Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerja praktek merupakan salah satu kurikulum wajib yang
harus ditempuh oleh mahasiswa S-1 Teknik Elektro - Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Dengan syarat kelulusan yang
ditetapkan, mata kuliah kerja praktek telah menjadi salah satu
pendorong utama bagi tiap-tiap mahasiswa untuk mengenal kondisi di
lapangan kerja dan untuk melihat keselarasan antara ilmu pengetahuan
yang diperoleh dibangku kuliah dengan aplikasi praktis di dunia kerja.
Pemahaman tentang permasalahan di dunia industri akan
banyak diharapkan dapat menunjang pengetahuan secara teoritis yang di
dapat dari materi perkuliahan, sehingga mahasiswa dapat menjadi salah
satu sumber daya manusia yang siap menghadapi tantangan era
globalosasi.
Salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia, Yaitu PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk, merupakan salah satu tempat yang berkualitas
dan tepat serta memiliki reputasi yang baik dalam dunia industri di
Indonesia. Ditambah dengan kenyataan bahwa pada masa sekarang ini,
hampir semua kegiatan dan proses produksi yang menggunakan energi
listrik. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa energi listrik
sangat dibutuhkan
Hal inilah, yang menimbulkan ketertarikan kami untuk
mempelajari proses kerja serta teknologi yang terdapat pada suatu unit
pembangkit, khususnya pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
yang dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Selain itu,
kami juga tertarik untuk mempelajari bagaimana pemeliharaan suatu
generator pada unit-unit pembangkit berlangsung karena pemeliharaan
suatu alat merupakan suatu hal yang penting untuk menjaga
kelangsungan kerja sistem pembangkit. Mengingat pula bahwa
generator merupakan salah satu komponen vital dari pembangkit
sehingga akan mempengaruhi kontinuitas dari proses produksi listrik.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas perkuliahan dalam bentuk laporan tertulis mengenai
tema yang kami minati selama mengikuti kerja praktek.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah :
1. Membuka wawasan agar dapat mengetahui dan memahami
sistem kerja di dunia industri sekaligus mampu mengadakan pendekatan,
penyerapan dan pemecahan masalah yang berasosiasi dengan dunia
kerja secara utuh.
2. Memberikan gambaran umum mengenai Pembangkit Listrik
Tenaga Uap yang dimiliki PT. Indocement Tunggal Prakarsa. Tbk. Plant
12 Tarjun
3. Mempelajari secara khusus tentang proses maintenance
generator
4. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang
harus ditempuh sebagai persyaratan akademis di Jurusan Teknik Elektro
ITS.

1.3 Pembatasan Masalah


Dalam laporan kerja praktek ini kami akan menjelaskan
mekanisme perawatan generator pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU), diluar lingkup tersebut tidak kami bahas dalam laporan ini.

1.4 Metodologi Masalah


Dalam penyusunan laporan ini metode yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Studi literatur, yaitu dengan mencari buku-buku petunjuk yang
ada di perpustakaan PT. ITP Tbk. Plant 12 Tarjun
2. Teknik Observasi, yaitu pengamatan langsung ke lapangan
mengenai kondisi yang sebenarnya.
3. Komunikasi atau wawancara, yaitu mengetahui sesuatu hal
ataupun mengumpulkan data-data dengan bertanya langsung kepada
narasumber.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam penulisan laporan kerja Praktek ini sistematika yang kami
gunakan adalah :
1. Bab 1, Pendahuluan
Berisi penjelasan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penulisan
laporan, pembatasan masalah, metodologi penulisan serta sistematika
penulisan dari laporan.
2. Bab II, Organisasi perusahaan PT. ITP Tbk. Plant 12 Tarjun.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
Berisi tentang sejarah perusahaan, kegiatan usaha, fasilitas penunjang,
peralatan dan pengelolaan lingkungan dari perusahaan PT. ITP Tbk.
Plant 12 Tarjun.
3. Bab III, Landasan Teori
Berisi penjelasan mengenai pengertian PLTU, prinsip kerja generator
secara umum, konstruksi generator, pengaturan kecepatan, dan jenis
maintenance.
4. Bab IV, Pembahasan Masalah
Berisi penjelasan tentang pemeliharaan yang dilakukan pada generator
5. Bab V, Penutup
Berisi kesimpulan dan saran dari apa yang telah dibahas pada laporan
kerja praktek.
6. Daftar Pustaka
Berisi referensi – referensi yang digunakan untuk melakukan
penyusunan dari laporan kerja praktek.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tarjun (PT.ITP)


Sejarah dari berdirinya PT. ITP, Unit Produksi Tarjun-Plant 12
ini dimulai pada bulan April 1992 dimana pada bulan tersebut
dikeluarkan izin prinsip dari Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) tentang pendirian pabrik semen yang memiliki kapasitas 1,5
juta ton per tahun kepada PT. Kodeco Cement Indonesia. Selanjutnya
pada tahun 1993 Nihon Cement melakukan study kelayakan pertama
pada lokasi yang direncanakan untuk pendirian pabrik, dan pada saat itu
disarankan untuk menambah kapasitas produksi menjadi 2,45 juta ton
pertahun. Dan pada tahun 1994 Tong Yang Cement melakukan study
kelayakan kedua.
Kondisi tersebut ditindaklanjuti dengan ditanda tanganinya
nota kesepakatan Memorandum of Understanding (MoU) pada tanggal 1
Maret 1994 antara PT. Kodeco dengan PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk. (PT. ITP, Tbk.). Setelah penanda tanganan MoU
dilakukan tindakan selanjutnya dengan menanda tangani perjanjian Joint
Venture (Joint Venture Agreement) yang menghasilkan nama PT. Indo
Kodeco Cement (PT. IKC), dan selanjutnya pada pada tanggal 29 Mei
1995 BKPM telah menyetujui mengenai penambahan kapasitas (Design
Capacity) dari 1,5 juta ton per tahun menjadi 2,45 juta ton per tahun
yang sebelumnya sudah diajukan oleh Nihon Cement pada tahun 1993
pada saat study kelayakan pertama.
Pada tanggal 8 Februari 1996 dilakukan upacara peletakan batu
pertama pembangunan fisik pabrik oleh Executive Committee PT. IKC.
Untuk upacara pemasangan tiang pancang pertama dilakukan pada
tanggal 8 April 1996 dimana upacara tersebut dihadiri oleh Duta Besar
Republik Korea, Gubernur Kalimantan Selatan dan Executive
Committee PT. IKC yang menandai dimulainya kegiatan pembangunan
pabrik. Tanggal 23 Juni 1998 pabrik mulai beroperasi yang ditandai
dengan beroperasinya Kiln (Tungku Bakar) Firing untuk pertama kali.
Secara fisik pembangunan pabrik dapat dikatakan selesai tepatnya pada
tanggal 30 Juni 1999 dan selanjutnya pada bulan Desember 2000 PT.
IKC secara resmi bergabung (Merger) dengan PT. ITP, Tbk sehingga
berubah nama menjadi PT. ITP, Tbk. Unit Produksi Tarjun-Plant 12.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
2.1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik
 Terdapat kekayaan sumber daya alam khususnya didaerah
Kalimantan Selatan seperti batubara dan bahan baku semen.
 Berdasarkan proyeksi akan kebutuhan semen domestik pada
tahun 1995 ke depan yang tidak akan terpenuhi oleh pabrik dalam
negeri.
 Adanya dukungan dari pemerintah daerah terhadap
pembangunan pabrik di Kotabaru, Kalimantan Selatan.

2.1.2 Keuntungan Lokasi Pabrik


 Ketersediaan bahan baku (Limestone, Clay, Iron Oroe, Silica
Sand) yang berlebihan dengan kualitas yang tinggi.
 Ketersediaan sumber energi dalam hal ini batubara (coal) yang
cukup.
 Areal yang cukup strategis untuk pengembangan pabrik.
 Tersedianya pelabuhan/terminal untuk transportasi.
 Lokasi yang berada dipertengahan Indonesia, strategis untuk
kemudahan pemasaran.

2.2 Proses Produksi


2.2.1 Persiapan Bahan Baku.
a. Limestone (batu kapur) ± 80%
b. Clay (tanah liat) ± 15%
c. Silica Sand (pasir silika) ± 4%
d. Laterite-Iron Oroe (pasir besi) ± 1%
Setelah batu kapur ditambang kemudian dihancurkan di Limestone
Crusher dengan kapasitas 1,800 ton/jam. Pasir besi dan tanah liat
dihancurkan di Additive Crusher dengan kapasitas 500 ton/jam. Setelah
itu bahan-bahan tersebut dibawa ketempat penyimpanan dan diangkut ke
Plant Site menggunakan Overland Belt Conveyor-OBC (4 section)
sepanjang ± 24 Km.
Pekerjaan Penambangan :
a. Persiapan peralatan
b. Persiapan pembongkaran
c. Pekerjaan pemuatan dan pengangkutan
Quarry (tambang) terletak didaerah perbukitan ± 26 Km dari Plant Site
yang terdiri dari :

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
a. Areal tambang Limestone (batu kapur) yang luasnya 1000 Ha
dengan deposit sekitar 360 juta ton dengan design capacity pabrik. Umur
dari tambang diperkirakan sekitar 100 tahun.
b. Areal tambang Clay (tanah liat) yang luasnya 1000 Ha dengan
deposit sekitar 114 juta ton. Umur dari tambang diperkirakan sekitar 200
tahun.
c. Areal tambang Laterite-Iron Oroe (pasir besi) yang luasnya
1000 Ha, dengan deposite sekitar 18 juta ton. Umur dari tambang
diperkirakan sekitar 400 tahun.
d. Areal tambang Silica Sand (pasir silika) yang luasnya 1000 Ha,
dengan deposit sekitar 12 juta ton. Umur dari tambang diperkirakan
sekitar 48 tahun.
e. Areal tambang Silica Sand (pasir silika) yang luasnya 99,7 Ha,
dengan deposit sekitar 2,6 juta ton. Umur dari tambang diperkirakan
sekitar 10 tahun.
f. Areal tambang Silica Sand (pasir silika) yang luasnya 300 Ha.

2.2.2 Penggilingan Awal


Bahan-bahan baku dari storage di timbang sesuai dengan
komposisi yang ditentukan, selanjutnya bahan baku tersebut digiling
oleh Raw Mill dan dikeringkan, kemudian disimpan di Homogenezing
Silo (Silo Pengaduk) dalam bentuk tepung.

2.2.3 Pembakaran
Tepung baku kemudian diumpankan kedalam pra-pemanas
bertingkat yang kemudian dibakar di dalam tanur putar dengan panas
temperatur kurang lebih 1400ºC sampai 1600ºC. Hasil pembakaran
tersebut kemudian didinginkan secara mendadak menjadi terak (clinker),
dan terak tersebut disimpan didalam silo tempat penyimpanan terak
(clinker silo).

2.2.4 Penggilingan Akhir


Dengan komposisi 96% terak (Clinker) dan 4% gypsum, kedua
bahan tersebut dicampur dan digiling sampai dengan derajat kehalusan
tertentu ± 3200 cm2/g sehingga menjadi semen.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
2.3 Hasil Produksi
PT. Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk. Plant-12 memproduksi
beberapa jenis semen yang dibutuhkan masyarakat. Ada 3 jenis semen
yang diproduksi oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk. Plant-12 :
1. Semen Portland Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratn khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain.Tipe
semen ini paling banyak diproduksi dan banyak dipasaran

2. Semen Portland Tipe II (Moderate sulfat resistance)


Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini
mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah dibanding semen Portland
Tipe I. Pada daerah–daerah tertentu dimana suhu agak tinggi, maka
untuk mengurangi penggunaan air selama pengeringan agar tidak terjadi
Srinkege (penyusutan) yang besar perlu ditambahkan sifat moderat
“Heat of hydration”. Semen Portland tipe II ini disarankan untuk
dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat
yang ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah
juga merupakan pertimbangan utama.
3. Semen Portland Tipe V (Moderate sulfat resistance)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
tinggi terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk
pembuatan beton pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai
kandungan garam sulfat tinggi seperti : air laut, daerah tambang, air
payau dan sebagainya.

2.4 Peralatan-Peralatan Utama Proses Produksi


1. Mesin Penghancur Bahan Baku
 Limestone Crusher
Mesin ini berfungsi untuk menghancurkan bahan baku semen yang
berupa Limestone. Type dari peralatan ini adalah Single Rotor Hammer
(Impact). Capacity 1800 ton/jam (dry based). Produksi
90 % ~ 80 mm (130 mm). Sedangkan untuk supplier FLS.
 Clay & Laterite Crusher
Alat ini berfungsi untuk menghancurkan bahan baku semen yang berupa
Clay dan Laterite. Dimana type dari peralatan ini double roll dengan
capacity 500 ton/jam untuk Clay (Dry Based). Dengan produksi 90% ~
80 mm. Sedangkan untuk supplier BEDESCHI

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
2. Transportasi Material
Alat ini berfungi untuk mengangkut bahan baku dari lokasi
penambangan (Quarry) dengan menggunakan ban berjalan (Belt
Conveyor) sepanjang ± 26 km dengan kapasitas 2580 ton/jam.
3. Bunker Penyimpanan
Digunakan untuk menyimpan bahan baku dari semen yang memiliki
kapasitas sebagai berikut:
- Mix material : 100.000 ton
- Pure Limestone : 2 x 10.000 ton
- Silica : 6.000 ton
- Laterite : 2.500 ton
4. Penggiling Bahan Baku ( Raw Mill)
Alat ini berfungsi untuk mencampur atau menggiling semua bahan baku
semen seperti limestone, clay, silica sand, laterite iron oroe menjadi satu
dalam bentuk tepung.
Kapasitas penggilingan dari peralatan ini adalah 570 ton/jam.
5. Homogenizing Silo
Alat ini berfungsi untuk menampung hasil penggilingan dari raw mill
yang disimpan dalam bentuk tepung. Kapasitas penampungan dari alat
ini adalah 30.000 ton.
6. Suspension Preheater
Fungsi dari alat ini adalah menaikkan suhu secara bertingkat dalam
pembakaran tepung baku.
7. Rotary Kiln
Alat ini berfungsi untuk membakar tepung baku dengan panas
temperatur ± 14000C sampai 16000C
8. Clinker Cooler
Fungsi alat ini adalah menurunkan suhu semen setengah jadi
(clinker) hingga suhunya sekitar dibawah 140 0C.
Pendingin klinker adalah generasi baru yang efisien tinggi FLS
COOLAX dingin, 1696. Efisiensi tinggi diperoleh dengan peningkatan
distribusi udara pendingin dimungkinkan oleh Controlled Flow Sistem
Parut (CFG) dan Reduced Fall Melalui Sistem (RFT). Sistem CFG
dipasang di zona penyembuhan panas, yaitu bagian tangan dari
pendingin dimana panas dipindahkan dari klinker panas ke pembakaran
(sekunder dan tersier) udara untuk tungku pembakaran. Sistem RFT
diinstal dalam zona setelah pendinginan di mana klinker ini didinginkan
ke suhu klinker akhir.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
Dalam sistem pendingin udara CFG diberikan langsung ke
piring jeruji individu melalui balok berongga dan saluran. Zona
penyembuhan dilengkapi dengan CFG-piring dibagi menjadi sektor.
Setiap sektor memiliki kipas untuk pendinginan udara terpisah. Sektor
ini dibagi menjadi segmen-segmen, disediakan oleh pendingin udara
melalui saluran terpisah yang dilengkapi dengan peredam disesuaikan.
Karena built-in yang signifikan kehilangan tekanan (20-25 mbar) atas
piring CFG individu dan peredam dalam saluran udara distribusi, sistem
memungkinkan kontrol aliran udara pendingin ke setiap segmen
individu. Risiko meniup melalui atau pembentukan sungai merah dapat
diminimalkan.
Dengan sistem CFG adalah mungkin untuk menurunkan
konsentrasi udara di inlet pendingin (kg udara per meter persegi wilayah
ngilu) tanpa merusak piring parut. The penyembuhan panas dengan
demikian meningkat dan sirkulasi debu diminimalkan. Pelat perapian
mempunyai slot labirin yang memungkinkan udara melewati, tetapi
melawan dan mencegah klinker apapun dari jatuh melalui piring. Sistem
FRT di zona setelah-pendinginan memiliki bentuk yang sama dari piring
perapian sebagai sistem CFG, tetapi pendinginan udara dipasok dari
sebuah kompartemen undergrate seperti dalam pendingin konvensional.
Karena tekanan meningkat hilang di piring perapian itu sendiri distribusi
udara menjadi lebih merata.
Dengan penggunaan sistem-CFG dan RFT-sistem perbaikan
berikut telah diperoleh:
a) Peningkatan suhu udara pembakaran ke sistem kiln, yaitu
peningkatan efisiensi yang lebih dingin.
b) Mengurangi sirkulasi debu antara dingin dan kiln.
c) Dikurangi atau dihilangkan kecenderungan sungai merah di
pendingin.
d) Mengurangi ukuran dan sistem pendingin udara berlebih.
e) Peningkatan stabilitas sistem seluruh kiln.
Pendingin ini berukuran untuk 7.500 t / d dengan luas ngilu dari
151,1 m2 yang memberikan beban lebih dingin dari 49,6 t/m2/d di 7.500
t / d. kapasitas terpasang pendingin udara adalah 3,0 kg / kg klinker di
7.500 t / d untuk pendinginan klinker ke suhu 65 derajat. C diatas
ambient.
9. Clinker Storage
Berfungsi sebagai tempat penampungan/penyimpanan dari clinker.
Kapasitas dari tempat ini adalah 100.000 ton.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
10. Cement Mill
Alat ini berfungsi untuk mengolah campuran antara clinker dengan
gypsum sehingga menjadi semen. Dengan komposisi clinker (96%) dan
gypsum (4%)
11. Cement Silo
Berfungsi untuk menampung semen dari cement mill. Berjumlah 3 unit
dan mempunyai kapasitas 20.000 ton untuk masing-masing unit.
12. Mesin Pengepakan
Berfungsi membungkus semen curah ke dalam bag semen untuk
didistribusikan dengan kapasitas 2.200 kantong/jam.

