Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
“Fungsi Agen Pembaharu, Tokoh Masyarakat dan Saluran Komunikasi”

Disusun oleh:
Kelompok 5
Chandra Khairurrizal 200110180233
Cindy Fuzy 200110180178
Daffa Ferdiansyah 200110180312
Darian Januar M 200110180092
Daya Berdoa 200110180134
Dena Abdul A 200110180048
Deriano Nur Syahban 200110180304
Desti Rahayu 200110180017

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah swt. yang telah memberikan
nikmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Fungsi Agen Pembaharu, Tokoh Masyarakat dan Saluran Komunikasi”. Shalawat
serta salam tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan
umat di dunia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Mochamad Ali Mauludin,
S.Pt,M.Si. selaku dosen mata kuliah Komunikasi Pembangunan. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Sumedang, 04 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................


DAFTAR ISI ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1.1.Latar Belakang .....................................................................................
1.2.Identifikasi Masalah .............................................................................
1.3.Maksud dan Tujuan ..............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................
3.1.Pembahasan ..........................................................................................
3.2.Pembahasan Kasus ...............................................................................
BAB IV ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN ARTIKEL ...................................................................................
I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tridharma perguruan tinggi merupakan salah satu tanggung jawab yang
harus ditopang penuh oleh mahasiswa, karena mahasiswa merupakan salah satu
agen pembaharu, oleh karena itu sebagai mahasiswa peternakan perlu untuk
mengetahui mengenai peranan agen pembaharu.
Agen pembaharu perlu mengetahui komunikasi yang baik dalam
melaksanakan tugasnya, karena komuniksi sangatlah penting untuk dipahami
oleh setiap manusia khususnya mahasiswa peternakan, karena komunikasi
adalah dasar dari setiap kegiatan atau aktivitas yang hendak dilakukan.
Mengenal dan bekerjasama atau berhubungan dengan tokoh masyarakat
perlu dilakukan oleh agen pembaharu agar dapat melaksanakan tugas dengan
sebaik mungkin untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.

1.2. Identifikasi Masalah


 Apa pengertian agen pemabaharu, tokoh masyarakat dan saluran
komunikasi, keputusan inovasi kolektif, keputusan inovasi kekuasaan dan
konsekuensi inovasi ?
 Apa peranan agen pemabaharu ?
 Apa faktor-faktor keberhasilan agen pemabaharu ?
 Bagaimana hubungan agen pembaharu dengan konsekuensi inovasi ?
1.3. Maksud dan Tujuan
 Mengetahui pengertian agen pemabaharu tokoh masyarakat dan saluran
komunikasi.
 Mengetahui peranan agen pemabaharu
 Mengetahui faktor-faktor keberhasilan agen pemabaharu
 Mengetahui pengertian keputusan inovasi kolektif, keputusan inovasi
kekuasaan dan konsekuensi inovasi.
II
TINJAUAN PUSTAKA

Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change,


yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan sebagai
pemimpin satu atau lebih lembaga kemasyarakatan (Soekanto, 1992). Tugas utama
agen pembaharu adalah menlancarkan jalannya arus inovasi dari pengusaha
pembaharu ke klien. Dunia pendidikan peran ini bisa dilakukan oleh guru sebagai
penerus inovasi dari kepala sekolah, bahkan kepala sekolah sebagai penerus dari
kebijakan Dinas Pendidikan. Fungsi utama agen pembaharu adalah sebagai
penghubung antara pengusaha pembaharu (change agency), dengan klien (client),
dengan tujuan agar inovasi dapat diterima dan diterapkan oleh klien sesuai dengan
keinginan pengusaha pembaharu (Ibrahim, 1988).
Hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seorang
komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap
paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau prilaku manusia berhubung
prosesnya yang dialogis (Liliweri, 1997). Media massa merupakan salah satu alat
dalam proses komunikasi massa, karena media massa mampu menjangkau
khalayak yang lebih luas dan relatif lebih banyak, heterogen, anonim, pesannya
bersifat abstrak dan terpencar. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi massa
sering dipahami sebagai perangkat-perangkat yang diorganisir untuk
berkomunikasi secara terbuka dan pada situasi yang berjarak kepada khalayak luas
dalam waktu yang relatif singkat (McQuail, 2000).
Kepemimpinan pendapat merupakan proses dimana seseorang pemimpin
pendapat secara informal mempengaruhi tindakan atau sikap orang lain dalam
pemenuhan kebutuhan informasi para pencari pendapat atau semata-mata penerima
pendapat. Cara untuk mendapatkan semua informasi yang mereka butuhkan setiap
orang memiliki pemimpin pendapatnya masing-masing baik itu teman, tetangga,
kenalan atau orang asing sekalipun untuk bisa memberikan nasehat atau informasi
akan produk atau jasa tersebut (Leon G Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, 2008).
III
PEMBAHASAN

3.1.Pengertian Agen Pemabaharu Tokoh Masyarakat Dan Saluran Komunikasi,


Keputusan Inovasi Kolektif, Keputusan Inovasi Kekuasaan Dan Konsekuensi
Inovasi

3.1.1. Agen Pembaharu (Change Agent)


Agen pembaharu adalah pekerja profesional yang berusaha
mempengaruhi atau mengarahkan keputusan inovasi orang lain selaras
dengan yang diinginkan oleh Lembaga pembaharuan dimana ia bekerja.
Agen pembaharu merupakan “tangan-tangan" lembaga pembaharu
(badan, dinas atau organisasi, yang bertujuan mengadakan perubahan-
perubahan di masyarakat) (Y. Unang, 2011).
Agen pembaharu (change agent) ialah orang yang bertugas
mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan
yang diinginkan oleh pengusaha pembaharu (change agency) (Ibrahim,
1988).

3.1.2. Tokoh Mayarakat


Orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
yang tumbuh bukan karena ditunjang oleh kekuatan atau birokrasi
formal ( Y. Unang, 2011).
Teknik mengenali tokoh masyarakat :
a. Teknik Sosiometri, yaitu dilakukan dengan menanya anggota
masyarakat kepada siapa mereka minta nasehat atau informasi.
Pemimpin adalah yang banyak disebut oleh responden.
b. Teknik Informans Rating, yaitu yang ditanya orang dianggap
nara sumber/ mengenal situasi sistem sosial dan harus dapat
memilih nara sumber yang dipercaya.
c. Teknik Self Designating, yaitu kepada responden diajukan
serangkaian pertanyaan untuk menentukan seberapa jauh ia
menganggap dirinya sebagai pemimpin.

Ciri-Ciri Tokoh Masyarakat:


a. Memiliki hubungan sosial lebih luas daripada pengikutnya
b. Lebih sering bertatap muka dengan media massa
c. Lebih sering berjalan keluar dan berhubungan dengan agen
pembaharu
d. Tidak menyimpan pengetahuan dan keahliannya untuk dirinya
sendiri tetapi menyebarkan pada pengikutnya.
e. Status sosialnya relative lebih tinggi dibanding pengikutnya.

3.1.3. Saluran Komunikasi


Kecepatan penyebaran inovasi keseluruh pasar tergantung pada
banyaknya komunikasi antara pemasar dan konsumen, maupun
komunikasi antara konsumen (Schiffman dan Kanuk, 2010).
Rogers dalam Mardikanto (1988) menyatakan bahwa saluran
komunikasi sebagai sesuatu melalui mana pesan dapat disampaikan dari
sumber kepada penerimanya. Saluran komunikasi dapat dibedakan
menjadi saluran interpersonal dan media massa. Cangara (2009)
menyebutkan, saluran komunikasi antar pribadi ialah saluran yang
melibatkan dua orang atau lebih secara tatap muka.
Mardikanto (1988) menyebutkan bahwa saluran antar pribadi
merupakan segala bentuk hubungan atau perukaran pesan antar dua
orang atau lebih secara langsung tatap muka, dengan atau tanpa alat
bantu yang memungkinkan semua pihak yang berkomunikasi dapat
memberikan respons atau umpan balik secara langsung.

3.1.4. Keputusan Inovasi Kolektif


Keputusan inovasi kolektif ialah keputusan untuk menerima atau
menolak yang dibuat individu-individu yang ada dalam sistem sosial
melalui “consensus”, prosesnya lebih panjang dan memakan waktu
serta unit pengambilan keputusan adalah dalam sistem sosial.
Paradigma Pengambilan Keputusan Inovasi Kolektif
1) Stimulator minat kearah kebutuhan akan ide-ide baru (oleh
stimulator)
2) Inisiasi ide-ide baru kedalam sistem sosial (oleh inisiator)
3) Legitimasi ide baru (oleh pemegang kekuasaan atau
legitimator)
4) Keputusan untuk melaksanakan penggunaan ide baru ( oleh
anggota sistem sosial).
5) Tindakan atau pelaksanaan penerapan ide baru di masyarakat
(oleh anggota sistem sosial).
Stimulasi ialah terdapat orang yang sadar bahwa sistem sosial
membutuhkan inovasi tertentu dimana anggota sistem sosial belum
anggap penting inovasi. Stimulator biasanya orang dari luar sistem atau
anggota sistem yang berorientasi keluar, keahlian stimulator terletak
pada kompetensinya mengenai inovasi dan berorientasi pada pesan.
Inisiator yaitu ide baru mulai diperhatikan oleh anggota sistem
sosial dan disesuaikan dengan kebutuhan sistem, inisisator membuat
rancangan penggunaan inovasi dalam sistem sosial dengan
menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Inisiator lebih mengenal liku-
liku sistem berorientasi pada sistem, antara inisiator dan stimulator
harus ada jalinan komunikasi yang baik.
Legitimasi yaitu inovasi disetujui oleh orang-orang yang secara
informal mewakili sistem sosial dalam norma-norma dan nilai-nilainya
dan dalam kekuasaan sosial yang mereka miliki. Peranan legitimator
sebagai penyaring ide yang akan dikukuhkan, kecepatan adopsi inovasi
kolektif berhubungan positif dengan tingkat keterlibatan legitimator
sistem sosial itu dalm proses pengambilan keputusan.
Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik
peserta dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang
melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung
pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.

