Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Setiap negara dalam menjalankan pemerintahnnya, memiliki sistem yang berbeda-beda


meskipun dengan nama yang sama seperti sistem presidensial atau sistem parlementer. Baik
sistem presidensial maupun sistem parlementer, sesungguhnya berakar dari nilai-nilai yang
sama yaitu “Demokarasi”. Demokrasi sebagai sistem pemerintahan mengandung nilai-nilai
tertentu yang berbeda dengan sistem pemerintahan lain (otoriter, diktator, dan lain-lain).

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara.
Jumlah pulau yang dimiliki oleh Indonesia adalah sebanyak 17.508 pulau dengan keseluruhan
luas wilayahnya adalah sebesar 1,904,569 km2. Pulau-pulau utama Indonesia adalah Pulau
Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi dan Pulau Papua. Sebagai Negara
Kepulauan Terbesar di dunia, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang memiliki
garis pantai terpanjang di dunia.

argentina adalah sebuah negara yang terletak di benua Amerika Selatan. Argentina yang
memiliki luas wilayah sebesar 2.780.400km2 ini juga merupakan salah satu negara terbesar di
dunia yaitu menduduki urutan ke-8 sebagai negara terbesar di dunia. Jumlah penduduk
Argentina adalah sebanyak 44.293.293 jiwa yang mayoritasnya adalah bangsa Eropa
(kebanyakan adalah bangsa Italia dan Spanyol) dan bangsa Mestizo (campuran Eropa dan
Indian Amerika). Bahasa Spanyol adalah bahasa resmi negara yang mempunyai nama
lengkap Republik Argentina ini. Nama Argentina berasal dari bahasa latin “argentum” yang
artinya adalah “perak”.

Kemerdekaan Indonesia terjadi pada tahun 1945 bertepatan ketika di bulan Ramadhan
tahun 1365 H. Tepatnya terjadi pada hari Jum’at, tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia adalah
negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Nama alternatif yang biasa
dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi Hampir 270.054.853 jiwa pada tahun 2018
Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang
berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 230 juta jiwa. Pembentukan
karakter sosial budaya di indonesia yaitu indonesia menggabungkan unsur dari sabang
sampai merauke Karena indonesia mampu mengompresi beberapa budaya menjadi satu
budaya. Ekonomi Indonesia merupakan salah satu kekuatan ekonomi berkembang utama
dunia yang terbesar di Asia Tenggara dan terbesar di Asia ketiga setelah China dan India.
Ekonomi negara ini menempatkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar ke-16 dunia
yang artinya Indonesia juga merupakan anggota G-20. Setelah mengalami gejolak politik dan
sosial yang hebat pada pertengahan 1960an di bawah Presiden Soekarno. Penyediaan
infrastruktur di Indonesia berjalan lambat karena adanya kendala di berbagai tahapan proyek,
mulai dari penyiapan sampai implementasi. Secara keseluruhan, lemahnya koordinasi antar
pemangku kepentingan seringkali mengakibatkan mundurnya pengambilan keputusan. Pada
tahap penyiapan, terdapat masalah akibat lemahnya kualitas penyiapan proyek dan
keterbatasan alokasi pendanaan. pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 4,73 persen per
September 2015 masih jauh dari harapan, terutama karena Indonesia membutuhkan
pertumbuhan minimal 7 persen agar dapat menjadi negara maju pada tahun 2025.

Kemerdekaan argentina terjadi pada 9 juli 1816, Setelah berperang selama bertahun –
tahun dalam beragam front, pada 9 Juli 1816 Kongres Tucuman akhirnya menyatakan
kemerdekaan United Provinces of the Rio de la Plata dari Spanyol. Argentina yang memiliki
luas wilayah sebesar 2.780.400km2 ini juga merupakan salah satu negara terbesar di dunia
yaitu menduduki urutan ke-8 sebagai negara terbesar di dunia. Jumlah penduduk Argentina
adalah sebanyak 44.293.293 jiwa yang mayoritasnya adalah bangsa Eropa (kebanyakan
adalah bangsa Italia dan Spanyol) dan bangsa Mestizo (campuran Eropa dan Indian
Amerika). Argentina saat ini masih terpengaruh budaya spanyol yang kuat seperti bahasa
resminya masih menggunakan bahasa spanyol tetapi kaum pendatang masih menggunakan
bahasa mereka masing-masing. Di samping itu terdapat 17 bahasa orang asli yang utama,
termasuk Quechua, Mapuche, Guaraní, Tobas dan Matacos. Argentina adalah sebuah negara
yang kaya dengan SDA, tingkat melek huruF yang tinggi, sektor pertanian yang maju serta
industri yang beragam. Malangnya, sejak akhir 1980-an negara ini telah menimbun hutang
luar negeri yang tinggi, inflasi sampai 200% sebulan, dan pengeluaran yang merudum.
Infrastruktur di argentina sudah sangat maju karena seperti busway mereka jauh lebih bagus.
Argentina juga punya jalan terlebar di dunia. Di tengah jalur yang begitu lebar, ada jalur
dedicated untuk busway.

Jadi menurut penelitian kami memilih indonesia menjadi negara pembanding dan
argentina terbanding karena indonesia menonjol dari ekonomi, populasi dan budaya,
sedangkan argentina hanya tahun berdiri negaranya dan infrastruktur yang sudah lebih maju
dibandingkan dengan indonesia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Henry B. Mayo dalam bukunya “Introdoction to Demokratic Teory” merinci


beberapa nilai (values) yang terdapat dalam demokrasi, yaitu (a)menyelesaikan
perselisihan dengan damai dan secara melembaga, (b) menjamin terselenggaranya
perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah, (c)
menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur, (d) membatasi pemakaian
kekerasan sampai taraf yang minimum, (e) mengakui serta menganggap wajar
adanya keanekaragaman (diversity),dan (f) menjamin tegaknya keadilan.

Untuk dapat menjamin tetap tegaknya nilai-nilai demokrasi tersebut, maka


diperlukan lembaga-lembaga antara lain pemerintah yang bertanggungjawab
dan lembaga perwakilan rakyat yang menyalurkan aspirasi rakyat dan
mengadakan pengawasan (kontrol) terhadap pemerintah. Dalam
penyelenggaraan pemerintah yang dilaksanakan oleh badan eksekutif, di
negara-negaa de mokrasi biasanya terdiri dari raja atau presiden beserta
menteri-menterinya.

Suatu sistem pemerintahan yang diselenggarakan oleh satu negara yang sudah
mapan, dapat menjadi model bagi pemerintahan di negara lain. Model tersebut
dapat dilakukan melalui suatu proses sejarah panjang yang dialami oleh
masyarakat, bangsa dan negara tersebut baik melaui kajian-kajian akademis
maupun dipaksakan melalui penjajahan.

Hal yang perlu kita sadari bahwa apapun sistem pemerintahan yang
dilaksanakan oleh suatu negara, tidaklah sempurna seperti yang diharapkan oleh
masyarakatnya. Setiap sistem pemerintahan baik presidensial maupun
parlementer, memiliki sisi-sisi kelemahan dan kelebihan. Oleh sebab itu, sebuah
bangsa dengan masyarakatnya yang bijak dan terdidik akan terus berupaya
mengurangi sisi-sisi kelemahan dan meningkatkan seoptimal mungkin peluang-
peluang untuk mencapai tingkat kesempurnaan dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara baik pada sistem pemerintahan presidensial maupun
sistem parlementer.
SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA

1. Pengertian Pemerintahanan
 Dalam arti luas
Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan-badan
legislatif, eksekutif dan yudikatif di suatu negara dalam rangka mencapai tujuan
penyelenggaraan negara.
 Dalam arti sempit
Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif
beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara.
 Menurut Utrecht
Istilah pemerintahan punya pengertian yang tidak sama. Beberapa pengertian
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pemerintahan sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan yang berkuasa
memerintah. Jadi, yang termasuk badan-badan kenegaraan di sini bertugas
menyelenggarakan kesejahteraan umum, misalnya badan legislatif, badan eksekutif
dan badan yudikatif.
b. Pemerintahan sebagai gabungan badan-badan kenegaraan tertinggi yang berkuasa
memerintah di wilayah satu negara, misalnya raja, presiden, atau Yang Dipertuan
Agung (Malaysia).
c. Pemerintahan dalam arti kepala negara (presiden) bersama dengan kabinetnya.

Adapun sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri
atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantung dan
mempengaruhi dalam mencapai tujuan dan fungsi pemerintahan. Komponen-
komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Jadi, sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-
lembaga negara, hubungan antar lembaga negara dan bekerjanya lembaga negara
dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan.

Dalam pandangan Offe, bahwa pemerintahan merupakan hasil dari tindakan


administratif dalam berbagai bidang dan bukan merupakan hasil dari pelaksanaan
tugas pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
sebelumnya; tetapi lebih merupakan hasil dari kegiatan produksi bersama
(coproduction) antara lembaga pemerintahan dengan klien masing-masing.
Pemerintahan (governing) menurut Kooiman, merupakan proses interaksi antara
berbagai aktor dalam pemerintahan dengan kelompok sasaran atau berbagai
individu masyarakat. Oleh sebab itu, pola penyelenggaraan pemerintahan dalam
masyarakat dewasa ini pada intinya merupakan proses koordinasi (coordinating),
pengendalian (steering), pemengaruhan (influencing) dan penyeimbangan (balancing)
setiap hubungan interaksi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa penyelenggaraan
pemerintahan (governing) dapat dipandang sebagai “intervensi perilaku politik dan
sosial yang berorientasi hasil, yang diarahkan untuk menciptakan pola interaksi
yang stabil atau dapat diprediksikan dalam suatu sistem (sosial-politik), sesuai
dengan harapan ataupun tujuan dari para pelaku intervensi tersebut”.

Bonus Info Kewarganegaraan


Dalam masyarakat modern atau post-modern dewasa ini, pola
pemerintahan yang dapat dikembangkan sesuai dengan
karakteritiknya masing-masing adalah sebagai berikut :
a. Kompleksitas, yaitu dalam menghadapi kondisi yang kompleks,
maka pola penyelenggaraan pemerintahan perlu ditekankan pada
fungsi koordinasi dan komposisi.
b. Dinamika, yaitu dalam hal ini pola pemerintahan yang dapat
dikembangkan adalah pengaturan atau pengendalian (steering) dan
kolaborasi (pola interaksi saling mengendalikan diantara berbagai
aktor yang terlibat dan atau kepentingan dalam sesuatu bidang
tertentu.
c. Keanekaragaman, yaitu masyarakat dengan berbagai
kepentingan yang beragam dapat di atasi dengan pola
penyelenggaraan pemerintahan yang menekankan pada pengaturan
(regulation) dan integrasi atau keterpaduan (integration).

2. Bentuk Pemerintahan
a. Bentuk Pemerintahan Klasik
Teori-teori tentang bentuk pemerintahan klasik pada umumnya masih
menggabungkan bentuk negara dan bentuk pemerintahan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Mac Iver dan Leon Duguit yang menyatakan bahwa bentuk negara
sama dengan bentuk pemerintahan. Prof. Padmo Wahyono, SH juga
berpendapat bahwa bentuk negara aristokrasi dan demokrasi adalah bentuk
pemerintahan klasik, sedangkan monarki dan republik adalah bentuk pemerintahan
modern.

Dalam teori klasik, bentuk pemerintahan dapat di bedakan atas jumlah orang
yang memerintah dan sifat pemerintahannya.

 Ajaran Plato (429 - 347SM)


Plato mengemukakan lima bentuk pemerintahan negara. Kelima bentuk itu
menurut Plato harus sesuai dengan sifat-sifat tertentu manusia. Adapun kelima
bentuk itu sebagai berikut.
1) Aristokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang di pegang oleh kaum cendikiawan
yang dilaksanakan sesuai dengan pikiran keadilan.
2) Timokrasi, yaitu bentuk pemerintah yang di pegang oleh orang-orang yang ingin
mencapai kemasyuran dan kehormatan.
3) Oligarki, yaitu bentuk pemerintahan yang di pegang oleh golongan hartawan
4) Demokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat jelata, dan
5) Tirani, yaitu bentuk pemerintahan yang di pegang oleh seorang tiran ( sewenang-
wenang) sehingga jauhdari cita-cita keadilan.

 Ajaran Aristoteles (384 - 322 SM)


Aristoteles membedakan bentuk pemerintahan berdasarkan dua kriteria pokok,
yaitu jumlah orang yang memegang pucuk pemerintahan dan kualitas
pemerintahannya. Berdasarkan dua kriteria tersebut, perbedaan bentuk
pemerintahan adalah sebagai berikut.
1) Monarki, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh satu orang demi
kepentingan umum, sifat pemerintahan ini baik dan ideal.
2) Tirani, yaitu bentuk pemerintah yang dipegang oleh seseorang demi kepentingan
pribadi. Bentuk pemerintahan ini buruk dan merupakan kemerosotan.
3) Aristokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok
cendikiawan demi kepentingan umum. Bentuk pemerintahan ini baik dan ideal.
4) Oligarki, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok cendikiawan
demi kepentingan kelompoknya. Bentuk pemerintahan ini merupakan
pemerosotan dan buruk.
5) Pliteia, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seluruh rakyat demi
kepentingan umum. Bentuk pemerintahan ini baik dan ideal.
6) Demokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang tertentu
demi kepentingan sebagian orang. Bentuk pemerintahan ini kurang baik dan
merupakan pemrosotan.

 Ajaran Polybios (204-122 SM)


Ajaran Polybios yang dikenal dengan Cyclus Theory sebenarnya merupakan
pengembangna lebih lanjut dari ajaran aristoteles dengan sedikit perubahan, yaitu
dengan mengganti bentuk pemerintahan ideal pliteia dengan demokrasi.

Monarki adalah bentuk pemerintahan yang pada mulanya mendirikan kekuasaan


atas rakyat dengan baik dan dapat di percaya. Namun pada perkembangannya,
para penguasa dalam hal ini adalah raja tidak lagi menjalankan pemerintahan untuk
kepentingan umum, bahkan cenderung sewenang-wenang dan menindas rakyat.
Bentuk pemerintahan monarki bergeser menjadi tirani.

Dalam situasi pemerintahan tirani yang sewenang-wenang, muncullah kaum


bangsawan yang bersekongkol untuk melawan. Mereka bersatu untuk mengadakan
pemberontakan sehingga kekuasaan beralih pada mereka. Pemerintahan selanjutnya
di pegang oleh beberapa orang dan memperhatikan kepentingan umum., serta sifat
baik,. Pemerintahan pun berubah dari tirani menjadi aristokrasi.

Aristokrasi yang semula baik dan memperhatikan kepentingan umum, pada


perkembangannya tidak lagi menjalankan keadilan dan hanya mementingkan diri
sendiri. Keadaan itu mengakibatkan pemerintahan aristokrasi bergeser ke oligarki.

Dalam pemerintahan oligarki yang tidak ada keadilanm rakyat berontak


mengambil alih kekuasaan umtuk memperbaiki nasib. Rakyat menjalankan
kekuasaan negara demi kepentingan rakyat. Akibatnya, pemerintahan bergeser
menjadi demokrasi. Namun, pemerintahan demokrasi yang awalnya baik lama
keamaan banyak diwarnai kekacauan, kebrobokan, dan korupsi sehingga hokum
sulit di tegakkan. Dari pemerintahan okhlorasi ini kemudian muncul seorang yang
kuat dan berani yang dengan kekerasan dapat memegang pemerintahan. Dengan
demikian, pemerintahan kembali di pegang oleh satu tangan lagi dalam bentuk
monarki.
Perjalanan siklus pemerintahan di atas mamperlihatkan pada kita akan adanya
hubungan kausal (sebab akibat) antara bentuk pemerintahan yang satu dengan yang
lain. Itulah sebabnya Polybios beranggapan bahwa lahirnya pemerintahan yang
satu dengan yang lain sebagai akibat dari pemerintahan yang sebelumnya telah ada.

b. Bentuk Pemerintahan Monarkhi (Kerajaan)


Leon Duguit dalam bukunya Traite de Droit Constitutional membedakan
pemerintahan dalam bentuk monarki dan republik. Perbedaan antara pemerintahan
bentuk “monarki” dan “republik” menurut Leon Duguit, adalah ada pada kepala
negaranya. Jika ditunjuk berdasarkan hak turun-temurun, maka kita berhadapan
dengan monarki. Kalau kepala negaranya ditunjuk tidak berdasarkan turun-
temurun tetapi dipilih, maka kita berhadapan dengan republik.

Dalam praktik-praktik ketatanegaraan, bentuk pemerintahan monarki dan


republik dapat dibedakan atas:

1) Monarki Absolut
Monarki absolut adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai
oleh seorang (raja, ratu, syah, atau kaisar) yang kekuasaan dan wewenangnya tidak
terbatas. Perintah raja merupakan undang-undang yang harus dipatuhi oleh
rakyatnya. Pada diri raja terdapat kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang
menyatu dalam ucapan dan perbuatannya. Contoh: Perancis semasa Louis XIV
dengan semboyannya yang terkenal L’etat C’est Moi (negara adalah saya).
2) Monarki Konstitusional
Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang
dikepalai oleh seorang raja yang kekuasaannya dibatasi oleh undang-undang dasar
(konstitusi). Proses monarki konstitusional adalah sebagai berikut :
 Adakalanya proses monarki konstitusional itu datang dari raja itu sendiri karena ia
takut dikudeta. Contoh: negara Jepang dengan hak octrooi.
 Adakalanya proses monarki konstitusional itu terjadi karena adanya revolusi rakyat
terhadap raja. Contoh: Inggris yang melahirkan Bill of RightsI tahun 1689, Yordania,
Denmark, Arab Saudi, dan Brunei Darussalam.
3) Monarki Parlementer
Monarki parlementer adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang
dikepalai oleh seorang raja dengan menempatkan parlemen (DPR) sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi. Dalam monarki parlementer, kekuasaan eksekutif
dipegang oleh kabinet (perdana menteri) dan bertanggung jawab kepada parlemen.
Fungsi raja hanya sebagai kepala negara (simbol kekuasaan) yang kedudukannya
tidak dapat diganggu gugat. Bentuk monarki parlementer sampai sekarang masih
tetap dilaksanakan di Inggris, Belanda, dan Malaysia.

c. Bentuk Pemerintahan Republik


Dalam pelaksaannya bentuk pemerintahan republik dapat dibedakan menjadi
republik absolut, republik konstitusional, dan republik parlementer.

1) Republik Absolut
Dalam sistem republik absolut, pemerintahan bersifat diktator tanpa ada
pembatasan kekuasaan. Penguasa mengabaikan konstitusi dan untuk melegitimasi
kekuasaannya digunakanlah partai politik. Dalam pemerintahan ini, parlemen
memang ada, namun tidka berfungsi.
2) Republik Konstitusional
Dalam sistem republik konstitusional, presiden memegang kekuasaan kepala negara
dan kepala pemerintahan. Namun, kekuasaan presiden dibatasi oleh konstitusi. Di
samping itu, pengawasan yang efektif dilakukan oleh parlemen.
3) Republik Parlementer
Dalam sistem republik parlementer, presiden hanya sebagai kepala negara. Namun,
presiden tidak dapat diganggu-gugat. Sedangkan kepala pemerintahan berada di
tangan perdana menteri yang bertanggungjawab kepada parlementer. Alam sistem
ini, kekuasaan legislatif lebih tinggi daripada kekuasaan eksekutif.

3. Sistem Pemerintahan
Istilah sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, “sistem” dan
“pemerintahan”. “Sistem” adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian
yang mempunyai hubungan fungsional, baik antara bagian-bagian maupun
hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga, hubungan itu
menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah
satu bagian tidak bekerja dengan baik, maka akan mempengaruhi keseluruhannya
itu. (Carl J. Friedrich).

Sistem pemerintahan di dunia terbagi atas sistem pemerintahan parlementer dan


presidensial. Pada umumnya, negara-negara di dunia menganut salah satu dari
sistem pemerintahan tersebut. Adanya sistem pemerintahan lain dianggap sebagai
variasi atau kombinasi dari dua sistem pemerintahan di atas. Negara Inggris
dianggap sebagai tipe ideal dari negara yang menganut sistem pemerintahan
parlementer. Bahkan, Inggris disebut sebagai “mother of parliaments” (induk
parlementer), sedangkan Amerika Serikat merupakan tipe ideal dari negara dengan
sistem pemerintahan presidensial.

Kedua negara tersebut disebut sebagai tipe ideal karena menerapkan ciri-ciri
yang ideal dari sistem pemerintahan yang dijalankannya. Inggris adalah negara
pertama yang menjalankan model pemerintahan parlementer. Amerika Serikat juga
sebagai pelopor dalam pemerintahan presidensial. Kedua negara tersebut sampai
sekarang tetap konsisten dalam menjalankan prinsip-prinsip dari sistem
pemerintahannya. Dari dua negara tersebut, kemudian sistem pemerintahan
diadopsi oleh negara-negara lain di belahan dunia.

 Sistem Pemerintahan Parlementer


Sistem parlementer adalah sebuah sistem permerintahan di mana parlemen
memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki
wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat
menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak
percaya. Berbeda dengan sistem presidensil, di mana sistem parlemen dapat
memiliki seorang presiden presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang
terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensil, presiden berwenang terhadap
jalannya pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi
simbol kepala negara saja.

Sistem parlementer, terlahir dari adanya pertanggung jawaban menteri. Seperti


halnya yang terjadi di Inggris, di mana seorang raja tak dapat diganggu gugat (the
king can do no wrong), maka jika terjadi perselisihan antara raja dengan rakyat,
menterilah yang bertanggung jawab terhadap segala tindakan raja. Sebagai contoh,
Thomas Wentworth salah seorang menteri pada masa Raja Karel I dituduh
melakukan tindak pidana oleh majelis rendah. Kemudian karena terbukti, menteri
tersebut dijatuhi hukuman mati oleh majelis tinggi.

Dari pertanggung jawaban pidana ini, kemudian lahir pertanggung jawaban


politik, di mana para menteri harus bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan
pemerintah terhadap parlemen. Sistem parlemen telah terjadi sejak permulaan abad
ke-18 di Inggris. Dari sejarah ketatanegaraan, dapatlah dikatakan, bahwa sistem
parlementer ini adalah kelanjutan dari bentuk negara Monarchi Konstitusionil, di
mana kekuasaan raja dibatasi oleh konstitusi. Karena itu dalam sistem parlementer,
raja atau ratu dan presiden, kedudukannya adalah sebagai kepala negara. Contoh
kedudukan ratu di Inggris, raja di Muangthai dan presiden di India.

Selanjutnya yang disebut eksekutif dalam sistem parlementer adalah kabinet itu
sendiri. Kabinet yang terdiri dari perdana menteri dan menteri-menteri,
bertanggung jawab sendiri satau bersama-sama kepada parlemen. Kesalahan yang
dilakukan oleh kabinet tidak dapat melibatkan kepala negara. Karena itulah di
Inggris dikenal istilah “the king can do no wrong”. Pertanggung jawaban menteri
kepada parlemen tersebut dapat berakibat kabinet meletakkan jabatan dan
mengembalikan mandat kepada kepala negara manakala parlemen tidak lagi
mempercayai kabinet.

Sebagai catatan, bahwa dalam pemerintahan kabinet parlementer, perlu


dicapai adanya keseimbangan melalui mayoritas partai untuk membentuk kabinet
atas kekuatan sendiri. Kalau tidak, maka dibentuk suatu kabinet koalisi berdasarkan
kerjasama antara beberapa partai yang bersama-sama mencapai mayoritas dalam
badan legislatif. Beberapa negara, seperti Negera Belanda dan negara-negara
Skandinavia, pada umumnya berhasil mencapai suatu keseimbangan, sekalipun
tidak dapat dielakkan suatu “dualisme antara pemerintah dan dewan perwakilan rakyat”.

a. Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Parlementer


Beberapa ciri dari sistem pemerintahan parlementer, adalah sebagai berikut :
1) Raja/ratu atau presiden adalah sebagai kepala negara. Kepala negara ini tak
bertanggung jawab atas segala kebijaksanaan yang diambil oleh kabinet.
2) Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan
adalah perdana menteri. Kepala negara tak memiliki kekuasaan pemerintahan. Ia
hanya berperan sebagai simbol kedaulatan dan keutuhan negara.
3) Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih
lansung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan besar
sebagai badan perwakilan dan lembaga legislatif.
4) Eksekutif bertanggung jawab kepada legislatif. Dan yang disebut sebagai eksekutif
di sini adalah kabinet. Kabinet harus meletakkan atau mengembalikan mandatnya
kepada kepala negara, manakala parlemen mengeluarkan mosi tidak percaya kepada
menteri tertentu atau seluruh menteri.
5) Dalam sistem dua partai, yang ditunjuk sebagai pembentuk kabinet dan sekaligus
sebagai perdana menteri adalah ketua partai politik yang memenangkan pemilu.
Sedangkan partai politik yang kalah akan berlaku sebagai pihak oposisi.
6) Dalam sistem banyak partai, formatur kabinet harus membentuk kabinet secara
koalisi, karena kabinet harus mendapat dukungan kepercayaan dari parlemen.
7) Apabila terjadi perselisihan antara kabinet dan parlemen dan kepala negara
beranggapan kabinet berada dalam pihak yang benar, maka kepala negara akan
membubarkan parlemen. Dan menjadi tanggung jawab kabinet untuk
melaksanakan pemilu dalam tempo 30 hari setelah pembubaran itu. Sebagai
akibatnya, apabila partai politik yang menguasai parlemen menang dalam pemilu
tersebut, maka kabinet akan terus memerintah. Sebaliknya, apabila partai oposisi
yang memenangkan pemilu, maka dengan sendirinya kabinet mengembalikan
mandatnya dan partai politik yang menang akan membentuk kabinet baru.
Dalam hal terjadinya suatu krisis kabinet karena kabinet tidak lagi memperoleh
dukungan dari mayorits badan legislatif, kadang-kadang dialami kesukaran untuk
membentuk suatu kabinet baru, oleh karena pandangan masing-masing partai tidak
dapat dipertemukan. Dalam keadaan semacam ini terpaksa dibentuk suatu kabinet
ekstra-parlementer, yaitu suatu kabinet yang dibentuk tanpa formateur kabinet merasa
terikat pada konstelasi kekuatan politik dalam badan legislatif.

Dengan demikian bagi formateur kabinet cukup peluang untuk menunjuki


menteri berdasarkan keahlian yang diperlukan tanpa menghiraukan apakah dia
mempunyai dukungan partai. Kalaupun ada menteri yang merupakan anggota
pertai, maka secara formil dia tidak mewakili partainya. Biasanya suatu kabinet
ekstra-parlementer mempunyai program kerja yang terbatas dan mengikat diri untuk
menangguhkan pemecahan masalah-masalah yang bersifat fundamental.

Bonus Info Kewarganegaraan


Menurut sejarah ketatanegaraan Belanda, terdapat beberapa
macam kabinet ekstra-parlementer :
a. Zaken Kabinet, yaitu suatu kabinet yang mengikat diri untuk
menyelenggarakan suatu program yang terbatas.
b. National Kabinet (kabinet nasional), yaitu suatu kabinet yang
menteri-menterinya diambil dari pelbagai golongan masyarakat.
Kabinet semacam ini biasanya dibentuk dalam keadaan kritis, di mana
komposisi kabinet diharap mencerminkan persatuan nasional.
Akan tetapi di beberapa negara lain, termasuk Republik Perancis
ke IV (1946-1958) dan Indonesia sebelum 1959, keseimbangan
antara badan eksekutif dan badan legislatif tidak tercapai dan ternyata
muncul dominasi badan legislatif (secara langsung atau tidak langsung)
yang akibatnya cukup mengganggu kontinuitas kebijaksanaan
pemerintah. Di Perancis efeknya tidak terlalu mengganggu, oleh
karena aparatur pemerintahan dapat berjalan terus, akan tetapi di
Indonesia setiap krisis kabinet mempunyai akibat yang bersifat
distruktif dan mengganggu kelancaran jalannya pemerintahan, karena
lemahnya aparatur administratif.
Di samping itu, perlu disebut suatu bentuk sistem parlementer
khusus, yang memberi peluang kepada badan eksekutif untuk
memainkan peranan yang dominan dan yang karena itu disebut
pemerintahan kabinet (cabinet government). Sistem ini terdapat di
Inggris dan India.
Di sini hubungan antara badan-badan eksekutif dan badan
legislatif begitu terjalin sehingga boleh dinamakan suatu partenership.
Istilah yang dipakai adalah fuston atau union antara badan eksekutif dan
badan legislatif. Di dalam partnership ini kabinet memainkan peranan
yang dominan, sehingga kabinet dinamakan suatu “panitia” dalam
parlemen. Di Inggris sistem ini berjalan lebih lancar daripada di India,
karena sudah berjalan lama dan juga karena dibantu oleh adanya
sistem dwi-partai.

b. Kelebihan dan kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer

Sistem Pemerintahan Parlementer


Kelebihan Kekurangan
Pembuatan kebijakan  Kedudukan badan eksekutif/kabinet
dapat
ditangani secara cepat karena mudah sangat tergantung pada mayoritas
terjadi penyesuaian pendapat antara dukungan parlemen sehingga
eksekutif dan legislatif. Hal ini sewaktu-waktu kabinet dapat
karena kekuasaan legislatif dan dijatuhkan oleh parlementer
eksekutif berada pada satu partai  Kelangsungan kedudukan badan
atau koalisi partai. eksekutif atau kabinet tak bisa
 Garis tanggung jawab dalam ditentikan berakhir sesuai dengan
pembuatan dan pelaksanaan masa jabatannya karena sewaktu-
kebijakan publik jelas waktu kabinet dapat bubar
 Adanya pengawasan yang kuat dari  Kabinet dapat mengendalikan
parlemen terhadap kabinet sehingga parlemen. Hal ini terjadi bila para
kabinet menjadi berhati-hati dalam anggota kabinet adalah anggota
menjalankan pemerintahan. parlemen dan berasal darin partai
mayoritas. Karena pengaruh mereka
yang besar di parlemen dan partai,
anggota kabinet pun dapat
menguasai parlemen
 Parlemen menjadi tempat kaderisasi
bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Pengalaman mereka menjadi
anggota parlemen dimanfaatkan dan
menjadi bekal penting untuk
menjadi menteri atau jabatan
eksekutif lainnya.
 Sistem Pemerintahan Presidensial
Dalam sistem pemerintahan presidensial, kedudukan eksekutif tak tergantung
pada badan perwakilan rakyat. Adapun dasar hukum dari kekuasaan eksekutif
dikembalikan kepada pemilihan rakyat. Sebagai kepala eksekutif, seorang presiden
menunjuk pembantu-pembantunya yang akan memimpin departemennya masing-
masing dan mereka itu hanya bertanggung jawab kepada presiden. Karena
pembentukan kabinet itu tak tergantung dari badan perwakilan rakyat atau tidak
memerlukan dukungan kepercayaan dari badan perwakilan rakyat, maka menteri-
pun tak bisa diberhentikan olehnya.

Sistem ini terdapat di Amerika Serikat yang mempertahankan ajaran


Montesquieu, di mana kedudukan tiga kekuasaan negara yaitu legislatif, eksekutif
dan legislatif, terpisah satu sama lain secara tajam dan saling menguji serta saling
mengadakan perimbangan (check and balance). Kekuasaan membuat undang-undang
ada di tangan congress, sedangkan presiden mempunyai hak veto terhadap undang-
undang yang sudah dibuat itu. Kekuasaan eksekutif ada pada presiden dan
pemimpin-pemimpin departemen, yaitu para menteri yang tidak bertanggung jawab
pada parlemen. Karena presiden dipilih oleh rakyat, maka sebagai kepala eksekutif
ia hanya bertanggung jawab kepada rakyat.

Pelaksanaan kekuasaan kehakiman menjadi tanggung jawab Supreme Court


(Mahkamah Agung), dan kekuasaan legislatif berada di tangan DPR atau Konggres
(Senat dan Parlemen di Amerika). Dalam Praktiknya, sistem presidensial
menerapkan teori Trias Politika Montesqueu secara murni melalui pemisahan
kekuasaaan (Separation of Power ). Contohnya adalah Amerika dengan Chek and
Balance. Sedangkan yang diterapkan di Indonesia adalah pembagian kekuasaan
(Distribution of Power).

a. Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Presidensial


1) Penyelenggara negara berada di tangan presiden. Presiden adalah kepala negara dan
sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih
langsung oleh rakyat atau suatu dewan/majelis
2) Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertanggung jawab
kepada presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen/legislatif
3) Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen karena ia tidak dipilih oleh
parlemen
4) Presiden tak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer
5) Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan menjabat sebagai lembaga perwakilan.
Anggotanya pun dipilih oleh rakyat
6) Presiden tidak berada di bawah pengawasan langsung parlemen

b. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial


Sistem Pemerintahan Presidensial
Kelebihan Kekurangan
 Kekuasaan eksekutif di luar
Badan eksekutif lebih stabil kedudu-
kannya karena tidak tergantung pada pengawasan langsung legislatif
parlemen sehingga dapat menciptakan
 Masa jabatan badan eksekutif lebih kekuasaan mutlak
 Sistem pertanggung jawabannya
jelas dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, masa jabatan presiden kurang jelas
Amerika Serikat adalah 4 tahun dan Pembuatan keputusan/kebijakan
presiden Indonesia selama 5 tahun publik umumnya hasil tawar-
 Penyusunan program kerja kabinet menawar antara eksekutif dengan
mudah disesuaikan dengan jangka legislatif sehingga dapat terjadi
waktu masa jabatannya keputusan tidak tegas dan memakan
 Legislatif bukan tempat kaderisasi waktu yang lama.
untuk jabatan-jabatan eksekutif
karena dapat diisi oleh orang luar
termasuk anggota parlemen sendiri.

Menyadari adanya kelemahan dari masing-masing sistem pemerintahan, negara-


negara pun berusaha memperbaharui dan berupaya mengkombinasikan dalam
sistem pemerintahannya Hal ini dimaksudkan agar kelemahan tersebut dapat
dicegah atau dikendalikan. Misalnya, di Amerika Serikat yang menggunakan sistem
presidensial, maka untuk mencegah kekuasaan presiden yang besar, diadakanlah
mekanisme cheks and balance, terutama antara eksekutif dan legislatif.

Menurut Rod Hague, pada sistem pemerintahan presidensial terdiri dari 3


(tiga) unsur yaitu :
1) Presiden yang dipilih rakyat, menjalankan pemerintahan dan mengangkat pejabat-
pejabat pemerintahan yang terkait.
2) Masa jabatan yang tetap bagi presiden dan dewan perwakilan, keduanya tidak bisa
saling menjatuhkan (menggunakan kekuasaan secara sewenang-wenang).
3) Tidak ada keanggotaan yang tumpang tindih antara eksekutif dan legislatif

 Sistem Pemerintahan Referendum


Sebagai variasi dari kedua sistem pemerintahan parlementer dan presidensial
adalah sistem pemerintahan referendum. Di negara Swiss, di mana tugas pembuat
Undang-undang berada di bawah pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih.
Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk referendum yang terdiri dari referendum
obligatoir, referandum fakultatif, dan referandum konsultatif.

a. Referandum Obligatoir, adalah referandum yang harus terlebih dahulu mendapat


persetujuan langsung dari rakyat sebelum suatu undang-undang tertentu
diberlakukan. Persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam pembuatan
suatu undang-undang yang mengikat seluruh rakyat, karena dianggap sangat
penting. Contoh, adalah persetujuan yang diberikan oleh rakyat terhadap
pembuatan undang-undang dasar.
b. Referendum Fakultatif, adalah referandum yang dilaksanakan apabila dalam
waktu tertentu sesudah suatu undang-undang diumumkan dan dilaksanakan,
sejumlah orang tertentu yang punya hak suara menginginkan diadakannya
referandum. Dalam hal ini apabila referandum menghendaki undang-undang
tersebut dilaskanakan, maka undang-undang itu terus berlaku. Tetapi apabila
undang-undang itu ditolak dalam referandum tersebut, maka undang-undang itu
tidak berlaku lagi.
c. Referandum Konsultatif, adalah referandum yang menyangkut soal-soal teknis.
Biasanya rakyat sendiri kurang paham tentang materi undang-undang yang
dimintakan persertujuaannya.

Pada pemerintahan dengan sistem referandum, pertentangan yang terjadi antara


eksekutif (bundesrat) dan legislatif (keputusan daripada rakyat) jarang terjadi.
Anggota-anggota dari bundesrat ini dipilih oleh bundesversammlung untuk waktu 3
tahun lamanya dan bisa dipilih kembali.

Keuntungan dari sistem referendum adalah, bahwa pada setiap masalah negara
rakyat langsung ikut serta menanggulanginya. Akan tetapi kelemahannya adalah
tidak setiap masalah rakyat mampu menyelesaikannya karena untuk mengatasinya
perlu pengetahuan yang cukup harus dimiliki oleh rakyat itu sendiri. Sistem ini tak
bisa dilaksanakan jika banyak terdapat perbedaan paham antara rakyat dan
eksekutif yang menyangkut kebijaksanaan politik. Keuntungan yang lain ialah,
bahwa kedudukan pemerintah itu stabil sehingga membawa akibat pemerintah akan
memperoleh pengalaman yang baik dalam menyelenggarakan kepentingan
rakyatnya.

Anda mungkin juga menyukai