Anda di halaman 1dari 8

Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah 10 MWe di Kota Medan ditinjau

dari Aspek Teknis, Ekonomi dan Lingkungan


Kukuh Siwi Kuncoro
Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya 60111

Abstrak- Pembanguan pembangkit listrik tenaga Pengelolaan tempat pembuangan sampah


sampah (PLTSa) merupakan solusi kebutuhan akhir (TPA) dikota Medan mengunakan sistem open
energi baru terbarukan (EBT) untuk damping, dimana sampah dibuang dan ditimbun
meningkatkan kebutuhan energi serta membantu sedemikian rupa sehingga timbunan semakin hari
mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. semakin tidak terkendali. Sistem pengelolaan open
Dengan adanya pembangunan PLTSa Kota damping kurang tepat dan tidak ramah lingkungan
Medan 10 MWe diproyeksikan dapat memenuhi serta tidak diterapkannya pendekatan reduce, reuse
kebutuhan energi listrik di Kota Medan dan recycle(3R) yang sebenarnya dapat mengurangi
khususnya dan Provinsi Sumatera Utara dampak yang timbulkan dari sampah, tentu ini juga
umumnya serta meningkatkan ketersediaan menjadi persoalan karena tidak berpihak pada
energi listrik energi terbarukan di Provinsi lingkungan, sehingga berpotensi besar dalam
Sumatera Utara. PLTSa landfill gas merupakan pencemaran lingkungan baik air, tanah, udara
Pembangkit tenaga listrik yang berwawasan maupun kondisi kesehatan masyarakat sekitar.
lingkungan yang dapat membantu pemerintah Kota medan memiliki luas 265,1 km2 dengan
Kota Medan dalam menangani permasalahan jumlah penduduk mencapai 2.125.591 jiwa dengan
sampah perkotaan yang terjadi selama ini. kepadatan penduduk mencapai 7.929,5 km2 sehingga
Kata Kunci : PLTSa, EBT, Kota Medan, Sampah setiap harinya mampu memproduksi sampah hingga
perkotaan. 6806,0 m3/hari setara dengan 1701,0 ton/hari.
Dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada maka
I. PENDAHULUAN Kota Medan sangat potensial dalam pengembangan
Dengan disahkannya Undang-undang Nomor pembangkit listrik tenaga sampah dan volume
30 Tahun 2007 tentang Energi dan sebagaimana sampah diperkirakan akan terus meningkat dari tahun
tertuang dalam peraturan presiden (perpres) nomor 5 ke tahun, maka dari itu untuk mengantisipasi adanya
Tahun 2006 yang mengamanatkan menteri energi dan peningkatan penimbunan sampah perlu dilakukan
sumber daya mineral (ESDM) menetapkan blueprint penekanan terhadap peningkatan volume sampah
dalam pengelolaan energi nasional, maka blueprint dengan mengolah sampah menjadikan energi listrik
ini akan menjadi salah satu acuan pengembangan yang ramah lingkungan. Jika sampah tersebut diolah
energi nasional kedepan, serta menargetkan bahwa menjadi sember energi alternatif tentunya akan sangat
pada tahun 2025 tercapai elastisitas energi kurang bermanfaat baik dalam penyediaan kebutuhan energi
dari satu dan energi mix primer yang optimal dengan listrik di kota medan maupun menambah pasokan
memberikan peranan yang lebih besar terhadap cadangan energi listrik di sumatera utara.
sumber energi alternatif untuk mengurangi Dalam hal penyediaan kebutuhan energi listrik
ketergantungan pada minyak bumi. tentunya akan sangat membantu mengingat
Pemanfaatan sampah perkotaan merupakan kebutuhan beban provinsi Sumatera Utara yang terus
salah satu dari prioritas nasional bidang energi baru meningkat tanpa diikuti peningkatan pembangkit
dan terbarukan yang tertuang dalam agenda riset tenaga listrik dan diperkirakan jumlah pertumbuhan
nasional 2010-2014, hal ini yang juga listrik setiap tahunnya mencapai 4 %. Disisi lain
melatarbelakangi untuk menjadikan sampah sebagai manfaat yang dapat dirasakan dengan adanya
objek penelitian dalam konversi energi listrik. pemanfaatan sampah sebagai energi alternatif adalah
Sampah selalu menjadi permasalahan kota-kota besar kondisi lingkungan yang semakin baik, sebab kadar
di Indonesia tak terkecuali Kota Medan. Volume gas metana(CH4) yang terbuang ke udara akan
sampah yang kian meningkat namun tempat dimanfaatkan melalui proses skema pembentukan
pembuangan sampah akhir (TPA) yang terbatas energi listrik. mengingat bahwa gas ini sangat
tentunya menjadi suatu persoalan jika tidak ditangani berbahaya bagi lingkungan karena resiko yang
dengan seksama. ditimbulkan terhadap kerusakan ozon 21 kali lebih
berbahaya jika dibandingkan dengan gas Proses konversi tenaga listrik dengan cara mekanisme
karbondioksida(CO2) sehingga berpotensi dapat biologis terbagi atas dua metode pembangkitan yaitu
meningkatkan kadar emisi rumah kaca yang dengan cara Anaerobik digestion dan landfill
berkontribusi besar terhadap pemanasan global. gasification.
Selama ini sebagian besar masyarakat masih
memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak 2.3 Metode Peramalan Beban
berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu 2.3.1 Model Peramalan dengan DKL 3.01
dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola Model yang digunakan dalam metode DKL
sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir 3.01 untuk menyusun perkiraan adalah model
(end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, sektoral. Perkiraan kebutuhan tenaga listrik model
dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. sektoral digunakan untuk menyusun perkiraan
Padahal, timbunan sampah dengan volume yang kebutuhan tenaga listrik pada tingkat
besar berpotensi menghasilkan nilai ekonomi yang wilayah/distribusi. Metodologi yang digunakan pada
tinggi baik dari hasil penjualan energi listrik maupun model sektoral adalah metode gabungan antara
penjualan karbon yang berdasarkan protokol kyoto, kecenderungan, ekonometri dan analitis.
meskipun awalnya membutuhkan biaya investasi
yang besar untuk pembangunan infrastruktur namun 2.3.2 Peramalan Beban Puncak
sangat menguntungkan untuk dimasa mendatang. Beban puncak merupakan salah satu ukuran
besarnya konsumsi energi listrik, sehingga dengan
II. LANDASAN TEORI diketahui besar beban puncak, maka akan dapat
2.1 Pengertian Sampah diperhitungkan produksi atau kapasitas terpasang
Sampah merupakan suatu bahan yang yang harus tersedia. Perkiraan beban puncak
terbuang atau di buang dari suatu sumber hasil ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai
aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang berikut :
tidak mempunyai nilai ekonomi. Dalam Undang- EPT
Undang No.18 tentang Pengelolaan Sampah t
PeakLoad ( MW ) =   
dinyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan 8.76 × LF
sehari-hari manusia dan atau dari proses alam yang t
berbentuk padat. III. KONDISI KETENAGALISTRIKAN
Permasalahan sampah merupakan 3.1 Kapasitas Pembangkit
permasalahan yang krusial bahkan sampah dapat KapasitasPembangkit yang terpasang saat ini
dikatakan sebagai masalah kultural karena berdampak di Provinsi Sumatera Utara mencapai 1520,3 MW
pada sisi kehidupan terutama dikota-kota besar dengan kemampuan suplai daya sebesar 1.212 MW.
seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makasar, Medan Tabel 3.1
dan kota besar lainnya. Sampah akan terus ada dan Pembangkit di Sumatera Utara
Kapasitas Daya
tidak akan berhenti diproduksi oleh kehidupan Pembangkit Pemilik Daya Mampu
manusia, jumlahnya akan berbanding lurus dengan (MW) (MW)
jumlah penduduk, bisa dibayangkan banyaknya PLTU Belawan KIT SBU 260 198
sampah-sampah dikota besar yang berpenduduk PLTGU Belawan KIT SBU 817.9 741
padat. Permasalahan ini akan timbul ketika sampah PLTG Paya Pasir KIT SBU 111.9 47
PLTG Glugur KIT SBU 44.5 11
menumpuk dan tidak dapat dikelola dengan baik PLTD TitiKuning KIT SBU 24.8 14
sehingga dapat menimbulkan dampak yang luas baik PLTP Sibayak Dizamatra 13 10
sosial masyarakat, kesehatan manupun lingkungan PLTA Sipansihaporas KIT SBU 50 17
PLTA Renun KIT SBU 82 82
2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) PLTA Asahan INALUM 2 2
PLTA Asahan INALUM 90 90
PLTSa disebut juga sebagai pembangkit listrik
PLTMH Tersebar KIT SBU 7.5 5.99
tenaga sampah merupakan pembangkit yang dapat PLTMH Simonggo MPM 7,5 -
membangkitkan tenaga listrik dengan memanfaatkan PLTMH Parluasan INPOLA 4,2 -
sampah sebagai bahan utamanya, baik dengan PLTMH Hutaraja HUMBAHA 5 -
memanfaatkan sampah organik maupun anorganik. Total 1520,3 1212
Mekanisme pembangkitan dapat dilakukan dengan
metode secara pembakaran/thermal dan secara 3.2Konsumsi Energi
biologis. Proses konversi melalui metode thermal Peningkatan konsumsi energi di provinsi
dapat dicapai melalui beberapa cara pembangkitan, Sumatera Utara setiap tahunnya menunjukkan bahwa
yaitu dengan metode pirolisis, combustion, Plasma kebutuhan beban yang terjadi cenderung meningkat
Arc Gasification, thermal gasifikasi. Sedangkan seiring dengan peningkatan perkonomian Sumatera