3.1.5. Keputusan Inovasi Otoritas Atau Kekuasaan


Keputusan inovasi otoritas merupakan desakan terhadap seorang
individu oleh seseorang yang menduduki posisi kekuasaan
superordinat. Seseorang (atau tipe unit adopsi lainnya) diminta oleh
seseorang yang menduduki posisi otoritas yang lebih tinggi untuk
mengadopsi atau menolak suatu inovasi.
Keputusan inovasi otoritas ialah pengambilan keputusan yang
didasarkan atas kepemilikan kekuasaan atau kewenangan seseorang
atau yang berada dalam posisi atasan yang memerintahkan kepada unit
adopsi untuk menerima atau menolak inovasi. Penerimaan anggota
terhadap keputusan inovasi otoritas berhubungan positif dengan tingkat
artisispasi dan dengan kohesi (tingkat keterikatan anggota dengan
sistem sosial menurut persepsinya sendiri) (Y. Unang,2011).
Tahap Pengambilan Keputusan Inovasi Otoritas :
a. Tahap Pengenalan
Pengenalan adalah tahap paling penting dalam proses keputusan
otoritas. Pada tahap ini unit pengambil keputusan mengetahui
adanya inovasi. Pengenalan terhadap suatu inovasi itu mungkin
dikomunikasikan oleh bawahan kepada atasan; bawahan
kemudian menunggu persetujuan resmi dari unit pengambil
keputusan. Inilah yang disebut arus difusi inovasi ke atas.
Penyaringan informasi ke atas ini terjadi pada organisasi
terutama yang otokratis. Namun demikian keakuratan data juga
dipengaruhi oleh hubungan interpersonal antara atasan dengan
bawahan, terutama kepercayaan di antara mereka.
b. Tahap Persuasi
Tidak peduli siapa yang menjadi sumber pengenalan inovasi,
unit pengambil keputusan akan meneliti inovasi itu berdasarkan
kebutuhan organisasi. Tahap ini ditandai dengan pencarian
informasi lebih banyak lagi termasuk penilaian terhadap biaya,
kelayakan, kemungkinan pelaksanaannya, dan sebagainya. Pada
hakikatnya di tahap persuasi organisasi sedang mengadakan
suatu percobaan.
c. Tahap Keputusan
Setelah unit pengambil keputusan mencari tahu lebih jauh
mengenai inovasi itu dan telah menilainya berdasarkan
kemanfaatan yang tampak, kelayakannya dan konsekuensi-
konsekuensi yang diharapkan, pada tahap keputusan, unit ini
menetapkan untuk menerima atau menolak inovasi itu.
Penerimaan seseorang terhadap keputusan otoritas
berhubungan positif dengan partisipasinya dalam pembuatan
keputusan; ini berarti bahwa besarnya partisipasi unit adopsi
membawa kecenderungan penerimaan mereka terhadap
keputusan. Di pihak lain, keikutsertaan unit adopsi ini dalam
pembuatan keputusan juga membawa kepuasaan terhadap
keputusan tersebut.
d. Tahap Komunikasi
Jika unit keputusan telah memilih alternative inovasi yang
diterima, informasi ini harus dioperkan melalui arus turun dari
atasan ke bawahan mengikuti pola kekuasaan dalam posisi
hirarkhi unit adopsi. Dalam proses keputusan oprasional tahap
komunikasi ini tidak diperlukan karena pengambil keputusan
adalah juga pelaksananya. Sedangkan dalam keputusan otoritas,
tahap komunikasi merupakan suatu tahap yang menentukan
karena pengadopsian atau penolakan suatu inovasi tidak dapat
dilaksanakan sebelum ada perintah kepada unit adopsi untuk
melaksanakannya.
e. Tahap Tindakan
Tindakan dalam hal ini adalah tahap di mana penggunaan
inovasi itu oleh unit adopsi mulai dilaksanakan. Bisa juga
dikatakan ini merupakan tahap akhir dalam keputusan difusi
inovasi otoritas. Pada tahap ini biasanya tampak jelas
konsekuensi yang berupa tingkah laku, apakah itu
menyenangkan ataukah mengecewakan. Disonansi dalam
organisasi formal ialah tidak cocoknya sikap anggota terhadap
inovasi dengan perilaku nyata (menerima atau menolak inovasi)
yang dituntut oleh unit pembuat keputusan. Jika sikap terhadap
inovasi selaras dengan tuntutan atas maka yang demikian
disebut konsonan.
Paradigma Pengambilan Keputusan Inovasi Otoritas
1) Pengenalan kebutuhan untuk berubah dan inovasi
2) Persuasi dan penilaian terhadap inovasi oleh unit
pengambilan keputusan
3) Keputusan berupa penerimaan atau penolakan oleh unit
pengambilan keputusan
4) Komunikasi keputusan kepada unit-unit adopsi dalam
organisasi
5) Tindakan atau implementasi keputusan pengadopsian
atau penolakan inovasi oleh unit adopsi.
Setidaknya ada dua jenis unit yang terlibat dalam keputusan
inovasi otoritas:
1) Unit Adopsi, yang merupakan individu, kelompok atau
unit lainnya yang mengadopsi inovasi.
2) Unit putusan, yang merupakan individu, kelompok atau
unit lainnya yang
memiliki otoritas yang lebih tinggi dibandingkan unit
adopsi dan yang
menentukan putusan akhir apakah unit adopsi akan me
nerima atau menolak suatu inovasi.

