Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepsis neonatorum merupakan salah satu penyebab kematian bayi baru


lahir di dunia. Laporan World Health Organization Statistic tahun 2015
didapatkan angka kematian bayi didunia sebesar 31,7 per 1000 kelahiran
hidup (KH)diantaranya adalah angka kematian neonatal sebesar19,2 per 1000
KH. Afrika dan Mediterania merupakan wilayah dengan angka kematian
neonatal tertinggi yaitu 28 per 1000 KH dan 26,6 per 1000 KH. Salah satu
penyebab kematian neonatal adalah Sepsis neonatorum. Angka kejadian sepsis
neonatorum di negara berkembang sebesar 1,8 – 18 per 1000 KH, sedangkan
di negara maju sebesar 1 – 5 per 1000 KH. Pada tahun 2015 World Health
Organization (WHO) melaporkan kematian akibat sepsis dan penyakit infeksi
pada bayi baru lahir adalah 2,9 per 1000 KH.
Berdasarkan laporan WHO tahun 2015 angka kematian neonatal di
wilayah Asia adalah 24,3 per 1000 KH. Laporan tersebut menunjukkan bahwa
Asia merupakan wilayah urutan ketiga kematian neonatal tertinggi setelah
Afrika dan Mediterania. Sepsis dan penyakit infeksi pada bayi baru lahir
menyumbang kematian neonatal sebesar 3,4 per 1000 KH.
Menurut riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010 didapatkan bahwa sepsis
menempati urutan ke tiga dalam penyebab kematian neonatal dini yaitu 12 %
dan penyebab nomor satu untuk kematian neonatal lanjut (7-28 hari) sebesar
20,5%. Laporan WHO pada tahun 2015 Angka kematian diakibatkan oleh
sepsis dan penyakit infeksi di Indonesia yaitu 1,8 per 1000 KH. Insiden sepsis
neonatorum di beberapa rumah sakit di Indonesia sekitar 1,5-3,72% dengan
angka kematian mencapai 37,09-80%.
Infeksi neonatal dapat terjadi intrauterin melalui transplasental, didapat
intrapartum saat melalui jalan lahir selama proses persalinan, atau
2

pascapartum akibat sumber infeksi dari luar setelah lahir. Infeksi intrapartum
dapat terjadi pada saat melalui jalan lahir atau infeksi asendens bila terjadi
partus lama dan ketuban pecah dini.
Risiko infeksi pada bayi baru lahir dapat dibagi menjadi tiga kategori:
risiko prenatal, risiko nosokomial dan risiko neonatal. Faktor risiko prenatal
meliputi: ketuban pecah dini (KPD) dan infeksi selama kehamilan. Faktor
nosokomial yang dapat menjadi predisposisi neonatal terkena infeksi meliputi:
lama rawat, prosedur invasif, ruang perawatan penuh, staf perawatan, dan
prosedur cuci tangan. Faktor neonatal meliputi: BBLR, jenis kelamin dan
kelainan kongenital.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data di atas penulis ingin memaparkan asuhan kebidanan
yang baik pada Bayi dengan Infeksi Neonatorum.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui tentang Infeksi Neonatorum dan bagaimana Asuhan
kebidanan yang baik pada Bayi dengan Infeksi Neonatorum
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami apa yang dimaksud dengan Infeksi Neonatorum
b. Mengetahui tentang tatalaksana Infeksi Neonatorum
c. Mampu membuat Asuhan Kebidanan yang baik pada Bayi dengan
Infeksi Neonatorum
3

BAB II

INFEKSI NEONATORUM

A. Pengertian
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early infection
(infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena
infeksi diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan sementara infeksi
lambat adalah infeksi yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara
atau tertular dari orang lain.
B. Etiologi
1. Menurut Blane (1961) infeksi pada neonatus bisa melalui beberapa cara :
a. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke placenta. Kuman
melewati placenta dan mengadakan intervilositas masuk ke vena
umbilicus sampai ke janin kuman tersebut seperti, virus : rubella,
poliomelisis, koksakie, variola, dll. Spirokaeta : sifilis. Bakteri : jarang
sekali kecuali E. Colli dan listeria.
b. Infeksi intranatal
1) Pemeriksaan vagina atau manipulasi vagina yang terlalu sering
2) Partus lama
c. Infeksi post partum.
Penggunaan alat-alat perawatan yang tidak steril
d. Cross infection
Infeksi yang telah ada di rumah sakit.
C. Tanda dan gejala.
1. Umum : demam, hipotermia, tampak tidak sehat, malas minum, letargi,
sklerema.
2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, hepatomegali.
4

3. Saluran nafas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, nafas cuping hidung,


merintih sianosis.
4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmoratu, kulit lembab,
hipotensi, takikardi, bradikardia.
5. Sistem saraf pusat : invitabilitas, tremor, kejang, hiporeflerksi, ubun-
ubun menonjol, high pitched cry
6. Hematologi : Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura,
perdarahan (Kapita Selekta Kedokteran Jilid II)
Gejala dan infeksi neonatorum juga tergantung kepada sumbber
infeksi dan penyebaran :
1. Infeksi pada tali pusat (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau
darah dari pusar.
2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan
koma, kejang, epsitotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau
penonjolan pada ubun-ubun.
3. Infeksi pada tulang (ostemiolisis) menyebabkan terbatasnya
pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena Infeksi pada
persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan
sendi yang terkena teraba hangat.
4. Infeksi pada selaput perut (perilositis) menyebabkan pembengkakan
perut dan diare berdarah.
D. Pemeriksaan Penunjang.
Menegakkan diagnosis infeksi perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut :
1. Hitung darah lengkap dengan turunannya
Yang terpenting adalah jumlah sel darah merah (WBC).septik neonatus
biasanya menunjukkan penurunan jumlah white blood cell (WBC),
yaitu kurang dari 500 mm. Hitung jenis darah juga menunjukkan
banyak WBC tidak matang dalam aliran darah. Banyaknya darah tidak
matang dihubungkan dengan jumlah total WBC diidentifikasikan
bahwa bayi mengalami respons yang signifikan.
5

2. Platelet
Biasanya 150.000 sampai 300.000 mm pada keadaan sepsis platelet
munurun, kultur darah gram negatif atau positif, dan tes sensitivitas.
Hasil dari kultur harus tersedia dalam beberapa jam dan akan
mengindikasikan jumlah dan jenis bakteri. Kultur darah atau
sensitivitas membutuhkan waktu 24 – 48 jam untuk mengembangkan
dan mengidentifikasikan jenis patogen serta antibiotik yang sesuai.
3. Lumbal pungsi untuk kultur dan tes sensitivitas pada cairan
serebrospinal. Hal ini dilakukan jika ada indikasi infeksi neuron.
4. Kultur urine
a. Kultur permukaan (surface culture)
Untuk mengidentifikasi kolonisasi, tidak spesifik untuk infeksi
bakteri.
b. Pencegahan infeksi pada neonatus
Cara pencegahan pada neonatus dapat dibagi sebagai berikut :
1) Cara umum
a) Pencegahan infeksi neonatus sudah harus dimulai dari periode
antenatal infeksi ibu harus diobati dengan baik, misalnya
infeksi umum, lekorea, dan lain –lain. Di kamar bersalin harus
ada pemisahan yang sempurna antara bagian yang sepsis
dengan aseptik. Pemisahan ini mencakup ruangan, tenaga
perawatan, serta alat kedokteran dan alat perawatan. Ibu yang
akan melahirkan sebelumnya masuk kamar bersalin. Pada
kelahiran bayi, pertolongan harus dilakukan secara aseptik.
Suasana kamar bersalin harus sama dengan kamar operasi. Alat
yang digunakan harus steril.
b) Di kamar bayi yang baru lahir harus ada pemisahan yang
sempurna untuk bayi yang baru lahir dengan partus aseptik dan
partus septik. Pemisahan ini harus mencakup personalia,
fasilitas perawatan, dan alat yang digunakan. Selain itu juga
dilakukan pemisahan terhadap bayi yang menderita penyakit
6

menular. Perawat harus mendapat pendidikan khusus dan mutu


perawatan harus baik, apalagi bila kamar perawatan bayi
merupakan suatu kamar perawatan yang khusus. Sebelum dan
sesudah memegang bayi harus cuci tangan. Mencuci tangan
dengan menggunakan sabun antiseptik atau sabun biasa asal
cukup lama, dalam ruangan harus memakai jubah steril,
masker, dan sandal khusus. Dalam ruangan bayi, kita tidak
boleh banyak bicara, dan bila menderita sakit saluran
pernapasan atas, tidak boleh masuk kamar bayi.
c) Dapur susu harus bersih dan cara mencampur harus aspetik air
susu ibu yang dipompa sebelum diberikan kepada bayi harus
dipasteurisasi dulu. Setiap bayi harus punya tempat pakaian
tersendiri, begitu juga inkubator harus sering dibersihkan dan
lantai ruangan setiap hari harus dibersihkan serta setiap minggu
dicuci dengan menggunakan antiseptik.
2) Cara khusus
a) Pemakaian antibiotik hanya untuk tujuan dan indikasi yang
jelas.
b) Pada beberapa keadaan, misalnya ketuban pecah lama (lebih
dari 12 jam) air ketuban keruh, infeksi sistemik pada ibu, partus
yang lama dan banyak manipulasi intravaginal.
Resusitasi yang berat sering timbul dilema apakah akan
digunakan antibiotik secara prokfilaksis. Penggunaan antibiotik
yang banyak dan tidak terarah dapat menyebabkan timbulnya
jamur yang berlebihan, misalnya kandida albikans. Sebaliknya
jika terlambat memberikan antibiotik pada penyakit infeksi
neonatus, sering berakibat kematian.
E. Penatalaksanaan
1. Suportif
a. Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa.
7

b. Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan


hipoglikemia.
c. Bila terjadi SIADN (Syndrome of Inappropiate Anti Dieuretik
Hormon) batasi cairan.
d. Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolik.
e. Awasi adanya hiperbilirubinemia.
f. Lakukan transfusi tukar bila perlu.
g. Pertimbangkan nutrisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima
nutrisi enteral.
2. Kausatif
Antibiotik diberikan sebelum kuman penyebab diketahui.
Biasanya digunakan golongan penicillin seperti ampicilin ditambah
tminoglileosida seperti Gentamicin. Pada infeksi nosokomial,
antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang
perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya di berikan van
komisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga.Setelah
dapat hasil biakan dan uji sistematis di berikan antibiotic yang sesuai.
Terapi dilakukan selama 10 – 14 hari. Bila terjadi meningitis,
antibiotic diberikan selama 14 – 21 hari dengan dosis sesuai untuk
meningitis. Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu
secara berkala, imunisasi, pengobatan, terhadap penyakit infeksi yang
diderita ibu. Asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap
keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke
tempat pusat kesehatan bila diperlukan. Pada masa persalinan,
perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptic. Pada masa
pasca persalinan rawta gabung bila bayi normal, pemberian ASI
secepatnya, juag lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan
umbilicus secara steril.
F. Diagnosa Banding
Kelainan bawaan jantung, paru dan organ-organ lainnya.
8

DAFTAR PUSTAKA
1. Cicilia, Monicha. Neonatal Infeksi. Available at
http://id.scribd.com/dokumen. Diunduh pada tanggal 11 Juni 2017
2. Firman. Asuhan Neonatus Normal dan Patologi. 2011. Tangerang
9

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN

KASUS(Pengkajian tanggal 29/9/2019, JAM 08.00 Wita)


Bayi Ny.T , dibawa oleh Bidan ruang nifas ke ruang bayi. Bidan mengatakan bayi
demam, lemah, reflek isap lemah dan bayi tampak tidur terus.
Bayi umur 3 hari, lahir di RS secara SC atas indikasi ibu KPD 26 jam + gagal
induksi pada tanggal 27/9/2019.Bayi ini merupakan anak pertama. Bayi cukup
bulan, sisa cairan ketuban hijau dan baerbau. Berat badan lahir 3300 gram. Berat
badan sekarang 3000 gram.
Satu hari ini bayi tidur terus, tidak mau menetek, ASI ibu baru mulai keluar.
Suhu tubuh bayi : 38,2 ℃, Respirasi Rate 72 x/menit, nadi 160 x/menit.
Wajah bayi tampak pucat, tidak tampak secret pada mata bayi, sclera tidak
ikterik, conjunctiva merah dan mukosa bibir tampak kering.
Tali pusat tampak kering dan tidak berbau.
Leukosit 38 mm³

S : - Bayi demam, lemah, reflek isap lemah dan bayi tampak tidur terus
- Bayi tidak mau menetek

O : - Ku lemah, bayi tidak aktif


- Suhu tubuh: 38,2℃, nadi : 160 x/menit, Respirasi rate 72 x/ menit
- Wajah bayi tampak pucat
- Reflek isap lemah
- Leukosit 38 mm³

A :-Diagnosa: BCB/SMK/SC/bayi hari ke-2 dengan infeksi Neonatorum dan


gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
10

- Diagnosa potensial : ikterik neonatorum


- Masalah potensial : potensial terjadi dehidrasi berat
- Tindakan Segera :
Kolaborasi dengan DPJP unuk pemberian infus dan terapi lebih lanjut
Hasil kolaborasi dengan DPJP:
 IVFD Dextrose 10% 8 tpm
 Ampicilin 150 mg/12 jam/ iv
 Gentamisin 15 mg/24 jam/ iv
 Paracetamol 30 mg/ 8 jam/ iv, jika Temp >38,5℃
 ASI/SF 30 cc/3 jam/OGT
 Rawat tali pusat
 Cek Lab : CRP dan apusan darah tepi

P: - Beri penjelasan ibu dan keluarga keadaan bayinya dan tindakan yang akan
dilakukan

Rasionalisasi : Agar ibu dan keluarga mengerti dengan keadaan bayinya dan
menyetujui tindakan yang akan dilakukan.

- Beri O2 ½ LPM
Rasionalisasi : Untuk memperbaiki oksigenisasi dan sirkulasi dalam tubuh
- Laksanakan hasil kolaborasi dengan DPJP:
 Memasang infus Dextrose 10 % 8 tpm
 Memasang selang OGT
 Beri injeksi Ampicilin 150 mg/iv
 Beri Gentamisin 30 mg/iv
 Cek Lab : CRP dan apusan darah tepi
- Beri bayi baju yang tipis dan selimut yang tidak terlalu erat

Rasionalisasi: Membantu mempercepat penurunan suhu tubuh bayi

- Observasi keadaan umum dan vital sign, dengan monitor vital sign/pulse
oxymetri
11

Rasionalisasi : untuk mengetahui keadaan umum bayi dan perkembangan


dari asuhan yang diberikan
- Kompres bayi
Rasionalisasi : Merupakan cara menurunkan suhu tubuh bayi dengan cara
non farmakologis untuk mencegah suhu tubuh semakin
meningkat dan terjadi kejang
- Beri ASI 30 cc/OGT/ 3 jam
Rasionalisasi: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan mencegah
dehidrasi berat
- Jaga kebersihan selang OGT
Rasionalisasi : Untuk memastikan asuhan yang aman dan mencegah HAI’s
- Ajarkan dan edukasi ibu dan keluarga tentang :
 Tekhnik hand hygine yang benar
Rasionalisasi : agar prosedur cuci tangan efektif
 Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi
Rasionalisasi : Mencegah infeksi nasokomial
 Manfaat pemberian ASI dini
Rasionalisasi : Agar ibu mengetahui sumber nutrisi yang baik dan
mudah diserap oleh bayi
 Makanan yang baik dikonsumsi Ibu menyusui sebagai ASI booster
Rasionalisasi : agar pemulihan kesehatan ibu cepat membaik dan
produksi ASI meningkat
 Cara memerah ASI yang baik
Rasionalisasi: Mencegah ibu pesimis dengan kemampuan produksi
ASI nya dan mencukupi kebutuhan nutrisi bayi
- Lakukan perawatan tali pusat

Rasionalisasi: mencegah terjadinya infeksi tali pusat pada bayi

- Ganti Popok setiap kali basah atau kotor


12

Rasionalisasi : Pakaian yang basah dan kotor mempengaruhi suhu normal


bayi, mengurangi rasa nyaman bayi dan menambah resiko
infeksi

CATATAN PERKEMBANGAN

1. Hari ke-2, tanggal: 30 September 2019 Jam: 08.00 wita


S : Ibu mengatakan bayinya mulai menangis kuat
O : - Ku lemah, gerak mulai aktif
- Temp : 37℃, Nadi : 144 x/menit, Pernafasan : 55 x/ menit
- Wajah bayi tampak kemerahan
- Sklera tidak ikterik
- Reflek isap baik
- Reflek menelan baik
- Bibir masih tampak kering
- Infus terpasang di tangan kanan dextrose 10% 8 tpm(Pump)
- Selang OGT terpasang; residu tidak ada
- Selang O2 sudah tidak terpasang
- Tali pusat tampak kering dan tidak berbau busuk
- BB : 3085 gram
- Hasil Laboratorium : CRP : 0,8 mg/L

A : BCB/SMK/SC hari ke-3 dengan infeksi neonatorum dan gangguan


pemenuhan kebutuhan nutrisi

P : - Observasi keadaan umum dan vital sign

- Melanjutkan hasil kolaborasi dengan DPJP :


 IVFD Dextrose 10% 8 tpm
 Memberi Ampicilin 150 mg/12 jam/ iv
 Memberi Gentamisin 15 mg/24 jam/ iv
13

 Paracetamol 30 mg/ 8 jam/ iv, jika Temp >38,5℃


 ASI/SF 60 cc/3 jam/OGT
 Latih menetek
- Melatih bayi menetek dengan ibunya
- Observasi pola miksi dan defekasi bayi
- Jaga bayi tetap hangat dan kering( pakaikan kembali baju bayi)
- Jaga kebersihan selang OGT
Rasionalisasi : Untuk memastikan asuhan yang aman dan mencegah
HAI’s
- Ajarkan ibu :
 Cara menyusui yang baik dan benar
 Cara perawatan tali pusat yang baik
 Cara menyeka bayi
 Cara perawatan bayi baru lahir

2.Hari ke-3, tanggal 1 Oktober 2019, jam 08.00 wita


S : Ibu mengatakan bayi menetek dengan kuat

O : - Keadaan umum baik, gerak aktif


- Temp : 36,8℃, Nadi 134 x/menit, Pernafasan : 40 x/menit
- Kulit bayi kemerahan
- Mukosa bibir tampak lembab
- Infus terpasang di tangan kanan dextrose 10% 8 tpm(Pump)
- Selang OGT tidak terpasang, terlepas tanggal 30 September 2019, jam
16.30 wita
- Bayi menetek kuat dengan ibu tiap 1-2 jam
- Tali pusat tampak kering dan tidak berbau
- Bayi Miksi : 8 x/hari, defekasi : 2 x/hari
- BB bayi ; 3105 gram

A : BCB/SMK/SC hari ke-4 dengan infeksi neonatorum


14

P : - Observasi Keadaan umum dan vital sign


- Melanjutkan hasil kolaborasi dengan DPJP :
 IVFD Dextrose 10% 5 tpm
 Memberi Ampicilin 150 mg/12 jam/ iv( sampai malam)
 Memberi Gentamisin 15 mg/24 jam/ iv(Sampai malam)
 Lepas selang OGT
- Jaga pola intake dan output bayi
- Jaga bayi tetap hangat, kering dan bersih
- Ajarkan ibu cara memandikan bayi
- Ajarkan ibu cara perawatan tali pusat
- Ajarkan ibu cara memantau suhu bayi

2. Hari ke 4, tanggal 2 Oktober 2019, Jm 08.00 wita


S : Ibu mengatakan bayinya tampak sehat, menetek kuat, aktif dan ibu merasa
senang
O : - Keadaan umum baik, gerak aktif
- Temperatur 36,9℃, nadi 140 x/menit, pernafasan: 34 x/menit
- Bayi tampak aktif
- Bayi tampak kemerahan
- Bayi menetek kuat dengan ibu tiap 1-2 jam
- Tali pusat tampak kering dan tidak berbau
- Bayi Miksi : 8 x/hari, defekasi : 3 x/hari
- BB bayi ; 3100 gram

A : BCB/SMK/SC hari ke-5 dengan infeksi neonatorum

Masalah Teratasi

Diagonsa/masalah potensial teratasi

P : - Observasi Keadaan umum dan vital sign

- Kolaborasi dengan DPJP:


15

 Boleh pulang
 Kontol 1 minggu lagi
 ASI on demand
- Melepas infus
- Ajarkan ibu tanda dan bahaya pada bayi melalui optimalisasi Buku KIA
16

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Riwayat kehamilan dan persalinan patologis, terutama Ketuban Pecah Dini
dapat meningkatkan resiko bayi lahir dengan Infeksi Neonatorum.
2. Observasi yang kurang terhadap bayi dari ibu yang kehamilan dan
persalinan patologis dapat membahayakan Bayi
3. Pemenuhan Intake dan Nutrisi adekuat yang kurang pada bayi dengan ibu
yang memiliki keterbatasan mobilitas dapat berakibat fatal.

B. Saran
1. Bayi yang lahir dari ibu yang memiliki riwayat kehamilan dan persalinan
patologis perlu diawasi ketat, terutama pada ibu dengan KPD > 18 jam,
maka bayi diobservasi ketat 48 jam
2. Intake atau pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi yang lahir dari ibu
yang keadaan umumnya tidak baik, perlu adanya peran aktif Bidan dalam
pemberiannya, baik itu dengan memberi ASI perah atau mengajarkan IMD
pada Ibu dan Bayi
3. Asuhan yang tepat waktu dan sesuai prosedur dapat menyelamatkan Bayi

Anda mungkin juga menyukai