Utara. Kelompok pelanggan yang paling banyak Tabel 3.4
menggunakan energi listrik adalah sektor rumah Rasio elektrifikasi
tangga yang mencapai 2.458,12 GWh yang kemudian Rasio
diikuti oleh sektor industri yang mencapai 1.902,33 No Kabupaten/Kota Elektrrifikasi
(%)
GWh, sektor bisnis 895,21 GWh dan sektor publik 1 Nias 60,85
502,17 GWh dengan total konsumsi energi 2 Mandailing Natal 63,38
keseluruhan mencapai 5757,83 GWh 3 Tapanuli Selatan 67
4 Tapanuli Tengah 63,57
3.4 Kondisi Kelistrikan Kota Medan 5 Tapanuli Utara 66,75
6 Toba Samosir 62,90
Sebagai pusat pemerintahan yang ada di 7 Labuhan batu 64,51
provinsi Sumatera Utara, Kota Medan membutuhkan 8 Labuhan Batu Utara -
suplai energi listrik yang setiap tahunnya terus 9 Labuhan Batu Selatan -
bertambah. Hal ini disebabkan karna pertumbuhan 10 Asahan 65,27
ekonomi yang didorong oleh bertambahnya jumlah 11 Simalungun 65,6
12 Dairi 65,22
penduduk yang mengakibatkan permintaan terhadap
13 Karo 61,72
pemasangan listrik terus bertambah. 14 Deli Serdang 81,28
Tabel 3.2 15 Langkat 66,59
Banyaknya pelanggan listrik cabang Medan 16 Nias Selatan 59,06
Tahun Uraian 17 Humbang Hasundutan 66,92
Rumah Bisnis Industry Publik total 18 Pakpak Bharat 56,22
tangga 19 Samosir 62,95
2005 371.886 29.153 1.506 9.751 412.296 20 Serdang bedagai 71
2006 385.775 30.264 1.507 10.156 427.702 21 Batu bara 62,59
2007 418.504 31.315 1.551 11.218 462.371 22 Padang lawas Utara -
2008 432.858 32.462 1.546 11.351 478.217 23 Padang Lawas -
2009 448.380 33.755 1.550 12.108 495.793 24 Sibolga 100
(Sumber :PT.PLN(Persero) Cabang Medan) 25 Tanjung Balai 99,71
26 Pematang Siantar 100
27 Tebing Tinggi 100
3.4.1 Daya Tersambung 28 Medan 100
Daya yang tersambung pada beban di kota 29 Binjai 100
medan terus meningkat dari tahun ke tahun, ini 30 Padang Sidempuan 99,75
merupakan indikasi kebutuhan listrik di Kota Medan
semakin tinggi. Berikut adalah data yang menyajikan 3.4.4 Konsumsi Energi Listrik Kota Medan
daya tersambung (MVA) terhadap jumlah pelanggan Penjualan energi listrik terus meningkat
dari tahun 2003-2009 hingga tahun 2009 mencapai 2.727,6 GWh di kota
Medan. Jika dibandingkan dengan tahun 2008
Tabel 3.3 sebesar 2.637,32 GWh terjadi peningkatan konsumsi
Daya Tersambung(MVA) listrik cabang Medan energi listrik sebesar 9,67%
Jumlah Daya Tabel 3.5
Tahun Pelanggan Tersambung
(MVA)
Konsumsi Energi Listrik (MWh) per sektor
Uraian
2003 383.147 892,91
Tahun Rumah Bisnis Industri Publik Total
2004 395.380 996,34
tangga
2005 412.296 1.012,28
(MWh) (MWh) (MWh) (MWh) (MWh)
2006 427.702 1.077,41
2003 592.510 336.275 804.810 132.443 1.866.038
2007 462.371 1.132,56
2004 624.673 385.447 854.773 170.865 2.035.758
2008 478.217 1.187,62
2005 659.089 431.325 865.315 175.968 2.133.122
2009 495.793 1.244.58
2006 687.284 470.651 924.988 201.921 2.284.845
(Sumber :PT.PLN(Persero) Cabang Medan) 2007 706.351 468.185 997.197 209.960 2.381.693
2008 793.851 577.517 1.037.489 228.454 2.637.320
3.4.3 Rasio Elektrifikasi 2009 805.286 594.275 1.097.129 248.931 2.727.622
Berikut adalah data yang menyajikan rasio (Sumber :PT.PLN(Persero) Cabang Medan)
elektrifikasi Kabupaten/kota di Sumatera Utara
IV. ANALISA PEMBANGUNAN PLTSa KOTA
MEDAN 10 MWe
Pemanfaatan Biomassa sebagai energi
alternatif masih terlalu rendah padahal potensi yang
ada sangatlah melimpah dimana hanya 3,25% atau
1.618,4M
MW yang dim manfaatkan dari
d total sum
mber Tabeel 4.3
energi yaang sebesar 499.810 MW. Kandungann gas landfill
U
Uraian Volum
me gas
Tabel 4.1
Potensi Energi Kandungan Gas
G Landfill 1425 m3/kg
0,0765- 0,1
Kandungan Gas
G Metana(CH4) 3 m3 CH4/kg
0,038 -0,073
(50%) 38 – 73 m3 CH4/ton

4.3.2 Potensi Daya pembaangkitan PLT TSa


Jumlah potensi daya yang mampuu dibangkitkann
dari kandunggan energi yyang tersedia dari sampahh
organik Kota Medan adalahh:

Tabeel 4.4
Poteensi Energi Saampah Kota Medan
M
Uraian Keterangan
Berat sampah orrganik Kota Meddan 1190,7 toon/ hari
Potensi Energi listrik
l 1.597,9 – 3.069,6 GJ/hari
Daya Tersedia /Demand
/ 18.5-35.55 MW
4.1 Pootensi Biomasssa di Kota Medan
M
Daya yang dapaat dibangkitkan /ssupply 5,5 - 10,665 MW
