KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
“Fungsi Agen Pembaharu, Tokoh Masyarakat dan Saluran Komunikasi”
Disusun oleh:
Kelompok 5
Chandra Khairurrizal 200110180233
Cindy Fuzy 200110180178
Daffa Ferdiansyah 200110180312
Darian Januar M 200110180092
Daya Berdoa 200110180134
Dena Abdul A 200110180048
Deriano Nur Syahban 200110180304
Desti Rahayu 200110180017
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah swt. yang telah memberikan
nikmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Fungsi Agen Pembaharu, Tokoh Masyarakat dan Saluran Komunikasi”. Shalawat
serta salam tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan
umat di dunia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Mochamad Ali Mauludin,
S.Pt,M.Si. selaku dosen mata kuliah Komunikasi Pembangunan. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
3.2.Pembahasan Kasus
IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KOMPAS.com — Ide bisnis bisa datang dari mana saja, termasuk dari
lingkungan sekitar. Hal ini pula yang terjadi pada Noviyanto, produsen keju lokal
asal Boyolali. Ia terinspirasi mengolah susu hasil ternak sapi perah warga Boyolali
karena potensi yang melimpah tidak dibarengi pemanfaatan yang maksimal. Tak
jarang, produksi susu terbuang karena kelebihan produksi.
Lantaran biaya membangun pabrik keju tidak sedikit, pria yang akrab disapa
Novi ini pun mencari tambahan modal dari teman-temannya. Dengan sokongan
modal dari temannya, lulusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Solo ini
merintis pabrik keju Indrakila pada 2009.
Pabrik yang berlokasi di Dukuh Karangjati, Karanggeneng, Boyolali, Jawa
Tengah, ini mampu memproduksi setidaknya 50 kilogram (kg) keju per hari. Ada
tiga jenis keju yang diproduksi dan dipasarkan secara ritel ke supermarket, yaitu
mozarela, keju keraf, dan keju feta. Produk ini sudah mendapat izin Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Selain itu, Novi juga memproduksi beberapa jenis keju yang belum
mendapat izin BPOM. "Yang belum dapat izin tidak boleh dijual untuk ritel. Jadi,
murni untuk industri. Itu legal," tuturnya.
Tiap hari, pria kelahiran 33 tahun silam ini memasok bahan baku susu segar
dari Koperasi Serba Usaha (KSU) di Boyolali. KSU ini beranggotakan sekitar 600
peternak sapi perah Boyolali.
Bapak dua anak ini berharap, perlahan apa yang dilakukannya bisa
memajukan kesejahteraan para peternak di sana. "Sekarang, yang saya lakukan
masih kecil dampaknya untuk Boyolali. Kota ini menghasilkan 110 ton susu tiap
hari, sedangkan saya baru manfaatkan 0,5 ton per hari," ungkapnya.
Kini, keju buatan Novi sudah dipasarkan hingga ke Bali, Semarang,
Yogyakarta, dan Solo. Selain dijual ritel, kebanyakan pembeli berasal dari pemilik
restoran atau usaha yang membutuhkan keju sebagai pelengkap. Harganya berkisar
Rp 85.000-Rp 135.000 per kg, tergantung jenis dan jumlah pembelian.
Dari bisnis keju lokal ini, Novi bisa mencetak omzet rata-rata Rp 60 juta
sebulan. "Tahun depan, saya targetkan bisa mencapai ratusan juta sebulan," ujarnya
optimistis.
Pencapaian omzet terus menanjak tak terlepas dari target konsumen yang
dibidik, yakni skala industri dan ekspatriat. Memang, pembeli ritel pun mayoritas
dari kalangan ekspatriat. "Justru mereka yang menyukai keju lokal karena rasanya
lebih segar, sedangkan orang kita malah lebih suka keju impor," tutur Novi.
Ia berharap suatu saat nanti keju lokal bisa lebih diterima masyarakat Indonesia.
Jika itu terjadi, Novi yakin industri keju lokal akan mudah berkembang.
Kerja kerasnya sejauh ini telah membawanya terpilih menjadi salah satu penerima
anugerah Satu Indonesia Awards 2012 yang digagas Astra International
Setidaknya, demi mengamankan suplai susu berkualitas bagus, Noviyanto
terus memaksimalkan para peternak anggota Koperasi Simpan Usaha (KSU) Keju
Boyolali. Ia tak bosan mengingatkan para peternak supaya segera menjual susu
setelah diperah. Pasalnya, susu akan berkualitas buruk, bahkan basi jika tidak diolah
dalam waktu 4 jam.
ANALISIS
Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change,
yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan sebagai
pemimpin satu atau lebih lembaga kemasyarakatan. Pada kasus ini ditunjukan
dengan agen pembaharu yaitu Noviyato secara tidak langsung mendapat
kepercayaan dari masyarakat (para peternak) daerah setempat menjadi pemimpin
bagi para peternak untuk melancarkan inovasi yang dia usung. Beliau dapat
mempengaruhi peternak untuk menerima inovasi yang dibawa dan membantu
terlaksananya perubahan sosial yang terencana.
Kasus ini berhubungan juga dengan peranan agen pembaharu misalnya
membangkitkan kebutuhan untuk berubah pada peternak dengan memanfaatkan
susu yang diproduksi untuk dijadikan keju sebagai solusi dari over produksi yang
pernah terjadi. Selain itu agen pembaharu juga mengadakan hubungan pertukaran
informasi dengan rekan-rekannya dalam suatu forum, investor dan lembaga-
lembaga lain.
Peranan agen pembaharu berikutnya yaitu merencanakan tindakan
pembaharuan, dengan adanya inovasi berupa pabrik keju ini dipastikan harus ada
perencanaan terlebih dahulu agar usaha berjalan dengan lancar dan berupaya untuk
memelihara program pembaharuannya dengan cara mencari lisensi seperti “halal”,
BPOM dan ISO.