Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Manajemen Stres & Manajemen Konflik”


Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Perilaku dalam Organisasi
Yang dibimbing oleh Ibu Dra.Heny Indreswari M.pd

Disusun Oleh

Nur Kholifah NIM. 714443736

KOMPUTER AKUNTANSI
PROGRAM KEAHLIAN BISNIS DAN INDUSTRI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2015

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT. , karena atas
limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad
Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani,
yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga
Penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri ini tepat pada waktunya.
Penulis sangat tertarik untuk mengajukan Judul “Stres Manajemen dan Konflik Manajemen”
Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat tugas kelompok ini tapi
dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga Penulis
mampu menyelesaikan tugas kelompok ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
 Dosen kami Ibu Dra.Heny Indreswari M.pd
 Teman teman KAT 1A dan B1 yang mendukung kami
Penulis menyimpulkan bahwa tugas individu ini masih belum sempurna, oleh karena itu Penulis
menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas mandiri ini dan bermanfaat bagi Penulis
dan pembaca pada umumnya.

Malang juni 2015

PKBI Universitas Negri Malang

2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian stress......................................................................................... 7
A.1 Penyebab Stres .......................................................................................... 8
A.2 Dampak/Akibat stres ................................................................................. 9
BAB II
B. Pengertian stress manajemen ..................................................................... 10
B.1 Cara mengatasi stress ................................................................................ 10
B.2 Manfaat stress Manajemen ........................................................................ 13
BAB III
C.Pengertian Konflik Manajemen.................................................................... 14
C.1 Penyebab Konflik Manajemen .................................................................. 14
C.2 Dampak Konflik Manajemen .................................................................... 15
C.3 Cara Mengatasi Konflik Manajemen ........................................................ 17
BAB IV
KESIMPULAN .......................................................................................................... 18
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 19

3
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setiap orang berbicara tentang stres. Kita mendengar topik ini sebagai bahan
pembicaraan sehari-hari, baik di radio, televisi, surat kabar dan diberbagai konferensi maupun di
kalangan Universitas. Sayangnya hanya sedikit saja orang yang mengerti konsep stres yang
benar. Manager menganggap stres sebagai frustasi atau ketegangan emosi; pengatur lalu lintas
pesawat berpendapat sebagai problem konsentrasi; seorang remaja yang kandas cita-citanya dan
para atlit yang gagal berprestai karena ketegangan otot. Secara umum pengertian stres adalah
suatu bentuk ketegangan yang mempengaruhi fungsi alat-alat tubuh. Kalau ketegangan itu
berlebihan sehingga menggangu fungsi alat-alat tubuh tadi, maka keadaan demikian disebut
dengan istilah distres. Stres dalam kehidupan tidak dapat dihindarkan. Masalahnya adalah
bagaimana manusia hidup dengan stres tanpa harus mengalami distres.
Bagi masyarakat pada era industrialisasi sekarang ini, pekerjaan merupakan suatu aspek
kehidupan yang sangat penting. Bagi masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang
mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan berupa uang atau jasa, ataupun dalam rangka
mengembangkan dirinya. Pada kenyataannya, sebagian besar pekerjaan cenderung memiliki
konotasi paksaan, baik yang ditimbulkan dari dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari
luar. Pekerjaan juga seringkali meliputi penggunaan waktu dan usaha di luar keinginan individu
pekerja. Banyak pekerja yang melakukan pekerjaan rutin, yang tidak atau hanya sedikit menuntut
inisiatif dan tanggungjawab, dengan sedikit harapan untuk maju atau berpindah kejenis pekerjaan
lain. Banyak juga pekerja yang melakukan tugas yang berada jauh dibawah kemampuan
intelektual mereka atau yang mereka anggap berada dibawah tingkat pendidikan yang telah
mereka peroleh. Di banyak sektor industri, pekerjaan telah sangat ‘dirasionalisasikan’, dipecah-
pecah kedalam tugas-tugas yang sederhana, menoton, dan menjemukan, yang hanya sesuai bagi
robot yang tidak dapat berpikir.
Pada level organisasi yang lebih tinggi, tingkat manajer atau supervisor, perkembangan
teknologi dan industrialisasi yang pesat menuntut adanya kemampuan managerial dan intelektual
yang lebih baik, yang terkadang melampaui kemampuan yang dimiliki sebahagian besar

4
individu. Dengan adanya teknologi yang lebih baik maka arus komunikasi dan proses produksi
akan berjalan lebih cepat sehingga seorang manager dapat menjadi demikian sibuknya dan
dibebani pekerjaan yang memerlukan penyelesaian dengan segera. Pada penyelesaian
(supervisor) terjadi benturan antara dua tuntutan yang berbeda, disatu pihak ia harus
memperhatikan penyelesaian tugas yang berbatas waktu dan dilain pihak ia harus juga
memperhatikan pembinaan hubungan baik dengan bawahan-bawahannya.
Keadaan-keadaan diatas, baik bagi pekerjaan maupun bagi pihak manajer dan penyelia,
menimbulkan perasaan tegang dalam diri mereka akibat faktor-faktor samar yang mengancam,
baik yang bersifat sosial, managerial, ataupun yang berkaitan dengan lingkungan kerja yang
tidak dapat diatasi. .
Teknologi dan industrialisasi yang pesat juga mencipta-kan suatu perubahan yang penting
dalam sifat ancaman dan stres itu sendiri. Bagi manusia yang hidup dijaman yang masih primitif,
ketegangan itu suatu keadaan yang masih mudah ditentukan sebab musababnya dan dapat
dengan jelas dikenali, walaupun mengancam langsung kehidupan tetapi sekurang-kurangnya
gamblang untuk dihadapi. Manusia jaman dulu dapat menanggapi ketegangan dengan tindakan
yang konkrit berupa perilaku fisik yang relevan dengan ancaman fisik yang dihadapinya,
sehingga dampak lanjutan dari ketegangan tersebut dapat dihindari. Manusia jaman sekarang
masih terbuka terhadap stres atau ketegangan seperti yang telah dikemukakan diatas. Tetapi
seringkali manusia modern kurang intensif dalam menghadapi ketegangan atau stres yang
dihayatinya karena ketegangan tersebut sulit dihadapi secara pribadi berdasarkan sifatnya yang
samar dan sulit ditentukan sebab-sebabnya secara gamblang. Sumber-sumber ketegangan (stres)
bagi manusia modern tidak banyak lagi yang berupa ancaman fisik, melainkan lebih bersifat
psikologis seperti perselisihan, persaingan, rasa malu, jenuh, rasa bersalah, perasaan dipelakukan
tidak adil, ataupun cemas mengenai kenaikan pangkat atatu gaji. Akibatnya, orang tersebut tetap
tegang dan senantiasa siap tempur tetapi tidak pernah menghadapi musuh yang sesung-guhnya.
Stres dan keadaan tegang yang berkepanjangan, tanpa adanya penyelesaian yang adekuat,
akan mengganggu kesehatan fisik dan/atau mental pekerja yang muncul dalam bentuk keluhan-
keluhan psikosomatik. Selanjutnya, gangguan kesehatan tersebut akan menjadi suatu stres baru,
dan membentuk suatu lingkaran setan. Pada gilirannya, kesehatan yang terganggu tersebut juga
akan menggangu tampilan kerja individu. Perhatian pekerja menjadi kurang dapat dipusatkan,