Biomassa merupaakan salah sattu energi alterrnatif Produksi Energii Listrik per hari 217, 26 MWh
M
yang terddapat di kota m
medan, potenssi energi ini saangat Produksi energii listrik per tahun 72.420 MWh/y
M
melimpahh dan selama ini belum dim manfaatkan seecara
maksimaal. Pemanfaataan sampah koota sebagai ennergi Dengaan didirikannyya PLTSa di Kota Medann
baru terbbarukan yangg ada di Koota Medan saangat maka pasokaan energi denngan memanffaatkan energii
melimpahh, tentu ini akan menjaadi potensi untuk u terbarukan dapat
d terus bbertambah dissisi lain jugaa
mengembbangkan PLT T Sampah (PL LTSa). Mengiingat sangat membbantu dalam peemenuhan kebbutuhan listrikk
sumber daya
d energi yaang memadai. Dengan demiikian dikota Medann.
maka pem mbanguan PL LTSa potensiaal untuk didirrikan
di Kota Medan.
M Berikuut adalah dataa yang menyajjikan 4.4 Analisaa Konsumsi Energi
E Listrik
k Kota Medan
n
potensi sampah
s di Koota Medan beeserta karakterristik 4.4.1 peramaalan dengan M
Metode DKLL 3.01
sampahnyya hingga tahhun 2025.
Tabel 4.2 Tabeel 4.5
Estimasi ennergi konsumsi tootal di kota Medan per sektor
Estimassi sampah kotaa Medan dan Karakteristiknnya pelanggan tahhun 2010- 2025
Volumee Berat Berrat
Sampahh sampah samppah Organik Anorganik Organik Anorganik sekktor Sektor Sektor Sekttor
Tahun  (m3/hari) (ton/hari) (ton/taahun) (ton/hari) (toon/hari) (ton/tahun) (ton/tahun) Tahun Rum mah Komesial// Industri Pubblik Total
2010  6873 1718 627.0063 1202,6 5515,4 438.944 188.119   Tanngga Bisnis
2011  6940 1735 633.148 1214,5 5
520,5 443.203 189.944 (MW Wh) (MWh) (MWh) (MW Wh) (MWh)
2012  7006 1752 639.2233 1226,4 5
525,6 447.463 191.769
2013  7073 1768 645.3318 1237,6 5
530,4 451.723 193.595 2010 8122.301 611.519 1.159.998 271.2
243 2.855.061
2014  7140 1785 651.4402 1249,5 5
535,5 455.981 195.421 2011 8200.206 629.264 1.226.471 295.5
556 2.971.497
2015  7207 1807 657.4487 1264,9 5
542,1 460.241 197.246 2012 828.489 647.523 1.296.752 322.0
047 3.094.811
2016  7274 1818 663.5572 1272,6 5
545,4 464.500 199.072 2013 8366.841 666.313 1.371.061 350.9
913 3.225.128
2017  7341 1835 669.6657 1284,5 5
550,5 468.759 200.897 2014 845.295 685.648 1.449.629 382.3
367 3.362.939
2018  7408 1852 675.7741 1296,4 5
555,6 473.019 202.722 2015 853.832 705.543 1.532.698 416.6
639 3.508.712
2019  7475 1868 681.8826 1307,6 5
560,4 477.278 204.548 2016 8622.456 726.016 1.620.528 453.9
984 3.662.984
2020  7542 1885 687.9911 1319,5 5
565,5 481.538 206.373 2017 871.167 747.083 1.713.391 494.6
676 3.826.317
2021  7609 1902 693.9996 1331,4 5
570,6 485.797 208.199 2018 8799.967 768.762 1.811.575 539.0
015 3.999.319
2022  7675 1919 700.0080 1343,3 5
575,7 490.056 210.024 2019 8900.344 791.069 1.915.385 587.3
329 4.184.127
2023  7742 1935 706.165 1354,5 5
580,5 494.315 211.849 2020 897.834 814.024 2.025.144 639.9
973 4.376.975
2024  7809 1952 712.2250 1366,4 5
585,6 498.575 213.675 2021 9066.902 837.644 2.141.193 697.3
335 4.583.074
2025  7876 1969 718.3335 1378,3 5
590,7 502.835 215.501 2022 9166.062 861.951 2.263.892 7598839 4.801.744
2023 925.314 886.962 2.393.622 827.9
946 5.033.844
4.2 Anaalisa Potensi Energi Samp pah Kota Med dan 2024 9344.660 912.699 2.530.786 902.157 5.280.302
2025 9444.099 939.184 2.675.811 983.0
020 5.542.114
Kandungan gas metanna (CH4) yang
dihasilkaan melalui mekanisme
m pen ngelolaan sam mpah
organik dengan
d sistem landfill gasiffication adalahh : 4.4.2 Peram malan Pertum
mbuhan Bebaan Puncak
Setelaah didapatkaan hasil dari analisaa
pertumbuhann kebutuhan ennergi listrik di Kota Medann
dengan menggunakan metoda DKL 3.01 maka menjaga keandaalan suplai dari permintaan
besarnya pertumbuhan beban puncak di Kota Medan pelanggan. Namun pada tahun 2022 Kota medan
dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut: mengalami defisit energi sehingga perlu ada
penambahan kapasitas pembangkit. Dengan adanya
Tabel 4.6
Pertumbuhan Energi Terjual (GWH), Energi Produksi (GWH),
pembangunan PLTSa terjadi peningkatan besar
dan Beban Puncak (MW) Kota MedanTahun 2010 - 2025 kapasitas daya pembangkit sebesar 0,79% di Kota
Medan.
Konsumsi
Load Energi Peak
Tahun Energi Factor Produksi Load 4.5 Perencanaan Pembangkitan PLTSa
Perencanaan pembangunan pembangkit listrik
t ETt LFt EPTt PLt
2010 2.855.061 0.59 3.232.632 625.5
tenaga sampah (PLTSa) dengan kapasitas
2011 2.971.497 0,568 3364466,7 675,4 pembangkit 10 MW di Kota Medan akan
2012 3.094.811 0,570 3504088,5 701,5 menggunakan teknologi landfill gas, dimana ada
2013 3.225.128 0,571 3651639,5 729,1 pemanfaatan gas metana (CH4) yang diperoleh dari
2014 3.362.939 0,573 3807675,5 758,3 hasil dekomposisi sampah organik pada landfill area
2015 3.508.712 0,574 3972726,4 789,2 yang telah disediakan. Teknologi ini merupakan
2016 3.662.984 0,576 4147400,4 821,9 teknologi secara biologis dan tidak menggunakan
2017 3.826.317 0,577 4332333,6 856,5
mekanisme pembakaran.
2018 3.999.319 0,578 4528214,4 893,1
2019 4.184.127 0,580 4737462,6 932,3
Teknologi landill gas untuk pembangkitan
2020 4.376.975 0,581 4955814,1 973,1 tenaga listrik merupakan teknologi yang berwawasan
2021 4.583.074 0,582 5189168,9 1016,8 lingkungan dan dapat memperbaiki struktur dan
2022 4.801.744 0,583 5436757,2 1063,1 mereklamasi lahan TPA yang telah digunakan.
2023 5.033.844 0,584 5699551,6 1112,3 Selama ini pemanfaatan TPA di Kota Medan
2024 5.280.302 0,586 5978602,8 1164,6 dioperasikan secara terbuka/open dumping sehingga
2025 5.542.114 0,587 6275038,5 1220,1 kerusakan lingkungan yang ditimbulkan terus terjadi
dan terus menigkatkan faktor emisi dilingkungan
4.4.3 Proyeksi Neraca Daya di Kota Medan TPA bahkan Kota Medan baik dari penumpukan
Dengan rencana beroperasinya PLTSa 10 MW sampah hingga menghasilkan gas berbahaya dan
di Kota Medan maka akan mempengaruhi neraca beracun serta pembakaran sampah yang tidak
daya yang ada di Kota Medan. Rencana beroperasi terkendali yang terus memproduksi gas karbon
PLTSa ditargetkan Tahun 2014 sehingga suplai daya dioksida (CO2).
dapat dimasukkan ke jaringan PLN. Berikut adalah Dari pemanfaatan lahan TPA ini akan
proyeksi neraca daya Kota Medan tahun2010-2025 direncanakan pembanguan PLTSa, dimana terdapat
Tabel 4.7 lahan seluas 137.563 m2 yang terletak di kelurahan
Proyeksi Neraca Daya Kota Medan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Lokasi ini
Daya Daya Beban berjarak 500 m dari pemukiman serta 14 Km dari
Tahun Terpasang Mampu Puncak
(MW) (MW) (MW)
Keterangan pusat kota Medan, topografi lahan relatif datar.