3.1.6. Konsekuensi Inovasi


Konsekuensi inovasi adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu atau sistem sosial sebai hasil dari hasil adopsi atau penolakan
inovasi. Sebuah pembaharuan akan berdampak kecil, bila tidak
disebarluaskan kepada suatu kelompok masyarakat untuk
mempergunakannya. Sebaliknya, Sebuah inovasi akan berdampak
besar bila inovasi tersebut disebarluaskan kepada anggota suatu
kelompok masyarakat dan dipergunakannya. Maka, penemuan dan
difusi menjadi tujuan yang ingin dicapai. Dan ini merupakan
konsekuensi dalam mengadopsi sebuah pembaharuan.
Klasifikasi konsekuensi inovasi :
a. Konsekuensi fungsional (yang diinginkan) dan konsekuensi
disfungsional (tidak diinginkan)
Konsekuensi yang diinginkn adalah akibat yang bermanfaat
yang diperoleh individu atau suatu sistem social Sebaliknya,
Konsekuensi yang tidak diinginkan artinya bila inovasi itu tidak
berfungsi dengan baik pada individu atau suatu sistem sosial.
b. Konsekuensi langsung dan konsekuensi tidak langsung
Konsekuensi Langsung : Perubahan perubahan yang terjadi
langsung saat meresponse terhadap suatu inovasi. Ilustrasinya
ada pada ketika suku suku di Madagaskar berubah dari sistem
sawah kering ke sistem tanah basah. Perubahan ini merubah
tatanan kepemilikan tanah, status social, dan system
pemerintahan.
Konsekuensi Tidak Langsung : Perubahan perubahan yang
terjadi pada suatu individu atau sistem social sebagai akibat dari
suatu inovasi.
c. Konsekuensi yang tampak (manifest) dan konsekuensi yang
tidak tampak (latent)

3.1.7. Peranan Agen Pembaharu


Tugas utama agen pembaharu adalah menlancarkan jalannya arus
inovasi dari pengusaha pembaharu ke klien. Dalam dunia pendidikan
peran ini bisa dilakukan oleh guru sebagai penerus inovasi dari kepala
sekolah, bahkan kepala sekolah sebagai penerus dari kebijakan Dinas
Pendidikan. Fungsi utama agen pembaharu adalah sebagai penghubung
antara pengusaha pembaharu (change agency), dengan klien (client),
dengan tujuan agar inovasi dapat diterima (diterapkan oleh klien sesuai
dengan keinginan pengusaha pembaharu (Ibrahim, 1988).
a. Peranan Agen Pembaharu Dalam Keputusan Inovasi Opsional
(Rogers)
(Apa yang dilakukannya dalam usaha mempengaruhi keputusan
inovasi)
1) Membangkitkan kebutuhan untuk berubah
Agen pembaharu menjalankan fungsi sebagai katalisator
(pembuka kran) dan mempengaruhi klien tentang pentingnya
digunakannya inovasi menuju perubahan yang lebih baik.
2) Mengadakan hubungan untuk perubahan
Setelah tumbuh kesadaran untuk berubah, agen pembaharu
harus dapat menjalin keakraban dengan klien. Keakraban dapat
diperkuat melalui penciptaan kesan yang dapat dipercaya,
kejujuran, dan empati terhadap masalah klien. Sebelum dapat
diterima secara sosial oleh klien, agen pembaharu harus dapat
diterima secara fisik. Terbangunnya hubungan ini penting,
karena menjadi landasan dalam berinteraksi berikutnya.
3) Mendiagnosis Masalah
Mendiagnosis masalah yaitu memahami problematik klien,
mengapa cara yang ada perlu dilakukan perubahan. Untuk dapat
menyimpulkan, agen pembaharu dituntut terjun langsung ke
lapangan dan memahami perilaku klien sebelumnya dan
perubahan yang ditawarkan menurut pandangan klien sendiri,
untuk selanjutnya dicari cara yang terbaik untuk mengatasi. Hal
ini hanya berhasil, jika agen pembaharu memiliki empati yang
tinggi terhadap klien.
4) Mendorong atau menciptakan motivasi untuk berubah pada diri
klien
Agen pembaharu harus dapat memotivasi klien untuk menerima
atau setidak-tidaknya menaruh minat menggunakan inovasi.
Namun, dalam menjalankan peran ini, agen pembaharu harus
tetap berorientasi kepada kebutuhan klien. Ini merupakan tugas
ambigo dan sering menimbulkan konflik peran, karena
posisinya sebagai jembatan dua sistem sosial yang sering
memiliki kepentingan berbeda.
5) Merencanakan tindakan pembaharuan
Setelah timbul minat untuk mengadopsi, agen pembaharu
dituntut dapat mengarahkan perilaku klien untuk menjalankan
rekomendasinya sesuai dengan kebutuhan klien. Ini berarti klien
diharapkan bukan hanya sekedar menyetujui atau berminat
terhadap inovasi, melainkan juga merencanakan program-
program untuk menggunakan inovasi.
6) Memelihara program pembaharuan dan mencegahnya dari
kemacetan (mencapai hubungan terminal).
Peran ini dapat dilakukan secara efektif dengan menyampaikan
pesan-pesan yang menunjang, sehingga klien merasa aman
dan terus berminat mengadopsi inovasi. Tindakan ini penting
terutama, ketika klien masih dalam tahap percobaan sampai
konfirmasi, sebelum klien memutuskan untuk menjadi pemakai
tetap inovasi.
7) Mencapai hubungan terminal
Tujuan akhir agen pembaharu adalah berkembangnya perilaku
“memperbaharui diri sendiri” pada diri klien (Rogers, 1995). Ini
berarti, agen pembaharu dituntut dapat mengembangkan
kliennya sebagai agen pembaharu paling tidak bagi dirinya
sendiri. Kondisi demikian terjadi, jika klien mampu
mengimplementasikan inovasi dan semakin percaya terhadap
kemampuan diri sendiri. Jika kondisi demikian tercapai, maka
agen pembaharu untuk sementara waktu dapat menghentikan
hubungan, namun bukan berarti hubungan berhenti secara total,
akan tetapi agen pembaharu perlu memonitor penggunaan
inovasi, setelah berjalan beberapa waktu
b. Peranan Agen Pembaharu Dalam Keputusan Inovasi Kolektif :
Dapat bertindak sebagai simulator dan mungkin inisiator, tetapi
jarang bertindak sebagai legitimor.
c. Peranan Agen Pembaharu Dalam Keputusan Inovasi Otoritas :
Berperan dalam tahap pengenalan dan tahap persuasi.
d. Peranan Agen Pembaharu Menurut Mosher :
1) Pendidik masyarakat
2) Pelayan masyarakat
3) Penyalur hasil penelitian
4) Membantu proses pengambilan keputusan mendorong produksi
hasil pertanian menjadi rekan kerja yang dapat dipercaya.

3.1.8. Faktor-Faktor Keberhasilan Agen Pemabaharu


1) Usaha agen pembaharu (change agent effort)
2) Lebih berorientasi pada klien (client orientation)
3) Menyesuaikan dengan kebuutuhan sasaran (compatability with
client’s need)
4) Kemampuan empathi (change agent empathy)
5) Homopili dengan sasaran (homophily with client)
6) Kredibilitas agen pembaharu (change agent credibility)
7) Kerjasama dengan pemuka pendapat (work through opinion
leader).

3.1.9. Hubungan Agen Pembaharu Dengan Konsekuensi Inovasi


Agen perubahan seharusnya mengenal kewajiban mereka terhadap
inovasi yang mereka kenal. Mereka harus mampu memprediksi
kerugian dan keuntungan sebelum inovasi mereka tersebut
diperkenalkan kepada klien mereka, tetapi ini jarang dilakukan.
Agen pembaharu dan pengambilan keputusan inovasi perlu
mengetahui tentang unsur-unsur pokok inovasi :
a. Bentuk inovasi : Sesuatu yang dapat diamati langsung dalam
penampilan fisik.
b. Fungsi inovasi : Keguanaan suatu inovasi
c. Makna inovasi : Persepsi anggota-anggota sistem sosial
terhadap inovasi.
Tanggung jawab atas konsekuensi inovasi:
1) Pengambil keputusan harus jeli terhadap inovasi yang akan
disampaikan.
2) Agen pembaharu perlu memberikan masukan yang sebanyak
mungkin kepada pengambil keputusan.
3) Anggota masyarakat harus peka terhadap inovasi yang diberikan.

