Anda di halaman 1dari 13

KD 4.

1
MENGANALISIS KONSEP DAN METODE
PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas keterampilan EKONOMI

Disusun oleh :

SARAH AZZAHRA

KELAS XI IIS 2
SMA AL – KAUTSAR BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Pengertian dan Konsep Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional merupakan seluruh pendapatan yang diterima oleh seluruh
anggota masyarakat atau seluruh rumah tangga keluarga (RTK) dalam suatu negara
dengan kurun waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun. Pendapatan nasional
dapat juga diartikan sebagai hasil produksi nasional, yang berarti nilai hasil produksi
yang dihasilkan oleh seluruh anggota masyarakat suatu negara dalam waktu tertentu,
biasanya satu tahun.

Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional

Menghitung pendapatan nasional adalah hal penting karena memiliki banyak


manfaat seperti.

1. Mengetahui tingkat kemakmuran suatu negara.


2. Mengevaluasi kinerja perekonomian dalam skala tertentu.
3. Mengukur perubahan perekonomian dari waktu ke waktu
4. Membandingkan kinerja ekonomi antar sektor.
5. Sebagai indikator kualitas hidup suatu negara.
6. Sebagai indikator perbandingan kinerja ekonomi antar negara.
7. Sebagai indikator perbandingan kualitas standar hidup satu negara dengan
negara lain.
8. Sebagai ukuran dan perbandingan pertumbuhan ekonomi dari waktu ke
waktu.
9. Sebagai ukuran dan perbandingan pertumbuhan ekonomi dan kekayaan
antar negara.

Konsep Pendapatan Nasional

a. Produk Domestik Bruto (GDP)

Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk


berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah
suatu negara atau domestik selama satu tahun.

GDP = Pendapatan Masyarakat DN (dalam negeri) + Pendapatan Asing DN

Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga barang atau jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan maupun instansi asing yang terkait, asalkan wilayahnya masih dalam wilayah
suatu negara atau domestik tersebut. Contohnya seperti perusahaan X dari Jepang yang
mempunyai cabang di Indonesia, hasil berupa barang dan jasa tersebut termasuk ke
dalam GDP. Barang yang dihasilkan termasuk modal yang belum diperhitungkan, maka
bersifat bruto atau/kotor.

b. Produk Nasional Bruto (GNP)


Produk Nasional Bruto (Gross National Product) merupakan nilai produk berupa
barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu
tahun, termasuk yang dihasilkan oleh warga negara tersebut yang dihasilkan dil uar
negeri. Contohnya seperti seseorang pria dari Indonesia yang menjual pakaian di
Malaysia, hasil berupa barang dan jasanya termasuk dalam GNP.

GNP = Pendapatan WNI DN + Pendapatan WNI LN (luar negeri) –


Pendapatan Asing DN

c. Produk Nasional Netto (NNP)


NNP = GNP – depresiasi (penyusutan barang modal)

Penyusutan adalah penggantian barang modal bagi peralatan produksi yang


dipakai dalam proses produksi. Umumnya bersifat taksiran, sehingga dapat
menimbulkan kekeliruan meskipun relatif kecil.

d. Pendapatan Nasional Netto (NNI)

Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) merupakan pendapatan yang


dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor
produksi.

NNI = NNP – Pajak Tidak Langsung

Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak
lain seperti pajak hadiah, pajak penjualan, dan lain-lain.

e. Pendapatan Perseorangan (PI)


Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang
diterima oleh setiap orang dalam masyarakat , temasuk pendapatan yang diperoleh tanpa
melakukan kegiatan apapun. Misalnya gaji seorang pegawai negeri, maupun pendapatan
pengusaha yang didapatkan secara berantai.

PI = NNI – Pajak Perusahaan – Iuran – Laba Ditahan + Transfer Payment

Transfer Payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas


jasa produksi, melainkan diambil sebagian dari pendapatan nasional tahun lalu. Seperti
pembayaran dana pensiunan, tunjangan pengangguran, dan sebagainya.
f. Pendapatan yang siap dibelanjakan

Disebut juga dengan disposible income yaitu pendapatan yang siap untuk
dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan
yang disalurkan menjadi investasi.

DI = PI – Pajak Langsung

Pajak langsung adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak
lain, seperti pajak pendapatan.

Metode Perhitungan Pendapatan Nasional


Metode perhitungan pendapatan nasional merupakan salah satu cara untuk
menentukan jumlah atau besar dari nilai pendapatan nasional tersebut. Selain untuk
mengetahui jumlah pendapatan nasional suatu negara, metode perhitungan pendapatan
nasional juga bisa dijadikan alat evaluasi. Di mana, Negara bisa menilai dan
mengevaluasi kinerja para sumber daya manusianya dan mengukur produktivitas
negaranya.
Terdapat 3 (tiga) metode perhitungan yang bisa digunakan untuk mengetahui
jumlah atau nilai dari pendapatan nasional, yaitu metode perhitungan pendapatan
nasional dengan pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran, dan pendekatan
pemasukan.

a. Metode Pendekatan Produksi


Kegiatan produksi adalah kegiatan yang menciptakan nilai tambah (value
added). Jadi pada perhitungan pendekatan produksi, hanya mencakup perhitungan niai
tambah pada setiap sektor (lahan) produksi. Dengan pendekatan ini, pendapatan nasional
dihitung dengan cara menjumlahkan nilai tambah (value added) dari seluruh sektor
produksi selama satu periode tertentu (biasanya dalam satu tahun).
Nilai tambah yang dimaksud di sini adalah selisih antara nilai produksi (nilai
output) dengan nilai biaya antara (nilai input), yang terdiri atas bahan yang terlibat dalam
proses produksi termasuk bahan baku dan bahan penolong.
ISIC (International Standard Industrial Classification) mengklasifikasikan
perekonomian Indonesia menjadi beberapa sektor atau lapangan usaha yang terbagi
dalam tiga kelompok, diantaranya:
1. Sektor Primer
 Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan
 Pertambangan dan penggalian
2. Sektor Sekunder
 Industri pengolahan
 Listrik, air, dan gas
3. Sektor Tersier
 Perdagangan, hotel, dan restoran
 Pengangkutan dan telekomunikasi
 Jasa lain-lain
Rumus Pendekatan Produksi adalah sebagai berikut:
Y=(P1X Q1)+(P2X Q2)+….(PnX Qn)
Keterangan :
Y= Pendapatan nasional
P1= harga barang ke-1 Pn= harga barang ke-n
Q1= jenis barang ke-1 Qn= jenis barang ke-n

b. Metode Pendekatan Pendapatan


Pendekatan pendapatan (income a product) adalah jenis pendekatan pendapatan
nasional yang diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan dari berbagai faktor
produksi yang memberikan sumbangan terhadap proses produksi. Metode pendekatan
pendapatan merupakan pendapatan nasional hasil dari penjumlahan seluruh penerimaan
yang diterima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu negara selama satu periode atau
satu tahun.
Yang termasuk faktor produksi adalah tenaga kerja, modal, tanah, dan
keahlian/kewirausahaan. Masing-masing dari faktor produksi akan
menghasilkan pendapatan yang berbeda-beda, misalnya:
– Tenaga kerja dapat memperoleh gaji/upah
– Pemilik modal akan mendapat bunga
– Pemilik tanah dapat memperoleh sewa
– Keahlian atau skill dapat memperoleh laba.
Rumus pendekatan pendapatan adalah sebagai berikut:
Y=r+w+i+p
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
r = Pendapatan dari upah, gaji, dan lainnya
w = Pendapatan bersih dari sewa
i = Pendapatan dari bunga
p = Pendapatan dari keuntungan perusahaan dan usaha perorangan

c. Metode Pendekatan Pengeluaran

Perhitungan dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dilakukan dengan


cara menjumlahkan seluruh pengeluaran berbagai sektor ekonomi, yaitu rumah tangga,
pemerintah, perusahaan, dan masyarakat luar negeri suatu negara pada periode tertentu.
Jenis pengeluaran dari masing-masing pelaku ekonomi terdiri dari
– Pengeluaran untuk konsumsi ©
– Pengeluaran untuk investasi (I)
– Pengeluaran untuk pemerintah (G)
– Pengeluaran untuk ekspor (X), dan impor (M).