2010 1257.4 1011 625.5 385.5
2011 1257.4 1011 675,4 335.6
2012 1257.4 1011 701,5 309.5
2013 1257.4 1011 729,1 281,9
2014 1267.4 1021 758,3 262,7
2015 1267.4 1021 789,2 231,8
2016 1267.4 1021 821,9 199,1 Unit pengolahan 
lindi ( WTP) 
2017 1267.4 1021 856,5 164,5
2018 1267.4 1021 893,1 127,9
2019 1267.4 1021 932,3 88,7
2020 1267.4 1021 973,1 47,9
2021 1267.4 1021 1016,8 4,2
2022 1267.4 1021 1063,1 -42,1
2023 1267.4 1021 1112,3 -91,3 0.4/20 kV  Gas Flare 
2024 1267.4 1021 1164,6 -143,6
2025 1267.4 1021 1220,1 -199,1 10 x.1,063 MW

Ketika terjadi penambahan kapasitas 4.5 Analisa Ekonomi


pembangkit PLTSa pada tahun 2014, kondisi neraca 4.6.1 Analisa Biaya Pembangkitan PLTSa
daya dalam keadaan baik karena kapasitas Untuk menentukan biaya pembangkitan PLTSa di
pembangkit yang menyupai Kota Medan masih dapat Kota Medan, ada beberapa parameter yang harus
diperhitungkan. Parameter-parameter tersebut adalah yang dibangun. Jika PLTSa beroperasi maka besar
biaya modal, biaya operasi dan maintenance (O&M), BPP akan menjadi Rp.657,5/ kWh. Dengan demikian
dan Biaya bahan bakar (Fuel cost). Selain parameter pengaruh pembangunan PLTSa dikota Medan adalah
diatas ada beberapa faktor yang mempengaruhi dapat menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP)
pengembalian modal besarnya suku bunga dan faktor listrik Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp.2,7/kWh
depresiasi. Besarnya suku bunga 6 %, 9 % dan 12%.
dan besarnya faktor depresiasi sebesar 4% dengan 4.7.1 Analisa Daya Beli Masyarakat Kota Medan
umur pembangkit 25 tahun. Nilai parameter- setelah PLTSa Beroperasi
parameter diatas ditunjukkan pada tabel 4.8 Kemampuan konsumsi masyarakat akan
energi listrik sangat menentukan seberapa besar harga
Tabel 4.8 jual listrik nantinya yang mampu dibayar. Untuk
Biaya Pembangunan PLTSa Kota Medan mengetahui seberapa besar daya beli energi listrik
Perhitungan
Suku Bunga masyarakat kota Medan digunakan data kelistrikan
6% 9% 12 % dan kependudukan kota Medan sebagai parameter.
Biaya Pembangkitan (US$ / kW) 3000 3000 3000 PDRB perkapita kota Medan
Umur Operasi (Tahun) 25 25 25
Kapasitas (MW) 10 10 10
Rp.31.026.833/tahun, 1 bulan Rp. 2.585.569/bulan
Biaya Bahan Bakar (US$ / kWh) 0,0010 0.0010 0.0010 Dalam rumah tangga ada terdapat 2 anggota
Biaya O & M (US$/ kWh) 0.0070 0.0070 0,0070 keluarga yang berpenghasilan. Maka:
Biaya Modal (US$ / kWh) 0.0436 0.0538 0.0646 Pendapatan tiap rumah tangga
Total Cost (US$/ kWh) 0,0516 0.0618 0.0726 2 x Rp.2.585.569 = Rp. 5.171.138
Pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi energi
4.6.2 Pendapatan per Tahun listrik = 5% x Rp. 5.171.138 = Rp. 258.557
Jumlah pendapatan per tahun/ Cash in Flow Dengan sambungan daya pelanggan 900 VA,
(CIF) dapat dihitung dari kWh output dan selisih faktor daya 0.85, faktor beban 75% maka didapat
Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dengan Biaya daya dalam watt
Pembangkitan atau dengan kata lain keuntungan P = 900 x 0.85 = 765 watt
penjualan (KP). Konsumsi listrik dalam 1 bulan didapat:
0.765 kW x 30 (hari) x 24 jam x faktor beban
Tabel 4.9 0.765 x 30 x 24 x 0.75 = 413.10 kWh/bulan.
Pendapatan berdasarkan tingkat suku bunga (Faktor beban 0.75)
Suku Bunga CIF Tabel 4.11
Rp/tahun TDL Provinsi Sumatera Utara
6% 78.685.824.000 Provinsi RT Bisnis Industri Sosial GKP PJU
(Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.)
9% 72.252.480.000 Sumatera 544.3 772.2 643.55 600.68 769.44 636.62
12% 65.440.704.000 Utara
Dengan TDL (tarif dasar listrik) rumah
4.6.3 Payback Periode tangga untuk provinsi Sumatera Utara sebesar
Payback periode adalah lama waktu yang Rp.544.3 maka didapat:
dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan 413,10 kWh/bulan x Rp.544.3/kWh
dapat kembali dengan utuh. = Rp. 224.850/bulan
Dengan ditambah biaya beban sebesar Rp.20.000,
Tabel 4.10 maka pengeluaran perbulan untuk pembayaran
Payback Periode tagihan listrik sebesar Rp. 244.850
Suku Bunga Payback Periode (PP) Daya beli masyarakat
6% 3,4 Tahun = (Rp.258.577/Rp.244.850) x Rp.544.3/kWh
9% 3,7 Tahun = Rp. 574,8/kWh
Dengan daya beli masyarakat sebesar Rp.