5
motivasi kerja menurun, dan tingkat keterampilannya menurun. Selain itu, biaya pemeliharaan
kesehatanpun menjadi meningkat. Hal ini tentu akan mengganggu proses produksi secara umum.
Faktor lain yang juga mempengaruhi tampilan kerja individu adalah kepuasaan kerjanya.
Menurut penelitian Hawthorne (Milton, 1981, hal. 161) kepuasaan akan kerja akan mengarahkan
pekerja kearah tampilan kerja yang lebih produktif. Pekerja yang puas dengan pekerjaannya akan
memiliki loyalitas yang tinggi kepada perusahaan.
Dari penjelasan-penjelasan diatas, secara sekilas tampak terdapat hubungan antara stres dan
kepuasan kerja, terutama dalam hal tampilan kerja individu. Makalah ini berusaha membahas
peranan kepuasan kerja dalam menurunkan akibat buruk dari stres yang dihayati pekerja dalam
lingkungan pekerjaannya.
Perubahan-perubahan sosial yang cepat sebagai konsekuensi modernisasi mempunyai
dampak pada kehidupan. Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan tersebut, pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan atau stres pada dirinya. Stres
sendiri merupakan hasil dari perkembangan teknologi yang demikian cepatnya dalam abad ke
duapuluh satu ini, suatu ironi kehidupan. Manusia menciptakan berbagai macam produk untuk
meningkatkan taraf hidupnya, untuk hidup lebih efisien, namun dalam proses memproduksi
berbagai macam produksi, manusia harus menghadapi berbagai macam kondisi, yang dapat
menimbulkan stres yang lebih banyak.
Seorang yang menderita stres, selain terwujud dalam berbagai macam penyakit, dapat
pula terungkap melalui ketidak mampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
sehingga menderita gangguan kecemasan, depresi dan gangguan psikosomatik. Penderitaan fisik
dan/atau psikik menyebabkan orang tak dapat berfungsi secara wajar, tak mampu berprestasi
tinggi dan sering menjadi masalah bagi lingkungannya (di rumah, di tempat kerja atau
lingkungan sosial lain), merupakan akibat dari stres yang berkelanjutan.
Makalah ini berupaya membahas masalah stres dan upaya penanggulangannya. Mula-
mula akan dibahas arti dari stres, jenis stres, dampaknya terhadap individu. Akhirnya akan
dijelaskan berbagai macam cara atau metode yang dapat dilakukan sebagai upaya
penanggulangan stres.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Stres
Kata stres bermula darai kata latin yaitu “Stringere” yang berarti ketegangan dan tekanan.
Stres merupakan suatu yang tidak diharapkan yang muncul karena tingginya suatu
tuntutan lingkungan pada seseorang. Keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan
terganggu. Bilamana stres telah mengganggu fungsi seseorang, dinamakan distress.
Distress kebanyakan dirasakan orang jika situasi menekan dirasakan terus-menerus (
tugas yang berat atau tugas yang dikakukan karena tugas dilakukan dengan situasi yang
tidak kondusif atau stres yang dilakukan dengan dasar rasa trauma).
Ada beberapa pengertian dari stres yaitu;
1. Menurut Robbin, Stres adalah suatu kondisi dinamis dimana seorang
individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang
terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu tersebut danhasilnya dipandang
tidak pasti dan penting.
2. Menurut Michael, Stres merupakan suatu respon adaptif, dimoderasioleh
perbedaan individu yang merupakan konsekwensi dai setiaptindakan,
situasi, peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khususterhadap seseorang
Dengan dua definisi diatas tentunya kita sulit memahami tentang stressyang
sebenarnya. Pada dasarnya stress merupakan sebuah tekanan yangterjadi pada
diri seorang individu baik itu berupa beban pekerjaan danlainnya, dan membuat
individu tersebut merasa terbebani dan keberatanuntuk menyelesaikan sebagai
kewajibannya. Dengan kata lain stressmerupakan tekanan yang tidak biasa terjadi
diri setiap individu karnaadanya tuntutan

7
A.1 Penyebab Stres
Stres yang dialami oleh seseorang biyasanya selalu berkonotasi negatif karena akan
mengalami suatu kontra produktif. Stres sendiri dapat juga membantu proses mengingat yang
dialami dalam jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stres bisa meningkatkan glokosa yang
menuju ke otak, yang memberikan energi lebih kepada neuron. Hal dapat mendorong untuk
meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Disisi lain jika stres dilakukan secara
terus menerus, akan menyebabkan terhambatnya pengiriman glukosa ke otak yang
mengakibatkan rendahnya daya ingat manusia.
Adapun hal-hal yang menjadi sumber penyebab terjadinya stress adalah sebagai berikut:
1) Faktor Lingkungan
 Ketidakpastian Ekonomi, misalnya orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaan
mereka.
 Ketidakpastian Politik, misalnya adanya peperangan akibat perebutan kekuasaan.
 Perubahan Teknologi, misalnya dengan adanya alat-alat eletronik dll, munculnya bom
dimana-mana.
2) Faktor Organisasional
 Tuntutan Tugas, misalnya desain pekerjaan individual, kondisi pekerjaan, dan tata letak
fisik pekerjaan.
 Tuntutan Peran, misalnya ada peran beban yang berlebihan dalam organisasi.
 Tuntutan Antarpersonal, misalnya tidak adanya dukungan dari pihak tertentu atau terjain
hungan yang buruk.
3) Faktor personal.
 Persoalan Keluarga, misalnya kesulitan dalam mencari nafkah dan retaknya hubungan
keluarga.
 Persoalan Ekonomi, misalnya apa yang dimilikinya tidak memenuhi apa yang
didambakan.
 Berasal dari kepribadiannya sendiri.
 Dari berbagai masalah yang telah disebutkan tadi baik dari masalah yang hadapi secara
personal, organisasi, dan lingkungan. Hal semacam itu yang sangat tidak diharapkan