Sehingga diperoleh rumus pendekatan pengeluaran sebagai berikut:


Y=C+I+G+(X–M)
Keterangan :
Y = Pendapatan nasional
C = consumption ( konsumsi rumah tangga )
I = investment ( investasi )
G = government expenditure ( pengeluaran pemerintah )
X = ekspor
M = impor
PENDAPATAN PERKAPITA
Pendapatan Perkapita – Membahas mengenai perekonomian, tak lepas dari
keseharian kita. Hal ini karena segala bentuk kegiatan pasti mengandung kegiatan
ekonomi, dalam hal ini yang dimaksud adalah produksi, distribusi, dan konsumsi.
Sebagai manusia, kita pasti melakukan hal-hal di atas untuk memenuhi kebutuhan hidup,
mulai dari kebutuhan hidup primer, sekunder, dan tersier.
Dengan segala kegiatan ekonomi di atas, kita juga harus tahu bahwa kegiatan
ekonomi pasti berhubungan dengan pendapatan nasional. Nah, memangnya apa sih
pendapatan nasional itu? Konsep dari pendapatan nasional itu sendiri adalah inti utama
dari sebuah teori dan kebijakan ekonomi makro. Pendapatan nasional dapat
menggambarkan awal berbagai masalah-masalah mendasar yang dihadapi dalam sebuah
perekonomian.

Mengenal Pendapatan Perkapita


Pendapatan Perkapita
Konsep mengenai pendapatan yang berhubungan dengan pendapatan nasional
adalah pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita yakni tingkat rata-rata pendapatan
penduduk sebuah negara pada periode tertentu yang diperoleh dengan membagi jumlah
pendapatan nasional, biasanya dalam Produk Domestik Bruto, dengan jumlah penduduk
di negara tersebut.
Tinggi angka Produk Domestik Bruto ini memengaruhi kemakmuran rakyat di
suatu negara. Misalnya, semakin tinggi angka Produk Domestik Bruto per kapitanya,
maka kemakmuran rakyat dianggap semakin tinggi. United Nation atau Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) biasanya menggunakan angka Produk Domestik Bruto per kapita
untuk menyusun kategori tingkat kemakmuran suatu negara.
Berdasarkan standar tahun 1992, sebuah negara dikatakan miskin, jika Produk
Domestik Bruto per kapitanya lebih kecil dari US$450. Nah, menurut standar tersebut,
sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara yang tergolong miskin. Suatu
negara dikatakan memiliki kemakmuran, jika Produk Domestik Bruto per kapitanya
lebih besar dari US$8.000.
Jika menggunakan aturan atau standar tersebut, hanya sebagian kecil negara-
negara di dunia ini yang dianggap kaya, maju, atau memiliki kemakmuran. Negara-
negara tersebut pada umumnya berada di Eropa Barat dan Amerika Utara. Bank Dunia
atau World Bank telah mengklasifikasikan negara-negara di seluruh dunia menjadi lima
kelompok berdasarkan pendapatan perkapitanya, yaitu:
Yang pertama adalah negara dengan pendapatan yang rendah, atau low income
economics. Negara dengan pendapatan yang rendah merupakan negara-negara yang
memiliki Produk Nasional Bruto per kapita sebesar $675 atau di bawah angka tersebut.
Yang kedua adalah negara dengan pendapatan menengah ke bawah atau lower
middle economics. Negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah adalah
negara yang memiliki Produk Nasional Bruto per kapita antara $675 hingga angka per
kapita $2695.
Kemudian, yang ketiga adalah negara dengan pendapatan menengah ke tinggi
atau upper middle economics. Deretan negara yang ada di tingkatan ini merupakan
negara-negara dengan Produk Nasional Bruto per kapita antara $2695 hingga di angka
per kapita $8355.
Yang terakhir, tingkat negara dengan pendapatan tinggi atau disebut juga high
income economics. Negara-negara yang berada pada tingkatan high income economics
adalah negara yang memiliki Produk Nasional Bruto per kapita di atas $8355.

Manfaat Menghitung Pendapatan Perkapita


Pendapatan Perkapita
Sejak dulu hingga saat ini, standar untuk melihat tingkatan kesejahteraan suatu
negara merupakan pendapatan perkapita. Nah, untuk pendapatan perkapita sendiri
merupakan pendapatan rata-rata seorang individu dalam jangka waktu satu tahun.
Terdapat dua cara untuk menghitung pendapatan perkapita berdasarkan dengan harga
yang sedang berlaku serta berdasarkan harga konstan atau harga tetap.
Apabila akan menghitung berdasarkan harga yang berlaku, maka dari itu hasilnya
disebut pendapatan perkapita nominal, sedangkan bila dihitung berdasarkan harga
konstan atau tetap, hasilnya disebut pendapatan perkapita riil. Pendapatan perkapita yang
tidak memperhitungkan tingkat kenaikan harga atau inflasi, biasa disebut pendapatan
perkapita nominal. Sedangkan, untuk pendapatan perkapita riil merupakan pendapatan
perkapita yang sudah memperhitungkan tingkat kenaikan harga atau inflasi.
Tak hanya pendapatan nasional, menghitung pendapatan perkapita juga memiliki
manfaat untuk negara. Dengan menghitung pendapatan perkapita, kita dapat mengetahui
bagaimana tingkat perekonomian sebuah negara. Sehingga kita dapat mengetahui apabila
pendapatan perkapita tinggi, berarti perekonomian sudah maju, demikian pula sebaliknya
apabila sebuah negara memiliki pendapatan perkapita rendah, berarti negara tersebut
masih menjadi negara terbelakang.
Manfaat kedua mengetahui penghitungan pendapatan perkapita adalah dapat
mengetahui bagaimana tingkat kemakmuran sebuah negara. Apabila pendapatan
perkapita riil menunjukkan angka yang tinggi, berarti kemakmuran sebuah negara
tersebut sudah tinggi. Berlaku juga jika mengetahui pendapatan perkapita riil
memperlihatkan angka yang rendah, berarti kemakmuran sebuah negara belum tinggi
atau masih rendah. Selain dua manfaat di atas, dari penghitungan pendapatan perkapita
di atas kita juga akan melihat bagaimana perkembangan perekonomian dan kemakmuran
sebuah negara.
Caranya yakni dengan membandingkan besarnya pendapatan perkapita dari tahun
ke tahun selanjutnya. Nah, dari sini juga pendapatan perkapita juga dapat
membandingkan tingkat standar hidup atau kemakmuran antara negara satu dengan
negara lainnya. Dari sini akan terlihat negara yang termasuk dalam golongan negara
rendah, menengah ataupun tinggi.Dari sinilah pendapatan perkapita dijadikan sebagai
acuan pengambilan kebijakan ekonomi bagi pemerintah atau negara.

Posisi Indonesia pada Pembagian Negara Menurut


World Bank atau Bank Dunia
Pendapatan Perkapita
Sebagai informasi tambahan, pendapatan perkapita Indonesia pada saat ini
berkisar pada USD 4.000,- pertahun atau sekitar 52 juta rupiah pertahun. Jika pendapatan
Anda tidak mencapai 52 juta rupiah pertahun atau kurang dari 4,3 juta rupiah perbulan,
berarti anda masih tergolong di bawah rata-rata. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
kesejahteraan bangsa, sebaiknya setiap individu mulai untuk menargetkan bisa
menghasilkan penghasilan lebih dari 5 juta rupiah per bulan.
Negara kita, negara Indonesia pernah masuk salah satu negara berpendapatan
menengah ke bawah atau lower middle income. Hal ini berdasarkan atas laporan Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas yang menunjukkan bahwa pada
1995, Produk Nasional Bruto per kapita Indonesia mencapai US$1.023. Kemudian
meningkat menjadi US$1.055 dan US$1.088 pada 1996 dan 1997.

KONSEP – KONSEP DISTRIBUSI PENDAPATAN


Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpengnya
pembagian hasil pembangunan suatu Negara di kalangan penduduknya. Tolok ukur
untuk menilai kemerataan distribusi terdapat tiga tolok ukur yang lazim digunakan, yaitu:
1. Kurva Lorenz
2. Indeks atau rasio Gini
3. Kriteria Bank Dunia

1. Kurva Lorenz

Kurva Lorenz menggambarkan distribusi komulatif pendapatan nasional


dikalangan lapisan – lapisan penduduk, secara kumulatif pula. Kurva Lorenz yang
semakin dekat ke diagonal ( semakin lurus) menyiratkan distribusi pendapatan nasional
yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal (
semakin lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang semakin buruk, distribusi
pendapatan nasional semakin timpang atau tidak merata.
Gambar menunjukkan bagaimana cara membuat kurva Lorenz tersebut. Jumlah
penerima pendapatan digambarkan pada sumbu horizontal, tidak dalam angka mutlak
tetapi dalam persentase kumulatif. Misalnya, titik 20 menunjukkan 20 persen penduduk
temiskin (paling rendah pendapatannya), dan pada titik 60 menunjukkan 60 persen
penduduk terbawah pendapatannya, dan pada ujung sumbu horizontal menunjukkan
jumlah 100 persen penduduk yang dihitung pendapatannya.
Sumbu vertikal menunjukkan pangsa pendapatan yang diterima oleh masing-
masing persentase jumlah penduduk. Jumlah ini juga kumulatif sampai 100 persen,
dengan demikian kedua sumbu nitu sama panjangnya dan akhirnya membentuk bujur
sangkar.
Sebuah garis diagonal kemudian digambarkan melalui titik origin menuju sudut
kanan atas dari bujur sangkat tersebut. Setiap titik pada garis diagonal tersebut
menunjukkan bahwa persentase pendapatan yang diterima sama persis dengan persentase
penerima pendapatan tersebut. Sebagai contoh, titik tengah dari diagonal tersebut betul-
betul menunjukkan bahwa 50 persen pendapatan diterima.

2. Rasio Gini

Suatu ukuran yang singkat mengenai derajat ketidakmerataan distribusi


pendapatan dalam suatu Negara bisa diperoleh dengan menghitung luas daerah antara
garis diagonal (kemerataan sempurna) dengan kurva Lorenz dibandingkan dengan luas
total dan separuh bujur sangkar di mana terdapat kurva lorenz tersebut.
Indeks atau Rasio Gini adalah suatu koefisien yang berkisar dari angka 0 hingga
1, menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan) distribusi pendapatan nasional.
3. Kritera Bank Dunia
Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan
nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan
terendah(penduduk termiskin), 40% penduduk berpendapatan menengah, serta 20%
penduduk berpendapatan tertinggi (penduduk terkaya). Kemerataan distribusi
pendapatan nasional bukan semata – mata “pendamping” pertumpuhan ekonomi dalam
menilai keberhasilan pembangunan.
Isu kemerataan dan pertumbuhan hingga kini masih menjadi debat tak
berkesudahan dalam konteks pembangunan. Kedua hal ini berkaitan dengan dua hal lain
yang juga setara kadar perdebatannya, yaitu efektivitas dan efisiensi.
B. KETIDAKMERATAAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Penghapusan kemiskinan dan berkembangnya ketidakmerataan distribusi


pendapatan merupakan inti permasalahan pembangunan. Walaupun titik perhatian utama
kita pada ketidakmerataan distribusi pendapatan dan harta kekayaan (asset) namhn hal
tersebut hanya;ah merupakan sebagian kecil dari masalah ketidakmerataan yang lebih
luas di NSB. Misalnya ketidakmerataan kekuasaan, prestise, status, kepuasan kerja,
kondisi kerja, tingkat partisipasi, kebebasan untuk memilih, dan lain-lain.
Pemahaman yang mendalam akan masalah ketidakmerataan dari kemiskinan ini
memberikan dasar yang baik untuk menganalisis masalah pembangunan yang lebih
khusus seperti pertumbuhan penduduk, pengangguran, pembangunan pedesaan,
pendidikan, perdagangan internasional dan sebagainya.
Sebuah cara yang sederhana untuk mendeteksi masalah distribusi pendapatan dan
kemiskinan adalah dengan menggunakan kerangka kemungkinan produksi, seperti yang
telah disinggung pada bagian di muka.
Untuk menggambarkan analisis tersebut, produksi barang dalam sebuah
perekonomian dibagi menjadi dua macam barang. Pertama adalah barang-barang
kebutuhan pokok (necessary goods) seperti makanan pokok, pakaian, perumahan
sederhana, dan sebagainya. Kedua, adalah barang-barang mewah seperti : mobil mewah,
video, televisi, pakaian mewah dan sebagainya. Yang menyebabkan ketidakmerataan
distribusi pendapatan di NSB. Irma Adelman dan Cynthia Taft Morris (1973)
mengemukakan 8 sebab yaitu:
1. Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapat per
kapita.
2. Infasi di mana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional
dengan pertambahan produksi barang-barang.
3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital
intensive) sehingga presentase pendapatan modal dari harta tambahan besar
dibandingkan dengan presentase pendapatan yang berasal dari kerja sehingga
pengangguran bertambah.
5. Rendahnya mobilitas sosial
6. Pelaksanaan kebijaksanaan industri subtitusi impor yang mengakibatkan kenaikan
harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha – usaha golongan kapitalis
7. Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi NSB dalam perdagangan dengan
Negara-negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan Negara-negara terhadap
barang-barang ekspor NSB.
8. Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah
tangga, dan lain-lain.

