Anda di halaman 1dari 16

Laporan Akhir Praktikum Perpetaan Geologi

Peta Geologi Tentatif

Disusun Oleh :

Poppy Milta Ferina (185090701111004)

Asisten Praktikum :

Andri Fatkhul Amri

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum Perpetaan Geologi.
Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan laporan akhir
praktikum Perpetaan Geologi. Laporan ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
laporan ini, yaitu Ibu Faridha Aprilia dan Ibu Mayang Bunga Puspita selaku dosen matakuliah Perpetaan
Geologi, kakak-kakak asisten praktikum yang telah membimbing penulis sewaktu praktikum dan teman-
teman Teknik Geofisika 2018 dan 2017 yang membantu dalam pelaksanaan praktikum dan pengerjaan
hingga penyelesaian laporan akhir praktikum ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan akhir praktikum Perpetaan Geologi ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 19 November 2019

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................................................................... i


Daftar Isi ....................................................................................................................................................... ii
Daftar Gambar ............................................................................................................................................. iii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum.......................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ......................................................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
DASAR TEORI ............................................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Peta Geomorfologi ...................................................................................................... 3
2.2 Aspek-aspek dalam Peta Geomorfologi ........................................................................................ 4
2.3 Morfologi, Morfogenesis, Morfokronologi, dan Morfoarrangement ............................................ 4
BAB III ......................................................................................................................................................... 6
METODOLOGI ............................................................................................................................................ 6
3.1 Peralatan........................................................................................................................................ 6
3.2 Diagram Alir ................................................................................................................................. 6
BAB IV ......................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 7
BAB V ........................................................................................................................................................ 10
PENUTUP .................................................................................................................................................. 10
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 10
5.2 Saran ........................................................................................................................................... 10

ii
Daftar Gambar

Gambar 2.1.1 Peta Geomorfologi 3


Gambar 4.1 Pola Penyaluran 7
Gambar 4.2 Kelurusan 7
Gambar 4.3 Zonasi dan Kemiringan Lereng 8
Gambar 4.4 Pembagian Formasi 9
Gambar 4.5 Jalur Lintasan Pengamatan 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bentuk permukaan bumi selalu mengalami perubahan, perubahan tersebut dapat terjadi secara
alami akibat adanya air, angin, dan panas. Perubahan akibat ulah manusia seperti penggunaan lahan, serta
pembangunan gedung dapat mempengaruhi kondisi permukaan suatu daerah. Salah satu ilmu yang
mempelajari tentang keadaan morfometri daerah, yaitu geomorfologi. Geomorfologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Geomorfologi juga
mempelajari bentuk-bentuk bentangalam, yaitu bagaimana bentangalam itu terbentuk secara
konstruksional yang diakibatkan oleh gaya endogen, dan bagaimana bentangalam tersebut dipengaruhi
oleh pengaruh luar berupa gaya eksogen seperti pelapukan, erosi, denudasi, dan sedimentasi. Air,
angin, dan gletser, sebagai agen yang merubah batuan atau tanah membentuk bentang alam yang bersifat
destruksional, dan menghasilkan bentuk-bentuk alam darat tertentu (landform).
Struktur geomorfologi memberikan informasi tentang asal-usul (genesa) dari bentuklahan. Proses
geomorfologi dicerminkan oleh tingkat pentorehan atau pengikisan, sedangkan relief ditentukan oleh
perbedaan titik tertinggi dengan titik terendah dan kemiringan lereng. Relief atau kesan topografi
memberikan informasi tentang konfigurasi permukaan bentuklahan yang ditentukan oleh keadaan
morfometriknya. Litologi memberikan informasi jenis dan karakteristik batuan serta mineral
penyusunnya, yang akan mempengaruhi pembentukan bentuklahan. Aspek-aspek penyusun satuan
bentuklahan seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diinterpretasikan dari peta maupun foto
udara, yang kemudian dilakukan cek lapangan. Interpretasi foto udara akan memberikan gambaran proses
geomorfologi seperti erosi, sedimentasi, pelapukan dan gerak massa batuan. Disamping itu juga dapat
memberikan gambaran tingkat pentorehan dan relief permukaan secara kualitatif. Interpretasi
fotogeomorfologi tersebut dilakukan dengan mendasarkan pada karakteristik foto udara yang meliputi
rona, tekstur, struktur, pola, ukuran, bentuk, site dan situasi. Kenampakan-kenampakan proses
geomorfologi tertentu akan memberikan karakteristik yang khas pula pada foto udara. Tingkat pentorehan
yang bersifat kualitatif dapat dinyatakan dengan membandingkan kerapatan dan besar alur yang tampak
pada foto udara, demikian pula dengan relief yang secara umum dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan
bentuk, ukuran, pola dan teksturnya.
Informasi beda tinggi yang dapat dipakai untuk mencerminkan relief dapat ditentukan
berdasarkan pola kontur. Beda tinggi, kenampakan dan kerapatan alur, serta kemiringan lereng dapat pula
ditentukan melalui peta topografi. Interpretasi peta geologi menghasilkan informasi struktur geologi dan
litologi, serta secara tidak langsung dapat dipakai untuk menentukan tingkat resistensi batuan, kaitannya
dengan proses pelapukan dan erosi. Berdasarkan informasi struktur seperti dip-strike, kekar, sesar dan

