Anda di halaman 1dari 1

politik inggris adalah politik liberalisme dimana kepala negara Dan kepala pemerintahan adalah raja

dan perdana menteri sehingga kekuasaan raja berada diatas hukum, stabilitas politiknya berpengaruh
pada kekuasaan raja itu sendiri yg dimana seluruh perintah Dan aturan berada ditangan raja Dan tidak
boleh ditentang

Sistem politik kerajaan Inggris adalah sistem multi-partai. Sejak tahun 1920-an, ada dua partai yang
dominan yaitu Partai Konservatif dan Partai Buruh. Sebelum Partai Buruh naik dalam politik Inggris,
Partai Liberal merupakan partai politik besar lainnya, bersama dengan Konservatif. Koalisi dan
pemerintahan minoritas kadang-kadang dibentuk dalam sistem Inggris, tetapi sistem pemilu first-past-
the-post cenderung untuk mempertahankan dominasi dari kedua belah pihak, meskipun masing-
masing sebelumnya pernah bergantung kepada pihak ketiga, seperti Liberal Demokrat, untuk
memperoleh status mayoritas di Parlemen. Koalisi pemerintahan Konservatif–Liberal Demokrat
menjabat dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 (koalisi pertama sejak tahun 1945).[1] Koalisi
ini berakhir setelah pemilihan parlemen pada 7 Mei 2015, di mana Partai Konservatif memenangkan
330 kursi di House of Commons, sementara mitra koalisi mereka kehilangan delapan kursi.

Inggris justru mengalami kekacauan politik. Dalam hasil perhitungan sementara, tidak ada partai yang
menang mutlak. Walhasil, Perdana Menteri Inggris Theresa Maydituntut untuk mundur.

BBC melaporkan, hasil perolehan suara sementara, Partai Konservatif unggul dengan meraih
318 kursi, disusul Partai Buruh sebanyak 262 kursi. Sedangkan Partai Nasionalis meraih 35
kursi dan sisanya 14 kursi berasal dari Partai Demokrat Liberal.

Meski Partai Konservatif meraih suara tertinggi, namun merujuk pada aturanInggris,
pemenang pemilu harus menguasai 326 kursi dari total 650 kursi untuk dapat menguasai
pemerintahan. Hasil tersebut menjadi pukulan bagi Perdana Menteri May, lantaran harus
mundur dari jabatannya.

Lawan politiknya yang merupakan Pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, menuntut May
untuk turun. Corbyn bahkan mengejek keputusan May yang mempercepat penyelenggaraan
pemilu.

Pemilu Inggris memang diselenggarakan lebih awal atas permintaan May dengan alasan
stabilitas politik Inggris tengah kacau. Partai oposisi dituding mengacaukan agenda
pemerintah pasca Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa atau Brexit. Belum lagi bayang-
bayang teror yang terjadi menjelang Pemilu Inggris.

Corbyn menyebut keputusan May yang menyelenggarakan pemilu lebih dini adalah
bumerang. "Ia harus mundur karena telah kehilangan mandat, suara, dukungan, dan
kehilangan kepercayaan diri. May harus memberikan jalan bagi pemerintah yang benar-benar
mewakili semua orang di negara ini," tegas Corbyn seperti dikutip Reuters.

Menanggapi tuntutan mundur, May bertekad untuk mempertahankan posisinya dengan alasan
bahwa Partai Konservatif memenangkan kursi dan suara paling banyak. "Kewajiban kami
adalah memastikan stabilitas tetap terjadi," tandas May.

https://jambi.tribunnews.com/2017/06/10/hasil-pemilu-ganggu-stabilitas-inggris.

https://brainly.co.id/tugas/23702456#readmore

Anda mungkin juga menyukai