1
MENGANALISIS KONSEP DAN METODE
PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Disusun oleh :
SARAH AZZAHRA
KELAS XI IIS 2
SMA AL – KAUTSAR BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Pengertian dan Konsep Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional merupakan seluruh pendapatan yang diterima oleh seluruh
anggota masyarakat atau seluruh rumah tangga keluarga (RTK) dalam suatu negara
dengan kurun waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun. Pendapatan nasional
dapat juga diartikan sebagai hasil produksi nasional, yang berarti nilai hasil produksi
yang dihasilkan oleh seluruh anggota masyarakat suatu negara dalam waktu tertentu,
biasanya satu tahun.
Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga barang atau jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan maupun instansi asing yang terkait, asalkan wilayahnya masih dalam wilayah
suatu negara atau domestik tersebut. Contohnya seperti perusahaan X dari Jepang yang
mempunyai cabang di Indonesia, hasil berupa barang dan jasa tersebut termasuk ke
dalam GDP. Barang yang dihasilkan termasuk modal yang belum diperhitungkan, maka
bersifat bruto atau/kotor.
Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak
lain seperti pajak hadiah, pajak penjualan, dan lain-lain.
Disebut juga dengan disposible income yaitu pendapatan yang siap untuk
dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan
yang disalurkan menjadi investasi.
DI = PI – Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak
lain, seperti pajak pendapatan.
1. Kurva Lorenz
2. Rasio Gini
C. KETIMPANGAN PEMBANGUNAN
Ketimpangan pembangunan di Indonesia selama ini berlangsung dan
berwujud dalam berbagai bentuk, aspek, atau dimensi. Bukan saja berupa ketimpangan
hasil – hasilnya. Misalnya, dalam hal pendapatan per kapita, tetapi juga ketimpangan
kegiatan atau proses pembangunan itu sendiri. Bermunculannya kawasan – kawasan
kumuh di tengah beberapa kota besar, serta (sebaliknya dilain pihak) hadirnya kantong –
kantong pemukiman mewah ditepian kota atau bahkan didaerah pedesaa, adalah satu
bukti nyata ketimpangan yang berlangsung dapat kita saksikan dan rasakan.
Upaya untuk mengatasi ketimpangan – ketimpangan yang terjadi, menurut
penilaian beberapa kalangan, sebetulnya sudah mulai dirintis sejak awal pelita III. Ketika
itu urutan trilogy pembangunan dirasionalisasikan dengan menempatkan pemerataan
sebagai prioritas pertama, bahkan dipertahankan hingga pelita IV.
Ketimpangan sektoral dan ketimpangan regional dalam pembangunan dapat
ditengarai antara lain dengan menelaah perbedaan mencolok dalam aspek – aspek seperti
penyerapan tenaga kerja, alokasi dana perbankan, investasi dan pertumbuhan.
Ketimpangan pertumbuhan antar sektor bukan saja terjadi pada masa lalu sejak pelita I
hingga pelita V. akan tetapi juga memang “direncanakan” untuk masa-masa yang akan
datang.
Ketimpangan pertumbuhan antarsektor, khususnya antarsektor pertanian dan
sektor industri pengolahan, harus dipahami secara arif. Ketimpangan pertumbuhan
sektoral ini bukanlah “kecelakaan” atau akses pembangunan. Ketimpangan ini lebih
merupakan ini lebih merupakan sesuatu yang disengaja atau memang terencana. Hal itu
terkait dengan cita-cita nasional atau setidak-tidaknya selaras dengan kehendak para
perencana pembangunan untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara industri.
D. KESENJANGAN SOSIAL