PENDAHULUAN
Skizofrenia tidak dapat diterangkan sebagai satu penyakit saja. Lebih tepat
apabila skizofrenia dianggap sebagai suatu sindrom atau suatu proses penyakit dengan
sehingga pikiran itu menjadi sangat aneh (bizar), juga distorsi persepsi, emosi, dan
tingkah laku(1). Skizofrenia merupakan bagian dari gangguan psikosis yang ditandai
dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas dan hilangnya daya tilik diri
(insight)(2).
III), skizofrenia adalah suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab (banyak
belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada gangguan psikosis, termasuk juga
skizofrenia, dapat ditemukan gejala gangguan jiwa berat seperti halusinasi, waham,
perilaku yang kacau, dan pembicaraan yang kacau, serta gejala negatif(2).
1
2
kemauan, dan psikomotor dengan disertai distorsi kenyataan yang terutama disebabkan
karena waham dan halusinasi. Hal ini yang menyebabkan penderita skizofrenia
cenderung menarik diri dan sulit untuk bersosialisasi dengan sesama, kejadian ini dapat
Gangguan ini memiliki prevalensi seumur hidup sebesar 03-07%. Sumber lain
sebesar 1,5 per 10.000 individu. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menyebutkan
prevalensi skizofrenia dan ganggian jiwa berat di Indonesia yaitu 1,7%(4). Walaupun
skizofenia tidak gangguan mental, gangguan jiwa ini menyebabkan gangguan fungsi
individu, seperti akademik, pekerjaan, dan fungsi sehari-hari yang lain dalam taraf
berat. Secara umum skizofrenia mempunyai onset usia remaja hingga dewasa muda.
Onset usia pada pria berkisar antara usia 18-25 tahun sedangkan pada wanita pada usia
25-35 tahun . Onset yang jarang dapat terjadi pada usia dini (early onset schizophrenia)
dan pada usia lanjut di atas 40 tahun (late onset schizophrenia). Early onset
schizophrenia (EOS) didiagnosis pada usia sebelum 18 tahun. Insiden EOS ini tercatat
3,17 per 100.000 person years (2). Skizofrenia onset lambat lebih banyak terdiagnosis
pada wanita daripada pria(2). Skizofrenia lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan
mortalitas dari semua penyebab sebesar 2,6 kali lipat dibandingkan dengan populasi
Jumlah proporsi gangguan jiwa pada data yang didapatkan Riskesdas 2018
cukup signifikan jika di bandingkan Riskesdas 2013, naik dari 1,7% menjadi 7%.
Sekarang gangguan jiwa skizofrenia/ psikosis menurut provinsi, 2013 - 2018 (per mil)
data rata-rata tiap provinsi yang mengalami gangguan jiwa pada tahun 2013 hanya 1%
- 3% sedangkan pada tahun 2018 data dari tiap provinsi diperoleh hasil 3%-11%. Di
Bali menjadi provinsi terbanyak yang mengalami gangguan jiwa dengan angka 11%
sedangkan yang terendah 3% ada di Kepulauan Riau, Jawa Barat sendiri memperoleh
data 5% yang sebelumnya pada tahun 2013 data yang di dapatkan hanya 1% saja(5).
berikutnya dan sebagai penentu sifat yang diturunkan. Studi keluarga menunjukkan
dibanding dengan orang-orang dari keluarga yang tidak menderita skizofrenia. Kembar
tidak didiagnosis menderita skizofrenia, terdapat kemungkinan yang besar bahwa dia
akan abnormal dalam hal tertentu. Suatu ulasan tentang beberapa penelitian
menunjukkan bahwa hanya 13% dari kembar MZ penderita skizofrenia yang dianggap
normal. Faktor neurobiology dan neurotransmitter yaitu lesi pada lobus frontal,
temporal dan area limbik sehingga sehingga menyebabkan gangguan fungsi otak dan
pada anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri sebesar 0,9-1,8%,
saudara kandung 5-7%, anak dengan salah satu orang tua skizophrenia 6-7%, bila
kedua orang tua mengalami skizophrenia 40-68%, kembar dua telur (heterozygot) 2-
pada populasi umum jika tidak ada keluarga yang terlibat. Bila salah satu orang tua
Insidens skizofrenia pada kembar dizigotik jika salah satu menderita skizofrenia
sebesar 12%, pada kembar monozigotik sebesar 47%. Jika kedua orang tua menderita
jiwanya pada anak-anaknya melalui praktek membesarkan anak yang salah ketimbang
5
melalui gen-gen yang kurang baik. Kendatipun demikian suatu penelitian tentang anak-
anak yang memiliki ibu penderita skizofrenai tetapi dipisahkan dari orang tuanya,
kemudian di asuh di panti asuhan, memberikan bukti tambahan bagi yang mendukung
hipotesis genetik. Anak ini dinilai pada waktu dewasanya dibandingkan dengan
kelompok kendali yang dilahirkan oleh orang tua normal dan dibesarkan di panti
asuhan. Skizofrenia ditemukan pada anak yang berasal dari ibu yang menderita
menyebutkan bahwa faktor yang berperan dalam kekambuhan pasien skizofrenia salah
kemandirian karena beberapa pasien skizofrenia saat waktu luang digunakan buat
melamun, mengurung diri, hal ini dapat memperluas proses distorsi pikiran sehingga
mandiri di masyarakat. Pada klien gangguan jiwa sering terlihat adanya kemunduran
yang ditandai dengan hilangnya motivasi dan tanggung jawab, apatis, menghindari dari
kegiatan, dan hubungan sosial. Kemampuan dasar sering terganggu, seperti Activities
Of Daily Living(ADL)(3).
kemampuan pasien agar dapat hidup mandiri di masyarakat dan melatih pasien untuk
6
terbiasa menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Salah satu terapi gerak yang akan
tersebut dapat merangsang pertumbuhan neuron di daerah tertentu yang rusak selama
depresi dan menghilangkan kekakuan pada otot sehingga pasien tidak malas untuk
beraktivitas(3).
Olahraga merupakan salah satu bentuk terapi gerak, sehingga kelebihan dari
terapi ini diantaranya adalah dapat melakukanya dengan senang tanpa merasa terbebani
karena banyaknya olahraga yang dijadikan sebagai hobi, mudah dilakukan sendiri.
Dalam kasus ini terapi gerak juga bertujuan untuk mengisi kekosongan waktu para
panti. Karena semakin banyak waktu luang penderita skizofrenia akan cenderung
melamun, mengurung diri, hal ini dapat memperluas proses distorsi pikiran sehingga
akan mempermudah timbulnya waham dan halusinasi. Pada pelaksanaan terapi ini
pengamatan terhadap pasien skizofrenia yang mengikuti terapi, hal ini bertujuan untuk
Desember 2018 di Panti Gramesia Kedawung Kota Cirebon terhadap pasien yang
observasi dengan perawat yang mengelola panti pasien yang menjalani perawatan di
Panti Gramesia disebabkan karena trauma dari masa lalunya. Seperti halnya karena
masalah percintaan, pasien ditinggal oleh orang yang dicintainya, keretakan rumah
7
tangga dan bullying. Dengan demikian pasien tidak terima sehingga ada yang
disampingnya atau ada juga yang menarik diri karena korban bullying.
yang intensif untuk dapat mengembalikan pasien seperti sediakala. Perawatan yang
diberikan dapat berupa terapi-terapi yang menunjang kesembuhan pasien dan terapi
Berdasarkan data dari riset penelitian serta data dari studi pendahuluan yang
diakukan peneliti, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam tentang
pengaruh terapi gerak terhadap kemandirian pada pasien skizofrenia. Judul yang akan
diambil peneliti untuk melakukan penelitian tersebut yaitu “Pengaruh Terapi Gerak
mengambil tentang terapi gerak pada pasien skizofrenia dalam mengatasi kurangnya
kemandirian.
Ruang lingkup penelitian ini lebih memfokuskan pada pengaruh terapi gerak
menggunakan rancangan penelitian one-group pre-post test design. Pada penelitian ini
kembali setelah dilakukan intervensi. Responden dalam penelitian ini adalah pasien
dalam ruang lingkup keperawatan jiwa khususnya mengenai pengaruh terapi gerak
perawat.
3. Bagi Responden
skizofrenia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Dalam kasus berat, pasien tidak
Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-
kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan personalitas
yang rusak “cacat”. Keadaan ini pertama kali digambarkan oleh Kraepelin pada tahun
prekoks. Pada tahun 1911 Bleurer menciptakan nama skizofrenia untuk menandai
“terbelahnya” atau putusnya fungsi psikis, yang menentukan sifat penyakit ini. Ada
perbedaan internasional dalam kriteria diagnostik, terutama dalam Eropa dan AS, serta
2.1.2 Etiologi
adalah infeksi prenatal (first hit) dimana dengan gen rentan tertentu akan menyebabkan
10
inflamasi dan terjadi perubahan neurobiologis dan proses tersebut akan berlanjut
apabila pada masa dewasa seseorang terpapar faktor-faktor seperti trauma, stressor
sosial, dan aktivitas inflamasi (secondary hit) sehingga akan menginduksi perubahan
penurunan myelinisasi, dan banyak aktivitas reseptor lainnya yang akan berujung pada
fase psikosis dari skizofrenia (8). Skizofrenia merupakan sebuah sindroma yang terdiri
dari beragam penyebab dan perjalanan penyakit. Interaksi antara genetik dan
dijelaskan di atas, munculnya gejala klinis pada skizofrenia seperti gejala positif dan
maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa interaksi kompleks antara genetik dan
lingkungan berperan dalam munculnya proses tersebut. Dibawah ini adalah etiologi
1. Genetik
11
pada skizofrenia seperti gejala positif dan negatif dikarenakan adanya gangguan
Infeksi diperkirakan berperan pada munculnya respon imun dari ibu yang
otak dalam kandungan. Transfer respon imun dari ibu ke janin menyebabkan
gangguan pada sawar darah otak dan masuknya antibodi yang memiliki reaksi
gangguan pada perkembangan sistem saraf pusat janin. Infeksi pada awal masa
gangguan jiwa termasuk skizofrenia. Salah satu bukti yang mendukung bahwa
proses inflamasi ini berperan dalam skizozfrenia dampak tampak pada afek
12
tidak langsung antipsikosis yang memiliki afek antiinflamasi sehingga
(8)
memperbaiki kondisi klinisnya .
Penggunaan kanabis, dilaporkan memiliki odds ratio (OR) antara 2,2 - 2,8
untuk menderita psikosis, tergantung dari faktor risiko lain seperti riwayat
Imigrasi, imigran memiliki risiko relatif hingga 4 kali lipat untuk menderita
skizofrenia, hingga ke generasi kedua. Hal ini terkait dengan diskriminasi sosial
defisiensi vitamin D.
4. Neurokimiawi
1. Dopamin
13
kognitif. Hipoaktif dopamin pada ventromedial prefrontal cortex (VMPFC)
2. glutamat
selanjutnya akan terjadi aktivasi normal dari jaras dopamin mesolimbik dari
14
Jika terjadi disfungsi pada reseptor NMDA di ventral hipokampus maka
accumbers. Hal ini di duga sebagai dasar munculnya gejala positif pada
Sebagai salah satu fitur gejala pada skizofrenia, gejala negatif juga dapat
gejala positif, gejala negatif pada skizofrenia juga diakibatkan oleh hipofungsi
prefrontal (8)
15
3 Serotonin
pencitraan sehingga saat ini masih belum menunjukan bukti yang konsisten
utama 5-HT juga tidak konsisten pada pasien dengan skizofrenia. Belum ada
5. Sistem kolinergik
16
Peningkatan aktivitas reseptor nikotinik dapat meningkatkan komunikasi
yang diperantarai reseptor glutamat pada neuron dopamin di VTA tikus coba.
regio di korteks prefrontal. Reseptor itu berperan dalam regulasi kognitif yang
seringkali terganggu pada skizofrenia. Hingga saat ini masih belum jelas peran
6. Sistem Adrenergik
2.1.3 Simtomatologi(2)
Gejala skizofrenia dibagi atas dua kategori besar yaitu gejala positif atau
hard symtptoms dan gejala negatif atau soft symptoms. Dibawah ini adalah dua
1. Gejala Positif
17
b. Assosiative loosen: pikiran atau ide yang terpisah-pisah dan
sedang diamatinya.
merubah topik.