2.5 Fasilitas Penunjang Produksi


Dalam proses produksi semen yang dilakukan oleh PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk tentunya dibutuhkan beberapa
fasilitas penunjang untuk memperlancar proses produksi, diataranya
adalah :
2.5.1 Power Plant
Pembangkit berfungsi untuk menghasilkan dan mensuplai tenaga listrik
untuk pabrik maupun ke perumahan karyawan dan fasilitas-fasilitas
penunjang yang ada di pabrik. Jenis tenaga listrik yang digunakan :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) :
PLTU berkapasitas 55 MW (1 unit) yaitu pembangkit listrik utama yang
mampu menyuplai kebutuhan listrik pabrik dan keperluan lain.

2. Emergency Diesel Generator (EGD)


Pembangkit listrik bertenaga diesel dengan kapasitas 400 KW (3 unit)
yang digunakan seabagai energy listrik cadangan apabila pembangkit
utama (PLTU) mengalami gangguan.(Black Out)
3. Start Up Diesel Generator (SUDG)
Pembangkit listrik tenaga diesel dengan kapasitas 7,5MW (2 unit)
yang berfungsi menyediakan tenaga listrik untuk starting atau
pembangkitan PLTU.
2.5.2 Water Treatment
PT. Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk. Plant-12 memiliki tiga unit WTP
yaitu :
a. Cantung Water Treathment Plant
Memiliki kapasitas 250 m3/jam, berfungsi memproses penjernihan air
sungai (raw water) dari sungai cantung dan sungai Mantau untuk dikirim
ke Tarjun.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
b. Housing Water Treathment Plant
Memiliki kapasitas 50 m3/jam, berfungsi memproses penjernihan air
danau ( Raw Water ) dari danau Housing untuk melayani sarana umum
seperti Perumahan PT.ITP dan Komplek Perumahan Griya Indo Tarjun.
c. Tarjun Water Treathment plant
Berfungsi memproses air yang dihasilkan dari cantung WTP menjadi :
a). Air Demin untuk umpan ketel uap (boiler), dengan kapasitas 20
m3/jam
b). Air Softener untuk pendingin (cooler water ) untuk power plant dan
cement plant , dengan kapasitas 120 m3/jam
c). Community Water untuk bahan baku air minum, dengan kapasitas 60
m3/jam
d). Air untuk Hydrant pemadam kebakaran.
2.5.3 Pelabuhan
Pelabuhan Khususnya PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berfungsi
penunjang kegiatan :
- Pengiriman / Pengapalan semen
- Pembongkaran bahan bakar
- Pembongkaran gypsum
Pengiriman / pembongkaran barang – barang lain

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
17

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Pembangkit dan PLTU


Pembangkit listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai
untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai
sumber tenaga, seperti PLTU, PLTN, PLTA, dan lain-lain. Bagian
utama dari pembangkit listrik ini adalah generator, yakni mesin berputar
yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik dengan
menggunakan prinsip medan magnet dan penghantar listrik. Mesin
generator ini diaktifkan dengan menggunakan berbagai sumber energi
yang sangat bemanfaat dalam suatu pembangkit listrik.

3.2 Generator Sinkron


Generator arus bolak-balik berfungsi mengubah tenaga mekanis
menjadi tenaga listrik arus bolak-balik. Generator Arus Bolak-balik
sering disebut juga seabagai alternator, generator AC (alternating
current), atau generator sinkron. Dikatakan generator sinkron karena
jumlah putaran rotornya sama dengan jumlah putaran medan magnet
pada stator. Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari kecepatan putar rotor
dengan kutub-kutub magnet yang berputar dengan kecepatan yang sama
dengan medan putar pada stator. Mesin ini tidak dapat dijalankan sendiri
karena kutub-kutub rotor tidak dapat tiba-tiba mengikuti kecepatan
medan putar pada waktu sakelar terhubung dengan jala-jala.

Generator arus bolak-balik dibagi menjadi dua jenis, yaitu:


1. Generator arus bolak-balik 1 fasa
Generator yang dimana dalam sistem melilitnya hanya terdiri dari satu
kumpulan kumparan yang hanya dilukiskan dengan satu garis dan dalam
hal ini tidak diperhatikan banyaknya lilitan. Ujung kumparan atau fasa
yang satu dijelaskan dengan huruf besar X dan ujung yang satu lagi
dengan huruf U.
2. G
enerator arus bolak-balik 3 fasa
Generator yang dimana dalam sistem melilitnya terdiri dari tiga
kumpulan kumparan yang mana kumparan tersebut masing-masing
dinamakan lilitan fasa. Jadi pada statornya ada lilitan fasa yang ke satu
ujungnya diberi tanda U – X; lilitan fasa yang ke dua ujungnya diberi

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
18

tanda dengan huruf V – Y dan akhirnya ujung lilitan fasa yang ke tiga
diberi tanda dengan huruf W – Z.

3.2.1. Konstruksi Generator Sinkron


Konstruksi generator arus bolak-balik ini terdiri dari dua bagian
utama,yaitu : (1) stator, yakni bagian diam yang mengeluarkan tegangan
bolak- balik, dan (2) rotor, yakni bagian bergerak yang menghasilkan
medan magnityang menginduksikan ke stator. Stator terdiri dari badan
generator yangterbuat dari baja yang berfungsi melindungi bagian dalam
generator, kotak terminal dan name plate pada generator. Inti Stator
yang terbuat dari bahan ferromagnetik yang berlapis-lapis dan terdapat
alur-alur tempat meletakkan lilitan stator. Lilitan stator yang merupakan
tempat untuk menghasilkan tegangan. Sedangkan, rotor berbentuk kutub
sepatu (salient) atau kutub dengan celah udara sama rata (rotor silinder).
Konstruksi dari generator sinkron ini dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini :

3.2.2. Prinsip Kerja Generator Sinkron


Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan
magnet homogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada
kumparan tersebut. Medan magnet bisa dihasilkan oleh kumparan yang
dialiri arus DC atau oleh magnet tetap. Pada mesin tipe ini medan
magnet diletakkan pada stator ( disebut generator kutub eksternal /
external pole generator ) yang mana energi listrik dibangkitkan pada
kumparan rotor. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada slip ring

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
19

dan karbon sikat, sehingga menimbulkan permasalahan pada


pembangkitan daya tinggi. Untuk mengatasi permasalahan ini,
digunakan tipe generator dengan kutub internal (internal pole
generator), yang mana medan magnet dibangkitkan oleh kutub rotor dan
tegangan AC dibangkitkan pada rangkaian stator. Tegangan yang
dihasilkan akan sinusoidal jika rapat fluks magnet pada celah udara
terdistribusi sinusoidal dan rotor diputar pada kecepatan konstan.
Tegangan AC tiga fasa dibangkitan pada mesin sinkron kutub internal
pada tiga kumparan stator yang diset sedemikian rupa sehingga
membentuk beda fasa dengan sudut 120°. Bentuk gambaran sederhana
hubungan kumparan 3-fasa dengan tegangan yang dibangkitkan
diperlilhatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.3.Gambaran sederhana kumparan 3-phasa dan tegangan


terbangkitkan
Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal didapatkan dengan
mendesain bentuk sepatu kutub. Sedangkan pada motor silinder,
kumparan rotor disusun secara khusus untuk mendapatkan fluks
terdistribusi secara sinusoidal. Untuk tipe generator dengan kutub
internal (internal pole generator ), suplai DC yang dihubungkan ke
kumparan rotor melalui slip ring dan sikat untuk menghasilkan medan
magnet dengan eksitasi daya yang rendah. Jika rotor menggunakan
magnet permanen, maka slip ring dan sikat karbon tidak begitu
diperlukan.
Besar tegangan generator bergantung pada :

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
20

1. Kecepatan putaran (N)


2. Jumlah kawat pada kumparan yang memotong fluk (Z)
3. Banyaknya fluk magnet yang dibangkitkan oleh medan magnet (f)

3.2.3. Kecepatan Putar Generator Sinkron


Frekuensi elektris yang dihasilkan generator sinkron adalah
sinkron dengan kecepatan putar generator. Rotor generator sinkron
terdiri atas rangkaian elektromagnet dengan suplai arus DC.Medan
magnet rotor bergerak pada arah putaran rotor. Hubungan antara
kecepatan putar medan magnet pada mesin dengan frekuensi elektrik
pada stator adalah:
𝑛𝑟 . 𝑝
𝑓𝑒 =
120
yang mana:
fe = frekuensi listrik (Hz)
nr = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet (rpm)
p = jumlah kutub magnet

Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan medan
magnet, persamaan diatas juga menunjukkan hubungan antara kecepatan
putar rotor dengan frekuensi listrik yang dihasilkan. Agar daya listrik
dibangkitkan tetap pada frekuensi 50 Hz atau 60 Hz, maka generator
harus berputar pada kecepatan tetap dengan jumlah kutub mesin yang
telah ditentukan. Sebagai contoh untuk membangkitkan daya 50 Hz
pada mesin empat kutub, rotor harus berputar pada 1500 rpm.
Sedangkan untuk membangkitkan 50 Hz pada mesin dua kutub, rotor
arus berputar dengan kecepatan 3000 rpm.

3.3. Pemeliharaan Sistem


Pada kondisi saat ini, pemeliharaan atau maintenance merupakan suatu
tindakan yang berada pada urutan pertama untuk menjaga kinerja dan
kontinuitas suatu pembangkit serta hampir bersifat krusial dan penting.
Pemeliharaan rutin dan prosedurnya harus meliputi beberapa kondisi
seperti pada level apa setiap komponen pembangkit bekerja, seberapa
penting komponen tersebut terhadap pembangkit dan pemeliharaan yang
bagaimana yang sifatnya lebih bermanfaat bagi sistem pembangkit.
Sehubungan dengan adanya modernisasi maka pemeliharaan pada
pembangkit terdiri dari beberapa aspek yang perlu diperhatikan :

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
21

1. Apa yang harus dilakukan untuk menjaga agar setiap komponen


pembangkit tersebut dapat beroperasi dalam jangka waktu 10 tahun
kedepan atau lebih
2. Dapatkah kemampuan dari pembangkit tersebut meningkat dengan
memakai biaya sekecil-kecilnya
Perawatan pada pembangkit secara umum dapat dibagi menjadi
perawatan corrective, perawatan predictive dan perawatan preventive.
Perawatan, terutama perawatan preventive, meliputi kegiatan rutin yang
diulang-ulang untuk menjamin agar instalasi senantiasa dapat berfungsi
dengan baik, efisien, dan ekonomis sesuai dengan spesifikasi atau
kemampuan awalnya. Dalam hal ini tersirat pengertian bahwa biaya
operasi dan perawatan itu sendiri harus ditekan serendah-rendahnya.
Sedangkan perawatan corrective dan predictive merupakan sarana untuk
menunjang suksesnya perawatan preventive. Selain kedua jenis
perawatan di atas, terdapat jenis perawatan yang lain yang dapat
dilakukan seperti perawatan saat kondisi unit mati (shutdown
maintenance) dan perawatan kerusakan tiba-tiba (breakdown
maintenance). Kedua jenis perawatan ini merupakan jenis kategori
pemeliharaan yang membutuhkan perlakuan lebih karena terjadi
peningkatan beban kerja yang menyebabkan terjadinya peningkatan
kebutuhan sumber daya manusia yang lebih serta perlatan harus siap
sedia untuk digunakan dalam menggantikan komponen yang rusak.

3.3.1. Corrective Maintenance


Perawatan corrective adalah studi dari kerusakan berulang suatu mesin
atau instalasi untuk menentukan sebab dan upaya supaya tidak terulang
kembali. Dalam perawatan corrective telah tercakup kegiatan analisis
kerusakan maupun kegiatan analisis kerusakan maupun kegiatan inovasi
serta improvisasi perancangan, pembuatan, pemasangan, pengujian, dan
pengoperasian peralatan atau bagian peralatan yang dikaji.
Penerapan perawatan corrective yang baik mensyaratkan
dikembangkannya bengkel serba bisa oleh pihak ketiga sebagai
pelaksana dari total maintenance tersebut.
Hal ini perlu dilakukan mengingat bahwa kerusakan mungkin juga
terjadi karena adanya kesalahan perancangan, kesalahan pembuatan
ataupun kesalahan pemasangan. Kesalahan perancangan dapat dihindari
dengan selalu mempertimbangkan rancangan teruji yang ada. Kesalahan
pembuatan dapat dikurangi dengan menerapkan control kualitas yang

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
22

lebih cermat, sedangkan kesalahan pemasangan boleh dikatakan sebagai


penyebab kerusakan yang kritis dan inilah alas an utama mengapa
perawatan predictive menjadi semakin penting

3.3.2. Predictive Maintenance


Perawatan predictive lahir karena kemajuan yang dicapai dalam
teknologi sensor dan mikroprosesor. Teknologi ini memungkinkan
deteksi gejala kerusakan secara dini. Pengembangan analisis tegangan,
analisis creep, serta analisis kelelahan dengan metode elemen hingga
untuk memperkirakan keterpercayaan struktur yang dikenai beban
termal dan beban mekanis memungkinkan kita memperkirakan bagian
komponen yang kritis dan umur pakainya. Ditunjang dengan
pengalaman operasional dan hasil penelitian laboratorium, kesemuanya
akan memberikan lebih banyak informasi mengenai gejala kerusakan.
Ini semua mendorong kecenderungan pada penerapan perawatan
predictive yaitu perawatan yang dilakukan dengan tujuan agar instalasi
dapat bekerja dengan prestasi optimum serta mencegah downtime yang
tidak perlu, karena suatu gejala dan diagnose kerusakan dapat diketahui
secara dini. Maka selama tidak ada gejala kerusakan, instalasi boleh
dioperasikan terus meskipun sudah melampaui waktu reparasi besar.
Baru dalam keadaan dimana terlihat ada gejala kerusakan, berdasarkan
perkiraan kekuatan komponen, dapat diterapkan atau direncanakan saat
perbaikan yang tepat. Hal tersebut dapat meringankan penggunaan
logistik, tetapi suku cadang komponen yang krisis tetap perlu
disediakan.
Penerapan perawatan predictive memperlukan pemasangan sensor pada
bagian tertentu yang dapat memantau kondisi dan kerusakan terutama
pada komponen kritis suatu instalasi, perubahan ukuran dan keausan,
kebocoran, emisi gas buang, dan polusi udara. Selain itu perlu
dilaksanakan pula pemantauan kecenderungan prestasi.

3.3.3. Preventive Maintenance


Perawatan preventive merupakan suatu perawatan yang telah
direncanakan oleh pihak pengembangan komponen peralatan pada unit
pembangkit. Perawatan preventive dilakukan secara rutin untuk
menjamin unit pembangkit dapat bekerja dengan baik, efisien dan
ekonomis sesuai dengan spesifikasi awalnya.
Perawatan preventive ini dapat dikelompokkan lagi sebagai berikut.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
23

3.3.3.1. Time/Calendar Based


Perawatan jenis ini biasanya didasarkan atas rekomendasi dari
pabrikan yang mengelola komponen pembangkit yang menyangkut
dalam hal penjadwalan untuk servis, jenis peralatan yang dapat di cek
dalam jangka waktu harian, mingguan, bulanan, atau tahunan.
Dalam perawatan jenis ini, sangat direkomendasikan untuk menetapkan
suatu tanggal kapan perlu diadakannya perawatan tersebut sebagai dasar
untuk perhitungan dilaksanakannya perawatan berikutnya. Sehingga
terjadi suatu siklus periodik. Biasanya dalam pengambilan hari antara
perawatan pertama dan berikutnya diambil hari sebelum hari
pelaksanaan perawatan pertama. Contohnya apabila dilakukan suatu
perawatan pada hari senin, maka perawatan selanjutnya jatuh pada hari
kamis sebelum hari senin apabila dilakukan perawatan tiap 2 minggu
sekali. Perlakuan seperti ini bertujuan agar alat dapat bekerja dengan
baik dan memperketat frekuensi perawatan alat.

3.3.3.2. Running Hour/ Cycle Based


Perawatan jenis ini dilakukan untuk menjaga agar beberapa
peralatan yang memiliki sifat kerja tiap jam nya, dengan kata lain
peralatan tersebut mempunyai suatu hours meter yang mana alat tersebut
mengindikasikan bahwa peralatan pada pembangkit tersebut hanya
berjalan dalam durasi jam saja. Untuk jenis peralatan seperti ini,
perawatan yang memakai tipe berbasis pada kalender atau waktu tidak
dapat digunakan karena untuk jenis ini terkadang diperlukan pergantian
peralatan pada tiap jamnya untuk menjaga agar alat tersebut tetap
bekerja.

3.3.3.3. Condition Monitoring Based


Jenis perawatan ini dilakukan dengan melakukan suatu analisis
dan inspeksi terlebih dahulu mengenai kondisi peralatan yang digunakan
sebagai dasar dari perawatan tersebut. Secara umum, ada beberapa
parameter yang digunakan yang perlu diperhatikan selama menganalisa,
seperti getaran, kondisi minyak dan sebagainya. Analisa ini dilakukan
secara periodik agar ketika hasil analisa tersebut telah mencapai
persyaratan untuk dilakukan perawatan dapat segera melakukan
perawatan terhadap alat tersebut

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
24

3.3.4. Shutdown maintenance


Pemeliharaan jenis ini merupakan suatu jenis pemeliharaan
dimana pelaksanaannya dilakukan pada saat kondisi pembangkit atau
komponen tertentu berada dalam kondisi out of service sehingga dapat
dilakukan pengecekan rutin atau modifikasi pada komponen tersebut.
Pada pemeliharaan ini, biasanya pembangkit atau komponen tersebut out
of service untuk durasi yang ditentukan seperti selama 4 jam sampai 2
minggu atau lebih, dan membutuhkan tenaga – tenaga ahli. Perencanaan
pelaksanaan shutdown maintenance ini dilakukan beberapa bulan
sebelum kondisi out of service. Pada waktu ini digunakan untuk
menentukan supervisor dan jumlah pekerja yang dibutuhkan sehingga
dapat bekerja secara optimum dalam waktu yang tersedia serta
mengkoordinasikan dengan bagian-bagian pabrik yang membutuhkan
supply tenaga listrik. Pemeliharaan jenis ini dapat juga disebut sebagai
proyek kecil.
Pada pemeliharaan jenis ini, lebih banyak usaha yang dilakukan
terutama pada saat perencanaan yang terkadang sudah dilakukan hampir
12 bulan sebelum kondisi out of service. Pada saat perencanaan ini
biasanya menentukan siapa yang menjadi supervisor pada pemeliharaan
tersebut, jumlah pekerja yang dibutuhkan, penentuan shift kerja dan
pembagian tempat setiap personal agar dapat dicapai suatu kinerja yang
optimum. Sangat sering terjadi pada saat kondisi shutdown, perencana
tidak bertanggung jawab terhadap durasi kerja yang dibutuhkan. Hal ini
dapat disebabkan karena adanya faktor lain yang berpengaruh seperti
cuaca.
Penyusunan rencana merupakan suatu fundamental untuk
menentukan keberhasilan dari berjalannya pemeliharaan ini, elemen
yang terlibat dalam rancana ini biasanya berupa:
1. Adanya kejelasan informasi terhadap kondisi lapangan sehingga dapat
menentukan suatu keputusan seperti daftar pekerjaan yang dilakukan,
instruksi kerja, serta daftar material yang dibutuhkan.
2. Pembagian shift kerja sesuai dengan akumulasi waktu yang
dibutuhkan setalah dilakukan shutdown pada pembangkit atau
komponen tersebut
Pada saat akhir proses shutdown masih terdapat 2 aspek yang
perlu diperhatikan. Yang pertama yaitu perlu adanya rekonsiliasi
terhadap waktu kerja dari kontraktor dan adanya suatu faktur mengenai
pekerjaan shutdown tersebut yang bertujuan untuk membandingkan

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
25

estimasi waktu yang dibutuhkan dan pengecekan validitas sehingga


dapat dijadikan suatu referensi di masa mendatang. Yang kedua yaitu
ketika total waktu/biaya telah dikumpulkan, semua informasi yang
relevan tentang pekerjaan itu harus di muat dalam module pemakaian
peralatan.

3.3.5. Breakdown Maintenance


Jenis perawatan ini merupakan suatu jenis perawatan yang
terjadi secara tidak terduga. Biasanya ada beberapa organisasi yang
khususnya bergerak dalam hal ini. Biasanya teknisi telah menyelesaikan
suatu dokumen yang berhubungan dengan perawatan ini untuk
menentukan jenis material apa yang dibutuhkan dan memperkirakan
criteria tersebut agar tercapai kepuasan, berapa jumlah tenaga yang
dibutuhkan dan kapan dilaksanakan perawatan tersebut. Kebanyakan
dari perawatan jenis ini menunggu pembangkit untuk tidak bekerja jika
hal tersebut merupakan suatu syarat yang dibutuhkan agar para pekerja
dapat melakukan perawatan.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
30

BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH

4.1. Pendahuluan
Pemeliharaan dan perbaikan generator hampir sama dengan
pemeliharaan motor listrik. Masalah utama pada generator ialah
terbakarnya sekering, regulator tidak bekerja, output tegangan rendah
atau tinggi, tegangan yang tidak stabil (berfluktuasi). Prosedur pertama
lakukan pemeriksaan visual terhadap konektor, terminal-terminal
terhadap karat, atau terkontaminasi dengan cairan, debu, dan lain-lain.
4.1.1. Spesifikasi Generator
Generator type for steam turbine GTL 1350EG
Serial no. 8257 319
Rated output at incoming cooling air /
water 68800 KVA
Temperature of 43 / 35 oC
Power factor 0,8
Rated speed 3000 rpm
Rated frequency 50 Hz
Rated voltage 11000 V
Rated current 3611 A
Standards IEC 34-1-1994
Insulation class stator / rotor F/F
Protection / Cooling form IP 54 / IC81W
Excitation system Brushless
Excitation voltage 163 V
Excitation current 1332 A
Main exciter GDL 520G
350 KVA * 0,85
Rated data, continuous operation
170 V 200Hz
Pilot Exciter, PMG GU 250RT
2,95 KVA 1-phase
Rated data, continuous operation
245V 350Hz
Manufactured by ABB
Manufactured in 1996

4.1.2. Pengujian pada Generator

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
31

Pengujian pada generator merupakan suatu kegiatan yang perlu


dilakukan sebelum dilangsungkan perawatan pada generator. Hal ini
bertujuan untuk menganalisa apakah perlu diadakan jenis perawatan
yang lebih intense atau tidak terhadap generator. Jenis pengujian yang
sering dilangsungkan meliputi :

4.1.2.1. Pengujian Partial Discharge


Pengujian Partial discharge adalah pengujian menggunakan tegangan
AC. Partial discharge adalah akibat umum dari konsentrasi tekanan
elektrik pada suatu bagian pada isolasi atau permukaan sebuah isolasi.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui terjadinya kerusakan akibat dari
beberapa partial discharge yang terjadi pada stator, seperti permukaan
PD, internal PD ataupun slot PD.
4.1.2.2. Pengujian Tahanan Isolasi
Pada pengujian tahanan isolasi ini digunakan suatu megger yang
membantu untuk mengetahui apakah tahanan isolasi pada generator
tersebut masih dalam kondisi baik untuk digunakan.
4.1.2.3. Pengujian Tahanan Belitan
Pengujian tahanan kumparan ini dilakukan untuk mengetahui berapa
nilai tahanan listrik pada kumparan yang akan menimbulkan panas bila
kumparan tersebut dialiri arus.
4.1.2.4. Pengujian dissipation factor ( tan- δ )
Pengujian tan δ adalah salah satu metode proses penurunan kualitas dari
suatu isolasi. Tan δ menyatakan faktor rugi-rugi daya besaran inilah
yang menjadi indikasi besarnya daya yang terdisipasi, semakin besar
nilai tan δ maka semakin besar pula daya yang terdisipasi yang berarti
kualitas isolasi semakin menurun.
4.2. Pelaksanaan Pemeliharaan Generator
Pemeliharaan generator dilakukan secara berencana atau istilah lainnya
secara preventive maintenance, yaitu merupakan suatu bentuk
pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal sesuai dengan instruksi
yang telah dilakukan. Pada PLTU Batubara PT. ITP Plant 12 Tarjun,
pemeliharaan generator dilakukan secara berencana berdasarkan waktu
yang telah ditentukan. Berikut waktu pelaksanaan preventive
maintenance untuk unit PLTU Batubara PT. ITP Plant 12 Tarjun :
4.2.1. Pemeliharaan Harian
Pada pemeliharaan untuk jenis ini biasanya hanya dilakukan pengecekan
pada komponen unit pembangkit untuk mengetahui apakah kondisi

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
32

peralatan pembangkit tersebut berlangsung normal tanpa ada gangguan.


Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pemeliharaan harian kurang
lebih 1-2 jam tiap harinya.
Pemeliharaan harian dilakukan pada saat unit sedang beroperasi. Seluruh
kesiapan kerja untuk pelaksanaan pemeliharaan harian dilakukan
berdasarkan instruksi perusahaan pembuat generator dan hasil rapat
kerja yang dilakukan tiap harinya. Hasil data dari perawatan harian ini
akan menjadi acuan apakah perlu diadakannya pemeliharaan bulanan
atau tidak.

4.2.2. Pemeliharaan Bulanan


Pemeliharaan bulanan merupakan suatu bentuk pemeliharaan yang
dilaksanakan setiap sebulan sekali. Hal ini disebabkan karena adanya
pemeliharaan bulanan tergantung dari data atau audit yang dilakukan
secara rutin oleh bagian pemeliharaan. Selain itu, dengan adanya audit
dari pemeliharaan rutin yang dilakukan secara harian dapat membantu
menentukan beban kerja yang ditanggung dan jumlah sumber daya
manusia yang dibutuhkan.
Pada pelaksanaan pemeliharaan bulanan bisa dilakukan pada saat
kondisi shut down atau beroperasi dikarenakan terkadang perlu
dilakukan pembongkaran atau pembukaan enclosure dari setiap
peralatan pembangkit untuk pengecekan lebih lanjut. Hal ini
dikarenakan semua data-data pemeliharaan atau kerusakan yang terjadi
pada saat pemeliharaan bulanan ini akan dibutuhkan pada pemeliharaan
tahunan.

4.2.3. Pemeliharaan Tahunan


Pemeliharaan tahunan atau minor inspection merupakan suatu bentuk
pemeliharaan yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Dalam kurun
waktu 5 tahun yang mana dilakukan pemeliharaan 5 tahunan atau biasa
disebut major inspection terdapat dua kali pelaksanaan pemeliharaan
tahunan. Waktu yang dibutuhkan untuk melangsungkan pemeliharaan
tahunan ini adalah 14 hari.
Berbeda dengan pemeliharaan rutin yang biasa dilakukan pada saat unit
beroperasi, pemeliharaan tahunan ini dilaksanakan ketika unit sedang
dalam kondisi mati atau shut down. Sudah ada schedule yang ditetapkan
untuk pemeliharaan tahunan ini dilakukan berdasarkan data yang
diperoleh saat dilakukan pemeliharaan rutin. Dengan kata lain, semua

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
33

beban kerja dan jenis pekerjaan yang diperlukan pada pemeliharaan


tahunan ini tergantung dari pelaksanaan pemeliharaan rutin yang
dilakukan tiap hari dan bulanan.
Dalam menunjang keberhasilan dilakukannya pemeliharaan tahunan ini
terdapat beberapa parameter penting yang perlu diperhatikan, seperti :
1. Seluruh data setiap mesin generator sudah tercatat lengkap
dalam instruction manual yang merupakan buku pedoman (manual
book) untuk setiap unit generator dan bersifat spesifik. Dalam
instruction manual terdapat semua parameter yang dibutuhkan untuk
beroperasinya sebuah generator dengan standard yang telah ditetapkan
oleh pabrik.
2. Dalam pelaksanaan pemeliharaan tahunan ini, tim pelaksana
juga mengacu pada hasil catatan (record) dari pihk operasi yang
dilaksanakan secara harian saat unit sedang beroperasi.
3. Catatan (record) yang dibuat oleh tim yang melakukan
predictive maintenance secara harian dan bulanan harus diperhatikan
agar setiap progress atau riwayat generator yang akan dilaksanakan
pemeliharaan tahunannya diketahui.
4. Saat pemeliharaan rutin, pihak operasi melakukan patrol dan
jika terjadi kerusakan peralatan, harus segera dibuatkan work order. Jika
kerusakan itu tidak bisa diperbaiki ketika unit beroperasi, perbaikan
dapat dilakukan ketika unit sedang shutdown atau saat pemeliharaan
tahunan. Work order yang dibuat oleh operator dilaporkan kepada
bagian Pemeliharaan. Database yang berasal dari work order inilah
yang digunakan sebagai acuan tim pelaksana untuk melaksanakan
pemeliharaan tahunan.
5. Selain semua parameter tersebut, beberapa hal lain yang harus
diperhatikan adalah SOP yang dikeluarkan oleh bagian operasi,
pemeliharaan. Tujuannya adalah agar semua pekerjaan dapat berjalan
dengan baik, selesai dengan hasil yang memuaskan dan tidak terjadi
kecelakaan kerja.
Seluruh tim pelaksana harus memperhatikan seluruh parameter tersebut
karena pekerjaan pemeliharaan tahunan dilakukan atas dasar seluruh
parameter di atas. Selain itu, mengingat efektivitas dan efisisensi kerja
merupakan hal yang penting, sebelum pekerjaan dimulai harus
dilakukan berbagai macam persiapan kerja yang matang baik meliputi
ketersediaan part dan material yang digunakan, kesiapan peralatan kerja,
kesediaan alat ukur, dan ketersediaan SDM.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
34

4.2.4. Pemeliharaan 5 Tahunan


Pemeliharaan 5 tahunan (major inspection) dilakukan setiap 5 tahun
sekali. Pemeliharaan ini merupakan pemeliharaan yang paling tinggi
tingkat kesulitanya dan paling tinggi resikonya dibanding dengan jenis
pemeliharaan yang lainya. Paling lengkap karena meliputi dua bagian
inspeksi yang merupakan bagian universal dari sebuah generator, yaitu
total electrical inspection dan total mechanical inspection.
Dalam pelaksanaan major inspection di Power Plant PT. ITP Tbk. Plant
12 Tarjun selalu bekerja sama dengan kontraktor dari pihak luar yang
dianggap memiliki kompetensi lebih dalam bidang service and
maintenance. Hal ini dikarenakan dari pihak PT. ITP Tbk. Plant 12
Tarjun memilih untuk lebih memfokuskan diri dalam bidang produksi
semen dan menginginkan hasil yang terbaik dari program pemeliharaan.
Major inspection dikenal sebagai pemeliharaan yang paling tinggi
tingkat kesulitannya, karena semua bagian generator dilepaskan, dicek,
dan diperbaki jika perlu, kemudian di assembling ulang secara
menyeluruh. Selain itu disebut pemeliharaan yang paling tinggi
resikonya karena dilakukan roll out rotor dari statornya, mengingat berat
rotor yang mencapai 17,5 ton ( termasuk rotor exciter ). Rotor dan stator
diangkat keluar untuk dilakukan pemeliharaan secara menyeluruh.
Major inspection ini telah direncanakan sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan oleh planner engineer dan mengacu pula pada manual book
menurut jam operasinya. Selain itu major inspection ini juga merupakan
tindak lanjut dari masalah yang sudah ditemukan dalam pemeliharaan
sebelumnya. Mengingat tuntutan mengenai proses produksi yang tidak
bisa berhenti dalam jangka waktu yang lama, waktu yang dialokasikan
untuk pelaksaan pemeliharaan 5 tahunan ini juga terbatas yaitu sekitar ±
2 minggu atau kurang lebih sama dengan dengan pelaksanaan tahunan.
Beberapa persiapan yang perlu dilakukan pada pemeliharaan meliputi:
4.2.4.1. Persiapan Parameter
1. Introduction manual dari pabrikan
2. Hasil record dari operasi
3. Hasil record dari predictive maintenance
4. Hasil record dari preventive maintenance
5. Hasil record dari corrective maintenance
6. Hasil record dari minor inspection atau pemeliharaan tahunan
7. Work order dari operator dan bagian pemeliharaan

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
35

8. SOP dan PTW ( Permit To Work ) Operasi Pemeliharaan

4.2.4.2. Persiapan Material


Material (part) adalah bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan
pemeliharaan generator, material ini dibagi menjadi dua yakni material
biasa dan material spesifik. Material biasa adalah material yang dapat
diproduksi sendiri atau mudah didapatkan. Contoh material yang harus
dipersiapkan diantaranya : Lamela, coil, axial block, radial block, end
block, pole block, slip ring insulation ring,
Persiapan material meliputi sebagai berikut.
a. Mendata seluruh material yang dibutuhkan dan memastikan
seluruhnya telah tersedia di gudang
b. Jika material belum ada di gudang, segera dibuatkan
permintaan pengadaan barang ( purchasing request ).
c. Apabila purchasing request disetujui maka akan dilakukan
purchasing order dan biasanya proses ini menbutuhkan waktu sekitar 1
bulan.

4.2.4.3. Persiapan Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia adalah salah satu kunci kesuksesan dalam
pelaksanaan program pemeliharaan. Untuk itu perlu dilakukan
management SDM untuk memudahkan dan melancarkan koordinasi
antar pekerja. Biasanya dalam menghadapi major inspection, akan
dibentuk susunan struktural pembagian kerja. Susunan stuktural ini
hanya bersifat sementara pada saat proses major inspection dan
bertujuan untuk melancarkan program major inspection.

4.3. Pemeliharaan Generator


Pemeliharaan pada generator dapat dilakukan dengan cara seperti
berikut:
4.3.1 Pemeliharaan Sistem Pendingin Generator
Pemeliharaan ini sangat penting dilakukan untuk menjaga kondisi
generator agar dapat bekerja dengan baik dan efisiensi dari generator
tetap terjaga. Sistem pendingin generator yang digunakan pada PLTU
PT. ITP Tbk. Plant 12 Tarjun berupa udara dan air. Pada sistem
pendingin terdapat detector yang dapat mendeteksi adanya kebocoran
ataupun kenaikan suhu sehingga apabila terjadi masalah pada sistem
pendingin dapat langsung di deteksi dari control room pembangkit. Air

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
36

pendingin disalurkan melalui beberapa pipa masuk ke generator untuk


mendinginkan stator generator, sedangkan udara diserap melalui
beberapa pipa untuk mendinginkan rotor dan stator. Bentuk kegiatan
yang dapat dilakukan pada pemeliharaan sistem pendingin ini antara lain
:
4.3.1.1 Pengecekan Filter Udara Pendinginan
Pengecekan ini dilakukan tiap diadakannnya shut down generator,
minimal dilakukan 6 bulan sekali. Karena jika terlalu banyak debu yang
menempel di filter udara maka filter tidak bias bekerja maksimal bahkan
debu yang menempel di filter bisa ikut masuk ke generator bersama
udara dan sangat berbahaya karena udara yang masuk ke generator harus
benar-benar bersih.

4.3.1.2 Pengecekan water coller


Pengecekan air pendingin disini digunakan untuk memastikan zat-zat
yang terkandung pada air pendingin. Standard air pendingin yang
digunakan pada pendingin generator adalah air softener, dan dilakukan
pembersihan pipa tiap 6 bulan sekali pada saat shut down. Pengecekan
dilakukan terutama pada daerah rawan terjadinya kebocoran seperti pada
sambungan pipa, valve. Karena bila terjadi kebocoran pada tempat-
tempat tersebut akan sangat berbahaya sehingga dapat berpotensi
menimbulkan kerusakan pada generator.

4.3.2. Pemeliharaan Rotor


Pemeliharaan stator meliputi hal-hal berikut :
4.3.2.1. Pengukuran Tahanan Isolasi Belitan Rotor
Pengukuran tahanan isolasi pada rotor ini menggunakan tegangan Dc
1000 volt samapai 5000 volt. Pengukuran ini dilakukan menggunakan
megger. Bertujuan untuk mengetahui nilai tahanan isolasi stator pada
generator tersebut dan untuk menentukan perlunya perbaikan atau tidak.
Pengecekan tahanan isolasi belitan rotor dilakukan melalui bodi rotor
atau slipring, tentunya setelah dilakukan pemeliharaan terhadap slipring.
Untuk memperoleh nilai tahanan isolasi rotor maka dilakukan
pengukuran tahanan isolasi dengan cara sebagai berikut:
a. Seluruh pengukuran tahanan isolasi pada belitan harus
menggunakan tegangan DC. Besar tegangan DC yang digunakan antara
1000-5000 V untuk belitan stator di turbo generator dan tegangan 500
V pada belitan rotor dan semua belitan pada eksitasi.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
37

b. Waktu diantara menginputkan tegangan ke peralatan dan


pembacaan hasil pengukuran harus dilakukan dengan jeda 1 menit
c. Jika pengukuran tahanan isolasi diulangi, belitan harus
sepenuhnya discharge dengan mengetanahkan untuk beberapa menit
sebelum tegangan dimasukkan lagi. Tahanan isolasi mungkin akan
berkebalikan jika pengukuran tidak dilakukan dengan teliti.
d. Suhu dari belitan harus dipertahankan selama pengukuran
dilakukan. Rentang suhu yang digunakan antara titik embun sampai 100
°C, tahanan isolasi akan menurun 50 % untuk suhu selain 10 °C
meningkat suhunya. Ini adalah aturan nyata di IEEE 43 1971, “Testing
Insulation Resistance of Rotating Machinery” dan belitan harus
dibersihkan. Resistansi isolasi belitan dengan akumulasi dari variasi
kerusakan minimal dan suhunya untuk meyakinkan pengujian
digunakan pembanding dari pengukuran tahanan isolasi dengan suhu
yang berbeda dan lebih rendah. Suhu yang digunakan sekitar 40 °C. Ini
direkomendasikan untuk meningkatkan ketelitian pengukuran. Nilai
dari besarnya tahanan isolasi yang diizinkan adalah > 100MΩ pada
suhu 40°C
Di rotor hanya terdapat dua belitan karena menggunakan arus DC atau
searah. Jika tahanan isolasi belitan rotor hasil pengukuran dengan
megger dinyatakan turun, berarti harus dilakukan pembersihan dan
pemanasan dengan temperatur tertentu terhadap isolasi belitan rotor.
Apabila sudah dilaksanakan pemanasan tetapi hasilnya masih di bawah
standar, harus dilakukan penggantian isolasi atau rewinding.
4.3.2.2. Pengukuran Tahanan Belitan Rotor
Setelah dilakukan pembersihan terhadap rotor, dilakukan pengukuran
terhadap tahanan belitan rotor untuk mengetahui secara dini jika terjadi
perubahan tahanan yang disebabkan oleh loss contact pada bolt terminal
atau mungkin kerusakan. Pengukuran dilakukan menggunakan alat
pengukur tahanan, yaitu Digital Low Resistance Ohmmeters ( DLRO )
Nilai nominal tahanan rotor sesuai dengan instruction manual ( deviasi
harus diantara ± 1% nilai rata-rata pengukuran ). Jika hasil pengukuran
lebih besar dari pada nilai nominal, bisa disimpulkan bahwa belitan rotor
mengalami kerusakan. Kemungkinan konektornya kurang sempurna
atau terjadi loss contact di terminal. Pemeliharaan lanjutan adalah
permintaan atau rekomendasi yang dibuat untuk perpanjangan waktu
pengerjaan pemeliharaan tahunan.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
38

4.3.3. Pengecekan Sensor Vibrasi


Pengecekan sensor vibrasi ini bertujuan untuk memastikan kinerja
sensor vibrasi masih dalam kondisi baik atau tidak. Sensor vibrasi
terdapat pada setiap bearing dimana bearing tersebut berada satu poros
anatara turbin dan generator.sensor pertama berada di ujung turbin, yang
ke dua dan ke tiga diantara turbin dan generator ke tiga dan ke empat
berada di ujung turbin. Pada beban normal untuk kondisi yang baik
vibrasi yang diperbolehkan kurang dari 60 µmpp. Selain itu nilai vibrasi
harus stabil pada setiap kondisi beban.
Pengecekan yang biasanya dilakukan meliputi :
a. Kebersihan sensor vibrasi. Hal ini bertujuan agar penunjukkan
sensor vibrasi lebih akurat.
b. Pengecekan nilai tegangan kerja yang dihasilkan dengan cara
simulasi memakai sensor kalibrasi, apabila terjadi penyimpangan
dilakukan resetting dan bila tidak bisa dikalibrasi dilakukan penggantian
c. Pengukuran Vibrasi agar tidak melebihi batas vibrasi yang
diperbolehkan.

4.3.4. Pengecekan dan Pembersihan Sistem Eksitasi Generator


Pemeliharan sistem eksitasi generator ini dilakukan dengan cara
melakukan pembersihan dengan melakukan hal sebagai berikut.
a. Pembersihan. Dilakukan pembersihan secara menyeluruh
terhadap komponen-komponen utama eksitasi (rotor dan stator serta
dioda putar) dan auxiliary eksitasi. Pembersihan ini dilakukan dengan
menggunakan vacuum cleaner, lap, kuas.
b. Terminasi sistem. Dilakukan pengecekan terhadap kekerasan
baut-baut terminal secara menyeluruh di komponen-komponen utama
eksitasi dan auxiliary exitasi agar tidak terjadi loss contact ketika
operasi normal
c. Pengukuran tahanan isolasi dan tahanan belitan pada stator dan
rotor, masih memenuhi syarat atau tidak
d. Pengukuran tahanan diode dan jarak eksiter air gap yang
meliputi main exciter dan PMG.

4.3.5. Pembersihan Sistem Proteksi Generator


Pembersihan sistem proteksi dari generator meliputi rele-rele yang
bekerja dalam proteksi generator seperti relai jarak ( distance relay ),
relai arus lebih ( overcurrent relay ), relai tegangan kurang (

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
39

undervoltage relay ), dan lain-lain. Bentuk kegiatan pemeliharaan yang


dilakukan diantaranya meliputi:
a. Pembersihan terhadap semua panel dan soket rele proteksi.
Proses pembersihan ini dilakukan menggunakan vacum cleaner, kain
lap, kuas.
b. Pengecekan terhadap kekerasan baut terminal sistem proteksi
agar tidak terjadi loss contact ketika berlangsungnya operasi nominal
c. Dilakukan pengecekan setting rele untuk mencegah terjadinya
perubahan tempat dan dilakukan pembenahan kembali jika terjadi
perubahan setting waktu sehingga jika terjadi lagi gangguan di luar tidak
sampai mengganggu kinerja generator bahkan sampai breakdown

4.3.6. Pemeliharaan Stator


Pemeliharaan stator meliputi hal-hal berikut :
4.3.6.1. Pengecekan Stator Air Gap
Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi air gap
antara stator dan rotor pada saat sebelum pembongkaran dan
pemasangan tidak memiliki selisih yang jauh dari nilai yang telah
ditetapkan yaitu 50 ± 0.60 mm.
4.3.6.2. Pengecekan Kondisi dari Belitan Stator
Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi di sekitar belitan
stator apakah sudah bersih dari minyak ataupun benda asing. Disamping
itu, harus dilakukan pemeriksaan kekencangan baut atau bending isolasi
yang kelihatan agar jika terjadi kelainan bisa diketahui secara dini.
4.3.6.3. Pengukuran Tahanan Isolasi Belitan Stator
Nilai dari tahanan isolasi dari stator yang baik pada suhu 40oC harus
>100MΩ
Tahapanya sebagai berikut :
 Ukur tahanan isolasi belitan stator menggunakan megger
tegangan kerja 1000 sampai 5500 volt, diataranya Phase A terhadap
Ground; Phase B terhadap ground; Phase C terhadap ground.
 Setiap pengukuran tahanan isolasi lakukan pencatatan terhadap
hasil pengukuran pada menit pertama dan menit ke sepuluh untuk
mengetahui nilai polaritation index (PI) di setiap belitan generator.
Polaritation index adalah perbandingan antara hasil pengukuran menit
kesepuluh dengan hasil pengukuran pada menit pertama. Jika hasil
pengukuran terlalu rendah, kemungkinan belitan generator mengalami
kelembapan atau terjadi kerusakan isolasi. Sementara itu, besaran nilai

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
40

tahanan isolasi minimal adalah tergantung kerja generator dalam volt


dibagi seribu ditambah satu. Dengan catatan alat ukurnya baik dan cara
pengukuranya benar.
Nilai PI ( polaritas index) yang direkomendasikan oleh IEEE 43 – 2000
sebagai berikut :
PI Keterangan
<1 berbahaya, sehingga generator tidak boleh dioperasikan
dan harus dilakukan perbaikan.
1 – 1,4 Miskin, jika meger> 1000 M ohm, bisa dioperasikan
tetapi beresiko tinggi
1,5 – dipertanyakan, jika meger > 1000 M ohm bisa
1,9 dioperasikan tetapi dalam pemantauan, terutama pada
winding temperatue
2 – 2,9 cukup, generator cukup aman untuk dioperasikan
3–4 Bagus, generator aman untuk dioperasikan
>4 bagus sekali, generator sangat aman untuk dioperasikan

Setiap selesai melakukan pengukuran tahanan isolasi, bagian belitan


harus di-short pada ground agar sisa tegangan pengukuran dari megger
terbuang ke pentanahan dan tidak membahayakan operator.
4.6.3.4. Pengukuran Tahanan Belitan Stator
Pada pengukuran tahanan belitan stator memiliki tujuan yang sama
dengan pengukuran tahanan rotor..yaitu untuk mengetahui secara dini
jika terjadi perubahan tahanan yang disebabkan oleh loss contact pada
bolt terminal atau mungkin kerusakan. Pengukuran dilakukan
menggunakan alat pengukur tahanan, yaitu Digital Low Resistance
Ohmmeters ( DLRO )

4.6.3.5. Pengujian Partial Discharge Pada Stator


Pengujian partial discharge disini menggunakan metode off-
line. Dimana digunakan untuk mengukur secara langsung arus pulsa
hasil dari partial discharge dengan kumparan yang diberi tegangan line-
to ground. Beberapa peralatan yang digunakan dalam pengujian adalah
PD detector, pulse generator, coupling unit. Pada tes ini tegangan
dinaikkan secara bertahap sampai tegangan tes 6,35 KV ( untuk 11 KV
generator ). Dari pengujian partial discharge didapat nilai PDIV (

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
41

Partial Discharge Inception Voltage ), PDEV ( Partial Discharge


Extinction Voltage ) dan Peak Magnitude ( Qmax ). Kondisi yang baik
dari suatu pengujian dari partial discharge nilai dari Qmax harus ≤
10000 pC, sedangkan jika didapat nilai > 30000 pC berarti kondisi
tersebut dalam keadaan jelek.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
48

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
 Untuk menjaga kontinuitas kerja pada PLTU PT.Indocement
Tunggal Prakarsa plant 12, dilakukan pemeliharaan yang berupa :
o Pemeliharaan Harian
o Pemeliharian Bulanan
o Pemeliharaan Tahunan
o Pemeliharaan 5 Tahunan
 Pengujian pada generator bertujuan untuk menentukan jenis
perawatan yang diperlukan. Jenis pengujian yang biasanya sering
dilakukan :
o Pengujian Hubung Singkat
o Pengujian Tahanan Isolasi
o Pengujian Tahanan Belitan
o Pengujan Factor Dissipasi
 Pada pemeliharaan generator, terdapat durasi atau waktu yang
sudah direncanakan (harian-bulanan-tahunan-5tahunan) sehingga pada
saat pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standard yang telah ditentukan
dan setiap hasil pemeliharaan untuk setiap tahap, misal pemeliharaan
harian, akan mempengaruhi pelaksanaan pada pemeliharaan bulanan dan
seterusnya
 Pemeliharaan pada generator dapat meliputi:
o Pemeliharaan sistem pendingin
o Pemeliharaan Rotor
o Pengecekan sensor vibrasi
o Pengecekan dan pembersihan sistem eksitasi generator
o Pembersihan sistem proteksi Generator
o Pemeliharann Stator Generator

5.2. Saran
 Sebaiknya dalam pelaksanaan maintenance tetap
mengedepankan PTW ( Permit To Work ), SOP ( Standar Operasional
Prosedur ). Selain untuk program yang lebih baik bisa menggunakan
CMMS ( Control Management Maintenance Service)
 Masa orientasi kalau bisa dipercepat untuk memaksimalkan
waktu pelaksanaan kerja praktek.

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
48

 Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk terlibat dalam


kegiatan pemeliharaan rutin harian.

LAMPIRAN

Pelepasan PMG Pengukuran PI dan IR

Removal Rotor Pengukuran Partial Discharge

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
44

Pengukuran Tahanan Belitan Steam Turbine Generator


Rotor

AC Instrument Test AC Current and Dissipation


Factor Test

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
45

Sensor Vibrasi pada bearing

Name Plate Generation Pemindahan Rotor

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
46

Gambar Stator Pengecekan Dioda Putar

Pelepasan Retaining ring Megger

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
47

Eksiter and winding Measurement Proteksi Generator

Stuktur Organisasi Shutdown Power Plant

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun
48

Jadwal Shutdown maintenance


DAFTAR PUSTAKA

1. Kepco Plant Service & Maintenance - KPS. 2006. Elimination


of The 55MW Turbin Generator Vibration Problem and Turbine
Inspection.
2. Kepco Plant Service & Maintenance - KPS. 2011. Technical
Inspection Report:Top Turn of Indocement Generator.
3. Zuhal. 1995. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika
Daya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
4. Sulasno. 2009.Teknik Konversi Energi Listrik dan Sistem
Pengaturan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
5. Asea Brown Boveri – ABB. ABB Generation Manual book.
Swedia

Laporan Kerja Praktek


Pemeliharaan Generator 55 MW
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Plant 12 Tarjun

Anda mungkin juga menyukai