Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asfiksia neonatal merupakan salah satu penyebab kematian bayi baru lahir terbesar

di dunia. Selain itu asfiksia juga dapat menyebabkan kecacatan dan perlambatan

pertumbuhan serta perkembangan pada bayi. Ikatan Dokter Anak Indonesia

mendefinisikan asfiksia neonatorum sebagai kegagalan napas secara spontan dan teratur

pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan

hipoksemia,hiperkarbia dan asidosis. Sedangkan World Health Organization (WHO),

asfiksia adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.1

Insiden asfiksia neonatal terjadi sebanyak 3-5 bayi dalam 1000 kelahiran. Laporan

dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003

asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak

diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran premature.

Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup

dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan

belajar. Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007. Tiga penyebab utama kematian

perinatal Di Indonesia adalah gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%),

prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12%).2

Gawat napas pada neonatus merupakan kumpulan gejala klinis pada bayi

baru lahir berupa kesulitan bernapas. Gawat napas pada neonatus ditandai dengan

adanya peningkatan usaha bernafas seperti takipneu, pernafasan cuping hidung,

retraksi, dan timbulnya suara nafas tambahan. Kelahiran secara sectio caesarea

1
merupakan salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kejadian

gawat napas pada bayi baru lahir. Gawat napas pada bayi baru lahir dapat

disebabkan oleh takipne transien, sindrom distres respirasi, pneumonia, sindrom

aspirasi mekonium, hipertensi pulmonal, dan pneumotoraks. Gawat napas terjadi

pada lebih dari 7% bayi baru lahir dan merupakan salah satu penyebab bayi

dirawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU).3,4

Sepsis neonatorum adalah sindrom klinik pada bulan pertama kehidupan

bayi akibat respon sistemik terhadap infeksi dengan ditemukannya bakteri

penyebab pada biakan darah. Angka kematian akibat sepsis diperkirakan sebesar

30-50% dari seluruh kematian neonatus.5

Angka Kematian Bayi secara global menurut Millenium Development

Goals (MDG’s) tahun 2015 adalah 43/1.000 kelahiran hidup. Adapun Angka

Kematian Bayi di Indonesia menurut MDG’s tahun 2015 adalah 32/1.000

kelahiran hidup dari target 23/1.000 kelahiran hidup.6 Berdasarkan data Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, penyebab kematian neonatal di

Indonesia sebanyak 35,9% adalah gangguan atau kelainan pernafasan dan

sebanyak 12% akibat sepsis .7 Berdasarkan hasil survey demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian neonatus pada tahun 2012 masih

tinggi yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup meningkat dibandingkan pada tahun

2010 yaitu 26 per 1.000 kelahiran hidup. Di Kalimantan Selatan angka kematian

neonatus meningkat dari 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2010 menjadi

44 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Penelitian terhadap upaya

2
penurunan kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian

neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi.8

Pada makalah ini akan dilaporkan kasus bayi cukup bulan, sesuai masa

kehamilan, berat badan lahir cukup, dengan asfiksia berat dan gawat nafas yang

dirawat inap di Ruang Perinatologi RSUD Damanhuri Barabai sejak tanggal 06

September 2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada kasus ini yaitu

masih tingginya angka kematian neonatus akibat gawat napas.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan kasus ini yaitu untuk mempelajari, mengkaji dan

memperoleh gambaran dalam melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,

penunjang, penentuan diagnosis serta penatalaksanaan pada kasus bayi cukup

bulan, sesuai masa kehamilan, berat badan lahir cukup, dengan asfiksia berat dan

gawat napas.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis.

Dapat memberikan pengetahuan serta keterampilan dalam hal mempelajari,

mengkaji dan memperoleh gambaran dalam melakukan anamnesis, pemeriksaan

fisik, penunjang, penentuan diagnosis serta penatalaksanaan pada kasus yang

diangkat.

3
2. Bagi Pembaca.

Menambahkan informasi serta pengetahuan mengenai bayi cukup bulan,

sesuai masa kehamilan, berat badan lahir cukup, dengan asfiksia berat dan gawat

napas.

3. Bagi Dokter Spesialis Anak.

Menambah data yang ada dan dapat dipakai sebagai pengembangan

pengetahuan agar dapat menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas bayi akibat

asfiksia berat dan gawat napas.

Anda mungkin juga menyukai