2. Gejala Negatif
18
d. Katatonia: imobilitas yang ditimbulkan secara psikologis ketika
(trance).
Gejala yang lazim terdapat pada gejala positif adalah delusi, halusinasi,
sedangkan yang lazim pada gejala negatif adalah afek datar (emosi atau mood
tidak nampak pada wajah); tidak nyaman dengan orang-orang lain dan menarik
diri; tidak ada kemauan atau ambisi, atau dorongan untuk menyelesaikan
pekerjaan.
bertahan terus sekalipun gejala positif sudah berkurang. Gejala ini yang
19
20
2.1.4 Patofisiologi
substansia alba dan grisea. Dari sejumlah penelitian ini, daerah otak yang secara
ventrolateral (2).
Subtipe skizofrenia berikut bukan kelainan klinik yang terpisah, tetapi metode
Mulainya biasanya pada akhir belasan tahun, gejala awal kebingungan, konsentrasi
buruk, berkabut mimpi siang hari, sadar akan keadaan dirinya sendiri, kemurungan,
inferioritas dan ketak-adekuatan. Gangguan pemikiran menjadi jelas dan mungkin ada
diakibatkan oleh dalam ide kejaran. Waham bisa “diselubungi” dan pasien bisa
masyarakat. Walaupun perjalanan penyakit ini menahun, tetapi mungkin saja ada
membahayakan atau yang diisolasi oleh alasan deformitas, ketulian, kesulitan bahasa
dan sebagainya. Kadang wahamnya bisa “menular”; biasanya keluarga dekat terlibat
immobilitas dan stupor merupakan sifat paling jelas. Hambatan pikiran, neologisme,
halusinasi juga bisa timbul. Kegembiraan akut dapat menjadi tanda pertama penyakit.
Gejala katatonik menjadi semakin jarang dalam 30 tahun terakhir ini, mungkin banyak
banyak pasien baik yang berada didalam masyarakat maupun yang sedang menjalani
perawatan jangka lama. Gejala negatif mendominasi, tanpa dorongan dan inisiatif,
usia” dan bukti ada penumpukan kerusakan cerebrum, seperti yang dilihat pada dilatasi
Keadaan ini biasanya merupakan hasil akhir dari gejala-gejala skizofrenia yang
sebelumnya telah berkembang penuh, tetapi dalam beberapa kasus, onsetnya yang
22
pelan, sehingga pasien seolah-olah langsung tampil dalam keadaan cacat (skizofrenia
kompleks).
pelayanan kesehatan kini masih menjadi ganjalan bagi para penderita skizofrenia untuk
mendapatkan penanganan dini Akibatnya, tak sedikit yang tersingkir dari kehidupan
Utomo(10).
