwa Raja Tarumanagara berpesta memotong 1000 ekor kerbau.
Raja bersyukur atas selesainya pembangunan bendungan.

Padrao
Padrao dibuat orang Portugis pada tahun 1521. Padrao adalah batu bertulis yang
menyatakan bahwa Utusan Portugis dan Raja Pajajaran membuat perjanjian. Isi perjanjian,
Portugis dibolehkan membuat markas dagang di Sunda Kalapa. Portugis wajib memberi
imbalan kepada Raja Pajajaran. Padrao diketemukan di Jl. Kunir, Kota.

Monumen Pieter Erberveld


Monumen Pieter Erberveld didirikan tahun 1721 oleh Belanda. Monumen berisi
peringatan keras terhadap perbuatan Pieter Erberveld yang memberontak terhadap Belanda.
Monumen terdapat di Jalan Pangeran Jayakarta.

Beberapa Tempat Ibadah


1. Mesjid Al Anwar, terdapat di Angke, tertua di Jakarta, didirkan tahun 1768
2. Mesjid Al A’lam, di pesisir pantai Marunda. Didirikan oleh Pasukan Islam
Mataram.
3. Gereja Tugu, terdapat di kampung Tugu, Tanjung Priok. Didirikan pada abad ke-
19
4. Gereja Sion, tertua di Jakarta, di Jalan Pangeran Jayakarta.
5. Klenteng, klenteng tertua di Jakarta terletak di Glodok.
6. Dll.

Guru
Gelar kyai sampai dengan tahun 1945 tidak dikenal dalam komunitas Islam di Betawi.
Orang Betawi memberi gelar keagamaan kepada tokoh agama dengan peringkat sebagai
berikut:
1. Dato’, dari bahasa Melayu Polinesia, adalah seorang yang mempunyai fadhilah,
keutamaan, dan tentu saja sangat luas ilmu agamanya.
2. Guru, lengkapnya Tuan Guru, atau Wa’ Guru, adalah orang yang luas ilmu agamanya,
menguasai sesuatu bidang ilmu agama secara mendalam, misalnya tafsir, atau falak,
dan mempunyai hak berfatwa, dan ahli mengajar kitab, kadang-kadang memberi
khutbah Jum’at.
3. Mu’alim, adalah orang yang cukup pengetahuan agamanya, dapat mengajar kitab,
namun belum mempunyai hak berfatwa, biasanya memberi khutbah Jum’at.
4. Ustadz, pengajar agama pemula.

TOKOH-TOKOH BETAWI
Tokoh keagamaan antara lain:

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 17
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
1. Habib Luar Batang atau Habib Husein bin Abi Bakar Alaydrus (1717 – 1756). Datang
ke Betawi sekitar tahun 1746 M.
2. Habib Usman bin Yahya, mufti Betawi. Lahir di Pekojan Betawi (Jakarta), 17
Rabiulawal 1238 Hijrah/2 Disember 1822 M dan wafat tahun 1333 Hijrah.. Menulis
buku agama tak kurang dari 109 judul besar dan kecil, tetapi yang terbanyak
merupakan risalah-risalah kecil.
3. Syekh Junaid al Batawi, Imam Mesjid al Haraam, diduga mukim sejak medio abad 18,
Guru para mukimin Hindia Belanda di Mekkah
4. Imam Mujtaba, menantu dan murid Syekh Junaid. Hanya sekali-sekala datang ke
Jakarta melongok keluarga di Bukit Duri Tanjakan dan ngajar kitab
5. Habib Ali Al Habsyi, Kwitang, 18?? – 1972 pendiri Madrasah Al Unwanul Falah,
1905
6. Guru Marjuki, Cipinang Muara, adalah guru ulama Betawi a.l. Abdullah Syafi’i,
Zayadi Musa, Thohir Rohili, Nurali
7. Guru Mansyur, Jembatan Lima, 1878 -1967 ahli falak, menulis 19 kitab.
8. Guru Mughni, 18?? – 1930, Kampung Kuningan

Sastrawan/Budayawan Betawi
1. Muhammad Bakir bin Syafian bin Usman bin Fadli kita kenal dari sejumlah karya
yang telah diteliti oleh Henri Chambert-Loir, berdasarkan bentuk tulisan yang sama
dalam naskah-naskah itu. Ada 24 judul buku yang dicatat oleh Chambart-Loir sebagai
hasil karya Muhammad baik salinan maupun asli, meliputi kurun waktu Februari 1884
sampai Mei 1897, suatu produktivitas yang sangat tinggi.
2. Muh. Cing Saidullah yang mempunyai latar belakang yang sama sekali berbeda.
Namanya kita kenal dari sejumlah kopi teks Melayu yang dibuat dalam suatu lembaga
yang disebut Sekretariat Umum. Lembaga ini merupakan bagian dari Biro Urusan
Pribumi (Bureau Voor Inlandsche Zaken). Salah satu tugas Sekretariat ialah membuat
salinan daripada naskah-naskah Melayu yang kemudain menjadi milik pemerintah
Belanda. Cing menandai kopinya dengan namanya, sehingga dapat dikenal karyanya.
3. Ahmad Beramka bin Sapirin bin Usman bin Fadli. Ia berasal dari keluarga penulis
yang telah mempunyai taman bacaan di Pecenongan sejak awal paro kedua abad ke-
19.
4. SM Ardan (1932 - 26 November 2006) mulai menulis karya sastra sejak kelas
enam (6) Taman Muda (SD) Taman Siswa. Menulis cerpen, sajak, skenario fil, naskah
drama. Karyanya yang tekenala : Terang Bulan di Kali (kumpulan cerpen, 1955,
cetakan kedua 1971), Ketemu Di Jalan (kumpulan puisi 1956), Nyai Dasima (naskah
drama 1965, cetakan kedua 1974), Apa Siapa Orang Film Indonesia (1979), Dari
Gambar Idup Ke Sinepleks (1992), Sejarah Film Indonesia, 1900-1950 (1992), dan
Biografi Sukarno M. Noor, 1931-1986. dll.
5. Firman Muntaco lahir di kampung Petamburan Jakarta Pusat 5 Mei 1935 dan
wafat di kampung Condet Balekambang 10 Januari 1993. Ia seniman serba bisa
utamanya dalam menulis cerita pendek Betawi. Tidak kurang 5000 cerpen telah
ditulisnya. Dua buku kumpulan cerpennya, Gambang Djakarta I dan Gambang

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 18
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Djakarta II terbit tahun 1960. Dengan cerpen-cerpennya ia telah berhasil membuat
suatu inovasi dalam berkisah dan menyumbang bagi perbendaharaan sastra Indonesia.
6. Mahbub Djunaidi (Wartawan dan politisi)
7. H. Imam Sjafi’i (mantan menteri Keamanan Nasional masa ORLA)
8. H. Eddie M. Nalapraja
9. Hj. Emma A. Bisrie
10. Hj. Soen’ah Andreas
11. Hj. Maharani Kemal Mustafa
12. Ridwan Saidi (Politisi dan budayawan)
13. Yasmine Z. Shahab (Akademisi)
14. Sarnadi Adam (pelukis Betawi)
15. H. Asmawi Manaf
16. Fauzi Bowo
17. H.Yoyo Muchtar
18. H.Abd.Chair
19. Yahya Andi Saputra
20. H.Husen Sani
21. H.Nachrawi Ramli
22. Tatang Hidayat
23. DLL.