12 % 4,1 Tahun
574,8/kWh maka masih terdapat selisih dalam
penjualan listrik setelah pembangunan PLTSa,karena
4.7 Analisa sebelum dan sesudah PLTSa harga jual listrik setelah PLTSa didirikan adalah Rp.
beroperasi 657,5/kWh.
Jika dihitung biaya pokok penyediaan (BPP)
provinsi Sumatera Utara dengan perinciannya per 4.8 Upaya Pengurangan Emisi Gas rumah kaca
pembangkit maka dapat diperoleh besar biaya pokok Sisa dari sampah (organik) ditimbun dan
penyediaan sebesar Rp.660,2/kWh. BPP tersebut kemudian ditutup akan menimbulkan gas metana
belum termasuk dari pengaruh pengoperasian PLTSa (CH4) yang pada dasarnya merupakan gas rumah
kaca yang paling buruk. Kondisi ini jelas hidup komunitas masyarakat di sekitar pembangkit
memperburuk efek GRK karena potensi gas metana dapat lebih baik dan meningkat.
21 kali lipat dibandingkan CO2.
Berikut adalah kemungkinan penurunan emisi 4.10 Program Konservasi Energi Listrik
GRK yang dihasilkan dari PLTSa. Dengan pembangunan pembangkit listrik yang
1 MWh = 0.963 tCO2 memanfaatkan sumber energi sampah perkotaan yang
Produksi energi listrik PLTSa merupakan sumber energi non fosil dan dapat
10 MW x 0.85 x 24 h = 204 MWh diperbaharui, maka ketersediaan sumber energi lain
Potensi reduksi emisi terutama yang tidak dapat diperbaharui atau non fosil
204 MWh x 0.963 tCO2/MWh = 196,452 tCO2 seperti batu bara, gas alam dan minyak bumi akan
Dalam 1 tahun = 196,452 tCO2 x 365 /tahun tetap tersedia dan tidak cepat habis.
= 71.705 tCO2/tahun Sehingga dengan dibangunnnya PLTSa yang
Dalam 25 tahun = 71.705 tCO2 x 25 tahun memanfaatkan sumber energi lokal yang tersedia
= 1.792.625 tCO2 maka dapat mendukung adanya langkah konservasi
Maka dalam proyek pembangkitan PLTSa selama 25 energi. Dimana energi fosil yang ada bisa
Tahun dimungkinkan dapat mengurangi emisi gas dimanfaatkan untuk keperluan yang lain yang
rumah kaca sebesar 1.792.625 tCO2 sifatnya lebih penting dan lebih berguna buat
masyarakat.
4.9 Aspek Sosial
Beragam fenomena yang biasa muncul pada V. KESIMPULAN
rencana pembangunan PLTSa adalah penolakan 1. Perlu adanya pembangunan pembangkit baru
pembangunan PLTSa karena dianggap sebagai guna memenuhi kebutuhan listrik di di sumatera
pembangkit yang dapat merusak lingkungan, Utara dimasa mendatang, karena kondisi saat ini
pembangkit yang tidak bersih serta dapat memutus sumatera utara mengalami kekurangan pasokan
roda perekonomian masyarakat yang selama ini energi listrik, saat ini sumatera utara memiliki
menggantungkan hidupnya dari sampah yang ada di daya mampu sebesar 1212 MW dengan
TPA. Persoalan diatas muncul karena tidak ada kapasitas terpasang 1520,3 MW dan beban
komunikasi yang baik antara komunitas terhadap puncak mencapai 1262,2 MW. Untuk kebutuhan
masyarakat yang ada disekitar pembangkit. listrik di kota Medan mencapai 54,19% dari
Untuk mengatasi masalah tersebut maka total kebutuhan propinsi dengan pertumbuhan
diadakan Program Pembangunan Komunitas yang konsumsi energi mencapai 4,7 % setiap
tepat yang berdampak dan menguntungkan selain tahunnya.
lapangan pekerjaan adalah sebagai berikut: 2. Potensi biomassa dengan memanfaatkan sampah
a) Program Pembangunan Komunitas bagi kota sebagai sumber energi alternatif untuk
Pemulung: pembangkitan PLTSa sangat melimpah di Kota
1. Pendampingan Kelompok; Medan dan belum dimanfaatkan. Berdasarkan
2. Pengembangan SDM analisa diperoleh bahwa estimasi timbunan
3. Pelatihan pengelolaan sampah; sampah kota tahun 2009 mencapai 620.979
4. Sosialisasi Dampak Pencemaran Lingkungan; ton/tahun dengan komposisi sampah organik
5. Fasilitasi Pembangunan Sarana kebersihan mencapai 434.685 ton/tahun. Dan tahun 2025
6. Fasilitasi dengan layanan Pendidikan dan mencapai 718.335 ton/hari dengan sampah
Kesehatan. organik mencapai 502.835 ton/tahun dengan
b) Program Pembangunan Komunitas bagi rata-rata produksi sampah perhari mencapai
Masyarakat lokal dan tokoh masyarakat 1190 ton/hari sampah organik. Dan diperkirakan
