Selanjutnya, penjelasan lebih lanjut atas nilai-nilai dasar indepedensi, integritas, dan
profesionalitas diberikan pada tabel berikut.
Tabel 9.2
Indepedensi, Integritas, dan Profesionalitas BPK
NILAI DASAR ANGGOTA BPK PEMERIKSA
Indepedensi Memegang sumpah jabatan Netral dan tidak berpihak
Netral dan tidak berpihak Menghindari benturan kepentingan
Menghindari banturan kepentingan Menghindari hal-hal yang dapat
Menghindari hal-hal yang dapat memengaruhi objektivitas
memengaruhi objektivitas Mempertimbangkan informasi,
pandangan, dan tanggapan pihak
lain diperiksa
Bersikap tenang dan mampu
mengendalikan diri
Dilarang : Dilarang:
Merangkap jabatan Merangkap jabatan
Menjadi anggota partai politik Menunjukkan sikap dan perilaku
Menunjukkan sikap dan perilaku yang menyebabkan orang lain
yang menyebabkan orang lain meragukan indepedensinya
meragukan indepedensinya Tunduk pada intimidasi/tekanan
orang lain
Membocorkan informasiauditee
Dipengaruhi oleh prasangka,
interpretasi atau kepentingan
tertentu baik untuk kepentingan
pribadi pemeriksa maupun pihak
lain
Kode etik PAII terlihat sangat singkat dan sederhana. Karena terlalu singkat dan
sederhana, ada beberapa hal yang pengaturannya tidak jelas dan/atau tidak lengkap, yaitu:
1. Kompetensi yang menyangkut persyaratan pengetahuan minimal yang diperlukan
melalui pendidikan formal tidak diatur secara eksplisit.
2. Tanggung jawab profesi auditor internal hanya disebutkan kepada pemberi tugas, tidak ada
pernyataan yang menyebutkan hubunganya dengan atau dampaknya bagi kepentingan umum
yang lebih luas.
3. Tidak ada pasal yang mengatur hubungan dengan rekan sejawat dan hubungan lainnya.
4. Tidak ada pasal yang mengatur tentang pengawasan dalam hal timbulnya penyimpangan
terhadap kode etik yang dilakukan oleh anggotanya.
Hal yang patut dicatat adalah dalam kode etik PAII dicantumkan asas Panasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, sesuatu yang jarang dijumpai kode etik profesi lainnya.
Tabel 9.5
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia (lanjutan)
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
Hubungan rekan sejawat a) Memegang teguh rasa solidaritas sesama advokat dan
wajib membela secara cuma -cuma teman sejawat yang
diajukan sebagai tersangka dalam perkara pidana (Pasal
3d dan 3e)
b) Hubungan antara teman sejawat advokat berdasarkan
sikap saling menghormati, menghargai, dan memercayai
(Pasal 5a)
c) Tidak menggunakan kata-kata tidak sopan atau yang
menyakitkan hati (Pasal 5b)
d) Keberatan terhadap tindakan teman sejawat harus
diadukan kepada Dewan Kehormatan (Pasal 5c)
e) Tidak diperkenankan menarik klien teman sejawat (Pasal
5d)
f) Advokat baru hanya dapat menerima perkara setelah
menerima bukti pencabutan pemberian kuasa kepada
advokat terdahulu (Pasal 5e)
g) Advokat lama wajib memberikan kepada avokat yang
baru semua surat dan keterangan penting untuk mengurus
perkara itu (Pasal 5f)
Hubungan klien a) Mengutamakan penyelesaian damai dalam perkara
perdata (Pasal 4a)
b) Tidak memberikan keterangan yang dapat menyesatkan
klien (Pasal 4b)
c) Tidak dibenarkan menjamin kepada klien bahwa
perkaranya akan menang (Pasal 4c)
d) Penetapan honor berdasarkan kemampuan klien (Pasal 4d)
e) Tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya
yang tidak perlu (Pasal 4e)
f) Perhatian yang sama diberikan terhadap perkara yang
diurus secara cuma-cuma (Pasal 4f)
g) Harus menolak mengurus perkara yang tidak ada dasar
hukumnya (Pasal 4g)
h) Wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang
menyangkut klien(Pasal 4h)
i) Dilarang melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya
pada saat yangtidak menguntungkan klien atau akan
merugikan klien yang tidak dapat diperbaiki lagi (Pasal 4i)
j) Mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan
kepentingan bersama dua pihak atau lebih apabila
kemudian timbul pertentangan kepentingan diantara
pihak-pihak yang bersangkutan (Pasal 4j)
k) Mempunyai hak retensi terhadap klien tetapi tidak dapat
digunakan apabila dengan retensi itu kepentingan klien
akan dirugikan yang tidak dapat diperbaiki lagi (Pasal 4k)
Tabel 9.5
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia (lanjutan)
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
Hubungan lain
a) Sebagai profesi mulia, advokat dalam
menjalankan profesinya di bawah
perlindungan hukum, undang-undang, dan
kode etik (Pasal 8a)
b) Tidak diperkenankan memasang iklan,
termasuk pemasangan papan nama dengan
ukuran yang berlebihan (Pasal 8b)
c) Tidak mengadakan kantor cabang di tempat
yang merugikan kedudukan advokat,
misalnya di rumah atau di kantor seorang
yang bukan advokat (Pasal 8c)
d) Tidak mengizinkan pencantuman namanya di
papan nama, iklan, atau cara lain oleh orang
bukan advokat, tetapi memperkenalkan diri
sebagai wakil advokat (Pasal 8d)
e) Tidak mengizinkan karyawan yang tidak
berkualitas untuk mengurus sendiri perkara,
memberi nasihat kepada klien secara lisan
atau tertulis (Pasal 8e)
f) Tidak memublikasikan diri melalui media
massa untuk menarik perhatian masyarakat
mengenai perkara yang sedang ditanganinya,
kecuali untuk menegakkan prinsip hukum
yang wajib diperjuangkan oleh semua
advokat(Pasal 8f)
g) Advokat dapat mengundurkan diri dari per
yang diurusnya bila dicapai kesepakatan
dengan kliennya (Pasal 8g)
h) Tidak mengizinkan advokat mantan
hakim/panitera menangani perkara di
pengadilan yang bersangkutan selama tiga
tahun sejak ia berhenti dari pengadilan
tersebut (Pasal h)
Pengawasan Pengawasan atas pelaksanaan kode etik ini
dilakukan oleh Dewan Kehormatan (Pasal 9)
2.8.Kasus
1. Menurut pendapat penulis Majelis Kehormatan Daerah DKI Jakarta telah mengambil keputusan
yang tepat dan adil karena dalam kasus tersebut Tudong telah melanggar kode etik advokat
Indonesia dengan membocorkan sedikit informasi terkait hasil legal audit SGC, walaupun dalam
kasus tersebut Tudong telah selesai menjabat TBH-KKSK di SGC. Bagaimanapun juga sebagai
seorang advokat, Tudong seharusnya tetap mempertahankan dan merahasiakan hasil legal audit
SGC. Kemudian sebagai seorang Advokat juga seharusnya mengutamakan tegaknya hukum,
kebeneran, dan keadilan. Selain itu dalam kasus tersebut Tudong tidak mengindahkan peringatan
sehubungan dengan adanya iklan di media massa mengenai putusan pengadilan, dimana isi iklan
tersebut berbeda dengan putusan pengadilan. Seorang Advokat tidak seharusnya memberikan
informasi yang berbeda apalagi menyangkut putusan pengadilan.
2. Menrut pendapat penulis reaksi Tudong Mulyo Lubid di media massa dalam menanggapi
keputusan Majelis tidak wajar dan tidak dapat dibenarkan. Menurut pendapat penulis reaksi
Tudong terlalu berlebihan, karena sebagai seorang advokat yang sudah jelas melanggar kode
etiknya tidak seharusya bereaksi seperti itu.
3. Menurut ppendapat penulis seharusnya Tudong introspeksi diri terlebih dahulu,karena dalam
kasus tersebut Tudong telah melanggar kode etik sebagai Advokat, yaitu melanggar larangan
konflik kepentingan dan lebih mengedepankan materi dalam menjalankan profesi dibandingkan
dengan penegakan hukum, kebenara, dan keadilan.
Etika Lingkungan untuk Bisnis : Pertarungan Kredibilitas, Reputasi, dan Keunggulan Kompetiti
Moral Keinginan untuk keadilan dan kesetaraan dirumah dan di luar negeri
Kegagalan tata keloa Pengakuan bahwa tata kelola dan penelitian risiko etika
Masalah Lingkungan
Tidak ada yang membangkitkan opini publik sebelumnya mengenai sifat dari perilaku perusahaan yang
baik lebih dari kesadaran bahwa kesejahteraan fisik publik—dan kesejahteraan sebagai pekerja—sedang
terancam oleh aktivitas perusahaan. Awalnya, kekhawatiran mengenai polusi berpusat pada cerobng
asap dan knalpot pembuangan, yang menyebabkan iritasi dan gangguan pernapasan. Bagaimanapun,
masalah tersebut pada awalnya relatif bersifat lokal, sehingga ketika penduduk di sekitar (perusahaan
yang menyebabkan polusi udara) menjadi marah (akibat iritasi oleh polusi udara), politisi lokal mampu
dan umumnya bersedia merancang suatu peraturan untuk mengendalikan hal tersebut walaupun
penegakan hukum yang efektif tidak terjamin.
Baru-baru ini, disipasi lapisan ozon diakui sebagai ancaman serius bagi kesejahteraan fisik kita semua.
pelepasan CFC (Chlorofluorocarbon) ke atmosfir—yang dahulu dianggap sebagai refrigerant (bahan
pendingin) perumahan dan industri yang paling umum memungkinkan molekul CFC “menyedot”
molekul ozon. Pada saat yang bersamaan penebangan hutan hujan di Brazil—yang merupakan sumber
utama untuk “mengisi” kembali seluruh planet kita. Padahal, lapisan ozon berfungsi sebagai penghalang
utama bagi kita dari paparan sinar ultraviolet matahari, dimana sinar ultraviolet ini menyebabkan kanker
kulit dan kerusakan mata.
Pengakuan bahwa pencemaran air merupakan salah satu permasalahan yang memerlukan tindakan
telah di sejajarkan dengan kepedulian terhadap menipisnya lapisan ozon, sebagian karna terbatasnya
kemampuan kita untuk mengukur konsestrasi racun per menit, serta ketidakmampuan kita untuk
memahami sifat alam yang tepat, dari resiko logam air dan dioxin.. Perusahaan-perusahaan menegaskan
bahwa merekatidak memiliki solusi teknik untuk mengatasi polusi udara dan air dengan biaya murah
sehingga mereka tidak dapat mengatasi polusi secara kompetitif. Namun demikian, setelah ancaman
jangka pendek dan ancaman jangka panjang terhadap keselamatan pribadi di pahami, masyarakat
dipimpin oleh kelompok-kelompok dengan minat khusus—mulai menekan perusahaan maupun
pemerintah secara langsung untuk meningkatkan standar keamanan untuk emisi perusahaan.
Sensivitas Moral
Bukti tekanan publik untuk kejujuran lebih dan kesetaraan mudah diamati. Keinginan untuk
mencapai kesetaraan dalam pekerjaan telah menghasilkan undang-undang, peraturan, kepatuhan
kondisi dalam kontrak, dan program tindakan afirmatif perusahaan. Program-program kesetaraan upah
mulai muncul untuk menyesuaikan kesenjangan yang ada antara skala gaji untuk pria dan wanita.
Undang-undang perlindungan konsumen telah di perketat bahwa filosofi lama “pembeli waspada”—
yang cenderung melindungi perusahaan besar—telah berubah ke “vendor waspada”—yang
menguntungkan konsumen secara individu. Tes narkoba untuk karyawan telah jauh lebih hati-hati
ditangani untuk meminimalkan kemungkinan temuan palsu pada hasil tes. Semua ini adalah contoh
diman tekanan publik telah membawa perubahan kelembagaan melalui legislatif atau pengadilan untuk
kejujuran yang lebih dan kesetaraan, serta berkurangnya diskriminasi, dan oleh karena itu, kebalikan
dari perubahan ini hampir tidak mungkin terjadi. Memang, hal tersebut merupakn suatu tren atau
kecenderungan yang jelas.
Sensitivitas moral juga terlihat pada isu-isu internasional dan domestik. Kampanye untuk memboikot
pembelian dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam penggunaan tenaga kerja anak atau
memperkerjakan tenaga kerja dengan upah yang rendah di negara-negara asing memberikan kesaksian
yang cukup. Hal tersebut telah menghasilkan kode etik praktik untuk para pemasok dan mekanisme-
mekanisme untuk memastikan bahwa mereka mematuhi kode tersebut. Organisasi-organisasi, seperti
Social Accountability International dan Account Ability telah mengembangkan kebijakan-kebijakan
tempat kerja, standar-standar, program pelatihan auditor tempat kerja, dan kerangka kerja pelaporan.
Para direktur, eksekutif, dan manajer adalah manusia; dan mereka membuat kesalahan.
Kadang-kadang, masyarakat—atau kelompok-kelompok tertentu—tersinggung pada tahap ini akibat
penilaian buruk, serta mengambil tindakan untuk membuat direktur dan manajemen menyadari bahwa
mereka tidak menyetujuinya. Sebagai contoh, keputusan oleh Shell Inggris untuk menenggelamkan
Penyimpanan Minyak Kapal Brent Spar di laut dalam daripada membawanya ke dekat pantai
menyebabkan demonstrasi untuk mendukung Greenpeace, yang mencoba menghentikan pembuangan
minyak di lautan dan memboikot SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) Shell di Eropa.
Produk Nestle di boikot di Amerika Utara dan Eropa untuk menghentikan distribusi bebas serbuk
formula bayi untuk para ibu di Afrika yang mencampurnya dengan air yang terkontaminasi, sehingga
membunuh bayi mereka.
Etika investor berpandangan bahwa investasi yang mereka lakukan tidak hanya membuat hasil
(pengembalian/laba) yang memadai, tetapi harus dilakukan dengan cara yang etis. Awalnya dirintis oleh
dana pensiun besar, seperti CalPERS dan The New York City Employees Pension Fund, serta investasi
dana dari beberapa gereja, gerakan ini telah ditingkatkan sejak awal 1990an oleh bebrapa reksadana
etis. Reksadana etis ini menggunakan penyaringan (screen) yang dimaksudkan untuk melumpuhkan
perusahaan yang terlibat dalam apa yang disebut kegiatan berbahaya—seperti produksi produk
tembakau, persenjataan, atau energi atom, ataupun menyalahgunakan binatang untuk pengujian.
Alternatifnya, individu atau reksadana dapat berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang telah
disaring oleh layanan konsultasi etika.
Perkembangan pasar global telah mendorong produksi dan sumber-sumber di seluruh dunia.
Restrukturisasi telah dilihat sebagai pendorong produkitivitas dan memungkinkan biaya yang lebih
rendah dengan taraif yang lebih rendah dari pekerjaan domestik. Oleh karena itu, tekanan pada individu
digunakan untuk mempertahankan pekerjaannya mungkin tidak berkurang/mereda seperti halnya
tekanan dalam meningkatkan produksi. Demikian juga, mengingat persaingan yang lebih besar, volume
yang lebih besar tentu akan meningkatkan laba sehingga tekanan pada perusahaan tidak akan
berkurang pada tingkat yang telah dialami di masa lalu. Selain itu, perusahaan tidak akan bisa
mengandalkan kembali siklus profitabilitas untuk mengembalikan risiko perilaku yang tidak etis ke
tingkat sebelumnya. Hal tersebut mengakibatkan munculnya tingkat risiko yang kembali pada awalnya,
dimana akan bergantung pada lembaga-lembaga manajemen etika perilaku dan tata kelola rezim yang
baru.
Tidak ada keraguan bahwa masyarakat telah terkejut, kaget, kecewa, dan hancur oleh krisis
keuangan. Sebagai akibat dari guncangan yang berulang-ulang ini, masyarakat menjadi sinis terhadap
integritas keuangan perusahaan, yang begitu banyak sehingga istilah jurang harapan telah diciptakan
untuk menggambarkan perbedaan antara apa yang dipikirkan oleh masyarakat tentang apa yang mereka
dapatkan dalam laporan keuangan yang telah diaudit dan apa yang sebenarnya masyarakat dapatkan.
Secara lebih luas, penyimpangan keuangan yang berkelanjutan telah menimbulkan krisis
kepercayaan terhadap pelaporan dan tata kelola perusahaan. Kurangnya kredibilitas telah menyebar
dari pelayanan keuangan untuk mencakup bidang lain dari dari aktivitas perusahaan dan telah dikenal
sebagai jurang kredibilitas. Komite audit dan etika, keduanya dianggotai oleh mayoritas pihak di luar
direktur; penciptaan luas kode etik perusahaan; dan peningkatan pelaporan perusahaan yang dirancang
untuk mempromosikan integritas perusahaan semuanya memberikan kesaksian pada pentingnya
penanggulangan krisis (keuangan) ini.
Direktur perusahaan diharapkan untuk memastikan bahwa perusahaan mereka telah bertindak
demi interes investor dalam rentang aktivitas yang dianggap cocok oleh masyarakat dimana mereka
beroperasi. Akan tetapi, dalam kasus Enron, WorldCom, dan kasus-kasus lainnya, pengawasan oleh
direktur perusahaan gagal mengetahui terjadinya keserakahan eksekutif, manajer, dan karyawan
lainnya. Perusahaan-perusahaan ini dan perusahaan-perusahaan lainnya berada di luar kontrol, serta
praktik yang dihasilkan tidak dapat diterima.
Reformasi tata kelola dianggap perlu untuk melindungi kepentingan umum. Dimana direktur
diharapkan untuk menilai dan memastikan bahwa risiko yang di hadapi oleh perusahaan mereka telah
dikelola dengan baik, risiko etika sekarang terlihat menjadi aspek kunci dari proses. Reformasi tata
kelola memastikan bahwa tidak akan terjadi keterlambatan pada hal tersebut.
Kurangnya kepercayaan dalam proses kegiatan perusahaan juga melahirkan keinginan untuk
meningkatakan akuntabilitas pada pihak investor dan terutama oleh para pemangku kepentingan
lainnya. Perusahaan di seluruh dunia telah merespons dengan menerbitkan informasi lebih lanjut dalam
situs Web mereka dan melaporkan bebas tentang kinerja dari Corporate Social Responsibility (CSR)
mereka, termasuk subjek/topik, seperti lingkungan, kesehatan dan keselamatan, filantropi,serta dampak
sosial lainnya. Meskipun beberapa informasi dalam laporan-laporan ini condong ke arah sasaran
manajemen, verifikasi eksternal dan reaksi terhadap informasi yang salah secara berangsur-angsur
memperbaiki isi informasi yang terkandung. Tren ini jelas ke arah peningkatan laporan nonfinansial,
yang sesuai dengan harapan masyarakat yang terus tumbuh.
Hubungan di antara faktor-faktor yang memengaruhi ekspektasi masyarakat atas etika kinerja
telah diidentifikasi, tetapi tidak di ketahui sejauh mana hubungan tersebut saling memperkuat satu
sama lain dan menambah keinginan masyarakat untuk bertindak. Beberapa hari yang lalu, koran, radio,
dan televisi tidak menampilkan krisis keuangan, masalah keamanan produk, masalah lingkunga, atau
artikel tentang kesetaraan jenis kelamin atau diskriminasi. Secara keseluruhan, hasilnya merupakan
kumulatif peningkatan dari kesadaran masyarakat tentang perlunya kontrol terhadap perilaku
perusahaan yang tidak etis. Selain itu, terdapat banyak contoh yang bermunculan, di mana eksekutif
bisnis tidak membuat keputusan yang tepat, serta etika konsumen atau investor bertindak dan berhasil
membuat perusahaan mengubah praktik mereka atau meningkatkan struktur tata kelolanya untuk
memastikan bahwa proses pengambilan keputusan di masa depan lebih sehat. Keseluruhan etika
konsumen dan gerakan SRI telah diperkuat oleh pengetahuan bahwa bertindak atas keprihatinan
mereka dapat menjadikan perusahaan dan masyarakat lebih baik, sehingga tidak miskin.
Selanjutnya, kesarana masyarakat berdampak pada politisi yang bereaksi dengan menyiapkan
undang-undang yang baru atau mengetatkan peraturan. Akibatnya, banyak masalah membawa
kesadaran masyarakat dalam penguatan kelembagaan dan kodifikasi pada hukum yang berlaku.
Banyaknya permasalahan etika yang disoroti memfokuskan pemikiran tentang perlunya tindakan yang
lebih etis, “ibarat bola salju yang mengumpulkan kecepatan ketika bergerak turun dari puncak
gunung/bukit”.
Keinginan untuk standar global pengungkapan perusahaan, praktik audit, dan keseragaman
etika perilaku, para akuntan profesional telah menghasilkan standar akuntansi dan audit internasional di
bawah naungan Internasional Accounting Standards Board (IASB) dan International Federation of
Accountants (IFAC). Kreasi mereka—International Financial Reporting Standards (IFRS) dan Kode Etik
untuk Akuntan profesional—merupakan titik fokus untuk harmonisasi di seluruh dunia.
Gerakan menuju tingkat akuntanbilitas perusahaan dan etika kinerja tidak lagi hanya ditandai
oleh para pemimpin yang mau pergi mengambil risiko: gerakan yang lebih tinggi ini telah menjadi suatu
tendensi dan bersifat internasional.
Hasil
Secara jelas, harapan masyarakat telah berubah untuk menunjukkan menurunnya toleransi,
meningkatkan moral, kesadaran, dan harapan yang lebih tinggi dari perilaku bisnis. Dalam merespons
meningkatnya harapan-harapan ini, sejumlah pengawas dan penasehat telah muncul untuk membantu
atau mendesak masyarakat umum dan bisnis. Organisasi-organisasi, seperti Greenpeace, Pollution
Probe, dan Coaliation for Environmentally Responsible Economies (CERES, sebelumnya bernama Sierra
Club) sekarang mengawasi hubungan bisnis dengan lingkungan. Konsultan tersedia untuk member
nasehat perusahaan dan mereka yang dikenal sebagai investor etika tentang bagaimana menyaring
aktifitas-aktifitas dan investasi-investasi demi profitabilitas dan integritas etika.
Perubahan-perubahan dalam harapan masyarakat telat memicu sebuah evolusi dalam mandate untuk
bisnis:laba hanya dari Milton Friedman telah diganti dengan pandangan bahwa bisnis ada untuk
melayani masyarakat,bukan sebaliknya.
Hal tersebut dapat menyatakan bahwa derajat perubahan terlalu kuat,tetapi bahkan mereka akan
mengakui bahwa hubungan bisnis untuk masyarakat merupakan aspek yg saling bergantung satu sama
lain,dimana “kesehatan jangka panjang” yang salah satu aspek akan menentukan “kesehatan jangka
panjang” yang lain.
Meskipun terdapat banyak argument pro maupun kontra terhadap posisi dalam Mulligan (1986),ada tiga
masalah penting yang patut di sebutkan antara lain 1).Deviasi dari laba hanya fokus tidak berarti bahwa
keuntungan akan jatuh pada kenyataannya,laba akan naik.2).Keuntungan sekarang diakui sebagai
sebuah ukuran kinerja perusahaan yang tidak lengkap dan oleh karena itu tidak akurat untuk mengukur
alokasi sumber daya.3).Friedman diharapkan secara eksplisit bahwa kinerja akan berada dalam hukum
dan etika kebiasaan .
Pertama,ada mitos bahwa bisnis tidak dapat bersikap etis karena terlalu banyak kesempatan yang
diberikan untuk memaksimalkan keuntungan.
Kedua,dari argument Friedman yang terkikis sejak pertama kali diusulkan yaitu akurasi , dimana laba
membimbing alokasi-alokasi sumber daya untuk penggunaannya yang terbaik bagi masyarakat.
Mereka yang berfokus dalam prinsip keuntungan murni sering membuat keputusan oportunisi jangka
pendek yang membahayakan keuntungan jangka panjang yang berkelanjutan .Mereka sering melupakan
fakta bahwa keuntungan berkelanjutan merupakan hasil usaha dari penyediaan barang dan jasa yang
berkualitas tinggi,berdasarkan hukum dan norma etika dengan cara yang efisien dan efektif.Jauh lebih
efektif untuk berfokus pada penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat secara
efisien,efektif,legal,dan etis dari pada mengadopsi sasaran beresiko tinggi untuk menghasilkan
keuntungan dengan cara apapun.
Untuk alasan ini,mandate keuntungan murni bagi perusahaan kemudian berkembang pada pengakuan
ketergantungan bisnis dan masyarakat.Keberhasilan masa depan akan bergantung pada sejauh mana
bisnis dapat menyeimbangkan keuntungan dan interest pemangku kepentaingan lainnya.
Penilaian keberhasilan masa depan perusahaan akan dilakukan berdasarkan kerangka kerja berorientasi
pemangku kepentingan yang luas,termasuk apa yang telah di capai dan bagaimana mencapainya.
Kesetiaan direktur dan eksekutif harus mencerminkan interest pemangku kepentingan,terkait dengan
sasaran,proses dan hasil.Tujuan dan proses tata kelola harus mengarahkan perhatian kepada perspektif-
perspektif baru ini.Demikian juga,kerangka akuntabilitas modern harus mencakup laporan yang berfokus
pada perspektif itu.Jika tidak,harapan masyarakat tidak akan dipenuhi dan peraturan tersebut dibuat
untuk memastikan perhatian dan fokus tersebut.
Harapan masyarakat untuk laporan kinerja perusahaan yang dapat dipercaya tidak dapat
dipenuhi,kecuali para akuntan professional yang mempersiapkan atau mengaudit laporan tersebut
memfokuskan loyalitas utama mereka pada kepentingan umum dan mengadopsi prinsip-prinsip,seperti
kebebasan penilaian,objektifitas,dan integritasyang melindungi kepentingan umum.Loyalitas kepada
manajemen dan/atau direktur dapat menyesatkan karena mereka telah sering terbukti sangat
mementingkan diri sendiri dan tidak dapat dipercaya.Direktur yang seharusnya mengatur manajemen
sering mengandalkan akuntan professional untuk memenuhi tanggung jawab fidusia
mereka.Konsekuensinya,tanggung jawab fidusia utama dari akuntan seharusnya kepada masyarakat
atau untuk kepentingan umum.
Beberapa tren penting lainnya yang dikembangkan sebagai hasil dari tekanan ekonomi dan kompetitif
yang telah dan terus memiliki efek pada etika bisnis dan kepada akuntan professional.Tren ini
mencakup:
· Pernyataan manajemen kepada pemegang saham atas kecukupan pengendalian internal, dan
· Ketetapan niat untuk mengelola dan melindungi reputasi,meskipun perubahan yang signifikan juga
terjadi dalam cara organisasi beroperasi,mencakup:
Reaksi awal perusahaan terhadap etika lingkungan yang lebih menuntut adalah keinginan untuk
mengetahui bagaimana aktivitas etisnya mereka,kemudian mencoba untuk mengelola tindakan mereka
dengan mengembangkan kode etik.Setelah menerapkan kode etik (tersebut),keinginan selanjutnya
adalah untuk memantau kegiatan sehubungan dengan hal itu dan untuk melaporkan prilaku itu,awalnya
secara internal kemudian eksternal.
Jelaslah bahwa pendekatan “inventarisasi dan perbaiki” menuju system “diperbaiki” untuk mengatur
prilaku karyawan:yaitu,yang tidak dilengkap dan tidak memberikan panduan etika pada semua atau
bahkan sebagian besar masalah yang dihadapi.Karyawan penyimpangan baik secara suka rela atau tidak
masih bisa mengatakn bahwa tidak ada yang mengatak kepada saya untuk tidak melakukannya.
Kode etik menawarkan kerangka kerja penting untuk pengambilan keputusan dan kendali
karyawan,posisi perusahaan sangan rentan karena produk atau proses produktif yang ditemukan sejalan
dengan kepentingan mereka sehubungan dengan mengembangkan system informasi peringatan dini
untuk memfasilitasi tindakan perbaikan yang cepat ketika terjadi masalah sebgai contoh,occidental
petroleum mengakui kepatiannya merusak lingkungan dan mencipatakan tiga tingkatan,syarat
pemberitahuan ke kantor pusat untuk memrikan informasi secara tepat waktu kepada manajemen
senior dan para ahli di bidang prosedur pembersihan.
Awal tahun 1994,Lynn Sharp Paine menerbitkan sebuah artikel didalam majalah Harvard Business
Review yang berjudul “Managing for Integrity”,dimana ia membuat kasus untuk mengintegrasikan etika
dan manajemen.Selain itu,pada periode 1990-an,dapat dipahami bahwa pendekatan-pendekatan
manajemen harus mencerminkan akuntabilitas pemangku kepentingan,tidak hanya pemegang
saham.Perusahaan memiliki berbagai pemangku kepentingan yang luas-karyawan,pelanggan,pemegang
saham,pemasok,kreditur,ahli lingkungan,pemerintah dan seterusnya yang memiliki kepentingan dalam
kegiatan atau dampak perusahaan.Meskipun pemangku kepentingan ini mungkin tidak memiliki klaim
hukum pada perusahaan,mereka dapat memengaruhi keuntungan jangka pendek dan jangka
panjang.Akibatnya,jika sebuah perusahaan ingin mencapai tujuan strategis secara optimal,interes para
pemangku kepentingan harus diperhitungkan saat manajemen membuat keputusan.Cara terbaik untuk
melakukan hal ini adalah untuk membangun pengenalan interes pemangku kepentingan dalam
pelaksanaan perencanaan strategis .
Para direktur eksekutif,manajer,dan karyawan lainnya harus memahami sifat dari interes pemangku
kepentingan dan nilai-nilai yang mendukungnya untuk menggabungkan interes pemangku kepentingan
kedalam kebijakan,strategi dan operasional perusahaan,
Berbagai pendekatan telah dikembangan untuk memeriksa interes pemangku kepentinga,seperti
survey,kelompok-kelompok,fokus dan pemetaan menurut stereotip.
Penentu Reputasi
Akuntabilitas
Perbaikan yang diperlukan dalam integritas ,transparansi,dan akurasi telah memotivasi diskusi di antara
akuntan (professional) untuk mengenali sifat pedoman yang seharusnya mereka gunakan untuk
menyusun laporan keuangan,aturan-aturan atau prinsip-prinsip.Kekurangan integritas,transparasi,dan
akurasi jelas terdapat pada laporan keuangan.
Keinginan untuk relevansi telah melahirkan gelombang dalam laporan,terutama yang bersifat
nonfinansial,dan telah disesuaikan dengan kebutuhan pemangku kepentingan tertentu.
Dalam menanggapi perubahan yang dijelaskan sebelumnya,ada sebuah minat terbaru mengenai
bagaimana filsuf mendefinisikan etika perilaku,dan pelajaran-pelajaran yang telah dipelajari selama
berabad-abad.Selain itu,pada tingkat aplikasi yang lebih tinggi,beberapa konsep dan istilah telah
dikembangkan yang memfasilitasi pemahaman akan evolusi yang terjadi dalam akuntabilitas bisnis
dalam pembuatan keputusan etika
Filsuf Yunani,Aritoteles,berpendapat bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan dan kebahagiaan dicapai
dengan menjalani hidup secara bijak sesuai dengan alasan
Filsuf Inggris,John Stuart Mill,menyatakan bahwa tujuan hidup adalah untuk memaksimalkan
kebahagiaan dan atau untuk mengurangi keidakbahagiaan atau sakit,dan tujuan masyarakat adalah
untuk memaksimalkan manfaat social bersih bagi semua orang.
Filsuf Amerika,John Rawis,berpendapat bahwa masyarakat harus diatur sehingga ada distribusi yang adil
atas hak dan manf\aat,dan bahwa setiap ketimpangan harus menguntungkan semua orang.
Konsep dan Persyaratan etika bisnis
Secara khusus,ada dua perkembangan yang sangat berguba dalam memahami etika bisnis,serta
bagaimana bisnis dan profesi bisa mendapatkan keuntungan dari penerapannya.Dua perkembangan itu
adalah konsep pemangku kepentingan dan suatu konsep dari kontrak social perusahaan.
Semua pendekatan dimulai dengan identifikasi pemangku kepentingan yang signifikan,suatu investigasi
terhadap interes mereka,dan peringkat interes-interes tersebut untuk memastikan bahwa hal paling
penting adalah memberikan perhatian yang memadai selama analisis dilakukan dan pertimbangan lebih
pada tahap pengambilan keputusan.
Etika prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh para filsuf memberikan wawasan ke dalam dimensi kunci
dari etika penalaran.Para pembuat keputusan harus memahami tiga mendekatan filosofis
dasar:konsekuensialisme,deontology, dan etika kebajikan.
Kebutuhan perubahan tambahan pada peran dan perilaku akuntan professional mendahului krisis yang
baru-baru ini terjadi.Apakah mereka terlibat dalam audit atau jaminan fungsi layanan dalam
manajemen,dalam konsultasi,ataupun sebagai direktur.Akuntan professional tampak secara historis
sebagai arbiter dari akuntabilitas organisasi dan ahli dalam ilmu pengambilan keputusan.Oleh karena itu
kita menyaksikan “perubahan arus” dalam akuntabilitas perusahaan dengan memperluas dari hanya
melampaui para pemegang saham ke pemangku kepentingan,perupakan tanggung jawab akuntan untuk
memahami evolusi ini dan bagaimana evolusi tersebut dapat mempengaruhi fungsi nya.
Tata Kelola
Dalam profesi akuntansi ,gerakan menuju harmonisasi secara global sekumpulan prinsip-prinsip
akuntansi dan audit yang berlaku secara umum (GAAP dan GAAS) untuk memberikan efisiensi analisis
bagi penyedia modal pasar-pasar dunia serta efisiensi komputasi dan audit diseluruh
dunia.Akibatnya,ada rencana untuk menyelaraskan secara bertahap sejumpulan GAAP yang
dikembangkan JASB di London,Inggris,serta yang dikembangkan oleh Financial Accounting Standards
Boards (FASB) di AS menjadi suatu rangkaian umum yang akan berlaku di semua Negara.
Kemunculan dan pertumbuhan perusahaan multidisiplin di akhir periode 1990-an yang melibatkan para
professional,seperti pengacara dan insinyur untuk menyediakan jaminan yang lebih luas dan layanan
lain untuk klien audit mereka,telah dibatasi SEC yang telah di revisi dan standar-standar lainnya.
Etika Perilaku Kontribusi Para Filsuf
Pengertian Etika dan Kode Etik Etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian normative
tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan. Etika merupakan pembelajaran
tentang norma-norma dan nilai-nilai yang berkaitan dengan salah dan benar, baik dan buruk, seperti apa
yang harus dilakukan dan tindakan apa yang harus dihindari. Dilema etika muncul ketika norma-norma
dan nilai-nilai mengalami konflik dan terdapat tindakan alternatif yang dapat dilakukan karena dilema
etika tidak mempunyai standar objektif dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu diperlukan kode
etik yang bersifat subjektif.
Encyclopedia of philosophy
3. penyelidikan tentang cara hidup dan aturan perilaku Sedangkan moralitas dan kode etik didefinisikan
dalam Encyclopedia of philosophy sebagai istilah yang mengandung empat karakteristik:
2.keyakinan tentang cita-cita, tentang apa yang baik atau diinginkan atau kelayakan untuk mengejar
kepentingan diri sendiri
3.aturan yang menjelaskan apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan
4. motif yang cenderung membuat kita memilih jalan yang benar atau salah Masing-masing karakteristik
dijelaskan dengan empat teori etika utama yang diterapkan oleh orang-orang dalam pengambilan
keputusan etis dalam lingkungan bisnis. Teori tersebut antara lain: utilitarianisme, deontology,
kesetaraan dan keadilan kewajaran, serta etika kebajikan. Sebagai contoh, utilitarianisme menekankan
pentingnya aturan dalam mengejar apa yang baik atau yang diinginkan, sedangkan deontology
memeriksa motif dari pengambilan keputusan etis. Etika kebajikan cenderung untuk mempelajari
manusia dengan cara yang lebih holistik yang mengacu pada sifat kemanusiaan. Meskipun penekanan
masing-masing teori berbeda, semua teori tersebut memiliki banyak fitur-fitur yang umum terutama
kepedulian terhadap apa yang yang seharusnya dan yang tidak seharusnya dilakukan. Pada gambar di
bawah dijelaskan bahwa teori-teori etika memberikan panduan dalam membuat keputusan etis. Seperti
dalam bisnis, ada banyak kendala yang mempengaruhi apakah seseorang pembuat keputusan benar-
benar melakukan hal yang benar. Faktor yang meringankan dapat dikelompokkan menjadi kendala
organisasi dan karakteristik pribadi yang termasuk sistem imbalan, budaya organisasi dan sifat
kepemimpinan. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi individu untuk benar-benar melakukan apa
yang diketahuinya sebenarnya meliputi kesalahan pemahaman tentang bisnis, komitmen berlebihan
untuk
1.1. Sniff Tests dan Aturan Praktis Umum – Tes Awal Etikalitas Sebuah Keputusan
Pendekatan filosofi memberikan dasar bagi pendekatan keputusan praktis dan bantuan yang
berguna, meskipun sebagian besar eksekutif dan akuntan professional tidak menyadari
bagaimana dan mengapa demikian.
Akankah sya merasa nyaman jika tindakan atau keputusan ini muncul dihalaman depan
surat kabar nasional besok pagi?
Apakah tindakan atau keputusan ini sesuai dengan misi dank ode etik perusahaan?
Peraturan pengungkapan: jika anda merasa nyaman dengan tindakan atau keputusan
setelah bertanya pada diri sendiri apakah anda akan keberatan jika semua rekan, teman,
dan keluarga anda meyadari hal itu, maka anda harus bertindak atau memutuskan.
Etika intuisi: lakukan apa yang “firasat anda” katakana untuk anda lakukan.
Etika profesi: lakukan hanya apa yang bisa anda jelaskan didepan komite dari rekan-
rekan professional anda.