Anda di halaman 1dari 4

Kebebasan berpendapat di indonesia

Di jaman sekarang ini, memang semua rakyat Indonesia berhak dan berkewenangan untuk
berpendapat. Hal ini juga sudah tertulis dalam UUD 19945 pasal 28E ayat (3) UUD 1945
yang menyatakan, “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat”.

Kemerdekaan mengemukakan pendapat merupakan sebagian dari hak asasi manusia. Oleh
sebab itu, dijamin oleh Deklarasi Universal Hak – Hak Asasi Manusia PBB, tegasnya dalam
pasal 19 dan 20 seperti tertulis berikut ini.

1. Pasal 19

“Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat, dalam hal ini
termasuk kebebasan mempunyai pendapat – pendapat dengan tidak mendapat gangguan dan
untuk mencari, menerima, dan menyampaikan keterangan – keterangan dan pendapat –
pendapat dengan cara apapun juga dan tidak memandang batas – batas”.

2. Pasal 20

Ayat 1: “Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berkumpul dan berpendapat.”

Ayat 2: “Tidak ada seorang juga pun dapat dipaksa memasuki salah satu perkumpulan.”

Seiring dengan perkembangan teknologi dan maraknya media sosial, makin luas pula
kebebasan berpendapat di dalam komunitas. Kita pun sebagai mahluk modern dengan mudah
menuangkan isi pikiran, pendapat, argumen kita di media sosial. Dan karena media sosial
sifatnya luas dan terbuka, pendapat kita tersebut dapat dilihat oleh masyarakat luas. Namun
karena itu, kadang apabila kita sedang merasa jengkel atau kecewa terhadap suatu pihak lalu
secara tidak sadar menuangkannya di dalam media sosial. Acap kali kita tidak menyadari
bahwa hal sekecil ini dapat membawa kita ke ranah hukum. Hal ini disebabkan karena
kebebasan kita berpendapat bukanlah bebas yang sebebas-bebasnya melainkan masih ada
batasan. Batasan yang dimaksud disini adalah batas yang terbentuk karena adanya hak orang
lain juga. Dimana kita sebagai mahluk sosial harus saling menghargai satu sama lain.

Dengan kata lain, kebebasan mengemukakan pendapat tersebut harus dilaksanakan secara
bertanggung jawab. Maknanya, dalam mengemukakan pendapat harus dilandasi akal sehat,
niat baik, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, pendapat
yang dikemukakan tersebut bukan saja bermanfaat bagi dirinya, melainkan juga bermanfaat
bagi orang lain, masyarakat atau bahkan bagi bangsa dan negara.

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1998 terdapat lima asas yang merupakan
landasan kebebasan bertanggung jawab dalam berpikir dan bertindak untuk menyampaikan
pendapat di muka umum. Kelima asas tersebut, yaitu

1. Asas Keseimbangan antara hak dan kewajiban,

2. Asas Musyawarah dan Mufakat,

3. Asas Kepastian hukum dan keadilan,


4. Asas Proporsionalitas, serta

5. Asas Mufakat.

Contoh kasus:

Alexander Aan adalah seorang PNS berusia 31 tahun yang bertugas di kantor BAPPEDA ,
Sumatera Barat. Alex adalah seorang warga negara Indonesia yang tidak percaya dengan
konsep Ketuhanan dan Agama yang diakui di Indonesia dan secara tegas Alex menyatakan
bahwa dirinya adalah seorang atheis .

Berawal dari bentuk penyampaian pemikiran dan pendapat pribadinya yang ditulis di status
facebooknya, yaitu :

“Kalau memang ada Tuhan, mengapa ada kejahatan, dan kemiskinan. Saya tak percaya surga
serta neraka. Oleh sebab itu, sudah merupakan premis saya Tuhan itu tidak ada, dan Nabi
Muhammad adalah seorang yang biadab”.

Pernyataan tersebut menjadi sorotan publik dan mengundang reaksi dari berbagai pihak,
yaitu pengguna akun facebook, masyarakat Minang, kaum ulama,kaum adat dan Aparat
kepolisian.Dan tulisan Alex tersebut menjadi polemik dan konflik, yang kemudian mendapat
tanggapan dan begitu banyak hujatan yang diberikan kepadanya yang semula belum
diketahui identitasnya.

Perdebatan di dunia maya tentang Tulisan Alex itu segera menyebar. Sejumlah orang
kemudian berusaha mencari siapa sebenarnya pemilik akun facebook tersebut. Kemudian
dilacak oleh masyarakat, dan akhirnya ditemukan yaitu seorang pegawai PNS yang bekerja di
Pemerintah Daerah, yang ketika ditemukan sedang membuka akun facebooknya dimana Alex
terbukti sedang membuat tulisan yaitu menghujat keberadaan Allah dengan menjadikan Al-
Quran dan kisah Para Nabi sebagai kajian tulisannya.

Akhirnya sekelompok pemuda yang geram membawa Alex mendatangi Kantor Bupati
Dharmasraya. Kemudian mereka terlibat perdebatan, dimana Alex bersikeras bahwa apa yang
dia sampaikan di akun facebooknya hanyalah merupakan pendapat pribadinya. Mendengar
pernyataan tersebut, entah siapa yang mengkomandoi, pemuda yang ada dalam ruangan
langsung memukul Alex sampai memar lantaran merasa kesal.

Dan MUI Sumatera Barat akhirnya melaporkan Alex kepada pihak kepolisian, Ketua Majelis
Ulama Indonesia cabang Sumatera Barat menjelaskan bahwa sikap anti Tuhan yang
disebarkan pemilik akun Facebook Alexander ini Bertentangan dengan semua agama.
Bahkan, keyakinan yang dipertahankan Alex tersebut dinilainya tidak cocok berkembang di
Indonesia. Hal tersebut dianggap bertentangan dengan Pancasila, karena tentunya paham
Atheis tidak dapat diterima di Indonesia. Beliau menyayangkan sikap Alexander yang
sebagai orang minang karena tentu saja ini membawa nama minang, yang menurutnya sendi
dasar agama sudah dirusak apalagi Alex telah menghina Allah, Nabi Muhammad, Al-Quran
didalam Agama Islam, dan itu tidak dapat ditolelir.

Kasus diatas menunjukan adanya sebuah pendapat yang kelihatannya sepele ternyata
membawa dampak besar karena meyinggung perasaan orang-orang disekitarnya dan
menyeretnya ke kasus hukum. Hal ini dapat dijadikan pelajaran untuk kita. Dimana kita
dalam menyampaikan pendapat walaupun bebas namun tetap teilitj dan bertanggung jawab.

Referensi:

http://yohanasetianingrum.blogspot.co.id/2012/03/kasus-kebebasan-berpendapat.html?m=1

http://m.kompasiana.com/ksatrya.s.p.f/pelanggaran-kebebasan-
berpendapat_54f5e088a33311356e8b45d3

http://m.kompasiana.com/erviliaagustine/hak-asasi-manusia-kebebasan-
berpendapat_54f98577a3331140548b4836

http://muhamadridwan125.blogspot.co.id/?m=1

http://www.deteksinusantara.com/2014/01/kebebasan-mengeluarkan-pendapat-
dijamin.html?m=1

http://jimlyschool.com/read/analisis/274/mengatur-kebebasan-berserikat-dalam-
undangundang/

kebebasan berpendapat di argentina ada pada mukadinah pasal 2 dan pasal 8

Pasal 2 -. Pemerintah Federal mendukung Katolik Apostolik Romawi agama.

Pasal 8 - Warga setiap provinsi berhak atas semua, hak hak,.dan kekebalan yang melekat
dalam kondisi warga di provinsi lain. Ekstradisi penjahat adalah kewajiban timbal balik di
antara semua provinsi.

Konstitusi menjamin kebebasan beragama. Meskipun tidak menegakkan baik keyakinan resmi
maupun negara, ia memberikan status istimewa kepada Gereja Katolik Roma.
Menurut jajak pendapat CONICET pada tahun 2008, pada saat pemungutan suara dilakukan oleh
orang-orang Argentina adalah 76,5% Katolik, 11,3% Agnostik dan Atheis, 9% Protestan Evangelis,
1,2% Saksi-Saksi Yehuwa, 0,9% Mormon; sementara 1,2% mengikuti agama lain, termasuk Islam,
Yudaisme dan Buddhisme. Angka-angka ini tampaknya telah berubah cukup signifikan dalam
beberapa tahun terakhir. Data yang tercatat pada tahun 2017 menunjukkan bahwa umat Katolik
mencapai 66% dari populasi, menunjukkan penurunan 10,5% dalam sembilan tahun, dan non-agama
di negara itu berdiri di 21% dari populasi, menunjukkan hampir dua kali lipat selama sembilan tahun.

Negara ini adalah rumah bagi Muslim terbesar dan komunitas Yahudi terbesar di Amerika Latin, yang
terakhir menjadi negara terpadat ke-7 di dunia. Argentina adalah anggota dari International
Holocaust Remembrance Alliance.

Argentina menunjukkan individualisasi yang tinggi dan de-institusionalisasi keyakinan agama,


23,8% dari mereka mengaku selalu menghadiri layanan keagamaan; 49,1%, jarang dilakukan dan
26,8%, tidak pernah dilakukan.
Pada 13 Maret 2013, Jorge Mario Bergoglio dari Argentina, Kardinal Archbishop dari Buenos
Aires, terpilih sebagai Uskup Roma dan Paus Agung Gereja Katolik. Dia mengambil nama "Francis",
dan dia menjadi Paus pertama dari Amerika atau dari belahan bumi selatan; dia adalah Paus
pertama yang lahir di luar Eropa sejak pemilihan Paus Gregory III (yang adalah Suriah) pada 741.

https://benderajuang.blogspot.com/2018/11/argentina.html

Anda mungkin juga menyukai