3.2.Pembahasan Kasus
IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Agen pembaharu (change agent) ialah orang yang bertugas mempengaruhi
klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh
pengusaha pembaharu (change agency). Tokoh masyarakat adalah orang
yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain yang tumbuh
bukan karena ditunjang oleh kekuatan atau birokrasi formal. Saluran
komunikasi adalah aat dimana pesan berpindah darii sumber kepada
pennerima. Keputusan inovasi kolektif ialah keputusan untuk menerima
atau menolak yang dibuat individu-individu yang ada dalam sistem sosial
melalui “consensus”. Keputusan inovasi otoritas ialah pengambilan
keputusan yang didasarkan atas kepemilikan kekuasaan atau kewenangan
seseorang atau yang berada dalam posisi atasan yang memerintahkan
kepada unit adopsi untuk menerima atau menolak inovasi. Konsekuensi
inovasi adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada individu atau sistem
sosial sebai hasil dari hasil adopsi atau penolakan inovasi.
2. Fungsi utama agen pembaharu adalah sebagai penghubung antara
pengusaha pembaharu (change agency), dengan klien (client), dengan
tujuan agar inovasi dapat diterima (diterapkan oleh klien sesuai dengan
keinginan pengusaha pembaharu.
3. Faktor-faktor keberhasilan agen pemabaharu usaha agen pembaharu, lebih
berorientasi pada klien, menyesuaikan dengan kebuutuhan sasaran,
kemampuan empathi, homopili dengan sasaran, kredibilitas agen
pembaharu, kerjasama dengan pemuka pendapat.
4. Hubungan agen pembaharu dengan konsekuensi inovasi ialah Agen
pembaharu perlu memberikan masukan yang sebanyak mungkin kepada
pengambil keputusan, agen perubahan seharusnya mengenal kewajiban
mereka terhadap inovasi yang mereka kenal. Mereka harus mampu
memprediksi kerugian dan keuntungan sebelum inovasi mereka tersebut
diperkenalkan kepada klien mereka, tetapi ini jarang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2016. Keputusan Inovasi dan


Difusi. www.sistempengetahuansosial.com/ (diakses pada 4 November
2019 pukul 20.12 WIB)
Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Rajawali
Pers. Jakarta
Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan. LPTK Depdikbud Dikti. Jakarta.
Mardikanto, T dan Sutarni. 1983. Pengantar Penyuluhan Pertanian dalam Teori
dan Praktek. Hapsara. Surakarta.
McQuail, Denis. 2000. Teori Komunikasi Massa. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Rinalti, Riksma, N. 2012. Keputusan Inovasi Otoritas.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA (diakses
pada 4 november 2019 pukul 20.12 WIB)
Rogers, Everett, M. 1983. Diffusion of Innovations. London: Collier Macmillan
Publishers.
Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. PT Indeks.
Jakarta.
Soekanto, Soerjono. 1992. Kamus Sosiologi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Yunasaf Unang. 2011. KOMUNKASI PEMBANGUNAN: Suatu Rangkuman.
Laboratorium Sosiologi Dan Penyuluhan Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran. Jatinangor.
LAMPIRAN ARTIKEL