mendapatkan akses perawatan. Mereka juga sulit menikah dan bekerja,. Tak hanya
tersingkir, penderita juga kerap alami kekerasan psikologis dan fisik, dari masyarakat
dan bahkan tenaga kesehatan yang menanganinya. Adanya stigma dan diskriminasi
kekerasan psikologis dan fisik yang dilakukan tenaga medis dan masyarakat. Ini karena
penderita harus dibawa ke RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) yang akses
geografisnya sulit. Lalu, proses pelayanan yang panjang dan obat yang kosong di
apotik, kata Bagus. Di beberapa daerah ongkos ke RSUD bahkan bisa menghabiskan
23
ongkos ratusan ribu Rupiah. Masalah lainnya, ialah keterbatasan jumlah tenaga medis
Dr. Eka Viora, SpkJ, mengakui khusus pelayanan kesehatan jiwa saat ini hanya fokus
di layanan tersier, bukan primer melainkan pelayanan kesehatan jiwa yang memadai
hanya pada rumah sakit di ibu kota provinsi saja sedangkan pada daerah daerah masih
belum memiliki pelayanan yang sama seperti di ibu kota provinsi dan juga terbatasnya
memperlihatkan, saat ini spesialis kedokteran jiwa di Indonesia hanya 720 orang saja,
pribadi yang masih aktif. Individu atau manusia yang menolak untuk
dianggap mampu. Kemandirian berarti hal atau keadaan seseorang yang dapat berdiri
24
sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Kemandirian adalah kebebasan individu
manusia untuk memilih menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai, dan
melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui
yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan
menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung
sendiri(11).
kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk tidak tergantung pada orang
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-
harinya dengan tujuan untuk memenuhi atau berhubungan dengan perannya sebagai
Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum, toileting,
uang dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan
duduk, transfer atau bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat
lain).
2.3.1 Terapi
jumlah rangsangan harus cocok dengan jumlah individu. Rangsangan berlebihan telah
beberapa tahun, melibatkan pelayanan perawat, pekerja sosial, ahli terapi kerja serta
ahli terapi rekreasi. Berbagai fasilitas juga di perlukan, yang berkisar dari bangsal
malam, rumah sakit siang dan unit terapi industri sampai rangkaian terapi yang lama
satu terapi yang tersedia adalah terapi gerak. Terapi gerak merupakan terapi aktivitas
fisik yang dapat dilakukan dengan cara berolahraga atau senam untuk melatih tubuh
seseorang agar sehat secara jasmani dan rohani.Olahraga merupakan salah satu bentuk
terapi gerak, sehingga kelebihan dari terapi ini diantaranya adalah dapat melakukannya
26
dengan senang tanpa merasa terbebani. Terapi gerak apabila dilaksanakan secara
membantu pasien agar dapat bersosialisasi dengan orang lain serta dapat melakukan
Jumlah anggota kelompok dalam terapi ini semua yang mengalami skizofrenia
melakukan terapi gerak. Selanjutnya pada tahap implementasi pasien di nilai tingkat
kemandirian karena beberapa pasien skizofrenia saat waktu luang digunakan buat
melamun, mengurung diri, hal ini dapat memperluas proses distorsi pikiran sehingga
mandiri di masyarakat. Pada klien gangguan jiwa sering terlihat adanya kemunduran
yang ditandai dengan hilangnya motivasi dan tanggung jawab, apatis, menghindari dari
kegiatan, dan hubungan sosial. Kemampuan dasar sering terganggu, seperti Activities
Of Daily Living(ADL)(3).
kemampuan pasien agar dapat hidup mandiri di masyarakat dan melatih pasien untuk
terbiasa menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Salah satu terapi gerak yang akan
tersebut dapat merangsang pertumbuhan neuron di daerah tertentu yang rusak selama
depresi dan menghilangkan kekakuan pada otot sehingga pasien tidak malas untuk
beraktivitas(3).
pemahaman terhadap realitas dan hilangnya daya tilik diri. Pada penderita skizofrenia
terjadi keretakan antara proses berpikir, emosi, kemauan, dan psikomotor dengan
disertai distorsi kenyataan yang terutama disebabkan karena waham dan halusinasi.
