Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DHF DI RUANG


ANTURIUM RSD dr. SOEBANDI JEMBER

oleh:
Meisita Tiara Nilamastuti, S.Kep.
NIM 112311101052

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1. Pengertian
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD)/dengue
haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue, yang merupakan penyakit infeksi tropis. Manifestasi klinis
pada pasien DHF demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik.
Pada BDB/DHF terjadi perembasan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga
tubuh (Sudoyo, 2007 dalam buku Nurarif, 2013).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2009).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 2007). Adapun klasifikasi DHF
menurut WHO sebagai berikut:
1. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji
tourniquet positif).
2. Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
3. Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun
(20 mmHg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi).
4. Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur.

2. Etiologi
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu
virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat
di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis
virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirusini berdiameter 40
nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagaimacam
kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK
(Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes
Albopictus.
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lainmerupakan vektor yang kurang berperan.infeksi
dengan salah satu serotipe akanmenimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita,2009).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga
ia masihmungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun
virus dengue tipelainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi
jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untukkedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virusdengue untuk pertama
kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya
melalui plasenta. (Soedarto, 1990).
Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF)
disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam family flaviviridae genus
flavivirus. Virus dengue ditularkan dari seorang penderita ke orang lain
melalui gigitan nyamuk genus Aedes, yaitu nyamuk aedes aegypti betina.
Aedes aegypti tersebar di daerah tropis dan subtropis yang merupakan vektor
utama.
3. Tanda dan gejala
Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :
a. Demam tinggi selama 5-7 sampai 40°C dan mendadak
b. Anoreksia (mual, muntah) tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
c. Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
d. Nyeri kepala
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
f. Uji tourniquet positif
g. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
h. Trombositopenia (< 100.000/ mm3)
i. Sakit kepala.
j. Pembengkakan sekitar mata.
k. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
l. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).

4. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplemen sehingga terjadi
komplek imun Antibodi–virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan
melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin,serotinin, trombin, Histamin), yang akan
merangsang PGE2 di Hipotalamus sehinggaterjadi termo regulasi instabil yaitu
hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+dan air sehingga terjadi
hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkanpermeabilitas
dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanyakomplek
imun antibodi–virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga
terjadigangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal
tersebutmenyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan
jika shocktidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis
metabolik. Asidosismetabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang
akhirnya tejadi perlemahansirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun
jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya
dapat hidup dalamsel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia
terutama dalam kebutuhanprotein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada
daya tahan tubuh manusia.sebagaireaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi
sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan
peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang
intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan
ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan
terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel
endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler;
(2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2009).
5. Pathway
6. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1. Perdarahan luas.
2. Shock atau renjatan.
3. Effuse pleura
4. Penurunan kesadaran.

7. Klasifikasi
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi
menjadi 4 tingkat yaitu :
1. Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umumtidak khas, uji tourniquet hasilnya positif
2. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan
spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis,
melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.
3. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg)
tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah
80 mmHg.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140
mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

8. Pemeriksaan penujang
 Pemeriksaan laboratorium
a. Ig.G dengue positif
b. Trombositopenia
c. Hemoglobin meningkat
d. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hiponatremia dan
f. hipokalemia
g. Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia,
aneosinophilia,
h. peningkatan limposit, monosit dan basofil
i. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
j. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
k. Waktu pendarahan memanjang
l. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis
metabolik: PCO2 < 35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah
 Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan
cara haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan
komplemen pada pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan
pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam dan masa penyembuhan (
104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan serologi ini
di ambil darah vena 2 – 5 ml
Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di
jumpai pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada DHF adalah sebagai berikut:
 Medik
a. DHF tanpa Renjatan
1) Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
2) Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
3) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk
anak <1 th dosis 50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika
15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3
mg / Kg BB anak <1 th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ Kg
BB.
4) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

b. DHF dengan Renjatan


1) Pasang infus RL
2) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander
( 20 – 30 ml/ kg BB )
3) Tranfusi jika Hb dan Ht turun
 Keperawatan
a. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
1) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit tiap 4 Jam
2) Observasi intake - output
3) Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda
vital tiap 3jam ,
4) Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital,
pemeriksaan Hb, Ht, Thrombosit, perhatikan gejala seperti nadi
lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit
perut, beri infus.
5) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri
O2, pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter,
observasi produksi urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombosit.
b. Resiko Perdarahan
1) Obsevasi perdarahan : Peteckie, Epistaksis, Hematomesis dan
melena
2) Catat banyak, warna dari perdarahan
3) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro
Intestinal
c. Peningkatan suhu tubuh
1) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
2) Beri minum banyak
3) Berikan kompres
9. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan .
pengkajian pada pasien dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik
wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya
meliputi :
a. Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari
berbagai sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan
lainnya).
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
c. Kaji riwayat keperawatan.
d. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah,
tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok
(denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama
pada ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
keperawatan
1. Hipertermia b/d NOC: NIC:
proses infeksi 1. Hidration 1. Monitor tekanan darah, nadi
2. Adherence behavior dan respiratory rate
3. Immune status 2. Tingkatkan intake cairan dan
4. Risk control nutrisi
5. Risk detection 3. Berikan anti piretik jika
Kriteria hasil: diperlukan
1. Temperature stabil : 36,5 –
37,5°C
2. Tidak ada kejang
3. Tidak ada perubahan warna
kulit
2. Gangguan NOC NIC
volume cairan 1. Fluid balance Fluid management
2. Hydration 1. Timbang popok jika perlu
3. Nutritional status: food and 2. Monitor vital sign
fluid intake 3. Monitor masukan makanan
Kriteria hasil: atau cairan
1. Produksi urine= 1-2 4. Kolaborasikan pemberian
cc/BB/jam. cairan infus
2. TTV dalam batas normal= 5. Tawarkan makanan ringan
Tekanan darah () (jus buah, buah segar) untuk
Nadi () anak usia bermain sampai
Pernafasan () remaja/dewasa
suhu tubuh () Hypovolemia management
3. Tidak ada tanda-tanda 1. Monitor status cairan
dehidrasi, elastisitas turgor termasuk intake dan output
kulit baik, membran cairan
mukosa lembab, tidak ada 2. Monitor tingkat Hb dan Ht
rasa haus yang berlebihan. 3. Monitor tanda vital
4. Monitor berat badan
3. Ketidakseimban NOC: NIC
gan nutrisi 1. Nutritional status Weight Management (1260)
kurang dari 2. Nutritional status: Food 1. Bina hubungan dengan
kebutuhan tubuh and fluid intake keluarga klien
3. Nutritional status: nutrient 2. Jelaskan kelurga klien tentang
intake kondisi berat badan klien
4. Weight control 3. Jelaskan resiko dari
kekurangan berat badan
Kriteria Hasil: 4. Berikan motivasi keluarga
1. Adanya peningkatan berat klien untuk meningkatkan
badan sesuai dengan tujuan berat badan klien
2. Berat badan ideal sesuai 5. Pantau porsi makan klien
dengan tinggi badan 6. Anjurkan klien makan teratur
3. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda malnutrisi
5. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2015.


Nursing Interventions Classification (NIC.)Fifth Edition. Lowa: Mosby
Elsavier

Cahyono, J.B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta:
Kanisius.

Johnson, Marion. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). Lowa: Mosby


Elsavier

Mansjoer, A. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.


Jakarta: EGC.

Ngastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak Sakit. Jakarta: EGC

Nurarif, H. Amin & Kusuma Hadi. 2013. Aplikasi ASuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue Hemorhagic Fever. Jakarta: Sugeng


Seto

Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan
Bidan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai