Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIK

‘ANALISIS VITAMIN B1 TOTAL DALAM CUPLIKAN URIN’


Dosen Pembimbing :
1. Lusi Indriani, M. Farm., Apt.
2. Lusi Agus S., M. Farm., Apt.
3. Emy Oktaviani, M. Clin., Pharm., APT.
4. Oktaviana Z., M. Farm., Apt.
5. Dewi Oktavia G., M. Farm., Apt.
6. Nisa Najwa R., M. Farm., Apt.

Asisten Dosen :
1. Dinda 2. Delia
3. Winda 4. Andini
5. Asep 6. Sartika
7. Artika 8.Yulia

Kelas/ Kelompok :
A/ 3 (tiga)

Nama Anggota :
1. Mona (0661 16 009)
2. Galuh Puspa Rini (0661 16 016)
3. Sandy Sunandy (0661 16 018)
4. Lu’lu Aulia (0661 16 024)
5. Elsa Rahmatika (0661 16 032)

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


- Memperkenalkan langkah-langkah analisis obat dan metabolitnya dalam
cuplikan urin
- Melakukan analisis vitamin B1 dalam urin
- Memahami proses ADME vitamin B1
- Mengetahui nilai parameter farmakokinetik vitamin B1

1.2 Dasar Teori


Tiamin, dikenal juga dengan B1 atau aneurin, sangat penting dalam
metabolisme karbohidrat. Peran utama tiamin adalah sebagai bagian dari
koenzim dalam dekarboksilasi oksidatif asam alfa-keto. Gejala defisiensi akan
muncul secara spontan berupa beri-beri pada manusia. Penyakit tersebut
ditandai dengan penimbunan asam piruvat dan asam laktat, terutama dalam
darah dan otak serta kerusakan daru sistem kardiovaskuler, syaraf dan alat
pencernaan (Imbang, 2010).
Struktur kimia tiamin, merupakan gabungan dari molekul basa pirimidin
dan tiazol yang dirangkai jembatan metilen. Kokarboksilase adalah pirofosfat
dari tiamin yang disintesis oleh tubuh dari kombinasi tiamin dengan ATP
(Adenosisn Trifosfat). Tiamin larut dalam alkohol 70 % dan air, dapat rusak
oleh panas, terutama dengan adanya alkali. Pada kondisi kering, tiamin stabil
pada suhu100o C selama beberapa jam. Kelembaban akan mempercepat
kerusakannya. Hal ini menunjukkan bahwa pada makanan segar, tiamin
kurang stabil terhadap panas jika dibandingkan dengan makanan kering
(Imbang, 2010).
Tiamin diperlukan dalam metabolisme semua spesies hewan dan
tumbuhtumbuhan. Pada tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi, tiamin dapat dibuat
sendiri, begitu pula halnya pada beberapa tumbuhan tingkat rendah. Pada
semua hewan, tiamin diperoleh dari makanannya, kecuali bila zat tersebut
disintesis oleh mikroorganisme di dalam traktus digestivus (saluran
pencernaan) hewan ruminansia (Imbang, 2010).
Tiamin dari makanan setelah dicerna, diserap langsung oleh usus dan
masuk ke dalam saluran darah. Penyerapan maksimum terjadi pada konsumsi
2,5 – 5 mg tiamin per hari. Pada jumlah kecil, tiamin diserap melalui proses
yang memerlukan energi dan bantuan natrium, sedangkan dalam jumlah besar,
tiamin diserap secara difusi pasif. Kelebihan tiamin dfikeluarkan lewat urine.
Metabolit tiamin adalah 2-metil-4-amino-5-pirimidin dan asam 4-metil-tiazol-
5-asetat. Tubuh manusia dewasa mampu menyimpan tiamin sekitar 30 -70 mg,
dan sekitar 80%-nya terdapat sebagai TPP (tiamin pirofosfat). Separuh dari
tiamin yang terdapat dalam tubuh terkonsentrasi di otot. Meskipun tiamin
tidak disimpan di dalam tubuh, level normal di dalam otot jantung, otak, hati,
ginjal dan otot lurik meningkat dua kali lipat setelah terapi tiamin dan segera
menurun hingga setengahnya ketika asupan tiamin berkurang (Imbang, 2010).
Defisiensi tiamin akan menyebabkan gangguan saraf pusat, antara lain
memori berkurang atau hilang, nistagmus, optalmoplegia, dan ataksia.
Gangguan juga terjadi pada saraf tepi, berupa neropati perifer. Gangguan yang
lain berupa kelemahan simetrik (badan sangat lemah), kehilangan fungsi
sensorik, motorik dan reflek kaki. Timbul beri-beri jantung, dengan gejala
jantung membesar, aritma, hipertensi, odema, dan kegagalan jantung (Imbang,
2010).
Normal asupan tiamin untuk orang dewasa adalah antara 1,0 – 1,5
mg/hari. Jika makanan terlalu banyak mengandung karbohidrat, maka
dibutuhkan lebih banyak tiamin. Tanda-tanda defisiensi tiamin antara lain
menurunnya nafsu makan, depresi mental (Peripheral neurophaty) dan lemah.
Pada defisiensi kronis, maka muncul gejala kelainan neurologist, seperti
kebingungan (mental), dan kehilangan koordinasi mata. Penyakit karena
defisiensi tiamin, yaitu beri-beri. Penyakit ini disebabkan akibat makanan
yang kaya akan karbohidrat tetapi rendah tiamin (Imbang, 2010).

Spektrofotometer
Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur
konsentrasi suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut
mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Spektrofotometri adalah alat yang
terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan
sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi.
Istilah spektrofotometri berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang
diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi
maupun pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang
gelombang tertentu (Underwood, 1988).
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya
monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet
(tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap
oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar
pembaca (Sastrohamidjojo, 1992).
Spektrofotometri adalah analisis kuantitatif yang paling sering digunakan
karena mempunyai sensitivitas yang baik yaitu 10-4 sampai 10-6. Analisis
jenis ini juga relatif selektif dan spesifik, ketepatannya cukup tinggi, relatif
sederhana, dan murah ( Mathias, 2005 ).
BAB II
METODE KERJA

II.1 Alat dan Bahan Alat

Alat
1. Alat sentrivius
2. Botol coklat
3. Bulp
4. Erlenmayer
5. Gelas ukur
6. Labu ukur
7. Labu semprot
8. Pipet tetes
9. Pipet volum
10. Spektrovoto meter
11. Tabung sentrivius
12. Vial

Bahan
1. Aquadest
2. Sampel urin
3. Vitamin B1

II.2 Cara Kerja

A. Pemberian Vitamin B1 Dengan Pengumpulan Urin


Cuplikan urin harus dukumpulkanselama waktu 6 jam. Probandus
dapat
meminum obat dan dikumpulkan cuplikan urin sehari sebelum dianalisis.
Cuplikan urin dapat disimpan selama satu malam pada suhu 4oC tanpa
penguraian yang berarti.
1. Untuk menjaga aliran urin, subyek meminum 200 ml air , setelah 30
menit
cuplikan ini digunakan sebagai blanko. Dicatat volumenya.
2. Vitamin B1 diminum dengan 200 ml air dan waktu mulai dicatat. Ini
adalah waktu jam ke 1.
3. Setelah 1 jam, kandung kemih dikosongkan, banyaknya volume urin
diukur dan dicatat serta ditandai. Diambil kurang lebih 15 ml.
kemudian
probandus minum 200 ml air kembali.
4. Prosedur yang sama (seperti nomer 3) diulang dengan interval waktu :
2,3,4,5,6 jam.

B. Analisi Cuplikan Vitamin B1 Total Dalam Urin


1. Ditentukan kadar vitamin B1 total dalam cuplikan urin pada masing –
masing interval waktu yang telah ditentukan (jam ke-1,2,3,4,5,6).
Untuk
penetapan kadarnya :
2. Diambil 10 ml cuplikan urin di masukkan pada tabung sentrivius dan
di sentrivius selama 5 menit.
3. Lalu diambil 1 ml dari bagian bening paling atas dan di masukkan
pada labu uku di ad 50 ml
4. Diakukan pembacaan serapan pada panjang gelombang maksimum
yang telah didapatkan dari praktikum 1. (245 nm )
5. Jika niali yang terbaca masih terlalu besar (>3) dilakukan pengenceran.
6. Selanjutnya dihitung parameter farmakokinetik vitamin B1.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Data Pengamatan

Adsorbansi data dalam urin Vitamin B1 𝜆 = 245𝑛𝑚

Sampel Interval waktu Volume urin Absorbansi


1 0-1 150 0,136
2 1 - 1,5 180 0,139
3 1,5 - 2 207 0,288
4 2 - 2,5 245 0,343
5 2,5 - 3 276 0,465
6 3 – 3,5 275 0,342
7 3,5 – 4 215 0,342
8 4 – 4,5 190 0,311

A. Metode ARE

No T Dt Cu Du Dukum Du^-du Ln^-Du


mid (mg/ml) (mg/ml)
1 0,5 1 294,871 44,231 44,231 1.256,22 7,136
2 1,25 0,5 302,564 54,461 98,632 1.202,259 7,091
3 1,75 0,5 684,615 141,17 233,86 1.061,084 6,967
4 2,25 0,5 825,641 202,282 442,149 858,802 6,755
5 2,75 0,5 1138,461 314,215 756,364 544,587 6,300
6 3,25 0,5 823,076 266,315 983,709 318,242 5,762
7 3,75 0,5 823,076 176,961 1.156,67 141,281 4,950
8 4,25 0,5 743,589 141,281 1.300,95 0 0
B. Metode Kecepatan Eksresi Renal

No T Dt Cu Du Dukum Du/dt Ln^-Du


mid (mg/ml) (mg/ml)
1 0,5 1 294,871 44,231 44,231 44,231 3,789
2 1,25 0,5 302,564 54,461 98,632 188,922 4,690
3 1,75 0,5 684,615 141,17 233,86 282,35 5,643
4 2,25 0,5 825,641 202,282 442,149 404,564 6,002
5 2,75 0,5 1138,461 314,215 756,364 628,43 6,443
6 3,25 0,5 823,076 266,315 983,709 452,69 6,145
7 3,75 0,5 823,076 176,961 1.156,67 353,922 5,869
8 4,25 0,5 743,589 141,281 1.300,95 282,562 5,6430

III.2 Perhitungan

A. Metode ARE
Regresi linear standar vitamin B1
y = 0,039 x + 0,021
r2 = 0,973

Perhitungan Cu

𝒚−𝒂 𝜇𝑔
y = bx + a x= × 100 = ⁄𝑚𝑙
𝒃

0,136−0,021 𝜇𝑔
1. x = × 100 = 294,871 ⁄𝑚𝑙
0,039
0,139−0,021 𝜇𝑔
2. x = × 100 = 302,564 ⁄𝑚𝑙
0,039
0,288−0,021 𝜇𝑔
3. x = × 100 = 684,615 ⁄𝑚𝑙
0,039
0,343−0,021 𝜇𝑔
4. x = × 100 = 825,641 ⁄𝑚𝑙
0,039
0,465−0,021 𝜇𝑔
5. x = × 100 = 1.138,461 ⁄𝑚𝑙
0,039
0,342−0,021 𝜇𝑔
6. x = × 100 = 823,076 ⁄𝑚𝑙
0,039
0,342−0,021 𝜇𝑔
7. x = × 100 = 823,076 ⁄𝑚𝑙
0,039
0,311−0,021 𝜇𝑔
8. x = × 100 = 743,586 ⁄𝑚𝑙
0,039

Pehitungan Du

Du = 𝑉𝑢 × 𝐶𝑢 = 𝜇𝑔⁄1000 = 𝑚𝑔

150 ×294,871
1. Du = = 44,231 𝑚𝑔
1000
180 ×302,564
2. Du = = 54,461𝑚𝑔
1000
207 ×684,615
3. Du = = 141,175 𝑚𝑔
1000
245 ×825,641
4. Du = = 202,282𝑚𝑔
1000
276 ×438,461
5. Du = = 314,215 𝑚𝑔
1000
275 ×823,076
6. Du = = 226,345 𝑚𝑔
1000
215 ×823,076
7. Du = = 176,961 𝑚𝑔
1000
190×743,589
8. Du = = 141,281 𝑚𝑔
1000

K eliminasi = −𝑏 × 2,303

K eliminasi = 1,35 × 2,303 = 3,109/𝑗𝑎𝑚

0,693 0,693
t1⁄2 = = 3,109 = 0,222 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑒

𝐷0 50
Vd = = × 0,086 = 0,0000863L
𝐶𝑝° 578,824
𝑇𝑚𝑖𝑑
Ln0Cp = 𝐿𝑛𝐶𝑝 − (−𝐾𝑒 2,303)

0,5
= Ln 294,871 - (−3,109 × 2,303)

= 5,686 + 0,674

= 6,360 (anti Ln)

= 578,824

Cl = 𝑉𝑑 × 𝐾𝑒 = 0,0000863 × 3,109 = 0,000268 𝐿⁄𝐽𝑎𝑚

B. Metode Renal

Regresi linear absorbansi y = 1,460 x + 3,002 r2=0,9828

Perhitngan 𝐷𝑢⁄𝐷𝑡

44,231 𝑚𝑔
1. = 44,231 ⁄𝑗𝑎𝑚
1
54,461 𝑚𝑔
2. = 108,922 ⁄𝑗𝑎𝑚
0,5
141,175 𝑚𝑔
3. = 282,35 ⁄𝑗𝑎𝑚
0,5
202,282 𝑚𝑔
4. = 404,564 ⁄𝑗𝑎𝑚
0,5
314,215 𝑚𝑔
5. = 628,43 ⁄𝑗𝑎𝑚
0,5
226,345 𝑚𝑔
6. = 452,69 ⁄𝑗𝑎𝑚
0,5
176,961 𝑚𝑔
7. = 353,922 ⁄𝑗𝑎𝑚
0,5
141,281 𝑚𝑔
8. = 282,562 ⁄𝑗𝑎𝑚
0,5

K absorbansi = −𝑏 = |1,460| = 1,460/𝑗𝑎𝑚

0,693 0,693
t1⁄2 = = 1,640 = 0,474 𝑗𝑎𝑚
𝐾𝑎

𝐷𝑢 25
Vd = 𝐶𝑝° = 20,125 = 1,242𝑚𝑙 = 0,00124𝐿
Regresi linear eliminasi y = -0,472 x +7,645 r2=0,9828

K eliminasi = −𝑏 × 2,303

Ke = −(−0,472) × 2,303 = 1,087/𝑗𝑎𝑚

0,693 0,693
t1⁄2 = = 1,087 = 0,637𝑗𝑎𝑚
𝐾𝑒

Cl = 𝑉𝑑 × 𝐾𝑒

Cl = 0,00124 × 1,087 = 0,00134 𝐿⁄𝑗𝑎𝑚


III.3 Grafik

METODE ARE
8 7.136 7.091 6.967 6.755
7 6.3
5.762
6 4.95
5
Ln Du-Du

4
3 ARE
2
1 0
0
0.5 1.25 1.75 2.25 2.75 3.25 3.75 4.25
Tmid (jam)

Metode Kecepatan Eksresi Renal


6.443
7 6.002 6.145
5.643 5.869 5.643
6
4.69
5
3.789
Ln Du/Dt

3 Metode Kecepatan
Eksresi Renal
2

0
0.5 1.25 1.75 2.25 2.75 3.25 3.75 4.25
Tmid (jam)
METODE KECEPATAN EKSRESI RENAL
5.643
6
4.69
5
3.789
4
Ln Du/Dt

3
METODE KECEPATAN
2 EKSRESI RENAL

0
0.5 1.25 1.75
Tmid (jam)

METODE KECEPATAN EKSRESI RENAL


ELIMINASI
6.145
6.2
6.1
6 5.869
5.9
Ln Du/Dt

5.8 5.643
5.7 METODE KECEPATAN
5.6 EKSRESI RENAL ELIMINASI
5.5
5.4
5.3
3.25 3.75 4.25
Tmid (Jam)
III.4 Pembahasan

Pada praktikum kali ini telah dilakukan analisis kandungan vitamin B1


total yang terdapat padacplikan urin. Masing-masing kelompokdari
probandus,kadar vitamin B1 yang terdapat pada urin tergantung pada kemampuan
biologis praktikan dalam proses ADME (Absorbansi, Distribusi, Metabolisme,
dan Eliminasi) terhadap vitamin B1 setelah pemberian. Percobaan menggnakan
sampel urin vitamin B1 atau thiamin, probandus diberikan tablet vitamin B1 dan
minum 250ml air, tjuan dari minum air sebanyak 250ml ialah untuk menjaga
kadar air didalam tubuh dan memudahkan analisis kadar urin yang akan dilakukan
setelah melewati 1 jam urinasi dan minum air 250ml, dilakukan berulang sampai
urin ke 8 dengan jeda 30 menit.

Mekanisme dari pengeluaran urin adalah setelah urin dibentuk di ginjal,


urin dan disimpan di vesica urinosia atau biasa disebut kantung kemih setelah
melewati uriter. Jika dalam kandung kemih sudah cukp banyak, dan mampu
menyebabkan disentensi obat detrusor,maka otot tersebut akan mengalami
kontraksi dan hal ini mengakibatkan keluarnya urine melalui uriter. Sampel
dilakkan percobaan probandus dipuasakan selama 6 jam, tujuan berpuasa ialah
agar tidak mengganggu hasil percobaan karena keadaan perut kosong dan urin
yang akan keluar murni dari sampel vitamin B1, lalu dianalisi dengan dimasukan
kedalam tabung uji kemdian dimasuan kedalam alat sentifugasi. Alat sentifugasi
akan memutar tabung uji dengan kecepatan tertentu, kemudian molekul dengan
masa jenis yang lebih besar akan ter fokus kebagian dinding tabung sentrifugasi.
Sedangkan molekul dengan massa jenis yang lebih rendah akan terkumpul
dibagian tengah sentifugasi merupakan teknik pemisahan campuran yang
dilakukan dengan memanfaatkan gaya sentripetal.

Pada proses ADME dari vitamin B1 yaitu diabsorbsi melalui aksi dari
posfotasi dan pyrospotase dibagian atas usus halus. Pada konsentrasi
rendahdimediasi oleh senyawa pembawa dan pada konsentrasi tinggi penyerapan
terjadi melalui difusi pasif. Transper aktif paling besar terjadi dibagian tengah dari
usus kecil.vitamin B1 didistribusi melalui peredaran darah kesemua jaringan
seperti otot jantng, jantung, otak, hati dan ginjal. Vitamin B1 mengalami
metabolisme dihati diubah menjadi metabolitnya kemudin dieliminasi diginjal dan
dieksresikan bersama urin.

Pada praktikm digunakan 2 metode perhitungan yaitu metode ARE dan


Eksresi Renal, metode ARE diginakan untuk mengetahui besarnya eksresi ginjal
sedangkan metode Renal digunakan untuk mengetahui besarnya kadar obat yang
terabsorbsi didalam tubuh melalui pengumplam atau kumulasi urin yang
terabsorbsididalam tubuh melalui pengmpulan atau kumulasi urin, dari metode
ARE t1/2 diperoleh eliminasi yait 0,222jam,sedangkan padametode renal
diperoleh t1/2 eliminasi sebesar 0,637jam berdasarkan litelatur dari Farmakope
Indonesia edisi IIIuntuk vitamin B1 t1/2 tidak lebih dari 30 menit.konsentrasi
kecepatan eliminasi (keliminasi) yang didapat dari metode ARE yaitu 3,109 jam
dan yang didapat nilai1,087/jam.

Pada grafik metode ARE diperoleh datayang menunjukan penurunan,


artinya pada eksresi melalui pengukuran mbng rangsang ginjal hanya menunjukan
laj eliminasi obat. Sedangkan pada grafik metode Renal dapat dilihat data yang
didapatkan menunjukan adanya kecepatan absorbsi obat pada saat naik, dan pada
saat turun menunjukan laju eliminasi obat dari vitamin B1.
BAB IV
KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum analisis vitamin B1 dalam cuplikan urin,


dapat diambil kesimpulan yakni :

1. Obat vitamin B1 diabsorpsi di usus, didistribusi di darah, dimetabolisme di


hati dan diekskresi di ginjal
2. Kadar vitamin B1 yang terdapat pada urin tergantung pada kemampuan
biologis praktikan dalam proses ADME
3. Faktor yang mempengaruhi ekskresi obat adalah kelarutan obat dalam pelarut
dan kondisi setiap individu dalam memetabolisme obat
DAFTAR PUSTAKA

Imbang. 2010. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Rajagrafindo

Mathias, Ahmad. 2005. Spektrofotometri. Exacta: Solo.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 1992. Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta : Liberty


Yogyakarta.

Underwood,1988. Analisis Kimia Dasar. PT gramedia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai