Ika Zulkafika Mahmudah - UNAIR - Kedamaian Islam Merangkul Keberagaman Di Bumi Pertiwi Melalui Optimalisasi Bonus Demografi
Ika Zulkafika Mahmudah - UNAIR - Kedamaian Islam Merangkul Keberagaman Di Bumi Pertiwi Melalui Optimalisasi Bonus Demografi
JUDUL ESAI
Kedamaian Islam Merangkul Keberagaman di Bumi Pertiwi Melalui
Optimalisasi Bonus Demografi
Diusulkan Oleh:
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
Kedamaian Islam Merangkul Keragaman di Bumi Pertiwi Melalui
Optimalisasi Bonus Demografi
Ika Zulkafika Mahmudah
S1-Pendidikan Ners
Universitas Airlangga, Kampus C Unair Mulyorejo: Surabaya, 60115,
izma111213@gmail.com
Indonesia yang dikenal damai dan rukun dalam kehidupan yang beragam, kini
kenyataan berbalik dari kedaan tersebut. Berbagai isu mulai dari penistaan agama, hingga
saling mencerca antara kaum minoritas dan mayoritas bukan lagi menjadi masalah kecil.
Api yang tersulut semakin membesar hingga sesama umat muslim sendiri saling
mendikte. Ketika ada umat yang memilih diam untuk mempertahankan perdamaian
dalam konflik beragama, justru dianggap tidak membela Islam. Mirisnya, ulama dan kyai
yang menjaga ukhuwah insaniyah dan tetap kerjasama dalam bidang sosial dengan non
muslim pun dihina oleh umat Islam sendiri sehingga menimbulkan silang pendapat
sesama muslim sendiri. Tidak berujung sampai di sini, bahkan media sosial
disalahgunakan sebagai ajang saling hina dan tuduhan yang tidak pasti kebenarannya
dengan tulisan-tulisan yang tidak bertanggungjawab.
Keadaan yang lebih miris adalah saat dimana para umat Islam mengajak umat
Islam lain untuk mengikuti alirannya yang dianggap benar. Lantas apakah berarti Islam
selain alirannya adalah salah? Bukankah mereka satu Allah dan satu Rasulullah dan
hanya ada 1 Islam? Masing-masing mengakui dirinya sebagai pengikut faham Aswaja.
Namun, jika benar mereka memahami ajaran aswaja, maka dalam bidang Fiqh seharusnya
memahami bahwa diperbolehkan mengikuti salah satu dari imam madzhab empat.
Sehingga wajar apabila ada sedikit perbedaan dalam tata cara dan tidak diperkenankan
memaksakan kehendak menganggap bahwa alirannya lah yang benar sedang yang lain
salah.
Bahkan untuk saat ini, banyak umat Islam yang menuduh sesama Islam
melakukan bid’ah karena merayakan maulid nabi dan tahlilan. Jika hal tersebut
merupakan kegiatan yang menimbulkan madlarat, apakah ada dalil al-qur’an yang
melarangnya sehingga mereka sebagai sesama umat Islam sangat menentang kegiatan
tersebut dan menganggap bahwa perayaan tersebut sebagai pembodohan oleh kaum
Yahudi? Lantas bagaimana dengan HP, Televisi, mobil, sepeda yang mereka sendiri
menggunakan? Apakah hal tersebut bukan termasuk bid’ah? Seharusnya jika mengaku
sebagai pengikut Aswaja, kita harus mengetahui bahwa terdapat 2 bid’ah yakni hasanah
dan sayyi’ah (menyalahi Al-qur’an dan sunnah). Maka jika kegiatan tersebut mulia, tidak
menimbulkan madlarat, lebih banyak manfaat dan sejalan dengan Al-Qur’an dan sunnah
bukanlah masalah bila tetap dilakukan.
Berdiri atas dasar persatuan dan kesatuan rakyat dalam melawan penjajahan dan
perjuangan para pendiri Negara, menjadikan bangsa Indonesia memiliki jiwa persatuan
yang tinggi dalam menghadapi berbagai keberagaman bangsa Indonesia baik suku, ras,
bahasa daerah, serta agama. Hal tersebut menjadikan Negara-negara lain banyak yang
melirik indahnya kerukunan di Indonesia. Berbagai budaya seperti tarian tradisional,
musik tradisional, makanan khas, adat-istiadat, bahkan cara menyambut tamu dengan
khas dan unik menjadi kekayaan tersendiri bagi Indonesia. Hidup rukun dan
berdampingan dengan lima agama berbeda di Indonesia yakni Islam sebagai mayoritas
dan empat agama lain yang meliputi Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha bukan menjadi
penghalang untuk berinteraksi sosial. Hal demikian perlu dipertahankan sebagai kekuatan
yang kokoh untuk menjaga kesatuan dan persatuan guna mewujudkan tujuan Negara
sebagaimana cita-cita luhur para pendiri Negara yang termaktub dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945.
“Bangsa Indonesia memiliki karakter khas dibanding bangsa lain yaitu keramahan
dan sopan santun. Keramahan tersebut tercermin dalam sikap mudah menerima
kehadiran orang lain. Orang yang datang dianggap sebagai tamu yang harus
dihormati. Sehingga banyak kalangan bangsa lain yang datang ke Indonesia
merasakan kenyamanan dan kehangatan tinggal di Indonesia.” (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).
Islam sendiri masuk ke Indonesia melalui berbagai cara yang mudah diterima
oleh masyarakat, sehingga Hindu-Buddha yang dulu mendominasi kini Islam mampu
menjadi mayoritas. Jalan perdagangan, perkawinan, bahkan kesenian mampu disulap oleh
para walisongo guna menyebarkan ajaran Islam di Indonesia tanpa pemaksaan.
Masyarakat dengan kenyamanan dan kedamaian yang dirasakan, begitu sukarela
memeluk agama Islam tanpa adanya tekanan. Bahkan mengubah tradisi adat sesembahan
masyarakat pun dilakukan oleh para waliyullah melalui cara yang mudah diterima
masyarakat secara perlahan, seperti tahlilan, diba’, serta rutinitas keagamaan yang berbau
Islam tanpa menyimpang dari syari’at Islam itu sendiri. Begitulah Islam dikenalkan di
Indonesia sebagai agama yang rahmatan lil alamin, penyempurna agama-agama
sebelumnya dan penerang kejahiliyaan di bumi pertiwi.
Teladan dari Rasulullah dan para waliyullah dalam berdakwah perlu dikaji
kembali guna muhasabah diri. bagaimana Islam saat ini dan masa lalu dalam menghadapi
dan memecahkan permasalahan. Kesabaran dan keuletan menghadapi musuh di zaman
itu, tidak ada bandingannya dengan permasalahan saat ini dimana Islam telah diterima
secara terbuka oleh umat. Terutama di Indonesia yang merupakan Negara dengan lima
agama. Sehingga dalam menghadapi segala sesuatu perlu adanya toleransi untuk
menghindari munculnya konflik baru.
Tidak sedikit yang memusuhi beliau karena cara berfikirnya yang dianggap gila
dan terlalu liberalis. Namun tidak peduli akan hal itu, lambat laun semua yang pernah
dikatakan beliau terbukti nyata satu persatu, bahkan hingga beliau telah berpulang ke
Rahmatullah, apa yang pernah beliau katakana dahulu kini menjadi nyata. Salah satunya
adalah munculnya fitnah NU dalam kepemimpinan PBNU K.H Aqil Siraj yang kini benar
adanya. Belajar dari hal tersebut, sebagai warga NU seharusnya mampu menyadari dan
mendukung kebenaran yang sesungguhnya, bukan ikut hanyut terbawa fitnah yang dapat
membawa dampak buruk bagi NU sendiri. Bahkan keberaniannya serta ketegasannya
sebagai Guru Bangsa kini banyak dirindukan oleh rakyat akan kehadirannya sosok
pemimpin seperti beliau.
Maka sebagai pemuda khusunya penganut Aswaja NU, sedikit langkah dapat
dilakukan guna menjawab kerinduan masyarakat akan kedamaian tersebut. Menghadapi
bonus demografi 2020, Islam sebagai mayoritas dan sesuai teladan dakwah Rasulullah
dan waliyullah harus mampu memanfaatkan optimalisasi peran pemuda dalam
menghadapi berbagai isu yang menjadi faktor pencetus perpecahan bangsa Indonesia.
Peran aktif pemuda terutama kaum berpendidikan dalam menangani permasalahan secara
damai dan tidak merugikan pihak mana pun sangat didambakan oleh rakyat untuk
mencegah konflik yang semakin besar. Salah satunya adalah melalui pembentukan forum
pemuda peduli yang terdiri dari relawan masing-masing agama, dengan tujuan yang sama
yakni guna menciptakan perdamaian di Indonesia.
Pendekatan yang digunakan dalam penerapan gagasan ini yaitu dengan
teori Dignan melalui analisis sosial terhadap masalah yang sedang dihadapi
bangsa Indonesia. Sehingga perencanaannya benar-benar terukur dengan matang.
Tahapan implementasi yang dilakukan yaitu :
1. Tahap pertama yakni analisis mengenai lingkungan sasaran melalui SWOT
sebagai tahap terpenting dalam implementasi ini. Output dari tahap ini
berupa seberapa besar peluang tantangan, kekuatan dan kelemahan program,
kemudian akan ditentukan posisi dimana program ini berada, di kuadran
untuk dilanjutkan programnya atau malah harus ditangguhkan. Pembentukan
forum pemuda peduli ini termasuk dalam kuadran siap untuk dilaksanakan
dimana peluang dan kekuatannya jauh lebih besar jika diterapkan di
Indonesia saat ini, karena kurangnya komunitas yang bergerak dibidang
tersebut. Pembentukan forum ini dilakukan untuk mengembangkan
pemahaman antar agama yang dimulai sejak dini, dimana batasan toleransi
harus diaplikasikan agar tidak menimbulkan salah faham antar umat di
kemudian hari, terutama melakukan analisa dalam menyikapi kasus-kasus
yang mungkin terjadi serupa seperti saat ini di kemudian hari.
2. Tahap kedua yakni dilakukan penilaian terhadap target sasaran, yaitu pemuda
terutama mahasiswa yang merupakan kaum intelektual sehingga diharapkan
nantinya dengan pendidikan yang dimiliki dapat memahami kepentingan
bersama dalam mempertahankan persatuan Bangsa.
3. Tahap ketiga adalah menyusun pembentukan komunitas sampai pada
berbentuk sebuah struktur organisasi agar dpaat berjalan secara berkelanjutan.
Selain itu pembentukan program kerja yang mendukung juga perlu dilakukan
seperti kegiatan bakti sosial atau pengabdian masyarakat pada daerah yang
terpencil.
4. Tahap selanjutnya adalah implementasi program yang telah disusun.
Gagasan/inovasi program baru seringkali muncul pada tahap ini, tentunya hal
tersebut menjadi kekuatan dari pembentukan forum ini untuk semakin
meningkatkan kinerja dalam menyikapi hal-hal baru, yang mana programnya
dapat menyesuiakan dengan keadaan.
5. Tahap berikutnya adalah evaluasi, yakni menilai keberhasilan program, sudah
efisien dan efektif atau belum, jika belum maka diperlukan adanya
pembaruan dan pembenahan program. Tahap evaluasi dimulai dari saat
program ini dilaksanakan, dimana kita melihat ada atau tidaknya kesenjangan
antara rencana dan implementasinya.
Apabila teori tersebut dapat diterapkan dengan tepat, maka peluang keberhasilan
program pembentukan forum pemuda peduli tersebut dapat berjalan sesuai dengan
rencana dan harapan. Sehingga dalam menghadapi bonus demografi, pemuda Indonesia
dapat turun serta mengoptimalisasikan perannya sejak dini bukan hanya dalam
perkembangan ekonpmi atau pembangunan, namun dalam peran serta sebagai rakyat
yang harus mempertahankan keutuhan bangsa dan Negara.
Sumber Pendukung :