Upaya untuk memerataan pembangunan dan hasil-hasilnya baru tampak nyata


sejak pelita III, manakala strategi pembangunan secara eksplisit diubah dengan
menempatkan pemerataan sebagai aspek pertama dalam trilogi pembangunan. Semenjak
itu dikenal kebijaksanaan delapan jalur pemerataan, meliputi:

1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan rakyat banyak khususnya sandang, pangan, dan


papan
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. Pemerataan pembagian pendapatan
4. Pemerataan kesempatan kerja
5. Pemerataan kesempatan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpatisipasi dalam pembangunan khususnya bagi
generasi muda dan kaum wanita
7. Pemerataan penyebaran pembangunan diseluruh tanah air
8. Pemerataaan kesempatan memperoleh keadilan

Dalam kaitan khusus dalam pemerataan pembagian pendapatan,kita dapat memilih


tinjauan permasalahannya dari 3 segi,yaitu:
1.Pembagian pendapatan antar lapisan pendapatan masyarakat
2.Pembagian pendapata antar daerahdalam hal ini antar wilayahperkotaan dan pedesaan.
3.Pembagian pendapatan antar wilayah dalam hal ini antar propinsi dan antar
kawasan(barat,tengah,timur)

C. KETIMPANGAN PEMBANGUNAN
Ketimpangan pembangunan di Indonesia selama ini berlangsung dan
berwujud dalam berbagai bentuk, aspek, atau dimensi. Bukan saja berupa ketimpangan
hasil – hasilnya. Misalnya, dalam hal pendapatan per kapita, tetapi juga ketimpangan
kegiatan atau proses pembangunan itu sendiri. Bermunculannya kawasan – kawasan
kumuh di tengah beberapa kota besar, serta (sebaliknya dilain pihak) hadirnya kantong –
kantong pemukiman mewah ditepian kota atau bahkan didaerah pedesaa, adalah satu
bukti nyata ketimpangan yang berlangsung dapat kita saksikan dan rasakan.
Upaya untuk mengatasi ketimpangan – ketimpangan yang terjadi, menurut
penilaian beberapa kalangan, sebetulnya sudah mulai dirintis sejak awal pelita III. Ketika
itu urutan trilogy pembangunan dirasionalisasikan dengan menempatkan pemerataan
sebagai prioritas pertama, bahkan dipertahankan hingga pelita IV.
Ketimpangan sektoral dan ketimpangan regional dalam pembangunan dapat
ditengarai antara lain dengan menelaah perbedaan mencolok dalam aspek – aspek seperti
penyerapan tenaga kerja, alokasi dana perbankan, investasi dan pertumbuhan.
Ketimpangan pertumbuhan antar sektor bukan saja terjadi pada masa lalu sejak pelita I
hingga pelita V. akan tetapi juga memang “direncanakan” untuk masa-masa yang akan
datang.
Ketimpangan pertumbuhan antarsektor, khususnya antarsektor pertanian dan
sektor industri pengolahan, harus dipahami secara arif. Ketimpangan pertumbuhan
sektoral ini bukanlah “kecelakaan” atau akses pembangunan. Ketimpangan ini lebih
merupakan ini lebih merupakan sesuatu yang disengaja atau memang terencana. Hal itu
terkait dengan cita-cita nasional atau setidak-tidaknya selaras dengan kehendak para
perencana pembangunan untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara industri.

D. KESENJANGAN SOSIAL

Ketimpangan atau kesenjangan sosial diukur dengan berbagai variable serta


dalam berbagai dimensi. Ketimpangan – ketimpangan yang ada bersifat majemuk dan
beskala nasional. Ada dua faktor yang layak dikemukakan untuk menerangkan mengapa
ketimpangan pembangunan dan hasil-hasilnya dapat terjadi. Faktor pertama ialah karena
ketidaksetaraan anugrah awal(initial indowment) diantara pelaku-pelaku ekonomii.
Sedangkan faktor kedua karena strategi pembangunan dalam era PJP I lebih bertumpu
pada aspek pertumbuhan (growth)

Anda mungkin juga menyukai