1. Pembentukan Kelompok Sadar Lingkungan; mampu memproduksi listrik setiap tahunnya
2. Pemberian layanan pelatihan untuk peningkatan sebesar 72,42 GWh.
SDM 3. Dari aspek ekonomi pembanguan PLTSa
3. Sosialisasi Manfaat Sampah; menguntungkan Berdasarkan analisa biaya
4. Pelatihan Pengolahan Sampah yang tepat guna; investasi sebesar 3000 US$/kW dengan
5. Pendirian Sekolah kapasitas pembangkit 10 MW pada suku bunga
6. Pembentukan dan Pembangunan Fasilitas 6% biaya investasi akan kembali selama 3,4
Kesehatan tahun untuk suku bunga 9% selama 3,7 tahun
Dengan adanya program kemasyarakatan suku bunga 12% selama 4,1 tahun.Dengan rata-
diharapkan tercipta keseimbangan antara komunitas rata pendapatan mencapai 78,685 Milyar setiap
masyarakat terhadap adanya PLTSa sehingga kualitas tahunnya.
4. Pengaruh pembangunan PLTSa terhadap biaya [12] Energy information and data, pyromex waste to
pokok penyediaan (BPP) menunjukkan adanya energy
penurunan, dimana BPP provinsi sebelum [13] 2010, Data dan program dinas Kebersihan Kota
PLTSa beroperasi adalah Rp.660,2/kWh dan Medan 
setelah PLTSa beroperasi BPP Provinsi menjadi  
Rp.657,5/kWh namun tidak mempengaruhi  
kemampuan daya beli masyarakat Kota Medan. BIOGRAFI PENULIS
Kemampuan daya beli masyarakat sebesar
Rp.574,8/kWh. Kukuh Siwi Kuncoro, lahir di
5. Pada aspek sosial, masyarakat komunitas dapat Labuhan Batu, Sumatera Utara 29
terbantu dengan adanya PLTSa karena terjalin April 1987, menyelesaikan
hubungan sosial sehingga kondisi perekonomian pendidikan dasar pada tahun 1999 di
masyarakat dapat meningkat dengan adanya SDN 112184 Pematang Seleng,
kesempatan kerja yang diberikan dan dapat Kemudian melanjutkan di SLTPN 1
mendorong peningkatkan kualitas hidup yang Bilah Hulu selesai pada tahun 2002,
didukung dengan memberikan sarana selanjutnya diterima di SMAN 3
menunjang untuk pengembangan SDM seperti Rantau Utara selesai pada tahun 2005. Setelah lulus
pendidikan dan kesehatan. Sedangkan pada SMA penulis melanjutkan pendidikan di Universitas
aspek lingkungan terjadi perubahan kondisi Gadja Mada program D3 Teknik Elektro dan selesai pada
lingkungan yang lebih baik dengan adanya tahun 2008. Dan sekarang tercatat sebagai mahasiswa
pengoperasian PLTSa maka laju pertumbuhan Teknik Elektro, Teknik Sistem Tenaga, Institut
emisi gas rumah kaca sebesar 71.705 Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.
tCO2/tahun dapat ditekan sehingga tidak
mencemari udara disekitar.

Daftar Pustaka

[1] Djiteng Marsudi Ir, 2005, “Pembangkitan Energi


Listrik”, Erlangga, Jakarta.
[2] Lestari, Endang, dkk, 2009, Pemanfaatan gas
dari sampah untuk pembangkit energy listrik,
M&E Volume 7 no. 3 hal 21
[3] Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 07 tahun 2010, Tarif Tenaga
Listrik yang Disediakan Oleh PT. PLN
(PERSERO).
[4] PT. PLN (PERSERO), 2010, Rencana Umum
Pembangkitan Tenaga Listrik 2010 – 2019.
Jakarta
[5] Sejati, Kucoro, 2009, pengelolaan Sampah
Terpadu, Kanisius, Yogyakarta
[6] Sudrajat, R. , 2009, Mengelola Sampah Kota,
Penebar Swadaya, Jakarta
[7] Syariffuddin Mahmudsyah, 2008, Diktat Kuliah
Pembangkit Tenaga Listrik, Jurusan Teknik
Elektro FTI-ITS, Surabaya, 2008.
[8] Undang-undang Republik Indonesia nomor 18
tahun 2008, tentang peneglolaan sampah
[9] wintolo, Mahendro, 2007, Landfill Gas sebagai
Energi Altenatif, M&E volume 5 no.2 hal 85-92
[10] Badan Pusat Statistik, 2009, Medan dalam angka
2009
[11] Badan Pusat Statistik 2009, Sumatera Utara
Dalam Angka 2009

Anda mungkin juga menyukai