Hal ini yang menyebabkan penderita skizofrenia cenderung kurang mandiri, menarik
diri dan sulit untuk bersosialisasi dengan sesama, kejadian ini dapat mempermudah
pada pasien skizofrenia, intervensi tersebut yakni terapi gerak. Melalui aktivitas fisik
seperti berolahraga yang dianjurkan oleh peneliti diharapkan dapat membantu pasien
skizofrenia
29
Skizofrenia
Menimbulkan :
Intervensi Terapi Gerak
Waham dan Halusinasi
Menyebabkan :
Melalui aktivitas fisik
1. Kurang Mandiri seperti berolahraga
2. Menarik diri
3. sulit untuk bersosialisasi
dengan sesama
Meningkatnya tingkat
Kemandirian pasien
skizofrenia
(3)(7)
Sumber:
BAB III
HIPOTESIS
menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Dalam kasus berat, pasien tidak
Pada penderita skizofrenia terjadi keretakan antara proses berpikir, emosi, kemauan,
dan psikomotor dengan disertai distorsi kenyataan yang terutama disebabkan karena
waham dan halusinasi. Hal ini yang menyebabkan penderita skizofrenia cenderung
kurang mandiri, menarik diri dan sulit untuk bersosialisasi dengan sesama, kejadian ini
gerak, karena pada pasien skizofrenia pada saat tidak ada kegiatan digunakan hanya
buat melamun dan berkhayal ini bisa menimbulkan halusinasi. Menggunakan terapi ini
diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
31
31
Pasien Skizofrenia
ADL (Activity Daily
Living) meliputi :
1. Makan
2. Mandi
3. Perawatan diri
4. Berpakaian
5. Buang air kecil
6. Buang air besar
7. Penggunaan toilet
8. Transfer
9. Mobilitas
10. Naik turun tangga
Ket :
: Korelasi Variabel
32
Ukur Ukur
Variabel Bebas
dilakukan
dengan cara
berolahraga
atau senam
untuk melatih
tubuh
seseorang agar
sehat secara
jasmani dan
rohani.
Variabel Terikat
33
sehari-hari. Ketergantungan
Berat
0-4 :
Ketergantungan
Total
3.3 Hipotesis
METODOLOGI PENELITAN
digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experimental sedangkan pendekatan yang
dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian one group pretes-
postes. Artinya rancangan penelitian tidak ada kelompok pembanding, tetapi paling
menggunakan metode ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi gerak terhadap
O1 X O2
Keterangan :
skizofrenia
34
O2 : Post test tentang tingkat kemandirian pasien
skizofrenia
4.2 Variabel
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lainnya. Menurut
Sugiono (2010) mengatakan bahwa “ Variabel sering disebut juga peubah. Variabel
dapat diartikan sebagai ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
Variabel yang dapat berubah dalam sebuah penelitan yang disebut variabel
bebas atau variabel independent. Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya
Variabel bebas dapat juga berarti variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain
ingin diketahui.” Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini adalah Terapi Gerak.
besarnya efek pengaruh variabel lain(13). Variabel terikat yang diteliti dalam penelitian
35
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
36
37
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel adalah sebagian dari populasi, karena
ia merupakan bagian dari populasi tentulah memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh
pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan
teknik total sampling karena pengambilan sampel sama dengan populasi(13). Sampel
yang digunakan adalah pasien yang mengalami skizofrenia sebanyak 29 subjek di Panti
4.4 Instrument
Instrument didefinisikan sebagai alat pengumpulan data yang telah baku atau
yang telah memiliki standart validitas dan realiabailitas(14). Instrument yang digunakan
untuk pengumpulan data dalam penenelitian ini yaitu kuesioner. Kuesioner merupakan
bentuk suatu bentuk instrument pengumpul data yang sangan fleksibel, terperinci,
lengkap, dan relatife mudah digunakan(14). Jenis kuesioner yang akan digunakan oleh
peneliti adalah kuesioner tertutup yang berupa daftar ceklis. Kuesioner yang berupa
daftar cek list, artinya jawaban telah disediakan responden tinggal membutuhkan tanda
cek list pada kolom yang sesuai(14). Alasan menggunakan kuesioner karena dapat
bahan informasi yang digunakan peneliti, misalnya data sekunder. Isi kuesioner yang
38
digunakan dalam penelitian terdapat pada lampiran. Terdapat kisi-kisi kuesioner dan
Secara umum sifat data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dan subyek
penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung
pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari(14). Data sekunder atau data tangan
kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh
peneliti dari subyek penelitiannya.” Data primer diambil dari Studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti pada bulan Desember 2018 di Panti Gramesia Kedawung Kota
Cirebon.
