Anda di halaman 1dari 5

PERATURAN DIREKTUR RSKIA SUKMA BUNDA PAYAKUMBUH

NOMOR : / /PER-DIR/ RSKIA-SB / /2019

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN HIV-AIDS

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya memberikan pelayanan yang dibutuhkan


oleh pasien yang memerlukan Pelayanan Penanggulangan HIV-
AIDS.
b. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana yang
dimaksud huruf a. Perlu menetapkan Kebijakan Pelayanan
Penanggulangan HIV-AIDS di RSKIA SUKMA BUNDA
Payakumbuh yang ditetapkan dengan peraturan Direktur.

Mengingat : 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 21 tahun 2013 tentang


Penanggulangan HIV-AIDS.
2. Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif.
3. Keputusan Menteri kesehatan nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003
tentang pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat nomor
02/Per/Menko/Kesra/I/2007 tentang Kebijakan Nasional
Penanggulangan HIV-AIDS melalui pengurangan dampak buruk
penggunaan Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RSKIA SUKMA BUNDA


PAYAKUMBUH TENTANG KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
HIV-AIDS DI RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA

PASAL 1
PENDAHULUAN

Kesatu : RSKIA Sukma Bunda Payakumbuh membentuk TIM HIV- AIDS.


Kedua : Rumah Sakit Harapan Keluarga melaksanakan Pelayanan
Penanggulangan HIV- AIDS.
Ketiga : Pelayanan Penanggulangan HIV- AIDS yang dimaksud adalah:
a. Pelayanan VCT (Voluntary Counseling and Testing).
b. Pelayanan PMTCT (Prevention Mother to Child Transmision).
c. Pelayanan IO (Infeksi Oportunistik).
d. Pelayanan Penunjang.
e. Pelaksanaan Rujukan.

PASAL II
PELAYANAN VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING)
Kesatu : RSKIA Sukma Bunda Payakumbuh memberikan Pelayanan VCT
(Voluntary Counseling and Testing) atau KTS (Konseling dan Tes HIV
Sukarela) dan TIPK (Tes HIV Atas Inisiatif Pemberi Pelayanan
Kesehatan Dan Konseling).
Kedua : Pelayanan VCT/KTS adalah : proses konseling sukarela dan tes HIV
atas inisiatif individu yang bersangkutan.
Ketiga : Pelayanan VCT dilakukan di Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat
Darurat dan Instalasi Rawat Inap & Intensif.
Keempat : Pelayanan VCT dilakukan oleh tenaga kesehatan atau konselor terlatih.
Pemeriksaan Diagnosis HIV-AIDS dilakukan melalui KTS /TIPK.
Kelima : Pemeriksaan Diagnosis HIV-AIDS dilakukan berdasarkan prinsip
Keenam : konfidensialitas, persetujuan, konseling, pencatatan pelaporan, dan
rujukan.
KTS hanya dilakukan pada pasien yang memberikan persetujuan
Ketujuh : secara tertulis, kecuali dalam hal :
a. Penugasan tertentu dalam kedinasan tentara atau polisi.
b. Keadaan gawat darurat medis untuk tujuan pengobatan pada
pasien yang secara klinis telah menunjukkan gejala yang
mengarah pada AIDS.
c. Pasien dalam rencana tindakan pembedahan, kebidanan, dan
hemodialisa yang sifatnya screening
KTS dilakukan dengan tatap muka atau tidak tatap muka dan dapat
Kedelapan : dilaksanakan bersama pasangan (couple counseling) atau dalam
kelompok (group counseling).
Konselor yang terlatih harus memiliki sertifikat pelatihan konselor
Kesembilan : HIV-AIDS yang masih berlaku.
Tes HIV untuk diagnosis dilakukan oleh tenaga medis dan atau teknisi
Kesepuluh : laboratorium yang terlatih.
Setiap pasien TB (Tuberculosis) dilakukan TIPK (Tes HIV Atas
Kesebelas : Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan Dan Konseling).atas inisiatif
petugas kesehatan dan konseling.