BANG PITUNG
Si Pitung selama delapan tahun (1886 – 1894) telah meresahkan Batavia. Penasehat
pemerintah Hindia Belanda urusan Bumiputera Snouck Hurgronje mengecam habis-habisan
kepala polisi Batavia Schout Hijne yang tak mampu menangkap Pitung. Hurgronje
menganggap amat keterlaluan kalau seorang Eropa seperti Hijne sampai harus berdukun
untuk dapat menangkap Pitung. Hurgronje menganggap kepala polisi ini sangat tidak
terpelajar yang tak mampu memperhitungkan kehadiran alat transportasi baru, kereta api,
yang dengannya Pitung dapat hilir mudik. Lebih menggusarkan lagi Pitung dapat meloloskan
diri dari penjara Meester Cornelis ketika tertangkap pada tahun 1891. Tidak hanya itu, di luar
penjara Pitung masih sempat membunuh Demang Kebayoran, yang menjadi musuh petani-
petani Kebayoran dan telah pula menjebloskan saudara misan Pitung, Ji’ih, ke penjara dan
kemudian dihukum mati.
Margriet van Teel dalam laporan penelitiannya tahun 1984 sebagaimana disiarkan
Bijdragen tahun penerbitan semasa mengungkapkan bahwa polisi Belanda pernah
menggerebek rumah si Pitung di Rawa Belong, Jakarta Barat, dan ternyata di rumah itu yang
ditemukan hanyalah beberapa keping uang benggolan senilai 2,5 sen yang tersimpan di
bambu. Padahal selama delapan tahun Pitung melakukan aksi perampokan dengan sasaran
saudagar yang dinilainya bersekutu dengan Belanda telah mengeruk uang dan emas permata
yang tidak sedikit nilai dan jumlahnya.

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 19
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Dalam menjalankan aksi perampokannya, Pitung tidak membangun komplotan
melainkan berdua denga sepupunya Ji’ih yang kemudian dihukum mati. Setelah itu Pitung
bekerja sendiri. Karena itulah sulit polisi mendapatkan informasi tentang Pitung.
Apa yang dikenal sebagai rumah si Pitung yang berlokasi di Marunda, Jakarta Utara,
sesungguhnya rumah Haji Safiudin seorang bandar perdagangan ikan. Ada dua versi tentang
perampokan di rumah Haji Safiudin. Versi pertama mengatakan Pitung benar-benar telah
merampok Haji Safiudin. Versi kedua meragukan kalau Haji Safiudin sempat dirampok.
Diperkirakan terjadi kesepakatan antara Safiudin dengan Pitung. Safiudin menyerahkan
sejumlah uang. Penulis meyakini versi kedua dengan penjelasan di bawah nanti.

Mengangon kambing
Ibu kandung Pitung berasal dari Rawa Belong, Jakarta Barat, ayahnya berasal dari
kampung Cikoneng, Tangerang. Diperkirakan Pitung lahir pada tahun 1866 di Tangerang.
Sekitar usia delapan tahun Pitung merasakan kehidupan yang pahit. Kedua orang tuanya
bercerai. Ibunya menolak dijadikan isteri tua. Pitung bersama ibunya kembali ke kampung
Rawa Belong, sedangkan ayahnya menetap di Cikoneng, Tangerang, bersama istri mudanya
dan tetap bekerja pada tuan Tanah Cikoneng. Kemudian hari ketika Pitung sudah menjadi
buronan ia kerap berkunjung ke rumah Tuan Tanah Cikoneng.
Di Rawa Belong Pitung mengangon kambing milik kakeknya. Setelah berusia 14 tahun,
Pitung dipercaya menjual kambing di pasar Kebayoran. Pada suatu hari saat kembali dari
pasar menjual kambing, Pitung dirampok. Ia tak berani pulang takut dimarahi kakek dan
ibunya. Pitung mengembara dengan dendam yang amat sangat terhadap kekerasan.
Dalam pengembaraannya itu sampailah ia di kampung Kemayoran, dan berkenalan
dengan Guru Na’ipin. Seorang ahli tarekat yang pandai bermain silat. Guru Na’ipin adalah
murid Guru Cit seorang mursyid, guru tarekat, dari kampung Pecenongan, Jakarta Pusat.
Sekitar enam tahun Pitung berguru pada Na’ipin.
Na’ipin bersahabat dengan Mohammad Bakir, pengarang Betawi akhir abad XIX. Karya
Mohammad Bakir tersimpan di sejumlah meseum terkemuka di dunia antara lain Petersburg,
Rusia, London, dan negeri Belanda. Dari titik inilah Na’ipin membangun hubungan dengan
jaringan Jembatan Lima, Jakarta Barat, yang ketika itu sudah dipimpin Bang Sa’irin. Di
kampung inilah segala gagasan pemberontakan dan perlawanan terhadap Belanda di
sepanjang abad XIX dan permulaan abad XX dirancang. Jaringan Jembatan Lima sebelumnya
dipimpin Cing Sa’dullah, juga seorang pengarang Betawi.
Pitung tidak pernah menikmati hasil rampokannya. Ia tak pernah beristeri, karena
buronan yang tidak menetap di suatu tempat. Ia juga bukan penjudi, atau pun pemabuk. Ia
seorang penganut tarekat. Menurut Margriet van Teel, Pitung dapat menulis dalam aksara
Melayu Arab. Margriet van Teel melaporkan bahwa tatkala di penjara Meester Cornelis,
Jatinegara, Pitung sempat beberapa kali menyelundupkan surat yanag ditujukan pada
pengurus mesjid Al Atiq kampung Melayu. Dalam surat itu Pitung menggunakan nama
samaran Solihun, orang yang saleh.
Di kalangan tarekat tatkala itu berkembang keyakinan bahwa merampas harta musuh
untuk kepentingan perjuangan adalah halal belaka. Ini disebut fa’ie. Pitung menjalankan tugas
ini setelah tokoh-tokoh pemberontakan petani di Jakatrta dan sekitarnya kesulitan dana karena
penyandang dana selama itu, pelukis Raden Saleh, telah disita kekayaannya pada tahun 1870
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 20
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
karena terlibat pemberontakan petani. Dan pada tahun 1880 Raden Saleh meninggal dunia di
Bogor dalam keadaan miskin.
Seluruh hasil rampokan Pitung diserahkan untuk kepentingan perjuangan. Bukan dibagi-
bagikan langsung kepada rakyat kecil sebagaimana selama ini didongengkan. Karena itulah
Pitung amat sulit ditangkap karena jaringannya amat luas. Bahkan salah seorang calon
korbannya, Haji Safiudin kampung Marunda, akhirnya menjadi mitranya. Pitung seringkali
berkunjung ke rumah Haji Safiudin di Marunda yang kemudian terkenal sebagai rumah si
Pitung.
Karena seringnya Pitung berkunjung ke Marunda, akhirnya tercium mata-mata Belanda.
Route Pitung dilacak. Pitung selalunya muncul dari Pondok Kopi, Jakarta Timur, jika hendak
ke Marunda. Pada suatu petang Schout Hijne dengan kekuatan satu regu pasukan polisi
bersenjata lengkap menanti Pitung di Pondok Kopi. Tak ayal lagi begitu hari mulai gelap
Pitung muncul. Ia dihujani peluru. Pitung rebah, tapi tak langsung tewas. Ia dibawa dengan
mobil ambulans yang sudah disiapkan ke rumah sakit militer, kini RSPAD, di Jl Raya Senen,
Jakarta Pusat.
Menurut laporan Margriet van Teel, sepanjang perjalanan Pitung terus menerus
menyanyikan lagu Nina Bobo, sehingga ditegur Schout Hijne apa kiranya permintaan Pitung
terakhir karena tampaknya ajal hendak menjemput. Pitung mengatakan ia minta dibelikan
tuak, air nira, dengan es. Permintaannya dikabulkan. Segelas air nira sejuk diminumnya,
belumlah kering gelas itu Pitung berpulang. Pitung mati muda dalam usia duapuluh delapan
tahun.

H. ENTONG GENDUT
Tapi, Condet dalam sejarah tercatat sebagai tempat perlawanan rakyat menentang
pemerintah kolonial Belanda (1916). Tokoh penggeraknya adalah H Entong Gendut. Kita
tidak tahu apakah putra kelahiran Condet ini berbadan gendut, hingga memakai embel-embel
demikian di depan namanya. Tapi, keberaniannya dalam melawan penguasa kolonial patut
diacungi jempol. Sejarawan tersohor Sartono Kartodirdjo dalam buku Protest Movements in
Rural Jawa menceritakan kisah ini.
Untuk itu, sebaiknya kita kembali dulu pada keadaan ratusan tahun sebelumnya. Di ujung
Jl Condet Raya terdapat sebuah gedung tua yang kini tinggal kerangka di bagian depannya
karena terbakar pada 1985. Gedung yang terletak di Jl Tanjung Timur (Tanjung Oost) yang
kala itu dinamakan gedung Grooneveld merupakan rumah tuan tanah terbesar yang pernah
dibangun di Batavia (1756) yang letaknya jauh di luar kota. Waktu itu, untuk mencapai
gedung megah ini diperlukan lima jam dari pusat kota (Pasar Ikan) dengan kereta kuda.
Adanya gedung ini menjadikan kawasan tersebut hingga sekarang dinamakan Kampung
Gedung.
Gedung ini dibangun oleh Vincent Riemsdijk, anggota Dewan Hindia, sebagai
perkebunan dan sekaligus peristirahatan. Setelah kematiannya, putranya Daniel van
Riemsdijk, seorang petani andal, benar-benar mengurus perkebunan Tanjung Timur dan
mengelolanya dengan baik. Pada waktu itu, 6.000 ekor sapi digembalakan di perkebunan ini,
tempat yang sekarang berdiri gedung-gedung megah dan jalan raya dari Tanjung Timur ke
Terminal Kampung Rambutan.

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 21
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Di gedung ini pada 1749 pernah berlangsung pertemuan antara Gubernur Jenderal Von
Imhoff dan Ratu Syarifah Fatimah, wali sultan Banten. Syarifah, wanita terdidik dan cerdas,
pada 1720 menjadi istri Pangeran Mahkota Banten, Zainul Arifin. Ia sangat berpengaruh
terhadap suaminya ketika menjadi sultan Banten (1733). Tapi, Syarifah sendiri meninggal
dengan merana karena dibuang ke Pulau Edam di Kepulauan Seribu, akibat pemberontakan
Kyai Tapa (1750). Ia ditangkap akibat ambisinya untuk mengangkat Syarif Abdullah, yang
menikah dengan keponakannya, untuk dijadikan pangeran mahkota Kesultanan Banten.
Gedung yang juga dikenal dengan Vila Nova itu telah beberapa kali berganti pemilik.
Menurut Ran Ramelan dalam Condet Cagar Budaya Betawi tiap penggantian tuan tanah ini,
diadakan peraturan baru yang memberatkan rakyat Condet. Terhadap tiap pemuda Condet
yang telah menginjak dewasa dikeluarkan kompenian atau pajak kepala sebesar 25 sen
(nilainya kira-kira 10 liter beras). Karena banyak petani yang tidak sanggup membayar
blasting (pajak) yang sangat memberatkan itu, tuan tanah sering membawa petani yang tak
sanggup membayar ke landraad (pengadilan). Dan tuan tanah di Condet kelewat getol dalam
membikin perkara. Akibatnya banyak petani yang bangkrut, rumahnya dijual, atau tak jarang
yang dibakar. Penduduk yang belum membayar blasting hasil sawah dan kebunnya tidak
boleh dipanen.
Melihat penderitaan rakyat yang demikian itulah, Entong Gendut meradang. Ia
kumpulkan sejumlah warga Condet. Panji perang dikibarkan. Dengan meneriakkan Allahu
Akbar, Entong Gendut mengobarkan semangat jihad fi sabililah. Saat itulah, pada 5 April
1916 perang berkobar di Vila Nova yang ditempati Lady Lollinson dan para centengnya.
Entong Gendut bersama para pemuda Condet, bersamaan dengan pertunjukan Tari Topeng
menyerbu tempat itu.
''Allahu Akbar ..... Sabililah ..... gue enggak takut ame kompeni'', teriak Entong Gendut
dan kawan-kawannya. Namun setelah datang bantuan dari Batavia, pemberontakan itu
ditumpas. Haji Entong Gendut pun syahid tertemnbus timah panas.

MUHAMMAD HUSNI THAMRIN


Lahir 16 Februari 1894, di kampung Sao Besar, kawasan Weltevreden, Jakarta Pusat.
Ayahnya, Tabri Thamrin, seorang wedana di masa Gubernur Jenderal Van Der Wijck.
Setamat sekolah Institut Bosch, ia melanjutkan ke sekolah Koning Willem II (SMU).
Sambil sekolah Thamrin bekerja magang di kantor Kepatihan. Setelah itu Thamrin bekerja di
Kantor Keresidenan. Karena prestasinya cemerlang, Thamrin dipindahkan ke Perusahaan
Dagang Pertikelir di KPM (Koningklijke Paketvaart Maatschappij).
Pada usia 25 tahun, Thamrin dipercaya menduduki jabatan anggota Gemeenteraad
(Dewan Kotapraja) Batavia. Dengan duduk sebagai anggota Gemeenteraad, ia leluasa bergaul
dengan berbagai tokoh soaial politik.
Sebagai tokoh masyarakat Betawi, tanggal 1 Januari 1929, Thamrin mendirikan
organisasi Perkumpulan Kaum Betawi. Missi organisasi ini memperjuangkan kepentingan
masyarakat Betawi dalam berbagai bidang. Berbagai pembangunan yang sedang dilaksanakan
harus lebih banyak memberi manfaat untuk rakyat. Inilah awal perjuangan politik Husni
Thamrin.

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 22
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Thamrin mengusulkan kepada pemerintah kolonial Belanda, agar membangun persediaan
air bersih untuk minum. Usulan itu disetujui, dan dibangunlah saluran air minum Ciliwung
Kanal. Kini saluran itu lebih dikenal dengan penjernihan air minum Pejompongan.
Atas dukungan Fraksi Nasional, Thamrin menduduki jabatan Loco Burgemeester II
(Wakil Walikota II) lalu naik lagi menjabat Loco Burgemeester I.
Pada usia 33 tahun, 16 Mei 1927, Thamrin diangkat menjadi anggota Volksraad (Dewan
Perwakilan Rakyat). Salah satu perjuangan Thamrin di Volksraad adalah menuntut dihapusnya
pelaksanaan Peonale Sanctie di Sumatera, yang amat menyengsarakan rakyat. Akhirnya
Poenale Sanstie dihapuskan.
Sebagai aktivis pergerakan nasional, Thamrin menghibahkan rumahnya di Gang Kenari
(kini museum M Husni Thamrin), sebagai tempat rapat dan berkumpulnya tokoh pergerakan
nasional.
Jika awalnya Thamrin cenderung memperjuangkan kepentingan masyarakat Betawi, kini
kepentingan bangsa dan negara menjadi tujuan utama perjuangannya. Tahun 1938 ia diangkat
menjawi Wakil Ketua Partai Indonesia Raya (Parindra). Tahun 1939, ia menyampaikan mosi
kepada pemerintah, agar istilah Nederlands Indie, Nederlands Indische, dan Inlander, diganti
menjadi Indonesia, Indonesisch, dan Indonesier. Mosi itu ditolak pemerintah kolonial, padahal
mayoritas anggota Volksraad menyetujuinya.
Karena perjuangannya itu, sejak 6 Januari 1941, Thamrin dikenakan tahanan kota. Ia
dituduh bekerjasama dengan Jepang. Thamrin terus diteror dan diintimidasi, bahkan dalam
keadaan sakit parah, ia takl boleh dikunjungi teman sepenjuangnnya. Sabtu, 11 Januari 1941,
M Husni Thmarin meninggal dunia.
Atas jasa-jasanya, pada tanggal 28 Juli 1960, pemerintah Republik Indonesia,
menganugerahkan penghargaan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional Indonesia kepada
M Husni Thmarin.

ISMAIL MARZUKI
Biasa dipanggil Ma’ing adakalanya Bang Ma’ing atau Pak Ma’il. Ia dilahirkan di
kampung Kwitang, 11 Mei 1914. Tiga bulan setelah ia lahir, ibunya wafat. Selanjutnya ia
dirawat oleh kakak perempuannya yang berbeda usia 12 tahun. Bapak Marzuki empunyai
empat orang anak : Yusuf, Ya’kub, Anie Hamimah, dan Ismail. Yusuf dan Ya’kub meninggal
ketika kecil.
Ismail sekolah di HIS Idenburg di Menteng sampai tamah kelas 7. Lalu melanjutkan ke
MULO di Jl. Menjangan Jakarta. Sebagai anak Kwitang, ia juga digembleng pendidikan
agama pada Madrasah Unwanul Wustha. Setelah lulus dan memperoleh ijazah dan dapat
berbahasa Belanda dan Inggris dengan fasih, ia dengan mudah diterima bekerja pada Socony
Service Station di Java Weg (sekarang Jl. Cokroaminoto). Ia pindah tempat kerja, padfa
perusahaan penjual alat-alat musik dan merekam piringan hitam merk Polydor. Ismail
tampaknya senang sekali bekerja di sini, karena seperti kata pepatah “Ikan masuk ke dalam
air”.
Pada 1936 Ismail masuk perkumpulan orkes Lief Java. Di sinilah ia dapat mengembangkan
bakatnya secara intensif. Kreativitasnya luar biasa dalam mengaransir lagu, baik lagu Barat,
kroncong, langgam Melayu. Ia adalah orang pertama yang memperkenalkan instrumen
akordeon ke dalam langgam Melayu sebagai pengganti harmonium pompa. Tetapi orang lebih
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 23
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
mengenal Bang Ma’ing sebagai penyanyi daripada pemain akordeon, gitar, atau sexophone.
Dalam Lief Java inilah ia memulai karier sebagai pemusik, penyanyi, dan penggubah lagu.
Melalui Lief Java Ismail mendapat peluang ikut main dalam siara NIROM (Nederlands
Indische Radio Omroep Maatschappy) yang berdiri sejak 1934. Sejak itu ia tidak pernah
meninggalkan dunia radio dengan kegiatan utamanya mengaransir lagu dan terkadang
menerjemahkan lagu-lagu barat ke dalam bahasa Indonesia. Lahirlah karya pertamanya
berjudul Oh, Sarinah.
Tahun 1937 karya Ismail mulai direkan pada piringan hitam merk Polidor. Ia meneken
kontran dengan perusahaan K.K. Knies dan Odeon. Lagu pertama yang direkan adalah : Oh,
Sarinah, Ali Baba Rumba, Olhe Lheu Di Kotaraja, Ya Aini, Kore-Korena. Masternya dibuat di
Jakarta dan diperbanyak di Singapura.
Di tahun Kemerdekaan RI, lahir lagu Karangan Bunga dari Selatan yang romantis,
berkisah tentang permintaan seorang pejuang pada kekasihnya kalau ia gugur di medan juang.
Sementara di tahun 1946 lahir lagu-lagu terkenal, seperti Selamat Jalan Pahlawan Muda,
Sepasang Mata Bola, dan Saput Tangan dari Bandung Selatan, dan setahun kemudian (1947)
tercipta Juwita Malam dan Melati di Tapal Batas.
Bersama dengan lagu Gugur Bunga yang umumnya diperdengarkan di hari-hari nasional,
atau manakala ada tokoh besar Republik tutup usia, Ismail lalu memang keluar dari konteks
perjuangan Kemerdekaan semata. Ia-bersama dengan lagu-lagu romantisnya, seperti Rindu
Lukisan-tidak saja terus menjadi komponis yang karya-karyanya banyak menjadi favorit
generasi sepuh, tetapi ternyata juga terus merembes ke generasi muda.
Pertengahan 1956 Ismail jatuh sakit. Penyakit ini sangat menyiksa, ditambah lagi
penderitaan sakit telinga sebelah kiri, tidak bisa mendengar sama sekali. Gubahanya yang
terakhir berirama walts diterima RRI tanggal 13 Desember 1957, berjudul Inikah Bahagia?.
Sepanjang kariernya, Maing berhasil menciptakan lagu sebanyak 202 judul.
Ismail Marzuki wafat 25 Mei 1958, dalam usia 44 tahun. Komponis terkemuka
Indonesia, ini oleh negara pada Hari Pahlawan 10 November 2004 dianugerahi gelar
Pahlawan Nasional.

H. DARIP KLENDER
Haji Darip adalah putra asli Betawi yang lahir pada tahun 1886. Ia adalah sosok yang
sangat disegani di wilayah Klender, Bekasi, dan sekitarnya. Selain dikenal sebagai mubaligh,
ia juga seorang yang memiliki ilmu main pukulan (ilmu silat) yang lihai. Begitu sekutu
mendarat, ia memutuskan untuk turut angkat senjata mempertahankan kemerdekaan. Dengan
prinsip "mencintai Tanah Air merupakan bagian dari iman", ia membakar semangat ratusan
pemuda dari Klender dan sekitarnya. Namanya yang sudah dikenal membuatnya dalam waktu
singkat mengumpulkan banyak pengikut.
Mereka lalu menghimpun diri dalam Bara (Barisan Rakyat) dipimpin Haji Darip sendiri.
Mereka terlibat dalam pertempuran di beberapa front di kota Jakarta. Haji Darip sendiri saat
itu dijuluki "Panglima Perang dari Klender". Sebuah brosur dari Angkatan 45 Daerah Khusus
Ibukota tanggal 17 Agustus 1985 -- empat tahun setelah Haji Darip meninggal dunia --
menyebutkan, almarhum pada zaman penjajahan Belanda (sebelum perang dunia kedua),
berjuang bersama Bung Karno bergerak di bawah tanah, terutama di Cilincing, Tanjung Priok,
Jakarta Utara. Ketika pendudukan Jepang, menyaksikan kekejaman pasukan Dai Nippon ini,
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 24
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Haji Darip memimpin masyarakat di Klender dan menghimpun para narapidana dan napi
Rutan Cipinang untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang.
Untuk menghimpun cerita tentang Haji Darip, Republika mendatangi kediaman H Uung,
putra tertuanya. Keluarga ini tampak sangat bersahaya. Rumahnya berdekatan dengan stasiun
kereta api Klender, setelah melewati Jl Pisangan Lama, Jakarta Timur. Menurut H Uung,
ayahnya benar-benar berjuang lillahi ta'ala, sama seperti para ulama Betawi lainnya yang
turut terlibat dalam perang kemerdekaan. Begitu tawaduknya, mereka tak mau menonjolkan
diri usai perang dan namanya hilang dalam catatan sejarah.
Semangatnya yang tidak pernah henti untuk mengusir penjajah, didasarkan pada ajaran
agama bahwa penjajahan yang mengeksploitasi manusia tidak dibenarkan dalam Islam.
Sebelum menjadi ulama di Jakarta, Haji Darip selama bertahun-tahun menjadi mukimin
di Tanah Suci Mekkah dan Madinah. Selama di sana, dia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh
Islam dari berbagai negara. Inilah yang mengilhaminya untuk turut terlibat dalam pergerakan
kemerdekaan sekembalinya ke Tanah Air. Ia mengawali perjuangan dengan berdakwah di
sebuah musala kecil -- kini berubah menjadi Masjid Al-Makmur yang cukup megah -- di
Klender. Di sini bergabung juga sejumlah ulama dari Klender yang juga pejuang seperti KH
Mursidi dan KH Hasbiallah.
Ketika Jakarta dikuasai serdadu NICA Belanda yang mendompleng tentara sekutu, Haji
Darip dan kawan-kawannya itu hijrah ke pedalaman Cikarang - Karawang - Purwakarta dan
membentuk BPRI (Barisan Pejuang Rakyat Indonesia). Dari tempat persembunyiannya,
dengan pangkat Letnan Kolonel Tituler -- ia bermarkas di Purwakarta dan menyususn strategi
melawan NICA. Tahun 1948, setelah selama tiga tahun tidak henti-hentinya melawan pasukan
Belanda, ia pun tertangkap. Kemudian dibawa ke Jakarta dan dipenjara di rumah tahanan
Glodok (kini merupakan bagian dari pertokoan Harco). Lebih dari setahun ia mendekam di
penjara Glodok, sebelum akhirnya dibebaskan setelah penyerahan kedaulatan akhir Desember
1949.
Sewaktu dia masih memimpin pergerakan dari Klender, banyak para pemimpin yang
datang kekediamannya, seperti Sukarni dan Pandu Kartawiguna. Kedua tokoh Partai Murba
menjelang 17 Agustus 1945 menyatakan kepadanya bahwa sebentar lagi Indonesia akan
merdeka, dan mereka membicarakan pengusiran orang Jepang. Sejumlah tokoh masyarakat
mengetahui bahwa Jepang sudah menyerah setelah di bom sekutu pada 6 Agustus 1945.
"Kemudian saya panggil buaye-buaye sini. Dari mana-mana dari hutan-hutan juga (60 tahun
lalu Klender masih merupakan perkampungan dan perkebunan-Red), Mereka datang atas
panggilan saya. Saya bicarakan soal pengusiran orang-orng Jepang," ujar Haji Darif seperti
dikutip sebuah harian yang terbit tahun 1950.
Konon, isu-isu saat itu menyatakan bahwa Haji Darif orang kebal, tidak mempan
dibacok. Setelah mengumpulkan warga Klender dan sekitarnya menjelang proklamasi,
mereka diperintah untuk mengusir orang Jepang yang ada di Pangkalan Jati, Pondok Gede,
dan Cipinang Cempedak. Menurut sumber di Angkatan 45 Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
sepeninggal pejuang yang tidak mengenal pamrih itu, pensiunan dan tunjangannya dicabut.
Sedangkan rumahnya terkena proyek pelebaran jalan dan tergusur. Hanya makamnya saja
yang kini tersisa di dekat bekas kediamannya.

KH. NUR ALI


/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 25
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
KAMPUNG Ujung Malang (sekarang Ujung Harapan), Bekasi, patut menyambut
gembira telah melahirkan pahlawan nasional yang patut dibanggakan. K.H. Noer Ali,
dilahirkan di sana , pada 1914, tanpa ada yang tahu persis kapan tanggal lahir Noer Ali karena
kebiasaan masyarakat dulu jarang mencatat peristiwa dalam bentuk tulisan. Yang pasti, KH
Nur Ali lahir dari rahim Hj. Maimunah binti Tarbin yang bersuamikan H. Anwar bin Layu,
seorang petani. KH Nur Ali terlahir sebagai golongan menengah di kampungnya itu.
Setelah sempat merantau ke tanah suci Mekah, Noer Ali pada 1940 kembali ke Bekasi
dan mendirikan pesantren di Ujung Malang. Saat ini, pesantren At-Taqwa yang didirikannya
telah memiliki berbagai cabang di beberapa wilayah di Bekasi, berupa sekolah mulai tingkat
madrasah, hingga perguruan tinggi), dan memiliki total santri kurang lebih 800 orang putra
dan 750 orang putri.
Munawaroh, salah satu kemenakan Noer Ali mengatakan, keluaga Noer Ali cukup
disegani di wilayah Ujung Harapan. Para pemegang kekuasaan dan pegambil kebijakan di
Pesantren At-Taqwa pun, semuanya merupakan kerabat Noer Ali, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Ia pun menceritakan riwayat kepahlawanan tokoh At Taqwa itu yang
berjuang lewat dakwahnya yang tak mengenal waktu dan jarak. Kondisi Pesantren At-Taqwa
sendiri dari segi bangunan bisa dibilang sangat sederhana. Tapi jangan ditanya soal hasil
didikannya. Sistem yang telah dibuat Noer Ali sejak pertama kali mendirikan pesantren ini
masih terus dipertahankan.
Disiplin yang tinggi yang ditekankan pada setiap santri, menjadikan santri-santri At-
Taqwa cerdas dan berkualitas. Bahkan banyak di antaranya yang mampu bersaing di kancah
internasional, seperti di Mesir, Kairo, dan sebagainya. Para santri terbiasa menggunakan
Bahasa Arab dan Inggris pada hari-hari tertentu sehingga membuat mereka mampu bersaing
dengan mahasiswa dari negara lain ,jika ia dikirim ke luar negeri.
Makam Noer Ali yang tak jauh dari lokasi pesantren putri selalu ramai didatangi para
peziarah dari berbagai daerah. Para santri A-Taqwa pun, secara rutin selalu mengunjungi
makam Sang Pendiri untuk sekadar berziarah.
K.H. Noer Ali kini telah diangkat menjadi pahlawan nasional. Hal itu merupakan
kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Bekasi pada umumnya, dan masyarakat Ujung
Harapan, khususnya. Jargon “Bekasi Kota Patriot” telah dibuktikan dengan lahirnya pahlawan
nasional yang telah diakui perjuangannya, terutama lewat dakwah.

KULINER BETAWI

KUE KELINCA
Bahan-bahannya : Cara Membuatnya :
- 250 gr tepung beras - Tepung beras disangrai sampai kuning
- 250 gr gula jawa - Kelapa kupas, parut sangrai, sampai kuning dan
- 50 gr gula pasir giling sampai ¾ halus.
- 1 gelas air - Gulajawa + gula pasir + air +jahe parut masak
sampai larut saring dan kembali masak sampai ½
Bumbu-bumbunya : kental
- 2 buku jari jahe - Bumbu disangrai sampai garing (tidak hangus) lalu
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 26
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
- ¾ butir kelapa giling dan saring.
- ½ sdt jinten hitam - Tepung beras + bumbu + Kelapa giling + garam +
- 1 jari kayu manis Vanili dicampur masukkan mentega dan aduk
- 5 bunga pe’chak- sampai rata lalu siram dengan gula jawa cair , uleni
- 1 jari kayu manis hingga dapat dicetak dan bakar hingga kuning.
- 5 bunga cengkeh - Siap dihidangkan.
- 1 bunga pe’chak
- ½ butir biji pala
- 5 lembar daun pandan
- 2 sdm mentega
- Vanili secukupnya
- Garam secukupnya

ALIE BEGENTE
Bahan Bahannya : Cara Membuatnya:
- Nasi kering 50 gr - Nasi kering di goreng garing, lalu ditiriskan
- ¼ kg gula merah. - Gula, garam, air dimasak hingga ganting (kental)
- 1 sdt gram bila perlu bisa disaring dulu.
- 50 cc air - Nasi kering goreng di masukan kedalam gula
- Minyak goreng secukupnya ganting (kental) diaduk sampai rata, dituang di
nampan/tampah diratakan (dieler) setelah dingin
baru potong potong .

Cara Menghidangkannya :
- Potong – potong kue Alie Begante dan ditata di
piring .
- Minumannya The sahi ( teh godog kentel ) manis
atau pahit, kopi manis atau pahit ( menurut
kesenangannya).

KUE GEMBLONG
Bahan Bahannya : Cara membuatnya :
- 150 Gr Tepung Ketan - Tepung Ketan , garam kelapa parut, aduk rata.
- 150 cc Minyak Goreng Ambil 2 sdm adonan, bentuk lonjong (opal) lalu
- ¼ Sdm Garam, 1 ½ kelapa digoreng hingga matang, dan ditiriskan sampai
setengah tua, diparut. kering betul.
- 50 Gr Gula Merah Lapisan Gula :
- 2 sdm air. - Masak gula merah hingga kental, masukan
gemblong goreng dalam larutan gula, diaduk
sampai merata sehingga melekat dan mengering.

KUE CINCIN
Bahan-bahannya : Cara Membuatnya :
- Tepung beras 150 gr - Gula merah yang sudah dimasak panas panas
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 27
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
- 50 gr Gula Merah masukkan ke tepung beras diaduk rata setengah
- 3 sdm sagu dingin masukan sagu lalu diaduk rata, disimpan
- air secukupnya. satu hari (sampai dingin).
- Pakai daun pisang (plastik) ambil 1 sdm dibuat
bundar dipipihkan ( gepeng ) ditusuk dengan
telunjuk tangan sehingga berbentuk Cincin, Baru
di goreng.

S IRPE
Bahan bahannya : Cara membuatnya :
- 1 butir kelapa ½ tua diperet jangan Gula Pasir dimasak sampai ganting, lalu masukan
kena kulit batoknya, agar tidak kelapa kira kira 15 menit baru diangkat dan dibentuk
berarna biru. pakai sendok makan.
- 50 gr gula pasir
- Air.

KUE TELOR GABUS


Bahan Bahannya : Cara Membuatnya :
- Sagu - Telor dikocok tapi jangan sampai mengembang lalu
- Telor masukan garam, sagu dan vanili lalu remas-remas
- Garam pakai tangan sampai rata lalu dipulung pulung
- Gula Merah menurut selera mengenai besar kecilnya.
- Vanili - Setelah dipulung, masukan kedalam minyak yang
- Minyak Goreng. dingin kemudian baru digoreng sedikit demi sedikit
sampai kuning.
- Gula merah dimasak sampai kental, setelah itu
masukan telor gabus yang sudah digoreng dan aduk
aduk pada api yang kecil sampai kering .

KUE KEMBANG GOYANG


Bahan Banahnya : Cara membuatnya :
- Tepung terigu - Tepung di ayak dahulu, kelapa diparut lalu diperas
- Tepung beras diambil santannya,
- Kelapa - Tepung dan gula serta vanili ditambah garan
- Telor dijadikan satu lalu dituang santannya sedikit sedikit
- Gula Putih sampai menjadi adonan yang encer seperti adonan
- Vanili dan garam kue kue basah setelah itu masukkan telor yang
telah lebih di kocok sebentar, lalu minyak ditaruh
di wajan (penggoreng ) dan dipanaskan.
- Setelah minyak panas , cetakan kue dimasukkan
dulu kedalam minyak panas itu, kemudian setelah
cetakan cetakan itu panas diangkat dan dicelupkan
ke adonan dan jaga sampai menutupi cetakkannya,
kemudian angkat dan langsung masukan kedalam
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 28
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
minyak panas itu (cetakan yang berisi adonan)
sambil dipegang adonan digoyang goyang kan agar
adonan terlepas dari cetakkannya.
- Setelah menguning angkat dengan menggunakan
lidi dan taruh di tetampah sambil meniriskan
minyaknya .
- Setelah minyak tiris baru dimasukkan kedalam
toples

KUE SENGKULUN
Bahan Bahannya : Cara membuatnya :
- Tepung Ketan yang baru - Tepung ketan dan sagu dicampurkan gula dimasak
- Sagu sebagian bersama daun pandan .
- Kelapa setengah tua - Setelah gula dingin dicapurkan dengan tepung
- Garam tersebut, lalu diaduk aduk sampai adonan menjadi
- Gula merah dan daun pandan satu atau encer, lalu dimasukan kedalam loyang
persegi empat yang telah lebih dahulu dipoles
dengan minyak kemudian dikukus sampai kue
tersebut masak, untuk kemudian diangkat dan
didinginkan , setelah dingin baru dipotong-potong
menurut selera.

KUE TALAM UDANG


Bahan Bahannya : Cara Membuatnya :
- Tepung Beras - Tepung beras, sagu dan garam dijadikan satu lalu
- Sagu diseduh dengan air panas sedikit demi sedikit
- Santan sampai merata kemudian diberi santan encer
- Garam sampai merata.
- Udang kering - Setelah adonan diambil sedikit untuk membuat
- Bawang goreng kepalanya yang langsung diberi santan kental dan
- Daun seledri sedikit lada halus , kemudian adonan yang sebagian
- Lada halus lagi juga diberi sedikit lada.

KUE LUMPANG
Bahan Bahannya ; Cara membuatnya :
- Tepung Beras - Gula dimasak dengan daun pandan lalu disaring.
- Sagu - Sediakan tepung, beri garam secukupnya lalu seduh
- Gula merah dengan air panas dan campur dengan gula merah
- Garam yang telah dingin dan diaduk hingga menjadi
- Kelapa yang agak tua dan adonan yang encer seperti adonan kue cucur.
- Daun pandan. - Kemudian dicetak dalam cetakan mangkok
kecilkecil yang telah diolesi minyak terlebih
dahulu, kemudian dikukus lalu diangkat

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 29
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
PUTU MAYANG
Bahan-bahannya: Cara Membuatnya
1. Tepung Beras -- 500 Gram - 100 gram tepung beras diseduh dengan air mendidih
2. Tepung Sagu -- 500 Gram untuk biang.
3. Gula Merah -- 250 Gram - Kalau sudah dingin dicampur dengan sisa tepung
4. Gula Pasir -- 350 Gram beras dan sagu di uleni dengan santan encer dan garam
5. Kelapa -- 1 Butir secukupnya sampai dapat disemprotkan dengan
6. Daun Pandan -- 2 lembar cetakan kue putu mayang.
7. Sumba Merah + Sumba hijau - Sebelum disemprotkan/dicetak adonan dibagi
secukupnya menjadi 3 bagian :
8. Garam secukupnya - 1 bagian putih, 1 bagian merah, 1 bagian hijau.
- Setelah dicetak/disemprotkan diatas klakat atau
saringan langseng, kue dikukus hingga masak.

Cara Membuat kinca (Kuah):


- Gula direbus dengan ½ liter air sampai larut,
kemudian disaring.
- Masak santan kental dari 1 butir kelapa sebanyak
1 liter + larutan Gula + daun pandan + garam
secukupnya.
- Aduk aduk aduk smapai mendidih.
Hidangkan dengan menyiramnya diatas Kue Putu
Mayang.

KUE BUGIS
Bahan bahannya : Cara membuatnya :
- 500 gr tepung ketan 1. Masukan tepung sagu dengan air masak sampai
- ½ butir kelapa parut mendidih, masukkan tepung ketan sedikit demi sedikit
- 250 gram gula merah agar tidak menggumpal.
- 10 helai daun suji Daun suji yang sudah ditumbuk disaring diambil
- 50 gr tepung sagu airnya, masukan dalam adonan tersebut dan lalu
- Minyak secukupnya diaduk aduk sampai merata.
- Daun pisang sesuai kebutuhan (daun 2. UNTI . Gula merah dihaluskan dan dicampur dengan
pisang batu). kelapa parut diberi air sedikit dimasakan dengan api
yang kecil diaduk aduk sampai merata sehingga
mengental.
Adonan ke I diambil lebih kurang 1 sendok makan
dibuat bulatan letakkan pada daun yang dioleskan
sedikit minyak agar tidak lengket, masukkan unti ke
dalam adukan tersebut lalu dikukus sampai matang.
Setelah matang ambil duan bungkus adonan yang
sudah matang, lalu hidangkan di piring.

KUE KELEN
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 30
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
Bahan: Cara membuatnya:
- 10 butir telur ayam kampung - Terigu + 2 sendok makan mentega samapi rata.
- 250 gram terigu - Gula pasir + telur yang dibuang putihnya 6 butir
- 200 gram gula pasir telur dikocok hingga mengembang.
- 1 kaleng susu encer - Bila kocokan sudah memgembang masukkan garam,
- kismis secukupnya vanila dan sedikit sumba kuning.
- garam secukupnya - Susu masukkan dalam terigu dan aduk-aduk hingga
- vanili secukupnya rata dan tidak menggumpal.
- mentega secukupnya. - Bila sudah tercampur rata masukkan kocokan telur ke
- Sumba makanan/kueh warna kuning terigu dan aduk dengan rata.
bila perlu. - Bila sudah tercampur kukus dalam citakan-cetakan di
mangkuk-mangkuk te’au beling/ plastik
- Atau citakan-citakkan aluminium lain yang sudah
dilumuri mentega agak banyak.
- Beri kismis di tengah-tengah kue bila sudah ½
matang lalu kukus hingga matang
- Kueh siap dihidangkan.
- Untuk 7-8 citakan.

NASI KEBULI
Bahan-bahan: CARA MEMBUAT
1. Beras 3 (tiga) liter direndam dalam air 1. Beras dibersihkan, direndam, ditiriskan,
lebih kurang 5 (lima) jam kemudian dikukus sampai setangah matang.
2. Daging sapi/kambing/ayam ½ kg Setelah itu digoreng dengan ¼ kg
direbus hingga empuk mentega/samin, lalu dimasukkan ke dalam
3. Mentega/samin ½ kg rebusan bumbu kasar yang telah disaring di
4. Susu encer 1 kaleng dalam panci.
5. Air rebusan bumbu kasar kurang lebih 2 2. Masaukkan lebih kurang 1 liter air daging
(dua) liter serta dagingnya ke dalam panci tadi.
6. Bumbu halus untuk kebuli (siap pakai) 3. Masukkan bumbu tumis yang telah ditumis
sebanyak 2 sendok makan dengan mentega/samin (sisanya ¼ kg) dan
7. Garam secukupnya. masukkan juga susu, bumbu halus dan garam
secukupnya ke dalam panci yang berisi beras
BUMBU YANG DITUMIS tadi.
1. Bawang merah diiris -- 1 ons 4. Masak dengan api besar terlebih dahulu
2. Bawang bombay diiris -- ½ kg sambil diaduk-aduk sampai air mengering,
3. Bawang putih diparut -- ½ kg kemudian kecilkan api, masak sampai matang.
4. Jahe diparut -- 3 ibu jari (Ini disiapkan untuk 30 orang)
5. Tomat dipotong kecil-kecil -- ½ kg

BUMBU KASAR
1. Garda munggu kurang lebih -- 20 butir
2. Kembang pal -- 5 butir
3. Kayu manis kurang lebih -- 10 cm
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 31
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
4. Cengkeh kurang lebih -- 10 butir
5. Ketumbar -- 2 sendok makan
6. Jinten -- 2 sendok makan

SEMUR
Bahan-Bahannya: Cara membuatnya :
- ½ kg daging Lada + kemiri + bawang merah + bawang putih +
- 1 sdt lada jahe + garam ( digiling )
- 5 buah kemiri Daging dipotong – potong di aduk bumbu yang
- 5 bawang merah sudah di giling + kecap + salam = sereh + pala +
- 2 siung bawang putih cengkeh +kayu manis diaduk + air kurang lebih
- ½ sdt jahe satu gelas lalu di godok sampai kering, baru
- 1 sdt garam tambah air kurang lebih lima gelas di godok
- ¼ gelas kecap sampai empuk.
- 1 bt sereh
- 2 lembar salam Cara Menghidangkannya :
- 5 batang cengkeh Semur, di atasnya diberi bawang goreng.
- 1 jari kayu manis
- ½ biji pala

PA C R I
Bahan-bahan Cara membuatnya
1. 20 buah terong ukuran sedang dibelah 1. Tumis bumbu halus sampai harum, lalu
empata memanjang tidak sampai putus. masukkan daging giling, sereh, dan salam
2. 1 buah nanas dikupas, dipotong-potong sehingga daging berubah warna. Masukkan
sesuai selera santan encer ke dalamnya dan biarkan sampai
3. 20 buah cabai hijau dibiarkan bulat- mendidih.
bulat 2. Masukkan terong ke dalam santan yang telah
4. 1 ons daging giling mendidih. Setelah terong setengah masak,
5. 1 batang sereh masukkan nanas dan cabai hijau.
6. salam koja 5 (lima) tangkai 3. Setelah itu masukkan santan kental dan gula
7. Minyak untuk menumis secukupnya secukupnya, masak hingga santannya agak
8. Gula merah secukupnya mengering atau meresap ke terong dan nanas ,
9. Garam secukupnya serta cabai hijau jadi empuk. Baru diangkat.

Bumbu yang dihaluskan (Ini disiapkan untuk 20 orang)


1. Cabe merah 1 ons
2. Bawang merah 10 butir
3. Bawang putih 3 siung
4. Kemiri 10 butir
5. Kunyit 2 buah
6. Jahe sebesar ibu jari
7. Klabet 1 sendok the
8. Ketumbar sangrai 1 sendok makan
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 32
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
9. Jinten sangrai 1 sendok makan

SATE PENTUL/LEMBUT
Bahan-bahan Cara Membuatnya
1. Daging sapi giling ½ kg 1. Tumis bumbu halus hingga harum,
2. Kelapa muda parut 1 butir3 masukkan gula merah, sisihkan.
3. Telor Bebek / telor ayam 2 butir 2. Blender daging dengan kelapa sehingga
4. Gula Merah secukupnya halus dan meyatu.
5. Tusukan sate 30 buah 3. Campur daging yang sudah diblender
6. Bawang Merah secukupnya dengan bumbu yang sudah ditumis, telor,
7. Arang 2 bungkus awang merah, kemudian aduk sampai rata.
8. Minyak untuk menumis bumbu 4. Adonan tersebut dibulat-bulatkan
halus secukupnya memanjang pada tusukan sate.
5. Dipanggang dengan memakai bara arang
Bumbu Yang dihaluskan hingga matang.
- Cabe Merah ½ ons
- Kemiri 10 butir
- Bawang Merah 10 butir
- Bawang Putih 3 siung
- Temu Mangga sebesar ibu jari
- Jahe sebesar ibu jari
- Ketumbar sangrai 2 sendok makan
- jinten sangrai 2 sendok makan
- Garam secukupnya
- lada halus 1 sendok makan

TAN G KAR
Bahan-bahannya : Cara Membuatnya
1. 500 gr tulang rip (iga sapi) Tulang Iga dipotong kecil-kecil lebih kurang
2. 6 buah bawang merah 5 Cm, direbus samapi empuk.
3. 10 buah cabe merah yang besar Bumbu bumbu semua dibakar kecuali daun
4. 2 buah bawang putih salam .
5. 1 iris lengkuas Setelah bumbu-bumbu dibakar agak
6. 1 batang sereh menguning dhaluskan atau diulek.
7. 2 batang daun salam Sereh, daun salam, lengkuas dan asam
8. 1 senduk the penuh asam jawa dimasukan kedalam rebusan tulang iga.
9. 2 buah kunyit lebih kurang 5 Cm Bumbu bumbu yang dihaluskan ditumis
10. Garam secukupnya. dengan minyak 3 sendok makan sampai
berbau wangi lalu masukan kedalam rebusan
yang sudah empuk tadi lalu di didihkan
sampai semua bumbu meresap.

ASINAN
Bahan-bahannya : Cara Membuatnya :
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 33
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
1. ½ kg taoge Kol dipotong-potong kecil, timun dipotong-
2. ½ kg ketimun potong kecil, lokio dibakar akarnya agar layu
3. ¼ kol besar dan lemas lalu dipotong-potong kurang lebih
4. 2 ikat daun tikim 5 Cm panjangnya.
5. 10 buah tahu kecil Taoge dibersihkan, buntutnya dibuang sedikit.
6. 1 ikat lokio Daun slada diiris –iris agak kasar dan daun
7. 1 buah lobak putih tikim diiris halus, sawi asin dipotong-potong
8. 20 buah cabe merah kecil.
9. ½ kg gula merah
10. ½ botol cuka aren Kuah Asinan
11. 1 ikat daun selada Cebe merah dihaluskan dengan garam, setelah
12. 2 ikat sawi asin halus dimasukan gula merah diulek sampai
13. 1 ons kacang tanah digoreng menyatu kemudian ditempatkan di dalam
14. Garam secukupnya baskom kecil masukan cuka aren diaduk aduk
bila kurang asam bisa ditambahkan dengan
cuka biasa atau dixi.
Letakkan sayur-sayuran tadi di sal, potong
tahu kecil kecil diatasnya siramkan kuah
asinan sampai merata.
Berikan emping dan krupuk tabur diatasnya.
Bila ingin pedas bisa ditambahkan cebe rawit
yang sudah dihaluskan.

KOPI JAHE
Bahan-bahan: Cara membuat
- 1 ons kopi - 1 liter air masukkan bumbu-bumbu dan
- 1 kaleng susu kental/encer didihkan.
- Gula pasir secukupnya - Bila sudah mendidih seduh kopi dengan air
rebusan tanpa sampah bumbu.
Bumbu - Masukkan susu apabila kopi sudah disaring
- 2 lempeng jari jahe dalam wadah lain.
- 1 lempeng jari kayu manis - Gula pasir bisa dirasa kemudian dan apabila
- 10 butir gardamom seed belah ingin kopi agak kental air seduhan dapat
- 10 butir cengkeh dikurangi.
- 2 lembar daun pandan - Kopi siap dihidangkan dalam mangkuk-
- 1 liter air mangkuk te’au beling yang besar.
- Garam secukupnya - Siap dihidangkan.

BIR PLETOK
Bahan: Cara Membuatnya:
- 2 liter air - Godok air dengan semua bumbu termasuk gula
- ½ kg gula pasir tapi babakan secang masukkan paling akhir.
- Apabila sudah mendidih dan harum, air disaring
Bumbu: lalu masukkan ke dalam wadah, jangan lupa bila
/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 34
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM
- 4 jari kayu manis rebusan sudah dingin.
- 4 jari jahe - Bir Pletok siap dihidangkan dingin atau agak
- 4 batang sereh panas.
- 20 buah cengkeh
- ¼ ons babakan secang
- 1 butir buah pala
- 5 lembar bunga pala
- 1 sendok makan lada bulat di belah
- 3-5 batang cabe jawa
- 5 lembar daun jeruk purut
- 2 lembar daun pandan
- 5 bitur gardamom seed (gardamunggu)
dibelah
- Garam secukupnya

/conversion/tmp/scratch/448360837.doc 35
Diambil dari File Yas/artikel_MEI08/ABNON DKI.COM

Anda mungkin juga menyukai