8
setiap orang dalam segala kondisi apapun, terutama dalam pekerjaan. Organisasi pun
sangat tidak menginginkan setiap anggotanya mengalami masalah tersebut.
A.2 Dampak atau Akibat stress
Berbagai tekanan dan gangguan dalam sebuah organisasi tentunya pasti sangat sering
terjadi. Hal ini lah yang perlu dihindari agar kinerja kerja tidak terganggu. Semua bisa di atasi
asalkan dapat mengindikasikan masalah yang kita hadapi itu sendiri. Semakin seseorang
mendapatkan tekanan diluar batas dari kemampuan dirinya sendiri tentunya akan mengalami
stres pula yang cukup berat dan sangat mengganggu kerja otak termasuk dengan daya ingat.
a. Dampak Fisiologik
Orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik seperti : mudah
masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan atau
menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan.
b. Dampak Psikologik
Adapun dampak psikologik antara lain:
 Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan punya
peran sentral bagi terjadinya ‘burn – out’
 Terjadi ‘depersonalisasi’ ; Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring
dengan kewalahan /keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan
yang bersangkutan memperlakuan orang lain sebagai ‘sesuatu’ ketimbang
‘sesorang’
 Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula
menurunnya rasa kompeten & rasa sukses
c. Dampak Perilaku
Dampak perilaku seperti:
 Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering terjadi
tingkah laku yang tidak berterima oleh masyarakat
 Level stress yang cukup tinggi berdampak negative pada kemampuan
mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
 Mahasiswa yang ‘over-stressed’ ~ stress berat seringkali banyak membolos
atau tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

9
Gejala-gejala yang disebutka tentu sangat membuat ketidak nyamanan.Bahkan sampai pada
tingkatan stres yang tinggi dalam gejala psikologis, seseorang bisa berfikir untuk mengakhiri
hidupnya. Tekanan yang dirasa sudah cukup berat lah yang membuat dampak seperti itu.
BAB II
B. Pengertian Manajemen stress
Manajemen stres adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara efektif
untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena
tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri adalah untuk memperbaiki
kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik.
Pengertian menurut Beberapa Ahli:
Istilah manajemen stres merujuk pada identifikasi dan analisis terhadap permasalahan
yang terkait dengan stres dan aplikasi berbagai alat teraupetik untuk mengubah sumber
stres atau pengalaman stres (Cotton dalam Intan 2012). Berbeda dengan Cotton, Smith
(dalam Riskha 2012) mendefinisikan manajemen stres sebagai suatu keterampilan yang
memungkinkan seseorang untuk mengantisipasi, mencegah, mengelola dan memulihkan
diri dari stres yang dirasakan karena adanya ancaman dan ketidakmampuan dalam coping
yang dilakukan. Hal senada juga diungkapkan oleh Margiati (1999) bahwa manajemen
stres adalah membuat perubahan dalam cara anda berpikir dan merasa, dalam cara anda
berperilaku, dan sangat mungkin dalam lingkungan anda. Fadli (dalam Arum 2006)
menambahkan bahwa manajemen stres juga sebagai kecakapan menghadapi tantangan
dengan cara mengendalikan tanggapan secara proporsional. Munandar (2001)
mendefinisikan manajemen stres sebagai usaha untuk mencegah timbulnya stres,
meningkatkan ambang stres dari individu dan menampung akibat fisiologikal dari stress.
B.1 Cara mengatasi stress
Ada dua pendekatan dalam manajemen stres, yaitu:
1.Pendekatan Individual
 Penerapan manajemen waktu
Pengaturan waktu yang sangat tepat akan menjamin seseorang tidak akan menjadi
stres. Dikarenaka setiap orang pastinya memiliki rasa lelah yang sangat besar dan
perlukan pembagian waktu untuk istirahat dan merelaksasikan tubuh dari kepadatan
jadwal kerja. Pola pembagian waktu yang baik antar waktu bekerja, beridah, dan waktu

10
istirahat. Waktu bekerja antara jm7 pagi sampai jm6 sore, setelah itu kemungkinan daya
tingkat kejenuhan seseorang akan meningkat disaat itulah diperlukan istirahat yang cukup
untuk mengembalikan rasa lelah.
 Penambahan waktu olah raga
Dalam tubuh manusia diperluakan olah raga yang dapat mengatur dan
merangsang syaraf motorik dan otot-otot sehingga membuat badan kita menjadi bugar.
Ketahanan fisik yang dimiliki pun akan semakin baik. Olah raga pun bisa dilakukan
seminggu 3 kali atau 1 minggu sekali. Bisa dengan joging di pagi atau di sore hari, cukup
melakukan olah raga yang ringan.
 Pelatihan relaksasi
Setelah melakukan kerja yang cukup padat dan banyak, tentunya membuat tubuh
menjadi lelah dan diperlukan relaksasi yang membantu menenangkan tubuh yang tegang
menjadi relaks. Merefres otak yang sudah di pakai untuk bekerja setiap hari. Cara yang
ampuh dalam relaksasi bisa dengan mendengarkan musik atau menonton film sambil
bersantai. Namun ada juga yang malakukan meditasi atau yoga.
 Perluasan jaringan dukungan social
Berhubungan dengan banyak orang memang sanagt diperlukan. Selain dengan
mempermudah dalam pekerjaan, dengan memiliki banyak jaringan pertemanan juga bisa
kita manfaatkan sebagi tempat berbagi dalam memecahkan masalah yang di alami.
Terkadang setiap orang hal seperti ini sangat diperlukan sekali. Karena itu manusia
adalah makhluk sosial yang saling butuh membutuhkan.
2. Pendekatan Organisasional
 Menciptakan iklim organisasional yang mendukung.
Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik
yang tinggi yang menyertakan infleksibel. Ini dapat membawa stres kerja yang sungguh-
sungguh. Strategi pengaturan mungkin membuat struktur lebih desentralisasi dan organik
dengan membuat keputusan partisipatif dan aliran keputusan ke atas. Perubahan struktur
dan proses struktural mungkin akan menciptakan iklim yang lebih mendukun bagi
pekerja, memberikan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan
mungkin akan mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.
 Adanya penyeleksian personel dan penempatan kerja yang lebih baik.