Adapun cara pengumpulan data dari sample yang dipilih sebanyak 29 orang
untuk melakukan terapi gerak pada pasien skizofrenia kurang lebih 20-45
menit.
6. Kaji pada pertemuan hari pertama sebagai pretest, dan pertemuan berikutnya
sebagai posttest.
Pertemuan hari kedua, ketiga dan ke empat dilakukanya intervensi terapi gerak.
Setelah tahap pelaksanaan selesai, kita sudah punya data-data yang perlu
diubah, pengolahan data dilakukan pada tahap ini, yaitu tahap dokumentasi. Tahap
1. Editing
Pada tahap ini, hasil kuesioner/angket yang diperoleh diedit terlebih dahulu.
Pengecekan ulang jika masih ada data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak
out).
40
2. Coding
Pada tahap ini penulis akan memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data, yakni
merubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan,
3. Tabulasi
Pada tahap tabulasi ini menyajikan data, terutama pengolahan data yang bersifat
kuantitatif maupun data yang bersifat kualitatif. Menurut Sugiono (2012 : 146)
mengatakan bahwa “Tabulasi adalah proses pembuatan tabel induk yang memuat
mudah untuk dianalisis lebih lanjut.” Pada penelitian ini proses tabulasi data (data
4. Pengolahan Data
Sugiono (2012) mengatakan bahwa “Secara umum proses pengolahan data melalui
variabel. Analisis univariat, yang dilakukan terhadap tiap variabel dan hasil
presentase dari tiap variabel(13). Pada penelitian ini melakukan analisis untuk
∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖
𝑀𝑒 =
∑ 𝑓𝑖
Keterangan :
fixi = Produk perkalian antara fi pad tiap interval data dengan tanda kelas
(xi) . tanda kelas (xi) adalah rata-rata dari nilai teredah dan tertinggi setiap
interval data.
1
𝑛−𝐹
2
Md = b + p[
𝑓
]
Keterangan :
Md = Median.
42
𝑥
P = X 100%
𝑦
Keterangan :
P = Persentase (14).
berhubungan satu sama lain, dapat dalam kedudukan yang sejajar (pada
Keterangan :
𝐷 = ∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
𝑖=1
Keterangan :
𝑇1 − 𝑑𝑛
𝐺 = 𝑏𝑛 + 𝑐𝑛 + ( )
1 − 𝑇3
Keterangan :
Setelah dilakukan uji normalitas dengan menggunakan Shapiro wilk, jika data
𝑥2 −𝑥2
T=
𝑠2 𝑠2 𝑠 𝑠
√1 2 +2𝑟−( 1 )( 2 )
𝑥1 𝑥2 √ 1 √𝑛2
𝑛
Keterangan :
X1 = Rata-rata sampel 1
Jika uji normalitas menggunakan uji Shapiro wilk terdistribusi tidak normal,
𝑇−𝜇𝑇
Z= 𝜎𝑇
Keterangan :
𝑛(𝑛+1)
𝜇 𝑇 = Mean ( nilai rata-rat ) = 4
𝑛(𝑛+1)(2𝑛+1_
𝜎𝑇 = Simpangan baku =√ 24
𝛼 = Probabilitas untuk memperoleh tanda (+) dan (-) = 0,05 karena nilai
krisis 5%
hipotesis apabila p-value >0,05 berarti tidak adanya pengaruh atau tidak
1. Jika nilai p-value > nilai 𝛼 maka Ho diterima , yang berarti variabel
2. Jika nilai p-value < nilai 𝛼 maka Ho di tolak , yang berarti variable
Penelitian ini akan berlangsung pada bulan Januari – Februari Tahun 2019.
Dengan ketentuan latihan dilakukan selama 3 kali dalam seminggu selama 3 minggu
1. Nonmaleficience
2. Beneficence
3. Autonomy
47
penjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan waktu penelitian. Selama tidak ada
informed concent.
4. Anonymity
menerus. Partisipan memiliki hak bahwa segala informasi dan data mereka akan
5. Justice
6. Informed Consent
48