1
lainnya, serta proses geomorfologi yang ada, maka dapat diperkirakan apakah suatu bentuk perbukitan
termasuk tipe denudasional atau struktural-denudasional.
Saat melakukan interpretasi geologi, terdapat berbagai aspek yang ditinjau. Salah satunya
yaitu geomorfologi. Geomorfologi sendiri merupakan ilmu yang digunakan seorang geologis
untuk mempermudah mereka dalam pekerjaan. Terdapat peta geomorfologi yang berisi informasi
bentuk permukaan daerah tersebut. Mulai dari kontur, situs, jalan dan sgala informasi yang
dibutuhkan dalam interpretasi. Terdapat pula beberapa factor pendukung seseorang dalam melakukan
pemetaan geomorfologi. Oleh karena itu, dibuat laporan ini agar orang yang membaca dapat
memahaminya.
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikan mampu menyusun peta geologi tentatif menggunakan data sekunder berupa peta
topografi dan peta geologi.
1.3 Manfaat
Praktikan dapat membuat peta geologi tentatif menggunakan data sekunder berupa peta topografi
dan peta geologi. Praktikan juga dapat lebih memahami cara menentukan kelurusan, pola penyaluran,
besar kemiringan lereng, dan formasi batuan dari peta geologi tentatif.

2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Peta Geomorfologi
Peta geomorfologi atau bisanya disebut Peta Bentuklahan pada hakekatnya adalah suatu
gambaran dari suatu bentangalam (landscape) yang merekam proses-proses geologi yang terjadi di
permukaan bumi. Pada peta satuan geomorfologi sungai (fluvial), proses-proses geologi seperti erosi dan
pengendapan sedimen termasuk di dalamnya. Satuan geomorfologi seperti teras sungai (stream terrace)
dan kipas aluvial (alluvial fans) merupakan representasi dari proses-proses pengendapan pada suatu
sistem sungai dan menjadi dasar dalam penarikan batas pada peta geomorfologi. Metoda pemetaan
geomorfologi biasanya dilakukan dengan cara kombinasi antara penafsiran foto udara (citra satelit),
pemetaan lapangan terhadap bentuk bentuk bentangalam, analisis laboratorium serta menggunakan hasil
survei yang telah dipublikasikan. Pada dasarnya geomorfologi mempelajari bentuk bentuk bentangalam,
seperti bagaimana bentangalam itu terbentuk secara kontruksional yang diakibatkan oleh gaya endogen
dan bagaimana bentangalam tersebut dipengaruhi oleh pengaruh luar berupa gaya eksogen seperti
pelapukan, erosi, denudasi,sedimentasi. Air, angin, dan gletser, sebagai agen yang merubah batuan atau
tanah membentuk bentang alam yang bersifat destruksional, dan menghasilkan bentuk-bentuk alam darat
tertentu (landform) (Bermana,2006).

Gambar 2.1.1 Peta Geomorfologi (Bermana, 2006)


Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari suatu daerah dan proses
pembentukannya mulai dari sungai, bukit, dataran, pantai, dan lainnya. Dalam prosesnya,
terdapat tiga aspek pembentuknya. Yaitu penyusunnya, berupa material penyusunnya seperti