11
Pada dasarnya kemampuan ilmun atau skil yang dimiliki oleh seyiap orang
mungkin akan berbede satu dengan yang lainnya. Penempatan kerja yang sesuai dengan
keahlian sangat menunjang sekali terselesaikannya suatu pekerjaan. Penyesuaiaan
penempatan yang baik dan penseleksian itu yang sangat diperluakan suatu perusahaan
atau organisasi agar setiap tujuan dapat tercapai dengan baik. Seperti halnya seorang
petani yang tidak tahu bagaimana seorang nelayan yang mencari ikan, tentunya akan
kesulitan.
 Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional.
Konflik dalam sebuah organisasi mungkin adalah hal yang wajar dan mungkin
sering juga terjadi. Konflik apapun yang terjedi tentunya akan menimbulkan ketidak
jelasan peran suatu organisasional tersebut. Mengidentifikasi konflik penyebab stres itu
sangat diperlukan guna mengurangi atau mencegah stres itu sendiri. Setiap bagian yang
dikerjakan membutuhkan kejelasan atas setiap konflik sehingga ambigious itu tidak akan
terjadi. Peran organisasi itu yang bisa mengklarifikasikan suatu konflik yang terjadi
sehingga terjadilah suatu kejelasan dan bisa menegosiasikan konflik.
 Penetapan tujuan yang realistis.
Setiap organisasi pastinya memiliki suatu tujuan yang pasti. Baik bersifat profit
maupun non profit. Namun tujuan organisasi itu harus juga bersifat real sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Kemampuan suatu organisasi dapat
dilihat dari skli yang dimiliki oleh setiap orang anggotanya. Dengan tujuan yang jelas dan
pasti tentunya juga sesuai dengan kemampuan anggotanya maka segala tujuan pasti akan
tercapai pula. Namun sebaliknya jika organisasi tidak bersikap realistis dan selalu
menekan anggotanya tanpa adanya kordinasi yang jelas stres itu akan timbul.
 Pendesainan ulang pekerjaan.
Stres yang terjadi ketika bekerja itu kemungkina terjadi karena faktor kerjaan
yang sangat berat dan menumpuk. Cara menyikapi dan mengatur program kerja yang
baik adalah membuat teknik cara pengerjaannya. Terkadang setiap orang mengerjakan
pekerjaan yang sulit terlebih dahulu dari pada yang mudah. Seseorang akan terasa malas
dan enggan untuk mengerjakan pekerjaannya ketika melihat tugas yang sudah menumpuk
maka akan timbul stres. Strategi yang dilakukan adalah melakukan penyusunan pekerjaan
yang muadah terlebih dahulu atau pekerjaan yang dapat dikerjakan terlebih dahulu.

12
Sedikit demi sedikit pekerjaan yang menumpuk pun akan terselesaikan. Dengan kata lain
stres pun bisa dihindari dan bisa dikurangi.

 Perbaikan dalam komunikasi organisasi.


Komunikasi itu sangatlah penting sekali dalam berorganisasi. Komunikasi dapat
mempermudah kerja seseorang terutama dalam team work. Sesama anggota yang
tergabung dalam satu kelompok selalu berkordinasi dan membicarakan program yang
akan dilakukan. Komunikasinya pun harus baik dan benar. Perbedaan cara kordinasi dan
instruksi ke atasan mau pun bawahan. Sering sekali terjadi kesalahan dan tidak mampu
menempatkan posisi dan jabatan sehingga terjadi kesalahan dalam mengkomunikasikan.
 Membuat bimbingan konseling
Bimbingan konseling ini bisa dirasakan cukup dalam mengatasi stres. Konseling
yang dilakukan kepada psikolog yang lebih kompeten dalam masalah kejiwaan
seseorang. Psikologis seseorang terganggu sekali ketika stres itu menimpa. Rasa yang
tidak tahan dan ingin keluar dari tekanan-tekanan yang dirasakan tentunya akan
menambah rasa stres yang dihadapinya. Konseling dengan psikolog sedikitnya mungking
bisa membantu keluar dari tekanan stres.
B.2. Manfaat Manajemen stress
Mengatur diri
 Tujuan utama dari manajemen stres adalah belajar mengatur diri menjadi lebih baik dari
persoalan yang dihadapi.
Berpikir rasional
 Terkadang stres yang timbul itu berawal dari perasaan, dan ketika perasaan memegang
peranan penting yang terjadi adalah membutakan logika. Nah, dengan manajemen stres
mengajak kita untuk berpikir rasional berdasarkan fakta yang ada bukan perasaan semata.
Menenangkan diri
 Setiap kali terjadi masalah kita seringkali merasa tertekan, tidak nyaman, pusing, dan
sebagainya. Karena itu, dengan mengelola stres bisa menenangkan diri sendiri. Ketika
sudah bisa tenang maka emosi pun bisa dikendalikan.
Membantu mencari jalan keluar

13
 Manajemen stres bukan solusi, hanya membantu mencari solusi atau jalan keluar. Sebab
bagi mereka yang bisa mengatur dirinya sendiri, bisa berpikir rasional dan menenangkan
dirinya maka ia lebih mudah untuk mendapatkan jalan keluar yang tepat. Jadi, sekali lagi
fungsi manajemen stres bukan mencari jalan keluar tetapi ‘hanya’ memudahkan.
Meningkatkan produktivitas
 Orang yang manajemen stresnya bagus biasanya ketika ditimpah masalah,
produktivitanya akan naik. Ini terkait dengan pola pikirnya yang menjadi masalah sebagai
picu yang memicu semangatnya. Dari masalah yang ada tidak membuatnya semakin
terpuruk tapi justru sebaliknya jadi tertantang untuk melakukan yang terbaik.
Pematangan diri
 Semakin sering kita menghadapi dan bisa mengatasi masalah yang terjadi, semakin
matang pula kualitas diri. Sebab masalah yang dihadapi tak lain sebagai ajang melatih
diri untuk lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak. Karena itu mengelola stres dengan
baik adalah wadah pematangan diri.
BAB III
C.Pengertian Konflik Manajemen
Istilah manajemen berasal dari bahasa Italia Maneggiare (Haney dalam Mardianto, 2000)
yang berarti melatih kuda-kuda atau secara harfiah to handle yang berarti mengendalikan,
sedangkan dalam kamus Inggris Indonesia (Echols dan Shadily, 2000) management berarti
pengelolaan dan istilah manager berarti tindakan membimbing atau memimpin, sedangkan dalam
bahasa Cina, manajemen adalah kuan lee yang berasal dari dua kata yaitu kuan khung
(mengawasi orang kerja) dan lee chai (menmanajemen konfliksi uang) (Mardianto, 2000).
Sehingga manajemem dapat didefinisikan sebagai mengawasi/mengatur orang bekerja dan
menmanajemen konfliksi administrasi dengan baik. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
(1997) manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk
mencaSpiritual tujuan. Manajemen merupakan proses penting yang menggerakkan organisasi
karena tanpa manajemen yang efektif tidak akan ada usaha yang berhasil cukup lama.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sebuah tindakan
yang berhubungan dengan usaha tertentu dan penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai Spiritual tujuan.
C.1 Penyebab konflik manajemen

14
Stevenin (2000, pp.132-133), ada beberapa faktor yang mendasari munculnya konflik antar
pribadi dalam organisasi misalnya adanya:
1. Pemecahan masalah secara sederhana. Fokusnya tertuju pada penyelesaian masalah dan
orang-orangnya tidak mendapatkan perhatian utama.
2. Penyesuaian/kompromi. Kedua pihak bersedia saling memberi dan menerima, namun tidak
selalu langsung tertuju pada masalah yang sebenarnya.
Waspadailah masalah emosi yang tidak pernah disampaikan kepada manajer. Kadang-kadang
kedua pihak tetap tidak puas.
3. Tidak sepakat. Tingkat konflik ini ditandai dengan pendapat yang diperdebatkan. Mengambil
sikap menjaga jarak. Sebagai manajer, manajer perlu memanfaatkan dan menunjukkan aspek-
aspek yang sehat dari ketidaksepakatan tanpa membiarkan adanya perpecahan dalam kelompok.
4. Kalah/menang. Ini adalah ketidaksepakatan yang disertai sikap bersaing yang amat kuat. Pada
tingkat ini, sering kali pendapat dan gagasan orang lain kurang dihargai. Sebagian di antaranya
akan melakukan berbagai macam cara untuk memenangkan pertarungan.
5. Pertarungan/penerbangan. Ini adalah konflik “penembak misterius”. Orang-orang yang
terlibat di dalamnya saling menembak dari jarak dekat kemudian mundur untuk menyelamatkan
diri. Bila amarah meledak, emosi pun menguasai akal sehat. Orang-orang saling berselisih.
6. Keras kepala. Ini adalah mentalitas “dengan caraku atau tidak sama sekali”.
Satu-satunya kasih karunia yang menyelamatkan dalam konflik ini adalah karena biasanya hal ini
tetap mengacu pada pemikiran yang logis. Meskipun demikian, tidak ada kompromi sehingga
tidak ada penyelesaian.
7. Penyangkalan. Ini adalah salah satu jenis konflik yang paling sulit diatasi karena tidak ada
komunikasi secara terbuka dan terus-terang. Konflik hanya dipendam. Konflik yang tidak bisa
diungkapkan adalah konflik yang tidak bisa diselesaikan.
C.2 Dampak konflik Manajemen
Konflik memiliki dampak sebagai berikut
1.Dampak Positif
Menurut Wijono (1993:3), bila upaya penanganan dan pengelolaan konflik karyawan
dilakukan secara efisien dan efektif maka dampak positif akan muncul melalui perilaku yang
dinampakkan oleh karyawan sebagai sumber daya manusia potensial dengan berbagai akibat
seperti:

15
 Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja, seperti
hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas, masuk dan pulang
kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu
secara efektif, hasil kerja meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.
 Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari cara pembagian
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan masing-masing.
 Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi
maupun antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat dalam upaya peningkatan
prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas, kejujuran, inisiatif dan kreativitas.
 Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress bahkan
produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini karena karyawan memperoleh perasaan-
perasaan aman, kepercayaan diri, penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan
bisa mengembangkan karier dan potensi dirinya secara optimal.
 Banyaknya karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai dengan potensinya
melalui pelayanan pendidikan (education), pelatihan (training) dan konseling
(counseling) dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Semua ini bisa menjadikan
tujuan organisasi tercapai dan produktivitas kerja meningkat akhirnya kesejahteraan
karyawan terjamin.
2. Dampak Negativ
1. Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir pada waktu jam-
jam kerja berlangsung seperti misalnya ngobrol berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara
radio, berjalan mondar-mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat,
pulang lebih awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas.
2. Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasakan
kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab.
Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan
yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.
3. Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya, muncul
perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman ataupun atasan, merasa tidak
dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan
darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.

16
4. Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran dari
atasan, misalnya mengadakan sabotase terhadap jalannya produksi, dengan cara merusak mesin-
mesin atau peralatan kerja, mengadakan provokasi terhadap rekan kerja, membuat intrik-intrik
yang merugikan orang lain.
5. Meningkatnya kecenderungan karyawan yang keluar masuk dan ini disebut labor turn-over.
Kondisi semacam ini bisa menghambat kelancaran dan kestabilan organisasi secara menyeluruh
karena produksi bisa macet, kehilangan karyawan potensial, waktu tersita hanya untuk kegiatan
seleksi dan memberikan latihan dan dapat muncul pemborosan dalam cost benefit.
C.3 Cara mengatasi konflik manajemen
metode penyelesaian konflik yang disampaikan Stoner adalah:
1) dominasi dan penguasaan, hal ini dilakukan dengan carapaksaan, perlunakan, penghindaran,
dan penentuan melalui suaraterbanyak.
2) kompromi
3) pemecahan masalah secara menyeluruh. Konflik yang sudah terjadi juga bisa diselesaikan
lewat perundingan.Cara ini dilakukan dengan melakukan dialog terus menerus antarkelompok
untuk menemukan suatu penyelesaian maksimum yangmenguntungkan kedua belah pihak.
Melalui perundingan,kepentingan bersama dipenuhi dan ditentukan penyelesaian yangpaling
memuaskan. Gaya perundingan untuk mengelola konflikdapat dilakukan dengan cara :
a. pencairan, yaitu dengan melakukan dialog untuk mendapat suatupengertian
b. keterbukaan, pihak-pihak yang terlibat bisa jadi tidak terbukaapalagi jika konflik terjadi dalam
hal-hal sensitif dan dalam suasanayang emosional
c. belajar empati, yaitu dengan melihat kondisi dan kecemasanorang lain sehingga didapatkan
pengertian baru mengenai oranglain
d. mencari tema bersama, pihak-pihak yang terlibat dapat dibantudengan cara mencari tujuan-
tujuan bersama
e. Menghasilkan alternatif, hal ini dilakukan dengan jalan mencarialternatif untuk menyelesaikan
persoalan yang diperselisihkan.
f. Menanggapi berbagai alternatif, setelah ditemukan alternatif-alternatif penyelesaian hendaknya
pihak-pihak yang terlibat dalamkonflik mempelajari dan memberikan tanggapan

