Anda di halaman 1dari 2

Pemuda Pancasila Bersinergi dengan Teknologi Untuk Merangkai Cita Indonesia Emas 2045

Abad 21 (Milenium) banyak hal yang tersaji dengan cepat dan lengkap dengan hitungan detik, tidak
perlu bersusah payah untuk mendapat apa yang terangan di benak karena apa yang diinginkan bisa
hadir dalam sekejap mata. Sejak orde baru runtuh dan beralih pada gelombang pemerintahan era
reformasi tahun 1999 semakin gencar teknologi milik asing masuk dan membanjiri pasar lokal,
lonjakan arus teknologi dan informasi ini menyebabkan culture shock pada bangsa Indonesia
khususnya generasi muda. Pola hidup konsumtif mulai menjamur pada perilaku bangsa yang dulu
begitu pekat rasa nasionalisnya, mental peniru, penjiplak, pembuat onar mengakar pada generasi muda
karena karakter pancasilaisnya yang tak lagi mengakar dan menguap dengan mudahnya. Bangsa ini kini
hidup dengan banyak masalah, mulai dari krisis rasa nasionalisme, intoleran bahkan hal yang berkaitan
dengan kesejahteraan bangsa seperti kemiskinan, tingginya kasus korupsi dan masih banyak hal lainnya.
Begitu padat fakta dilingkungan masyarakat yang menyayat hati leluhur bangsa ini, bila dirangkum
seluruh permasalahan tersebut dalam sebuah buku dan diberi judul “Teriakan Tanah Pusaka”, dan
diserahkan pada para veteran yang masih menjadi saksi kunci betapa peliknya masalah yang harus
mereka hadapi dahulu untuk sekedar meneriakkan kata merdeka ditanah sendiri, tidak habis pikir,
kecewa dan marah campur aduk tidak menentu melihat anak cucunya mudah tertipu oleh ilusi
ciptaan penjajah untuk merenggut tanah ini kembali. Bung Karno mengatakan, “Suatu bangsa
apabila kehilangan jati dirinya, maka bangsa tersebut tidak akan mampu bertahan hidup,
bahkan akan punah”. Hal ini perlu diperbaiki jangan sekedar menjadi tontonan bagi yang muda
dan masih produktif, jangan berpangku tangan tapi gunakanlah tangan itu untuk kembali
mewujudkan amanah leluhur bangsa ini.

Tanah kaya, tanah pusaka semua sudah tersedia oleh alam tapi mengapa masih saja kekayaan
tanah ini tak bisa tergambar pada tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia?, miris memang
terlalu menggadang – gadang kekayaan sendiri yang bahkan tak pernah digenggam utuh. Masih
terjajah dan meraup sisa – sisa dari olahan bangsa lain di tanah ini. Sejatinya generasi emas
Indonesia mampu untuk meneruskan cita – cita bangsa ini menjadi kenyataan dengan lebih
menanamkan karakter pancasilaisnya pada sanubari dan terus bersinergi dengan ilmu
pengetahuan serta teknologi termapan kini. Ide – ide anak bangsa yang terdengar gila bukan
sesuatu yang patut ditertawakan namun harus dihargai, di apresiasi dan terus didorong dengan
menanam kepercayaan pada stake holder negeri ini. Bekal karakter pemuda yang pancasilais
sudah cukup untuk membimbing mereka mengembangkan negeri ini sesuai amanah founding
father Indonesia. Karakter pemuda yang dilandasi dengan keimanan yang baik, memiliki rasa
menjunjung kemanusiaan yang tinggi demi memperkuat nilai – nilai integrasi bangsa, generasi
dengan jiwa kepemimpinan yang mumpuni serta karakter yang menjunjung keadilan sosial.
Pastilah mampu untuk mengawal perubahan yang pas untuk negeri ini.
Landasan moral dengan dasar falsafah bangsa yaitu pancasila telah menjadi bekal dasar untuk
mengawal negeri kemudian perlu ada langkah selanjutnya untuk mewujudkan perubahan bagi
negeri, yakni sinergi antara pemuda pancasilais dengan teknologi mapan terkini. Alas an yang
mendasari mengapa pemuda pancasilais harus mampu bersinergi dengan teknologi adalah
perubahan, mengamati perkembangan negara – negara besar didunia seperti eropa, amerika
dsb. Begitu gencar menggelontorkan dana hanya untuk memutakhirkan teknologi yang mereka
miliki demi perbaikan negera mereka disamping mereka juga mengoptimalkan kulitas ilmu
pengetahuan sumber daya manusia mereka. Di lingkup asia ada cina, jepang, korea selatan dan
singapura yang begitu berjaya dengan perubahannya, maka hal yang patut dicontoh adalah
sinergitas negara maju tersebut dengan karakter pancasilais.

Saat ini generasi kita banyak yang mulai memanfaatkan adanya teknologi mumpuni untuk terus
mengembangkan kreatifitas, namun banyak pula generasi kita yang terlalu larut dalam euphoria
mereka saat berkreasi dengan teknologi,

Anda mungkin juga menyukai