Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bioteknologi saat ini bukan hanya terbatas pad a suatu kata saja, tetapi telah
menjadi salah satu simbol perkembangan mutakhir dari ilmu pengetahuan dan
teknologi. Penerimaan terhadap bioteknologi juga bersifat mendunia. Tidak
diragukan lagi bahwa negara-negara di dunia telah menyediakan banyak harapan dari
bioteknologi. Perkembangan yang pesat dapat dilihat dari tumbuhnya berbagai
perusahaan kecil sampai raksasa yang berdasarkan bioteknologi sejalan dengan
pembentukan komite-komite bioteknologi dalam berbagai sistem pemerintahan.
Bioteknologi di berbagai universitas. Pemerintah dari negara-negara maju
maupun yang sedang berkembang telah mengalokasikan sejumlah dana untuk
mempercepat perkembangan bioteknologi di negaranya, meskipun ada perbedaan
dalam hal jumlah dana dan efisiensi pemakaiannya. Pada umumnya mereka
mengharapkan agar kesejahteraan masyarakat dapat dipercepat dan ditingkatkan
dengan bantuan bioteknologi. Banyak aspek bioteknologi yang telah membuahkan
hasil berupa produk yang mempunyai nilai komersial tinggi.
Dalam bidang kedokteran, bioteknologi akan membawa cara-cara bam untuk
diagnosis, pengobatan, dan pencegahan penyakit. Dalam bidang pertanian, setiap
aspeknya mulai dari penempatan benih di dalam tanah sampai makanan siap di meja
makan akan terpengaruh oleh teknologi ini. Selain itu, bioteknologi juga menjadi
sandaran untuk penyelamat lingkungan karena menawarkan berbagai alternatifuntuk
membersihkan Iingkungan dari pencemaran yang sulit dibersihkan dengan cara-cara
lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan bioteknologi molekuler ?
2. Bagaimana perkembangan sejarah bioteknologi molekuler ?
3. Bagaimana penerapan Bioteknologi molekuler?
4. Apa saja dampak dari bioteknologi molekuler ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bioteknologi molekuler
2. Mengetahui perkembangan sejarah bioteknologi molekuler
3. Mengetahui penerapan bioteknologi molekuler
4. Mengetahui dampak dari bioteknologi molekuler
BAB II
ISI
2.1 Definisi Bioteknologi Molekuler
Bioteknologi berasal dari istilah Latin, yaitu Bio (hidup), teknos (teknologi =
penerapan), dan logos (ilmu). Artinya, ilmu yang mempelajari penerapan prinsip-
prinsip biologi. Dalam arti luas, bioteknologi ialah memanipulasi organisme atau
komponen organisme tersebut untuk melakukan tugas – tugas praktis atau
menghasilkan produk yang bermanfaat. Dengan kata lain, bioteknologi merupakan
pemanfaatn organisme dan agen-agen biologis untuk menghasilkan barang atau jasa
untuk kepentingan manusia. Hal itu berhubungan dengan pemanfaatan organisme
atau komponen selulernya secara terarah dan terkontrol yang melibatkan multidisiplin
serta merupakan palikasi terpadu antara mikrobiologi, biokimia, biologi sel, fisiologi,
genetika molekuler, rekayasa genetika, dan teknik kimia.
Penggabungan antara teknologi DNA rekombinan dengan bioteknologi
melahirkan suatu bidang studi yang sangat dinamis dan kompetitif yang disebut
Bioteknologi Molekuler. Bidang studi yang relatif baru ini, seperti halnya
perkembangan awal biologi molekuler di tahun 1960-an. dipenuhi oleh berbagai
harapan yang kadang-kadang melampaui kemampuan para pakar pada saat itu untuk
menghasilkan suatu produk. Oleh karena itu dalam mencermati perkembangan
bioteknologi molekuler kita sebaiknya dapat melihat sisi harapan, kenyataan, atau
fantasi dari bidang studi yang sedang berkembang pesat ini.
Disiplin sains pada umumnya merupakan peleburan pengetahuan dari
berbagai riset yang berbeda. Untuk bioteknologi molekuler, komponen bioteknologi
dikembangkan dan disempurnakan oleh pakar-pakar mikrobiologi industri dan
rekayasa kimia, sedangkan pengembangan komponen teklologi DNA rekombinan
sangat bergantung pada penemuan- penemuan dalam biologi molekuler, genetika,
biokimia, dan mikrobiologi. Jadi, bioteknologi molekuler sangat bergantung pada
perkembangan berbagai pengetahuan dasar dalam usahanya untuk menghasilkan
produk-produk komersial yang kompetitif.
2.2 Perkembangan Sejarah Bioteknologi Molekuler

2.3 Penerapan Bioteknologi Molekuler


2.3.1 Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika yang sering kali sinonim dengan teknologi DNA
rekombinan merupakan tulang punggung dan pemicu lahimya bioteknologi
molekuler. DNA rekombinan dikonstruksi dengan menggabungkan materi genetika
dari dua atau lebih sumber yang berbeda atau melakukan perubahan secara terarah
pada suatu materi genetika tertentu. Di alam, materi genetika melakukan rekombinasi
secara konstan. Berikut ini adalah beberapa contoh rekombinasi genetika dari dua
sumber atau lebih: (i) Rekombinasi yang terjadi saat proses meiosis dalam
pembentukan garnet tanpa atau dengan terjadinya pindah silang, (ii) Saat sperma dan
ovum melebur pada proses fertilisasi, dan (iii) Saat sel prokariot melakukan transaksi
bahan genetika melalui konjugasi, transformasi, atau transduksi.
Istilah teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika secara ringkas
dapat diartikan sebagai teknik molekuler yang dengan tepat mampu mengubah suatu
molekul DNA, atau menggabungkan molekul DNA tertentu dari sumber-sumber yang
berbeda. Rekombinasi DNA dilakukan dengan enzim (enzim restriksi dan ligase)
yang dapat melakukan pemotongan dan penyambungan molekul DNA dengan tepat
dan dapat diprediksi. DNA rekombinan selanjutnya dimasukkan ke dalam organisme
sasaran melalui introduksi langsung (transformasi), melalui virus, atau bakteri.
Beberapa prinsip dasar dalam rekayasa genetika, yaitu 1) DNA rekombinan, 2) fusi
protoplasma, dan 3) kultur jaringan.

1) DNA Rekombinan
Bioteknologi modern juga digunakan untuk merekombinasi DNA. DNA
dipotong kemudia disambungdengan DNA baru yang membawa sifat unggul. DNA
baru hasil penggabungan inilahyang disebut DNA rekombinan.
Tahap-tahap pembuatan DNA Rekombinan
1. Mula-mula orang mencari DNA unggul, misalnya diambil dari makhluk hidup
lain atau membuatnya. Orang pada saat sekarang sudah berhasil membuat DNA
ini.
2. Menyiapkan wahana (vektor), yaitu alat untuk memasukkan DNA itu ke dalam
makhluk hidup yang akan diubah sifatnya. Wahana biasanya berupa virus atau
plasmid dari bakteri. Plasmid adalah DNA yang bentuknya melingkar, terdapat di
luar DNA inti bakteri. DNA plasmid mampu keluar masuk sel dan bisa
bergabung dengan kromosom sel organisme lain.
3. Memasukkan DNA rekombinan ke dalam sel.
4. Kloning (perbanyakan) DNA rekombinan. DNA yang sudah dimasukkan ke
dalam sel, diperlakukan sedemikian rupa sehingga bakteri yang dimasuki DNA
itu menggan-dakan DNA tersebut di dalam selnya.
5. Memelihara sel agar menghasilkan produk ang diinginkan, sesuai dengan sifat
yang dibawa oleh DNA yang disisipkan.
Makhluk hidup yang telah disisipi sifat (DNA) baru biasanya akan memiliki
sifat baru itu. Makhluk hidup yang demikia itu disebut makhluk hidup transgenik
(GMO=Genetic Manipulating Organism).

2) Fusi Fotoplasma
Fusi protoplasma adalah penggabungan dua sel dari jaringan yang sama
(organisme berbeda) dalam suatu medan listrik. Fusi protoplasma pada tumbuhan
melalui tahap-tahap:
1. Menyiapkan protoplasma dari sel-sel yang masih muda karena dinding sel tipis
serta protoplasma yang banyak dan utuh
2. Mengisolasi protoplasma sel dengan cara menghilangkan dinding selnya dengan
menggunakan enzim kemudian dilakukan penyaringan dan sentrifugasi berkali-
kali
3. Protoplasma yang didapat kemudian diuji viabilitasnya (aktivitas hidupnya)
dengan cara melihat aktivitas organel, misalnya melihat aktivitas fotosintesisnya.
Fusi protoplasma pada sel hewan dan manusia sangat berguna terutama untuk
menghasilkan hibridoma. Hibridoma merupakan hasil fusi yang terjadi antara sel
pembentuk antibody dan sel mieloma. Sel pembentuk antibodi ini adalah sel limfosit
B, sedangkan sel mieloma sendiri merupakan sel kanker. Sel hibridoma yang
dihasilkan dapat membelah secara tidak terbatas seperti sel kanker, tetapi juga
menghasilkan antibodi seperti sel-sel limfosit B. Hibridoma yang dihasilkan diseleksi
karena setiap sel menghasilkan antibodi yang sifatnya khas. Satu antibodi yang
dihasilkan spesifik untuk satu antigen. Setiap hibrid ini kemudian diperbanyak
(dikloning). Oleh karena antibodi ini berasal dari satu klon maka antibodi ini
disebut antibodi monoklonal.

3) Kultur Jaringan
Pelaksanaan teknik kultur jaringan bertujuan untuk memperbanyak jumlah
tanaman. Tanaman yang dikultur biasanya adalah bibit unggul. Dengan teknik ini,
kita bisa mendapatkan keturunan bibit unggul dalam jumlah yang banyak dan
memiliki sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan sebenarnya
memanfaatkan sifat totipotensi yang dimiliki oleh tumbuhan lain.
Totipotensi yaitu kemampuan setiap sel tumbuhan untuk menjadi individu
yang sempurna. Teori totipotensi ini dikemukakan oleh G. Heberlandt tahun 1898.
Dia adalah seorang ahli fisiologi yang berasal dari Jerman. Pada tahun 1969, F.C.
Steward menguji ulang teori tersebut dengan menggunakan objek empulur wortel.
Dengan mengambil satu sel empulur wartel, F.C. Steward bisa menumbuhkannya
menjadi satu individu wortel. Pada tahun 1954, kultur jaringan dipopulerkan oleh
Muer, Hildebrandt, dan Riker.
Kultur jaringan memerlukan pengetahuan dasar tentang kimia dan biologi.
Pada teknik ini kamu hanya membutuhkan bagian tubuh dari tanaman. Misalnya
batang hanya seluas beberapa millimeter persegi saja. Jaringan yang kamu ambil
untuk dikultur disebut eksplan. Biasanya, yang dijadikan eksplan adalah jaringan
muda yang masih mampu membelah diri. Misalnya ujung batang, ujung daun, dan
ujung akar.

Kultur jaringan dapat dilakukan secara sederhana, yaitu :


a. Mensterilkan eksplan. Caranya adalah direndam dalam alkohol 70% atau kalsium
hipoklorit 5% selama beberapa menit.
b. Gunakan botol atau tabung yang sudah disterilkan, isi dengan media. Masukkan
potongan jaringan yang sudah disterilkan di atas media dalam botol.

Media yang digunakan terdiri atas:

 Unsur-unsur atau garam mineral: Unsur makro: C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg.


Unsur mikro: Zn, Mn, Mo, So.
 Asam amino, vitamin, gula, hormon, dengan perbandingan tertentu.
 Media cair; bahan-bahan di atas dicampur akuades.
 Media padat; bahan-bahan di atas campur dengan agar-agar.
Media cair dan padat tersebut kemudian disterilkan dengan menggunakan
mesin khusus yang disebut dengan autoklaf.
c. Simpan di tempat yang aman pada suhu kamar, tunggu untuk beberapa lama
maka akan tumbuh kalus (gumpalan sel baru). Bisa juga selama pemeliharaan
dilakukan pengocokan dengan mesin pengocok yang bergoyang 70 kali permenit.
Pengocokan dilakukan selama 1,5 - 2 bulan. Tujuan dari pengocokan adalah
untuk merangsang sel-sel eksplan supaya giat bekerja dan memperlancar proses
persiapan zat dan penyebaran makanan merata, serta menjamin pertukaran udara
lebih cepat.
d. Kalus yang tumbuh bisa dipotong-potong untuk dipisahkan dan di tanam pada
media lain.
e. Kalus tersebut akan tumbuh menjadi tanaman muda (plantlet), kemudian
pindahkan ke pot. Jika tanaman tersebut sudah kuat, maka bisa dipindahkan ke
media tanah atau lahan pertanian.
Kultur jaringan dapat disimpan dalam suhu rendah sebagai stok atau
cadangan. Jika sewaktu-waktu diperlukan, maka jaringan ini dapat diambil dan
ditanam. Contoh tanaman yang bisa menjadi objek kultur adalah pisang, mangga,
tebu, dan anggrek.
Keuntungan dari kultur jaringan adalah sebagai berikut.
a. Dalam waktu singkat dapat menghasilkan bibit yang diperlukan dalam jumlah
banyak.
b. Sifat tanaman yang dikultur sesuai dengan sifat tanaman induk.
c. Tanaman yang dihasilkan lebih cepat berproduksi.
d. Tidak membutuhkan area tanam yang luas.
e. Tidak perlu menunggu tanaman dewasa, kita sudah dapat membiakkannya.

2.4 Dampak Bioteknologi Molekuler


Bioteknologi, terutama rekayasa genetika diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan manusia. Misalnya, pemenuhan kebutuhan gizi, peningkatan taraf
kesehatan, produksi pertanian, serta peternakan. Bioteknologi juga menimbulkan
permasalahan – permasalahan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya adalah
sebagai berikut.
2.4.1 Dampak Dibidang Lingkungan
a) Dampak Positif
Bioteknologi dapat digunakan untuk mengurangi pencemaran lingkungan
akibat pemakaian pestisida, yakni dengan ditemukannya tumbuhan yang tahan
terhadap serangan serangga. Selain itu, bioteknologi juga dapat mengurangi
pencemaran limbah dengan penggunaan Thiobacillus ferrooxidans untuk
memisahkan logam dari bijihnya.
b) Dampak Negatif
1) Menimbulkan kerusakan ekosistem, seperti pada tanaman kapas anti serangga yang
berpotensi membunuh serangga yang bukan target, seperti kupu – kupu dan lebah
akibat mengisap nektar tanaman tersebut. Akhirnya, dimulailah kepunahan.
2) Hilangnya plasma nutfah, seperti pada organisme transgenik. Penemuan ini
membuat masyarakat cenderung membudidayakan organisme transgenik tersebut,
sehingga dapat menimbulkan hilangnya plasma nutfah local (alami).
2.4.2 Dampak Dibidang Sosial Ekonomi
a) Dampak Positif
Terjadi persaingan untuk mencari tanaman atau hewan varietas baru melalui
proses rekayasa genetika yang terjadi dikalangan industri.
b) Dampak Negatif
Kesenjangan sosial dan ekonomi pada masyarakat karena produk – produk
dari petani dan peternak tradisional mulai tersisih dengan adanya produk – produk
rekayasa genetika. Hal ini mengakibatkan banyak petani dan peternak tradisional
kehilangan mata pencaharian. Petani maupun peternak tradisional yang ingin
mengembangkan bibit hasil bioteknologi harus mau membayar royalti kepada pihak
penemu bibit tersebut.
2.4.3 Dampak Terhadap Kesehatan
a) Dampak Positif
Adanya penemuan produk – produk obat maupun hormone hasil rekayasa
genetika mengakibatkan produk tersebut lebih mursh dan mudah diperoleh oleh
masyarakat.
b) Dampak Negatif
Penggunaan produk kesehatan hasil rekayasa genetika dapat mengakibatkan
timbulnya alergi. Bahkan, beberapa produk transgenik dapat mengakibatkan
seseorang menjadi resistan terhadap beberapa jenis antibiotik tertentu. Misalnya,
seseorang mengonsumsi tomat Flavr Savr yang mengandung gen resistan terhadap
antibiotik.
2.4.4 Dampak Etika Moral
Penerapan teknologi kloning yang dikhawatirkan akan diterapkan pada
manusia dianggap merendahkan martabat manusia. Kloning pada manusia sangat
ditentang karena tidak sesuai dengan etika moral dan melanggar aturan agama. Oleh
karena itu, para ilmuwan diharapkan dapat bersikap dan bertindak bijaksana dalam
melakukan rekayasa genetika.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bioteknologi Molekuler adalah penggabungan antara teknologi DNA
rekombinan dengan bioteknologi melahirkan suatu bidang studi yang sangat dinamis
dan kompetitif. Penerapan bioteknologi molekuler yaitu dalam rekayasa genetika
dimana prinsip dasar dalam rekayasa genetika, yaitu 1) DNA rekombinan, 2) fusi
protoplasma, dan 3) kultur jaringan. Dampak dari bioteknologi molekuler terutama
rekayasa genetika diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan manusia. Misalnya,
pemenuhan kebutuhan gizi, peningkatan taraf kesehatan, produksi pertanian, serta
peternakan.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam menciptakan produk bioteknologi selalu menggunakan pola
pikir ilmiah dan selalu memperhatikan aturan etika dan moral yang ada. Tuhan
menganugerahi pola pikir ilmiah agar manusia dapat menggunakannya untuk
menciptakan produk – produk yang bermanfaat bagi manusia tanpa menimbulkan
dampak negatif yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

Anda mungkin juga menyukai