Anda di halaman 1dari 8

BEA MATERAI

Mata kuliah : Pengantar Perpajakan

Dosen Pengampu : Rachmadani K, SE,M.Acc,AK

Disusun oleh :

Kelompok 11

1. Noviasari : 2016.61.002775
2. Amira Octavia : 2016.61.002761
3. Aticha Citra Ningrum : 2016.61.002614

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Pengantar Perpajakan dengan judul

“BEA MATERAI”

Penulisan makalah ini salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah ini. Dalam penulisan
makalah ini kami masih merasa banyak kekurangan, baik pada penulisan atau materi yang kita
fahami. Untuk itu keritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan
makalah ini. Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih yang
sebesar-besarnya pada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalahini. Khususnya
pada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk ke pada kami. Sehingga kami bisa
mengerti tentang materi “BEA MATERAI”dan bisa menyelesaikan tugas ini.

BALIKPAPAN, 12 Desember 2018

Penyusun ,

2
A. Pengertian dan Dasar Hukum Bea Materai

Bea materai merupakan pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini yaitu Direktorat
Jendral Pajak. Bea Materai berfungsi untuk pajak suatu dokumen yang di bebankan oleh negara misalnya
untuk surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat pernyataan dan surat berharga lainnya.
Untuk memperoleh Surat kuasa Untuk Menyetor (SKUM) kini masyarakat tidak perlu lagi datang ke
Direktorat Jendral Pajak cukup dengan melakukan pelunasan dengan menggunakan materai tempel atau
kertas materai dengan tarif tetap.

Pengertian bea materai menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 1985 yaitu “ Bea Materai
adalah pajak dokumen yang dibebankan oleh negara untuk dokumen-dokumen tertentu”. Sedangkan
dokumen adalah kertas yang berisi perjanjian-perjanjian atau tulisan yang mengandung arti yang sangat
penting serta perbuatan maupun kondisi suatu keadaan bagi seseorang maupun pihak-pihak yang
berkepentingan, termasuk dokumen elektronik.

 Dasar Hukum Bea Materai

1. Undang Undang nomor 13 1985

Undang undang ini berlaku sejak tanggal 1 Januari 1986. Sebab sebab dikeluarkannya Undang-
Undang Nomor 13 tahun 1985 tentang bea materai yaitu agar lebih sederhana serta lebih sempurna, agar
objek lebih luas serta lebih mudah untuk dilaksanakan karena hanya mengenal satu jenis bea materai yaitu
materai 3000 dan 6000.

2. PP No. 24 tahun 2000

Peraturan ini sebelumnya merupakan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1995 yaitu peraturan untuk
mengatur pelaksanaan Bea Materai yang pada akhirnya dirubah menjadi Peraturan Pemerintah No. 24
tahun 2000 yang berisikan tentang perubahan tarif Bea Materai dan Besarnya batas Pengenaan Harga
Nominal yang dikenakan Bea Materai. Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Mei tahun 2000.

3. KMK RI Nomor 133b/KMK.04/2000

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonseia Nomor 133b/KMK.04/2000 tertanggal 28 April


2000 tentang pelunasan Bea Materai dengan menggunakan cara lain. Diantaranya yaitu pada pasal 1
berisikan tentang pelunasan Bea Materai dengan cara lain yaitu dengan membubuhkan tanda Bea Materai
Lunas dengan menggunakan mesin teraan materai, teknologi percetakan, sistem komputerisasi, dan alat
lain dengan teknologi tertentu. Pada pasal 2 pelunasan Bea Materai harus mendapatkan izin tertulis dari
Direktur Jenderal Pajak dan hasil percetakan tanda Bea Materai Lunas harus dilaporkan kepada Direktur
Jenderal Pajak . Pada pasal 3, pembubuhan Bea Materai Lunas dengan menggunakan teknologi
percetakan hanya boleh dilakukan oleh Perum Peruri atau perusahaan lain yang sudah memiliki izin dari
Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu yang ditunjuk oleh Bank Indonesia dan masih banyak yang
lainnya.

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.03/2014

3
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.03/2014 tentang bentuk, Ukuran, Warna Benda
Materai. Pada peraturan ini dijelaskan secara mendetail berapa ukuran dimensi materai, cetakan dasar,
cetakan utama, gambar serta penggunaan teks yang ada pada materai, berat dan jenis kertas hingga
penentuan warna pada materai.

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 70/PMK.03/2014

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 70/PMK.03/2014 tentang tata cara pemateraian kemudian.
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal 25 April 2014, dengan berlakunya peraturan ini otomatis PMK
Nomor 476/KMK.03/2002 tentang pelunasan Bea Materai dengan cara pemateraian kemudian dinyatakan
tidak berlaku lagi. Pada Peraturan Mentri Keuangan Nomor 70/PMK.03/2014 menetapkan tata cara
pemateraian kemudian merupakan cara pelunasan Bea Materai yang dilakukan oleh pejabat pos atas
permintaan pemegang dokumen yang Bea Materainya belum dilunasi. Serta Hak dan Kewajiban pejabat
pos, pemilik dokumen dan kantor pelayanan pajak sehubungan dengan pemateraian kemudian.

B. Sebab dikeluarkannya UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea


Materai

1. Agar lebih sempurna dan sederhana


2. Lebih mudah dilaksanakan karena hanya mengenal 1 jenis bea materai tetap, yaitu materai 6000
dan materai 3000
3. Objek lebih luas.
C. Prinsip Umum Pemungutan atau pengenaan Bea Materai
1. Bea Meterai dikenakan atas dokumen (merupakan pajak atas dokumen).
2. Satu dokumen hanya terutang satu Bea Meterai.
3. Rangkap/tindasan (yang ikut ditandatangani) terutang Bea Meterai sama dengan aslinya.

D. Tarif Bea Materai Rp. 6.000


Tarif Bea Meterai Rp 6.000,00 Dikenakan atas Dokumen:

1. Surat perjanjian surat-surat lainnya (antara lain: surat kuasa, surat hibah, dan surat pernyataan)
yang dibuat dengan tujuan digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan
atau kedaan yang bersifat perdata.
2. Akta-akta Notaris termasuk salinannya.
3. Akta-akta yang dibuat Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap-rangkapnya.
4. Surat yang memuat jumlah yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,00 (satu
juta rupiah), yang menyebutkan penerimaan uang, yang menyatakan pembukuan uang atau
penyimpanan uang dalam rekening di bank, yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank,

4
yang berisi pengakuan bahwa utang uang sebagai atau seluruhnya telah dilunasi atau
diperhitungkan
5. Surat-surat berharga seperti: wesel, promes, dan aksep yang harga nominalnya lebih dari Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah).
6. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun sepanjang harga nominalnya lebih dari Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah).
7. Dokumen-dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan: surat-
surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan, surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea
Meterai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan untuk orang lain,
lain dari maksud semula.

E. Tarif Bea Materai Rp. 3.000


Tarif Bea Meterai Rp 3.000,00 Dikenakan atas Dokumen:

1. Surat yang membuat jumlah uang yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000,00 (dua
ratus lima puluh ribu rupiah) tetapi tidak lebih dari Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah): yang
menyebutkan penerimaan uang, yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang
dalam rekening di bank, yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank, yang berisi
pengakuan bahwa utang uang sebagian atau seluruhnya telah dilunasi atau diperhitungkan.
2. Surat-surat berharga seperti: wesel, promes dan aksep yang harga nominalnya lebih dari Rp
250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) tetapi tidak lebih dari Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah).
3. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari Rp
250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) tetapi tidak lebih dari Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah).
4. Cek dan bilyet giro dengan harga nominalnya berapapun.

F. yang tidak dikenakan bea materai

5
1. Apabila suatu dokumen (kecuali cek dan bilyet giro) mempunyai tidak lebih dari Rp 250.000,00
(dua ratus lima puluh ribu rupiah), maka atas dokumen tersebut tidak terutang Bea Meterai.
2. Dokumen yang berupa, antara lain: surat penyimpanan barang, konosemen, surat angkutan
penumpang dan barang, bukti pengiriman dan dan penerimaan barang, surat pengiriman barang
untuk dijual atas tanggungan pengirim, surat-surat lainnya yang disamakan dengan surat-surat
tersebut di atas.
3. Segala bentuk Ijasah. Yang termasuk dalam pengertian ini adalah Surat Tanda Tamat Belajar
(STTB), tanda lulus, surat keterangan telah mengikuti suatu pendidikan, latihan, kursus, dan
penataran.
4. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayaran lainnya yang ada
kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan
pembayaran itu.
5. Tanda bukti penerimaan uang negara dari Kas Negara, Kas Pemerintah Daerah, dan Bank.
6. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu dari
Kas Negara, Kas Pemerintah Daerah, dan Bank.
7. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan internal organisasi.
8. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayarn uang tabungan kepada penabung oleh bank,
koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut.
9. Surat gadai yang diberikan oleh Perum Pegadaian.
10. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

G. Saat terutangnya bea materai & Pihak yang terutang bea


materai
1. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak adalah pada saat dokumen itu diserahkan dan diterima oleh
pihak untuk siapa dokumen itu dibuat, jadi bukan pada saat ditandatangani, misal : kuitansi,cek
2. Dokumen yang dibuat lebih dari satu pihak, adalah pada saat dokumen itu telah selesai dibuat,
yang ditutup dengan pembubuhan tanda tangan yang bersangkutan, misal surat perjanjian jual
beli.
3. Dokumen yang dibuat diluar negeri adalah pada saat digunakan di Indonesia. Bea materai yang
terutang pemetarian kemudian
H. Pihak yang terutang bea materai

 Pihak yang terutang bea materai

Pihak yang terutang bea materai adalah pihak yang mendapat manfaat dari dokumen , kecuali pihak
atau pihak pihak yang bersangkutan.

6
I. Cara pelunasan bea materai
Bendahara dapat melunasi Bea Meterai atas dokumen dengan cara:

1. Menggunakan benda meterai, yaitu dengan menggunakan meterai tempel atau menggunakan
kertas meterai
2. Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Mesin Teraan Meterai
3. Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Teknologi Pencetakan
4. Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Sistem Komputerisasi
5. Wajib pajak juga dapat menerbitkan dokumen dimana pelunasan Bea Materainya dengan
membubuhkan tanda bea materai lunas dengan mesin teraan meterai digital.

J. cara penggunaan benda materai


1. Meterai Tempel

Meterai tempel direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di atas dokumen yang dikenakan
Bea Meterai. Meterai tempel direkatkan di tempat di mana tanda tangan akan dibubuhkan. Pembubuhan
tanda tangan disertai dengan tanggal, bulan, dan tahun dilakukan dengan menggunakan tinta atau yang
sejenisnya. Sebagaimana tanda tangan berada di atas meterai dan sebagian lagi di atas kertas dokumen.
Jika digunakan lebih dari satu meterai tempel, tanda tangan harus dibubuhkan sebagian di atas semua
meterai tempel dan sebagian di atas dokumen.

2. Kertas Meterai

Dokumen ditulis di atas Kertas Meterai. Jika isi dokumen terlalu panjang untuk dimuat seluruhnya di
atas kertas meterai yang digunakan, maka untuk bagian isi yang masih tertinggal dapat digunakan kertas
tidak bermeterai. Kertas meterai yang sudah digunakan, tidak boleh digunakan lagi. Apabila ketentuan-
ketentuan di atas tidak dipenuhi, maka dokumen yang bersangkutan dianggap tidak bermeterai.

3. Pemetaraian kemudian

Adalah suatu cara pelunasan bea materai yang dilakukan oleh pejabat pos atas permintaan pemegang
dokumen yang bea materainya belum dilunasi sebagaimana mestinya Pemetaraian kemudian dilakukan
atas :

1. Dokumen yang semula tidak terutang bea materai namun akan digunakan sebagai alat
pembuktian dimuka pengadilan
7
2. Dokumen yang bea materai tidak atau kurangnya dilunasi sebagaimana mestinya
3. Dokumen yang dibuat diluar negeri yang akan digunakan diIndonesia

Sanksi sanksi
1. Sanksi administrasi sebesar 200% dari bea materai yang tidak atau kurang
bayar.penanggungjawab sanksi ialah pemegang dokumen
2. Sanksi pidana. Penanggung jawab adalah sesuai dengan putusan pengadilan

Daluarsa

Daluarsa dari kewajiban memenuhi bea materai ditetapkan lima tahun terhitung sejak tanggal
dokumen dibuat.

Anda mungkin juga menyukai