Noviyanto, Juragan Keju Lokal dari Boyolali

KOMPAS.com — Ide bisnis bisa datang dari mana saja, termasuk dari
lingkungan sekitar. Hal ini pula yang terjadi pada Noviyanto, produsen keju lokal
asal Boyolali. Ia terinspirasi mengolah susu hasil ternak sapi perah warga Boyolali
karena potensi yang melimpah tidak dibarengi pemanfaatan yang maksimal. Tak
jarang, produksi susu terbuang karena kelebihan produksi.
Lantaran biaya membangun pabrik keju tidak sedikit, pria yang akrab disapa
Novi ini pun mencari tambahan modal dari teman-temannya. Dengan sokongan
modal dari temannya, lulusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Solo ini
merintis pabrik keju Indrakila pada 2009.
Pabrik yang berlokasi di Dukuh Karangjati, Karanggeneng, Boyolali, Jawa
Tengah, ini mampu memproduksi setidaknya 50 kilogram (kg) keju per hari. Ada
tiga jenis keju yang diproduksi dan dipasarkan secara ritel ke supermarket, yaitu
mozarela, keju keraf, dan keju feta. Produk ini sudah mendapat izin Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Selain itu, Novi juga memproduksi beberapa jenis keju yang belum
mendapat izin BPOM. "Yang belum dapat izin tidak boleh dijual untuk ritel. Jadi,
murni untuk industri. Itu legal," tuturnya.
Tiap hari, pria kelahiran 33 tahun silam ini memasok bahan baku susu segar
dari Koperasi Serba Usaha (KSU) di Boyolali. KSU ini beranggotakan sekitar 600
peternak sapi perah Boyolali.
Bapak dua anak ini berharap, perlahan apa yang dilakukannya bisa
memajukan kesejahteraan para peternak di sana. "Sekarang, yang saya lakukan
masih kecil dampaknya untuk Boyolali. Kota ini menghasilkan 110 ton susu tiap
hari, sedangkan saya baru manfaatkan 0,5 ton per hari," ungkapnya.
Kini, keju buatan Novi sudah dipasarkan hingga ke Bali, Semarang,
Yogyakarta, dan Solo. Selain dijual ritel, kebanyakan pembeli berasal dari pemilik
restoran atau usaha yang membutuhkan keju sebagai pelengkap. Harganya berkisar
Rp 85.000-Rp 135.000 per kg, tergantung jenis dan jumlah pembelian.
Dari bisnis keju lokal ini, Novi bisa mencetak omzet rata-rata Rp 60 juta
sebulan. "Tahun depan, saya targetkan bisa mencapai ratusan juta sebulan," ujarnya
optimistis.
Pencapaian omzet terus menanjak tak terlepas dari target konsumen yang
dibidik, yakni skala industri dan ekspatriat. Memang, pembeli ritel pun mayoritas
dari kalangan ekspatriat. "Justru mereka yang menyukai keju lokal karena rasanya
lebih segar, sedangkan orang kita malah lebih suka keju impor," tutur Novi.
Ia berharap suatu saat nanti keju lokal bisa lebih diterima masyarakat Indonesia.
Jika itu terjadi, Novi yakin industri keju lokal akan mudah berkembang.
Kerja kerasnya sejauh ini telah membawanya terpilih menjadi salah satu penerima
anugerah Satu Indonesia Awards 2012 yang digagas Astra International
Setidaknya, demi mengamankan suplai susu berkualitas bagus, Noviyanto
terus memaksimalkan para peternak anggota Koperasi Simpan Usaha (KSU) Keju
Boyolali. Ia tak bosan mengingatkan para peternak supaya segera menjual susu
setelah diperah. Pasalnya, susu akan berkualitas buruk, bahkan basi jika tidak diolah
dalam waktu 4 jam.
ANALISIS
Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change,
yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan sebagai
pemimpin satu atau lebih lembaga kemasyarakatan. Pada kasus ini ditunjukan
dengan agen pembaharu yaitu Noviyato secara tidak langsung mendapat
kepercayaan dari masyarakat (para peternak) daerah setempat menjadi pemimpin
bagi para peternak untuk melancarkan inovasi yang dia usung. Beliau dapat
mempengaruhi peternak untuk menerima inovasi yang dibawa dan membantu
terlaksananya perubahan sosial yang terencana.
Kasus ini berhubungan juga dengan peranan agen pembaharu misalnya
membangkitkan kebutuhan untuk berubah pada peternak dengan memanfaatkan
susu yang diproduksi untuk dijadikan keju sebagai solusi dari over produksi yang
pernah terjadi. Selain itu agen pembaharu juga mengadakan hubungan pertukaran
informasi dengan rekan-rekannya dalam suatu forum, investor dan lembaga-
lembaga lain.
Peranan agen pembaharu berikutnya yaitu merencanakan tindakan
pembaharuan, dengan adanya inovasi berupa pabrik keju ini dipastikan harus ada
perencanaan terlebih dahulu agar usaha berjalan dengan lancar dan berupaya untuk
memelihara program pembaharuannya dengan cara mencari lisensi seperti “halal”,
BPOM dan ISO.

Anda mungkin juga menyukai