17
g. Mencari penyelesaian, sejumlah alternatif yang sudah dipelajarisecara mendalam dapat
diperoleh suatu konsensus untukmenetapkan suatu penyelesaianh. Membuka jalan buntu,
kadangkala ditemukan jalan buntusehingga pihak ketiga yang obyektif dan berpengalaman
dapatdiikutsertakan untuk menyelesaikan masalahi. Mengikat diri kepada penyelesaian di dalam
kelompok, setelahdihasilkan penyelesaian yang disepakati, pihak-pihak yang terlibatdapat
memperdebatkan dan mempertimbangkan penyelesaian danmengikatkan diri pada penyelesaian
itu j. Mengikat seluruh kelompok, tahap terakhir dari langkahpenyelesaian konflik adalah dengan
penerimaan atas suatupenyelesaian dari pihak-pihak yang terlibat konflik.

BAB IV
KESIMPULAN
Kebutuhan utama pekerja pada era teknologi canggih ini adalah adanya hubungan sosial
yang baik dengan pekerja lainnya dan dengan penyelia/atasan serta penghargaan terhadap
prestasi kerjanya. Sehingga dengan demikian, agar kepuasan kerja dapat tercapai maka
perusahaan hendaknya memperhatikan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Pada sisi lain, adanya
hubungan sosial yang baik ini dapat dipersepsi pekerja sebagi dukungan sosial yang dapat
menurunkan ketegangan yang dihayatinya.
Usaha menurunnya stres dan dampaknya dari lingkungan pekerjaan dapat dilakukan
melalui perancangan kembali pekerjaan dan memilih pekerja sesuai dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakannya. Tujuannya adalah agar pekerjaan tidak dipersepsi sebagai suatu tekanan atau
sumber ketegangan oleh pekerja.
Dalam usaha mengurangi kadar stres dan dampaknya tersebut penyelia atau atasan dapat
berperan sebagai konselor yang berusaha membantu pekerja mengatasi masalah-masalah yang
dihadapinya.
Stres muncul jika terdapat kesenjangan antara persepsi individu mengenai kebutuhan-
kebutuhannya dan persepsi individu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut dari
lingkungannya, serta adanya kesenjangan antara persepsi individu mengenai tuntutan
lingkungan. Kepuasan kerja, yang berarti terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pekerja,
menunjukkan kesesuaian antara persepsi individu mengenai kebutuhannya dan persepsi
mengenai pemenuhan kebutuhan tersebut dari lingkungan. Tampak jelas bahwa stres bahwa
kepuasan kerja sendiri berarti tidak adanya stres individu.
Sedangkan Konflik dapat terjadi dalam organisasi apapun. Untuk itulah manajeratau
pimpinan dalam organisasi harus mampu mengelola konflikyang terdapat dalam organisasi
secara baik agar tujuan organisasidapat tercapai tanpa hambatan-hambatan
yang menciptakanterjadinya konflik.Terdapat banyak cara dalam penanganan suatu konflik.
Manajeratau pimpinan harus mampu mendiagnosis sumber konflik sertamemilih strategi
pengelolaan konflik yang sesuai sehingga diperolehsolusi tepat atas konflik tersebut. Dengan
pola pengelolaan konflikyang baik maka akn diperoleh pengalaman dalam menanganiberbagai
macam konflik yang akan selalu terus terjadi dalamorganisasi.

18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/4481652/Manajemen_Konflik_Dalam_Organisasi
http://halamanbelakank.blogspot.com/2013/04/manajemen-stres-dalam-prilaku-organisasi.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._EKONOMI_DAN_KOPERASI/SUSANTI_KURNI
AWATI/MAKALAH/STREES_MAN.pdf
http://andhy-brenjenk.blogspot.com/2011/04/manajemen-stres-makalah.html
https://communicationista.wordpress.com/2010/02/07/manajemen-konflik-dalam-organisasi/
https://docs.google.com/document/d/1qOeZRV5ohYMxXUSnJkSgnWHBQzNQMckDVnZeC55
1LUs/edit?hl=en_US
http://rodlial.blogspot.com/2014/02/makalah-manajemen-konflik.html
http://rajapresentasi.com/2009/05/manajemen-konflik-cara-mengelola-konflik-secara-efektif/
http://pengertianmanagement.blogspot.com/2013/03/manajemen-konflik-definisi-ciri-
sumber.html
http://materipmii.blogspot.com/2014/04/manajemen-konflik.html
http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/manajemenkonflik.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai