Bab I-VII PDF
Bab I-VII PDF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit,
pada balita adalah diare dan ISPA. Diare lebih dominan menyerang balita
karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat
2007, di dunia terdapat 6 juta balita yang meninggal tiap tahunnya karena
cukup tinggi, tiap anak dapat menderita penyakit diare 2 ±8 kali pertahun
dengan angka kematian 5 per 1000 balita pertahun. Penyakit diare dilaporkan
sebagai penyebab kematian kedua tertinggi pada anak bahkan lebih tinggi
adalah perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan
yang buruk. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius
karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air, sehingga bila terjadi diare
2
kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar
makanan kurang matang dan penyimpanan makanan masak pada suhu kamar
penyebab kematian, terutama pada bayi usia 29 hari ±12 bulan dan usia 12±59
bulan (Riskesdas, 2007). Penyebab diare yang terbanyak adalah infeksi yaitu
disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit dari air yang terkontaminasi (WHO,
lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian
utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang
Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat, pada tahun 2006 jumlah
kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR
baik dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada bayi. Penyakit diare
masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah lima tahun) terbesar di
dunia yaitu nomor dua pada balita dan nomor tiga bagi bayi serta nomor lima
penyebab diare tidak berdiri sendiri akan tetapi saling terkait dan sangat
kompleks. Susu formula sebagai salah satu makanan pengganti ASI pada anak
formula yang benar merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan
Kabupaten Sidoarjo.
B. Rumusan Masalah
susu formula dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Waru Kabupaten
Sidoarjo?
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Sidoarjo.
2. Tujuan Khusus
statistik.
statistik.
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi responden
Sidoarjo
4. Bagi peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Definisi Diare
Menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai buang air encer lebih
dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Sedangkan
menurut Mansjoer A (2003), diare adalah buang air besar dengan konsistensi
encer atau cair dan lebih dari 3 kali sehari. Diare menurut Ngastiyah (2005)
adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari pada bayi
dan lebih dari 3 kali sehari pada anak, konsistensi faeces encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
air besar dengan konsistensi lembek sampai cair tiga kali atau lebih dalam
sehari atau lebih dari normal yang biasanya diikuti gejala infeksi
kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
7
cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
2. Etiologi Diare
dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus, atau
a. Faktor infeksi
cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan
6) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan,
7) Keracunan makanan.
b. Faktor malabsorpsi
tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi
lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida.
micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi
kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap
dengan baik.
c. Faktor makanan
anak-anak balita.
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan
diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada
2008)
1) Faktor infeksi, bisa berupa infeksi enteral (infeksi pada GIT) dengan
penyebab: bakteri, virus dan parasit dan infeksi parenteral (infeksi diluar GIT)
Kejadian diare juga dipengaruhi oleh banyak faktor lain diantaranya umur
didalamnya diare prolong yang kejadian diarenya antara 8 -14 hari, sedangkan
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut,
a. Diare Akut
dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau
b. Diare Persisten
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare kronis
hari.
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai dua minggu atau lebih
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa
diare tersebut.
12
4. Gejala Diare
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi.
d. Anusnya lecet.
h. Dehidrasi.
Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang
dan dehidarsi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang
5%. Jika cairan yang hilang lebih dari 10% disebut dehidrasi berat. Pada
dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah
f. Pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan bayi yang
benar.
B. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
2. Tingkat Pengetahuan
pengetahuan :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
b. Memahami (comprehension)
(Notoatmodjo, 2010).
c. Aplikasi (aplication)
d. Analisis (analysis)
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
(Notoatmodjo, 2010).
e. Sintesis (synthesis)
22
f. Evaluasi (evaluation)
a. Faktor Internal
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
23
3. Umur
b. Faktor Eksternal
1. Faktor lingkungan
kelompok.
2. Sosial Budaya
C. Susu Formula
bubuk dengan formula tertentu yang diberikan pada bayi dan anak-anak
24
buatan pabrik yang telah diformulasi menyerupai ASI, walau ASI tetap
yang terbaik. Susu formula dibuat sesuai golongan usia bayi, mulai dari
bayi yang baru lahir (new born) usia 0-6 bulan, 6-12 bulan, dan usia batita
1-3 tahun, usia prasekolah 3-5 tahun, serta usia sekolah lima tahun ke atas
merk dagang. Kurniasih (2008) membagi susu formula menjadi dua, yaitu:
dari susu sapi. Susu sapi adalah salah satu susu pilihan untuk bayi
Susu yang berasal dari sari kedelai ini diperuntukkan bagi bayi yang
memiliki alergi terhadap protein susu sapi tetapi tidak alergi terhadap
protein soya. Fungsinya sama dengan susu sapi yang protein susunya
Susu formula khusus ini disediaka bagi bayi yang memiliki problem
Susu formula rendah laktosa adalah susu sapi yang bebas dari
gula jagung. Susu ini cocok untuk bayi yang tidak mampu mencerna
Susu formula ini khusus untuk bayi usia dibawah 6 bulan dan
atau, dari jumlah ini 3-6% kandungan energinya harus terdiri dari
asam linoleik.
26
sekitar 0,25-0,34g/100ml.
Kkal
Susu ini memiliki susunan gizi yang lengkap untuk BBL sampai usia 6
c. Formula lanjutan
Susu formula ini khusus untuk bayi usia 6 bulan lebih karena
anak.
27
Kandungan susu formula ini juga terdapat pada ASI dan sering disebut
kandungan susu formula AA dan DHA terutama untuk bayi yang lahir
prematur.
4. FOS (fructo oligo sakarida) dan GOS (galakto oligo sakarida). Fungsi
2008).
b. Pembuatan
2. Mencuci dan mensterilkan botol susu dan dot hingga bersih dengan
lingkungan.
5. Mengatur suhu air dengan mencampur air dingin dengan air panas
hangat.
udara luar terlalu lama. Simpanlah susu di tempat yang kering dan
10. Susu yang telah dibuat harus segera diminum dan dihabiskan untuk
11. Tidak mencampur susu sisa pembuatan yang lalu dengan susu yang
baru dibuat.
c. Sterilisasi
rendam dalam air yang telah diberi cairan atau tablet kimia.
bersih sebelum mengangkat botol dan dot. Bilas dengan air bersih
digunakan.
3. Merebus Botol
Setelah dicuci bersih, rebus botol selama 10 menit dan dot 4 menit.
digunakan kembali.
pada minggu pertama dan 150 ml per kg berat badan per hari
e. Pemberian
3. Menyentuh mulut bayi dengan dot, dan secara refleks bayi akan
menyedot susu.
4. Bila dot rata dan susu tidak tersedot, keluarkan dot dan masukkan
kembail.
5. Dot dipegang dengan posisi miring sampai leher botol berisi susu.
BAB III
A. Kerangka Konsep
B
33
faktor luar yang juga memiliki peranan dalam proses terjadinya diare, meliputi:
penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah hubungan Pemberian susu
B. Hipotesa
susu formula dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Waru Kabupaten
Sidoarjo
Sidoarjo
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
observasi pada suatu obyek yang diukur hanya sekali saja dan pengukuran
kuantitatif.
1. Populasi
tertentu (Sastroasmoro dkk, 2011). Populasi pada penelitian ini adalah ibu
BAB V
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan pada sebagian ibu yang memiliki anak balita yang
didapat dari data primer dengan menggunakan kuesioner. Jumlah sampel pada
penelitian ini sebesar 73 responden. Hasil penelitian akan dianalisis secara Rank
Spearman.
B. Karakteristik Responden
Jumlah 73 100
berusia antara 21-35 tahun (dewasa awal), sisanya sebesar 32,9% berusia
antara 36-45 tahun (dewasa tengah) dan sebesar 2,7% berusia antara 46-60
tahun (dewasa akhir) serta sebagian kecil (1,4%) ibu berusia 13-20 tahun
(remaja).
Islam 70 95,9
Kristen 3 4,1
Katolik 0 0
Hindu 0 0
Budha 0 0
Jumlah 73 100
Swasta 15 20,5
PNS 1 1,4
Wiraswasta 2 2,7
Jumlah 73 100
ibu tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga dan sebagian kecil (1,4%)
Jumlah 73 100
ibu mempunyai pendidikan menengah (SMA) dan sebagian kecil (13,7%) ibu
0 - 1 tahun 8 11
Jumlah 73 100
anak balita berusia > 1 - 2 tahun, sisanya sebesar 21,7% anak balita berusia >
3 - 4 tahun, sebesar 17,8% anak balita berusia > 2 - 3 tahun, dan sebesar 15,1
% anak balita berusia > 4 - 5 tahun, serta sebagian kecil (11%) anak balita
berusia 0 - 1 tahun.
44
Kurang 33 45,2
Cukup 31 42,5
Baik 9 12,3
Jumlah 73 100
ibu memiliki tingkat pengetahuan kurang, dan sebagian kecil (12,3%) ibu
Jumlah 96 100
anak balita mengalami diare persisten dan sebagian kecil (21,9%) anak balita
C. Analisis Data
r = - 0,590 P = 0,000
Berdasarkan hasil tabulasi silang tabel V.8 dapat diketahui bahwa ibu
sebagian besar (74,2%) anak balita mengalami diare persisten. Dan ibu
46
(r) = -0,590 (interval r antara 0,51-0,75 adalah korelasi kuat) dengan nilai
negatif maka dinyatakan ada korelasi atau hubungan berbanding terbalik yang
kuat antara tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula dengan
BAB VI
PEMBAHASAN
berumur 21-35 tahun (dewasa awal) sebanyak 63%, sebagian besar ibu tidak
bekerja atau sebagai ibu rumah tangga sebanyak 75,3%, sebagian besar ibu
berpendidikan menengah (SMA) sebanyak 53,4% dan hampir setengah usia balita
susu formula kurang dan sebagian kecil (12,3%) ibu memiliki tingkat
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
mengandung dua aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
2. Kejadian Diare
mengalami diare persisten sebanyak 45,2% dan sebagian kecil anak balita
banyak anak balita yang mengalami diare dengan klasifikasi waktu yang
menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman
yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.
secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu,
yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau sesudah
membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak
penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana
air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi
tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat
kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare. Jika ini tidak diberikan,
diare, dalam hal ini anak balita mengalami diare kronis. Ibu juga harus
50
petugas kesehatan
(74,2%) anak balita mengalami diare persisten. Dan ibu dengan tingkat
akut.
semakin baik tingkat pengetahuan ibu semakin ringan derajat diare pada
anak balita.
Susu formula sebagai salah satu makanan pengganti ASI pada anak
formula yang salah dapat menyebabkan terjadinya diare pada anak balita.