PASAL III
PELAYANAN PMTCT (Prevention Mother To Child Transmision)
Kesatu : Pelayanan PMTCT (Prevention Mother to Child Transmision) adalah
Upaya Pencegahan penularan dari Ibu ke Anak (PPIA).
Kedua : Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anaknya dilaksanakan melalui 4
(empat) kegiatan yang meliputi :
a. Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif.
b. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan
dengan HIV.
c. Pencegahan penularan HIV dari Ibu hamil dengan HIV ke bayi
yang dikandungnya.
d. Pemberian dukungan psikologis, sosial, dan perawatan kepada
ibu dengan HIV beserta anak dan keluarganya.
Ketiga : Pada pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care/ANC) pada kunjungan
pertama kali, klien diberikan informasi tentang pemeriksaan test HIV-
AIDs, Jika setuju, maka dipersilahkan mengisi lembar informed consent

PASAL IV
PELAYANAN IO (Infeksi Oportunistik)
Kesatu : Pelayanan IO (Infeksi Oportunistik) adalah Pelayanan Infeksi
Oportunistik yang terjadi pada pasien HIV-AIDS.
Kedua : Pasien HIV-AIDS dengan IO dirawat di ruang Isolasi, dengan sarana dan
fasilitas sesuai standar.
Ketiga : Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan terhadap pasien HIV-
AIDS harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).
Keempat : Pengobatan pasie HIV-AIDS dengan Infeksi Oportunistik yang
dilakukan di RS Islam Klaten hanya terbatas pada kasus stadium klinis 1
dan 2 atau jumlah sel limfosit T CD4 lebih dari 350 sel/mm3 (belum
memerlukan terapi ARV).
Kelima : RSKIA Sukma Bunda Payakumbuh tidak bisa memberikan pelayanan IO
pada Ibu hamil dengan HIV-AIDS dikarenakan memerlukan terapi ARV,
sehingga dilakukan proses rujukan.
Keenam : RSKIA Sukma Bunda Payakumbuh tidak bisa memberikan pelayanan
IO Tuberculosis pada penderita pasien HIV-AIDS dikarenakan
memerlukan terapi ARV, sehingga dilakukan proses rujukan.

PASAL V
PELAYANAN PENUNJANG
Kesatu : RSKIA Sukma Bunda Payakumbuh memberikan Pelayanan penunjang
pada pasien HIV-AIDS yang meliputi : pelayanan Gizi, Laboratorium,
Radiologi, Pencatatan dan Pelaporan.
Kedua : Pelayanan Gizi yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan status gizi
dengan pemberian nutrisi yang sesuai kebutuhan pasien HIV-AIDS.
Ketiga : - Pelayanan Laboratorium untuk pemeriksaan screening HIV - 1/2
dari sampel dengan metode serial dengan menggunakan kombinasi
Reagensi yang didasarkan pada instruksi Permenkes dengan
memperhatikan sensitifitas dan spesifitas reagen dan pabrikan dan
selalu didahului dengan konseling pra tes atau informasi singkat.
- Pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan HIV - 1/2 dilakukan
secara khusus yaitu hasil dicatat sesuai kode pasien dan diserahkan
langsung kepada konselor
Keempat : Pelayanan Radiologi dilakukan sesuai prosedur.
Kelima : Semua kegiatan penanggulangan HIV-AIDS harus dilakukan Pencatatan
dan Pelaporan sesuai dengan pedoman yang berlaku, dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten.
Keenam : RSKIA Sukma Bunda Payakumbuh melakukan pencatatan perawatan,
tindak lanjut perawatan pasien HIV serta mendokumentasikannya dalam
Rekam Medik.

PASAL VI
PELAKSANAAN RUJUKAN
Kesatu : RSKIA Sukma Bunda Payakumbuh akan melayani pasien sesuai
kemampuan sumberdaya yang dimiliki.
Kedua : Apabila rumah sakit tidak mampu melayani pasien dengan HIV-AIDS
maka dilakukan rujukan atau alih rawat ke rumah sakit lain yang
memiliki fasilitas/sumber daya yang diperlukan oleh pasien.

PASAL VII
KETENTUAN PENUTUP

Keputusan direktur ini berlaku mulai tanggal ditetapkan dan akan di evaluasi setiap 3 (tiga)
tahun atau sewaktu-waktu jika diperlukan

Ditetapkan di : Payakumbuh
Pada Tanggal :
Direktur RSKIA Sukma Bunda

dr. M. ARDARIS ALHUDRI

Tembusan : 1.Semua Unit Terkait


2.Pertinggal

Anda mungkin juga menyukai