3
bahan kimia yang terdapat di dalamnya. Lalu terdapat susunannya, yaitu bentuk dan susunan
yang dijelaskan melalui struktur geomotrinya. Serta aliran massanya, yang ditunjukkan oleh
tingkat evaporasi, pengendapan dan aspek lainnya. Pemetaan morfologi berupaya untuk
memberikan penjelasan tentang segala bentuk dan objek yang terdapat pada suatu daerah
tersebut dengan melalui pandangan udara, foro maupun peta. Selama itu memperllihatkan
kumupulan element pembentuknnya. Elemen elemen ini jika digambarkan pada peta berupa garis
lengkunan permukaan geometrid dan saling berhubungan membentuk upslope, downslope dan
elemen elemen lainnya. Segala bentuk garis dan gambar yang terdapat didalamnya tentu saja
berisi keterangan nama, situs, penyusun datarannya, komponen medannya. (Huggett, 2011)
2.2 Aspek-aspek dalam Peta Geomorfologi
Menurut Fransiska (2017) suatu peta geomorfologi harus mencakup hal hal sebagai berikut:
a. Peta geomorfologi menggambarkan aspek-aspek utama lahan atau terrain disajikan dalam bentuk
simbol huruf dan angka, warna, pola garis dan hal itu tergantung pada tingkat kepentingan masing-
masing aspek.
b. Peta geomorfologi memuat aspek-aspek yang dihasilkan dari sistem survei analitik (diantaranya
morfologi dan morfogenesa) dan sintetik (diantaranya proses geomorfologi, tanah /soil, tutupan lahan).
c. Unit utama geomorfologi adalah kelompok bentuk lahan didasarkan atas bentuk asalnya (struktural,
denudasi, fluvial, marin, karts, angin dan es).
d. Skala peta merupakan perbandingan jarak peta dengan jarak sebenarnya yang dinyatakan dalam angka,
garis atau kedua-duanya.
Terdapat beberapa cara dalam mengidentifikasi peta geomorfologi dilihat dari
kenampakan geologinya. Seperti melakukan pengamatan struktur geologi yang digambarkan
dalam bentuk kontur pada peta. Pembuatan peta geomorfologi dipermudah dengan adanya data
sekunder berupa peta topografi, peta geologi, foto udara, satelit, radar serta pengamatan langsung
di lapangan.

2.3 Morfologi, Morfogenesis, Morfokronologi, dan Morfoarrangement


Dalam ilmu Geologi, Morfologi disebut Geomorfologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang
batuan dan bentuk luar bumi. Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan
bumi dan perubahan-perubahan yang terjadi pada bumi itu sendiri. Geomorfologi biasanya diterjemahkan
sebagai ilmu bentang alam. Mula-mula orang memakai kata fisiografi untuk ilmu yang mempelajari
tetang ilmu bumi ini, hal ini dibuktikan pada orang-orang di Eropa menyebut fisiografi sebagai ilmu yang
mempelajari rangkuman tentang iklim, meteorologi, oceanografi, dan geografi. Akan tetapi orang,

4
terutama di Amerika, tidak begitu sependapat untuk memakai kata ini dalam bidang ilmu yang hanya
mempelajari ilmu bumi saja dan lebih erat hubungannya dengan geologi. Mereka lebih cenderung untuk
memakai kata geomorfologi. Pada morfologi, mencakup morfometri dan morfografi. Morfometri
mencakup aspek ukuran dan bentuk unsur-unsur penyusun bentuk datarannya. Sedangkan
morfografi susunan objek alami yang ada di permukaan bumi (Yuliastuti, 2015).
Morfogenesis merupakan studi tentang genesa (proses pembentukan) bentang alam. Morfogenesis
adalah geomorfologi berdasarkan asal, proses pembentukan, dan yang bekerja membentuk morfologi
suatu daerah, serta hasil perkembangan lahan tersebut. Morfogenesis dibagi 3, yaitu : Morfostruktur pasif
seperti litologi. Litologi merupakan suatu obyek yang erat hubungannya dengan proses pembentukan
geomorfologi. Perbedaan jenis batuan, struktur, dan resistensi batuan akan membentuk geomorfologi
yang berbeda. Morfostruktur aktif yaitu proses dinamika endogen pembentuk morfologi seperti
vulkanisme maupun tektonik; morfodinamika yaitu dinamika tenaga endogen seperti pelapukan dan erosi
oleh berbagai media seperti air, angin , dan es (Raharjo, 2013).
Morfokronologi merupakan salah satu aspek dari geomorfologi yang mengkaji mengenai runtutan
terjadinya suatu fenomena atau terjadinya bentuk lahan. Selain itu morfokronologi juga dapat diartikan
sebagai ilmu yang mendeskripsikan tentang pertanggalan relatif atau absolut pada suatu bentuklahan
dalam hubungannya dengan proses pembentukannya, aspek morfokronologi merupakan urutan
bentuklahan yang ada di permukaan bumi sebagai hasil proses geomorfologis. Pada aspek ini,
mendeskripsikan tentan pertanggalan relative atau absolut pada suatu bentuk lahan dalam
hubungannyna dengan proses pembentukannya. Aspek ini merupakan urutan bentuk lahan yang
ada di permukaan bumi sebagai hail proses geomorfologi. Morfoarrangement adalah susunan
keruangan dan antar hubungan berbagai macam bentuk lahan dan proses yang berkaitan.
Morfoarrangement ini merupakan salah satu aspek geomorfologi yang sangat krusial dan tidak bisa
dihilangkan. Aspek ini mendeskripsikan tentang pertautan antaara bentuk lahan yang satu dengan
lahan lainnya secara kontekstual dalam suatu susunan keruangan dan berkaitan dengan proses
geomorfik (Fransiska, 2017).

5
BAB III
METODOLOGI
3.1 Peralatan
a. OHP marker
b. Mika putih 6 lembar
c. Penghapus
d. Peta topografi
e. Peta Geologi Regional
3.2 Diagram Alir

Ditentukan pola penyaluran pada peta topografi yang disediakan dengan


OHP marker

Ditentukan kelurusan pada peta topografi tersebut dengan OHP marker

Dibuat zonasi sesuai kerapatan kontur di peta tersebut dengan OHP marker

Ditentukan kemiringan lereng di setiap zona yang telah dibuat (Minimal satu
kemiringan lereng per zona)

Ditentukan formasi batuan yang terdapat pada peta topografi tersebut

6
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada peta topografi yang digunakan (Daerah Pekalongan) terdapat pola penyaluran jenis dendritik. Pola
penyaluran jenis ini adalah pola yang berbentuk seperti cabang batang pohon. Berada di daerah datar
dengan struktur batuan homogen. Pola aliran sungai ini menyerupai penampang pada daun. Sehingga
akan terlihat bahwa sungai induk ini memiliki percabangan yang menuju ke segala arah. Secara umum,
pola aliran sungai yang seperti ini dikontrol oleh litologi yang bersifat homogen. Pola aliran sungai ini
memiliki tekstur sungai yang dikontrol oleh jenis-jenis batuannya. Terdapat pula kelurusan pada peta
topografi ini yang menyebar di setiap zona.

Gambar 4.1 Pola Penyaluran

Gambar 4.2 Kelurusan


Pada peta ini terdapat enam zonasi berdasarkan kerapatan konturnya. Di setiap zona diambil satu
kemiringan lereng. Di zona 1 diambil kemiringan lereng dari ketinggian 100 m hingga 200 m sehinggaa

7
diperoleh kemiringan lereng sebesar 0,95. Pada zona dua diambil kemiringan lereng dengan selisih 100
m dan diperoleh kemiringan sebesar 3,63. Pada zona 3 dengan cara yang sama didapat kemiringan lereng
sebesar 4,08. Di zona 4 diperoleh kemiringan lereng sebesar 3,02 dari selisih ketinggian 100 m. Pada
zona 5 didapatkan kemiringan lereng sebesar 2,72 dengan selisih ketinggian 100 m. Dan pada zona 6
diperoleh nilai kemiringan lereng sebesar 3,9 dengan selisih ketinggian 200 m.

Gambar 4.3 Zonasi dan Kemiringan Lereng


Struktur geologi yang dijumpai berupa lipatan, sesar, kelurusan dan kekar yang melibatkan batuan
berumur Kapur sampai Holosen. Lipatan yang terdapat di lembar ini berarah baratlaut - tenggara. Sesar
yang dijumpai umumnya berarah jurus barat baratlaut - timur tenggara sampai utara baratlaut - selatan
tenggara dengan beberapa berarah timurlaut - baratdaya. Jenis sesar berupa sesar turun, sesar naik dan
sesar geser menganan yang menempati daerah tengah dan selatan lembar. Kelurusan yang sebagian
diduga sesar mempunyai pola penyebaran seperti pola sesar dan umumnya berarah jurus baratlaut - timur
tenggara serta baratlaut - tenggara dengan beberapa timurlaut - baratdaya. Kekar umumnya dijumpai pada
batuan berumur Tersier dan Pratersier. Kekar berkembang baik pada batuan berumur Kapur yang di
beberapa tempat tampak saling memotong. Pada Kapur Awal - Tengah telah diendapkan kelompok
batuan ofiolit yang terdiri dari basal, gabbro dan ultramafik serta sedimen pelagos berupa batugamping
merah dan rijang radiolaria di lantai kerak samudera. Pada tektonik Kapur Akhir batuan kerak samudera
tersebut tercampur dengan sedimen flysch dari sebelah utara karena adanya tumbukan. Kegiatan ini
menghasilkan batuan kompleks Luk Ulo terserpentinkannya batuan ultrabasa. Pada Tersier yakni Eosen -
Oligosen terendapkan batugamping terumbu. Pada Oligosen Akhir menjelang Miosen Awal terjadi lagi
kegiatan tektonik yang menghasilkan endapan olistostrom. Miosen Awal menghasilkan endapan turbidit
formasi Waturanda. Menjelang Miosen Tengah terjadi genang laut dan terendapkannya formasi
Penosogan di daerah selatan lembar bersamaan dengan terendapkannya formasi Rambatan di daerah utara
lembar. Penerobosan batuan bersusunan diorit terjadi pada akhir Miosen Tengah. Kegiatan tektonik yang
disertai kegiatan gunungapi terjadi pada Miosen Akhir sampai Pliosen Awal dan menghasilkan formasi

8
Peniron, Tapak, Halang, Kumbang dan formasi Kalibiuk. Tektonik yang terjadi pada Pliosen Akhir -
Pliosen Awal menyebabkan terjadinya pengangkatan, pelipatan dan pensesaran. Pada masa ini terbentuk
formasi Damar dan Ligung dalam suasana peralihan darat. Pada kala Plistosen Akhir terjadi lagi kegiatan
gunungapi yang menghasilkan satuan batuan gunungapi Jembangan yang kemudian disusul oleh
terendapkannya satuan yang lebih muda.
Di peta topografi yang digunakan terdapat Batuan Gunungapi Jembangan (Qj) berumur Plistosen.
Formasi ini terdiri dari satuan batuan lava andesit, klastika gunung api, lahar dan aluvium (Qjo dan Qjm).
Lahar dan endapan aluvium pada anggota ini terbentuk dari bahan rombakan gunungapi. Adapun aliran
lava dan breksi (Qjya dan Qjma) terendapkan pada lereng yang lebih landai dan jauh dari pusat erupsi.
Litologi dari area penelitian ini secara umum termasuk ke dalam Anggota Batuan Gunungapi Jembangan.
Terdapat pula Anggota Breksi Formasi Ligung (QTlb) yang mencakup batuan breksi gunungapi
(agglomerat) bersusunan andesit, lava andesit hornblende dan tufa. Anggota Breksi Formasi Ligung ini
merupakan bagian atas dari Formasi Ligung.

Gambar 4.4 Pembagian Formasi


Pada peta ini diambil jalur lintasan pengamatan di zona 3. Hal ini dikarenakan zona 3 luas wilayahnya
lebih luas dibandingkan kelima zona lainnya.

Gambar 4.5 Jalur Lintasan Pengamatan

9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum akhir, praktikan Perpetaan Geologi dapat membuat peta geologi
tentatif menggunakan data sekunder berupa peta topografi dan peta geologi regional. Dari peta topografi
tersebut juga dapat ditentukan kelurusan, pola penyaluran, besar keimiringan lereng, dan zona
berdasarkan kerapatan garis kontur. Selain itu dari peta geologi regional yang digunakan, dapat
ditentukan struktur serta formasi batuan pada wilayah yang dipetakan.
5.2 Saran
Agar praktikum kedepannya berjalan secara lebih maksimal dan efektif, diharapkan asisten
praktikum lebih jelas dalam menyampaikan penjelasan materi dan saling berkoordinasi dengan asisten
praktikum lainnya supaya tidak terjadi kesalah pahaman dan menimbulkan kebingungan antara praktikan
dalam menentukan kelurusan dan pola penyaluran serta materi praktikum Perpetaan Geologi.

10
DAFTAR PUSTAKA
Bermana, Ike. 2006. Klasifikasi Geomorfologi Untuk Pemetaan Geologi Yang Telah Dibakukan. Jurnal
Geologi. 4(2) : 161-173.
Fransiska, Lusy. 2017. Studi Geomorfologi Dan Analisis Bahaya Longsor Di Kabupaten Agam,
Sumatera Barat. Jurnal Geologi. 1(1) : 51-57.
Hugget, Richard John.2011.Fundamental of Geomorphology.United Kingdom: University of
Manchester.
Yuliastuti. 2015. Kondisi Geomorfologi dan Karakteristik Sedimen Dasar Laut di Wilayah Perairan
Sebagin Untuk Evaluasi Tapak Pltn di Bangka Selatan. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir.
17(2) : 97-108.
Raharjo, Puguh Dwi. 2013. Penggunaan Data Penginderaan Jauh Dalam Analisis Bentukan Lahan Asal
Proses Fluvial Di Wilayah Karangsambung. Jurnal Geografi. 10(2) : 167-174.

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai