Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia harapan hidup orang semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Kendali tersebut

membawa dampak terhadap peningkatan jumlah populasi lanjut usia (Lansia).

Di seluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa.

Tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar dan diperkirakan jumlah

penduduk lanjut usia Indonesia menempati peringkat ke empat setelah RRC,

India dan Amerika Serikat (Nugroho 2009).

Laporan data penduduk Internasional yang dikeluarkan oleh Bureav of the

census USA (1993) dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun 1990 sampai 2025

akan mengalami kenaikan jumlah usia lanjut sebesar 414 % suatu angka yang

paling tinggi diseluruh dunia. Meskipun lambat tetapi pasti masalah lanjut usia

mulai mendapatkan perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal ini merupakan

konsekuensi logis berhasilnya hidup dan bertambah banyaknya jumlah lanjut

usia di Indonesia (Suryono,2011).

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah

merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan

untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk

mencapai masa tua. Kondisi ini tentunya harus mendapatkan perhatian

berbagai pihak karena lanjut usia yang sakit sakitan akan menjadi beban bagi

1 STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


2

keluarga, masyarakat dan bahkan pemerintah, sehingga akan menjadi beban

dalam pembangunan. Oleh sebab itu, kita harus menjadikan masa lanjut usia

menjadi tetap sehat, produktif dan mandiri. Hal ini tidak akan tercapai bila kita

tidak mempersiapkan masa lanjut usia sejak usia dini.

Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia

lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui

beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah posyandu

lansia. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia

lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan posyandu

lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan

kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas

dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan

organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Purnama, 2010).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Lampung tahun 2012 didapat

usaha kesehatan berbasis masyarakat masih rendah, sekitar 54,8% masyarakat

tidak membawa anggota keluarga yang sakit menuju pelayanan kesehatan

sebagai upaya pengobatan. Sebesar 64,3% masyarakat merasa tidak

membutuhkan puskesmas dan posyandu. Pelayanan Posyandu lansia hanya

sebesar 60% dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 80% (Profil Kesehatan

Propinsi Lampung, 2012).

Dalam melaksanakan kegiatan posyandu sering terdapat kendala yang

sering dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3

pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu, jarak rumah

dengan posyandu yang jauh dan sulit di jangkau, dukungan keluarga, sikap

petugas posyandu yang kurang baik. Keluarga merupakan lingkungan yang

paling dekat dengan lansia. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal

disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan..

Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu

siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Keluarga memiliki

beberapa fungsi dukungan antara lain dukungan informasional, dukungan

penilaian, dukungan instrumental, dukungan emosional.

Sejalan dengan hasil penelitian oleh Indah Kresnawati (2010) di Desa

Gonilan Kecamatan Kartasura diketahui bahwa keluarga memberikan

dukungan dan memperhatikan kebutuhan lansia mempengaruhi keaktifan

kehadiran lansia dalam posyandu lansia. Hasil lain penelitian Heni Maryati

(2013) di Dusun Ngabar Desa Sumberteguh Kecamatan Kudu Kabupaten

Jombang menunjukan bahwa dukungan keluarga yang bagus akan membuat

motivasi lansia datang ke posyandu juga semakin kuat sehingga lansia bisa

aktif datang ke posyandu lansia.

Hasil pra survei pada bulan Januari 2015 Di Desa Wates Selatan

Kecamatan Gadingrejo terdapat 2 Posyandu lansia. Jumlah lansia dari 1 dusun

posyandu lansia yang berada di Pekon Saribumi terdapat 67 orang.

Berdasarkan hasil data, di 1 dusun posyandu lansia tingkat kehadiran pada

bulan Agustus 2014 sebanyak 49 orang (73,2%), bulan September 2014

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4

sebanyak 45 orang (67,6 %), bulan Oktober 2014 hanya sebanyak 49 orang

(73,2%) , bulan November 2014 hanya sebanyak 64 orang (97%) , bulan

Desember 2014 hanya sebanyak 32 orang (47,7%).

Dari data diatas menunjukkan bahwa pada bulan September dan

Desember 2014 memiliki frekuensi kehadiran yang masih jauh dari yang

diharapkan.

Hasil wawancara terhadap 10 lansia yang terdaftar di Posyandu Lansia

Desa Pandansurat, 7 lansia mengatakan kalau sering lupa dengan jadwal

kegiatan di posyandu, keluarga tidak pernah mengantarkan lansia ke

posyandu lansia, keluarga tidak pernah menemani lansia dalam kegiatan di

posyandu lansia, keluarga tidak pernah mengingatkan tentang jadwal kegiatan

di posyandu, keluarga juga tidak pernah menanyakan kepada lansia tentang

kedatangan di kegiatan posyandu lansia dan 3 lansia mengatakan kalau

keluarga selalu mengingatkan tentang jadwal kegiatan di posyandu, keluarga

selalu mengantar lansia ke Posyandu lansia, keluarga selalu menemani lansia

dalam kegiatan di posyandu lansia. Berdasarkan data diatas maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian “Hubungan dukungan keluarga dengan

keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu Lansia di Pekon

Saribumi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2015 ”

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena atau uraian latar belakang diatas, maka dapat

dirumuskan suatu masalah yaitu “apakah ada hubungan dukungan keluarga

dengan keaktifan lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia di Pekon

Saribumi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia

mengikuti kegiatan posyandu lansia di Pekon Saribumi Kecamatan

Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam pemelitiian ini adalah :

a. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan

keluarga di posyandu lansia di Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo

Kabupaten Pringsewu.

b. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan keaktifan lansia

mengikuti posyandu lansia di Posyandu lansia Pekon Saribumi

Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

c. Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia

mengikuti kegiatan posyandu lansia di Pekon Saribumi Kecamatan

Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


6

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

a. Jenis Penelitian : Analitik dengan pendekatan cross sectional

b. Subjek Penelitian : Lansia di Posyandu Kemuning di Pekon Saribumi

c. Objek Penelitian : Dukungan Keluarga dan Keaktifan Lansia

d. Tempat Penelitian : Posyandu Lansia Kemuning Pekon Saribumi

e. Waktu Penelitian : Bulan Maret 2015

E. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan penulis baik materi maupun praktek dalam

melakukan penelitian. Dan untuk lebih mempelajari lagi tentang hubungan

antara dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti

kegiatan posyandu lansia.

2. Bagi STIKes Muhammadiyah Pringsewu


Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan ilmu pengetahuan berupa literatur

di perpustakaan khususnya mengenai hubungan antara dukungan keluarga

dengan keaktifan lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia.

3. Bagi Posyandu Lansia


Sebagai masukan dalam upaya peningkatan keaktifan lansia yang masih

kurang dalam meningkatkan kemandirian posyandu lansia.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


7

4. Bagi Lansia
Untuk menambah wawasan bagi lansia dalam upaya meningkatkatkan

tingkat kesadaran akan kesehatan di masa tua.

5. Bagi Keluarga Lansia


Untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga yang baik.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keaktifan Lansia

1. Definisi Keaktifan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktif berarti giat (bekerja,

berusaha). Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu

berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan

(Sardiman, 2001:98). Aktifitas fisik adalah giat aktif dengan anggota badan,

membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan

mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Aktifitas psikis (kejiwaan) adalah

jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya.

Keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia tidak lain adalah ntuk

mengotrol kesehatan mereka sendiri. Mereka aktif dalam kegiatan fisik

maupun mental dapat dilihat dari usahanya untuk menghadiri dan mengikuti

setiap kegiatan posyandu lansia.

2. Peran Aktif Lansia

Para lansia diharapkan dapat bersama-sama mewujudkan kesehatan

dengan cara:

1) Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan

2) Olahraga secara teratur sesuai kemampuan

3) Menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala

4) Menjalani pengobatan

5) Meningkatkan upaya kemandirian dan pemenuhan kebutuhan pribadi.

8 STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


9

3. Keaktifan Lansia Dalam Kegiatan Posyandu Lansia

Keaktifan lansia dapat diasumsikan bahwa lansia yang aktif

mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu lansia.

Seperti olahraga senam lansia, kegiatan pendidikan, jalan santai,

menjalani pengobatan, pemeriksaan kesehatan secara berkala,

pemberian makanan tambahan, maka lansia tersebut termasuk dalam

kategori yang aktif (Ismawati dkk, 2010). Namun, apabila lansia tidak

mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu lansia

maka mereka tergolong yang tidak aktif. Keaktifan lansia dalam

mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan posyandu lansia

diharapkan akan membantu keberhasilan program posyandu lansia dan

dapat menurunkan angka kesakitan pada lansia (DepKes RI, 2007)

4. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Lansia

1) Pengetahuan lansia tentang manfaat Posyandu lansia.

Pengetahuan yang rendah tentang manfaat Posyandu lansia

dapat menjadi kendala bagi lansia dalam mengikuti kegiatan

Posyandu lansia. Pengetahuan yang salah tentang tujuan dan

manfaat Posyandu dapat menimbulkan salah persepsi yang

akhirnya kunjungan ke Posyandu rendah (Purnama, 2010 dalam

Dian Mahara Suseno, 2012)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


10

2) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong

minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu.

Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu

menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke

Posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal Posyandu, dan

berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia

(Erfandi, 2008 dalam Dian Mahara Suseno, 2012).

Efek dari dukungan keluarga yang adekuat terhadap

kesehatan dan kesejahteraan terbukti dapat menurunkan mortalitas,

mempercepat penyembuhan dari sakit, meningkatkan kesehatan

kognitif, fisik dan emosi, disamping itu pengaruh positif dari

dukungan keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian

dalam kehidupan sehari-hari yang penuh dengan stress (Setiadi,

2008 dalam Dian Mahara Suseno, 2012)

3) Motivasi Lansia

Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang

bertindak, motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang

dengan situasi yang dihadapinya (Nursalam, 2008 dalam Dian

Mahara Suseno, 2012)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11

4) Kondisi Fisik Lansia

Mengingat kondisi fisik yang lemah sehingga mereka tidak

dapat leluasa menggunakan berbagai sarana dan prasarana, maka

upaya pemantapan pelayanan kesehan adalah menyediakan sarana

dan fasilitas khusus bagi lansia. Hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah lansia melakukan aktivitasnya dengan melibatkan

peran serta masyarakat dan sebagainya (Notoadmodjo, 2007 dalam

Dian Mahara Suseno, 2012)

B. Konsep Dukungan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Menurut Friedman (2008), keluarga merupakan unit terkecil dalam

masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan, keluarga

berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yang diperlukan

bagi anggota keluarga yang mengalami maslah kesehatan. Bila salah satu

dari anggota keluarga mengalami masalah kesehatan, maka system

didalam keluarga akan terganggu. Dalam Friedman (2008),

mengemukakan tentang definisi keluarga adalah sebagai berikut:

a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan

perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam

satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka

tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


12

c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain

dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu,

saudara kandung.

d. Penggunaan kultur yang sama didalam keluarga.

2. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan (Friedman, 2008). Pada hakekatnya keluarga

diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan proses pengembangan

timbal balik rasa cinta dan kasih sayang antara anggota keluarga, antar

kerabat, serta antar generasi yang merupakan dasar keluarga yang

harmonis (Soetjiningsih, 2005). Hubungan kasih sayang dalam keluarga

merupakan suatu rumah tangga yang bahagia. Dalam kehidupan yang

diwarnai oleh rasa kasih sayang maka semua pihak dituntut agar memiliki

tanggung jawab, pengorbanan, saling tolong menolong, kejujuran, saling

mempercayai, saling membina pengertian dan damai dalam rumah tangga

(Soetjiningsih, 2005)

3. Bentuk-bentuk dukungan keluarga

Terdapat empat jenis dukungan keluarga yaitu :

a. Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


13

yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan

penegasan dari anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang

aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan emosi. (Subari, ND.

2008).

b. Dukungan informasi keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

disseminator (penyebar) informasi tentang dunia (Friedman, 2008).

Apabila individu tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi

maka dukungan ini diberikan dengan cara member informasi, nasehat,

dan petunjuk tentang cara penyelesaian masalah. Keluarga juga

merupakan penyebar informasi yang dapat diwujudkan dengan

pemberian dukungan semangat, serta pengawasan terhadap pola

kegiatan sehari-hari.

c. Dukungan instrumental keluarga merupakan sebuah sumber

pertolongan praktis dan kongkrit (Friedman, 2008). Dukungan ini

bersifat nyata dan bentuk materi bertujuan untuk meringankan beban

bagi individu yang membentuk dan keluarga dapat memenuhinya,

sehingga keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan

konkrit yang mencakup dukungan atau bantuan seperti uang, peralatan,

waktu, serta modifikasi lingkungan.

d. Dukungan penghargaan keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan

umpan balik, membimbing dan mempengaruhi pemecahan masalah

dan sebagai sumber dan validator identitas anggota . Terjadi lewat

ungkapan hormat atau positif untuk pasien, misalnya: pujian atau

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


14

reward terhadap tindakan atau upaya penyampaian pesan ataupun

masalah, keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik seperti

dorongan bagi anggota keluarga.

4. Sumber dan Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh

keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses diadakan untuk keluarga

(dukungan bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan keluarga dapat

berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami istri atau

dukungan dari saudara kandung atau dukungan social keluarga eksternal.

Menurut Friedman (2008) Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang

terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial

berbeda–beda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan. Namun demikian,

dalam semua tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga membuat

keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sebagai

akibatnya. Hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga.

C. Konsep Lansia

1. Definisi Lansia

Dari beberapa referensi yang ada menjelaskan bahwa pengertian

lanjut usia menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 adalah seseorang

yang mencapai 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


15

nafkah untuk keperluan hidupnya sehari-hari (Darmojo & Martono, 2006).

Sedangkan menurut undang-undang No. 13 tahun dinyatakan bahwa usia

60 tahun keatas disebut sebagai lanjut usia (Noorkasiani, 2009).

Lanjut usia ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu usia kronologis

yang dihitung berdasarkan tahun kalender, usia biologis yang diterapkan

berdasarkan pematangan jaringan dan usia psikologis yang dikaitkan

dengan kemampuan seseorang untuk dapat mengadakan penyesuaian

terhadap setiap situasi yang dihadapinya (Noorkasiani, 2009).

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya

dimulai dari suatu waktu terrtentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan suatu proses alamiah, yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan

tua. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut

memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan

semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak

proporsional (Nugroho, 2008).

Jadi usia lanjut dapat kita artikan sebagai seseorang yang berusia

60 tahun keatas dimana proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


16

2. Batasan Usia Lanjut

Batasan umur lansia menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

lanjut usia meliputi (Notoadmodjo, 2007) Usia pertengahan (middle

age)adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah

kelompok usia antara 60-70 tahun, Usia lanjut tua (old) adalah kelompok

usia antara 71-90 tahun, Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia

di atas 90 tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang nomer 13 tahun

1998 menjelaskan tentang kesejahteraan lanjut usia yang termaksuk dalam

BAB I pasal 1 ayat 2 yaitu bahwa “lanjut usia adalah seseorang yang

mencapai umur diatas 60 tahun”.

Sedangkan menurut Purnama (2010) Membagi periodesasi biologis

perkembangan hidup manusia sebagai berikut : Umur 40-65 tahun : masa

setengah umur (prasenium), Umur 65 tahun keatas : masa lanjut usia

(senium). Sedangkan menurut Setyonegoro (dalam Nugroho, 2008)

Pengelompokan usia lanjut sebagai berikut : Lajut usia (geriatric age)

lebih dari 65 atau 70 tahun, Young age yaitu umur 70-75 tahun, Old yaitu

umur 75-80 tahun, Very old yaitu umur lebih dari 80 tahun.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penuaan

Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologi. Bila sesorang

mengalami penuaan fisiologis (fisiological aging), diharapkan mereka

dapat tua dalam keadaan sehat. Penuaan ini sesuai dengan kronologis usia

dipengaruhi oleh faktor endogen.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


17

Perubahan ini dimulai dari sel jaringan organ sistem pada tubuh.

Sedangkan faktorlain yang juga berpengaruh pada proses penuaan adalah

faktor eksogen seperti lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup.

Yang termasuk faktor lingkungan antaralain pencemaran

lingkungan akibat kendaraan bermotor, pabrik, bahan kimia, bising,

kondisi lingkungan yang tidak bersih, kebiasaan menggunakan obat dan

jamu pada kontrol, radiasi sinar matahari, makanan berbaha kimia, infeksi

vurus, bakteri dan mokroorganisme lain.

Faktor endogen meliputi genetik, organik dan imunitas. Faktor

organik yang dapat ditemui adalah penurunan hormon pertumbuhan,

melatonin, perubahan folcel stimulating hormone dan lutenizing hormone.

4. Kebutuhan Hidup Lansia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga

memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera.

Kebutuhan hidup lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi

seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan

kondisi rumah yang tentaram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial

seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga

mereka mempunyai banyak teman yang dapat di ajak berkomunikasi,

membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang

baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


18

D. Konsep Posyandu Lansia

1. Definisi Posyandu Lansia

Menurut Departemen Kesehatan (2006) Posyandu adalah salah satu

bentuk Upaya Kesehatan Yang Bersumber Daya Masyarakat (UKMB)

yang dikelola diaselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat

guna memberdayakan masyarakat dan memberi kemudahan dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar.

Posyandu adalah suatu wadah alih teknologi dalam pelayanan

kesehatan masyarakat dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh

masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan

pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan, yang

mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia

sejak dini. Posyandu adalah forum yang menjembatani ahli teknologi dan

ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan yang profesional pada

masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kemampuan

masyarakat agar dapat hidup sehat.

Berdasarkan pada keputusan bersama antara mentri dalam negeri,

menteri kesehatan dan BKKBN melalui surat keputusan bersama: dengan

No 23 tahun 1985, 21/Men.Kes/Ins.B./IV 1985, dan112/HK-011/A1985

tentang penyelenggaraan posyandu, yaitu:

1) Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan

posyandu dalam lingkup LKMD dan PKK.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


19

2) Mengembangkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan fungsi

posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-

program pembangunan masyarakat desa.

3) Meningkatkan peran fungsi LKMD dan PKK dengan mengutamakan

peran kader.

Posyandu lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia

lanjut yang dilakukan dari, oleh dan untuk kaum usia lanjut yang menitik

beratkan pada pelayanan prefentif dan promotif tanpa mengabaikan upaya

kuratif dan rehabilitaif. Kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan secara

berkala peningkatan, peningkatan olah raga, pengembangan keterampilan,

bimbingan pendalaman agama, dan pengelolaan dana sehat.

2. Tujuan Pembentukan Posyandu Lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia adalah :

1) Tujuan Umum

a) Meningkatkan derajat kesehatan dan mutunpelayanan kesehatan

usia lanjut dimasyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia

dan berguna bagi keluarga.

b) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat

dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan

komunikasi antar masyarakat usia lanjut.

2) Tujuan Khusus

a) Meningkatkan kesadaran pada lansia

b) Membina kesehatan dirinya sendiri

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


20

c) Meningkatkan mutu kesehatan lansia

d) Meningkatkan pelayanan lansia

3. Kegiatan Posyandu Lansia

Kegiatan posyandu lansia dalam kesehatan, misalnya penyuluhan

perbaikan dan meningkatkan kesehatan gizi usia lanjut dalam upaya

meningkatkan kesegaran jasmani.

Dana untuk membiayai kegiatan posyandu dihimpun dari dan

digunakan secara terpadu dari masyarakat, anggaran pemerintah daerah

kabupaten/kota, propinsi dan pemerintah pusat, serta sumbangan swasta

dan donor lainnya, baik domestik maupun internasional.

Kegiatan posyandu tersebut telah di bedakan dalam bentuk upaya

pelayanan yaitu :

1) Promotif

Yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya penyuluhan perilaku

hidup sehat gizi usia lanjut dalam upaya meningkatkan kesegaran

jasmani.

2) Preventif

Yaitu upaya pencegahan penyakit, mendeteksi dini adanya penyakit

dengan menggunakan KMS lansia.

3) Kuratif

Yaitu upaya mengobati penyakit yang sedang diderita lansia.

4) Rehabilitatif

Yaitu upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pada lansia.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


21

4. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Dalam pelayanan posyandu lansia menggunakan sistem pelayanan tiga

meja antaralain:

1) Meja I pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan

dan tinggi badan.

2) Meja II melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, dan indeks

masa tubuh (IMT).

3) Meja III melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling dan pelayanan

pojok gizi.

E. Konsep Khusus Hubungan Dukungan Keluaraga dengan Keaktifan

Lansia dalam Kegiatan Posyandu Lansia

Dukugan keluarga merupakan segala bentuk perilaku dan sikap positif

yang di berikan keluarga pada salah satu anggota keluarga. Dukungan

keluarga sangat diperlukan lansia . Menurut Friedman (2008) dukungan

keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita

yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan antaralain dukungan

infirmasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan

emosional.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


22

Keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia tidak lain adalah

untuk mengotrol kesehatan mereka sendiri. Mereka aktif dalam kegiatan fisik

maupun mental dapat dilihat dari usahanya untuk menghadiri dan mengikuti

setiap kegiatan posyandu lansia.

Menurut Gottlieb, dukungan sosial didefinisikan sebagai informasi

verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang

diberikan oleh orang yang akarab dengan subyek di lingkungan sosialnya atau

yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat member keuntungan emosional

atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.

Dana untuk membiayai kegiatan posyandu dihimpun dari dan

digunakan secara terpadu dari masyarakat, anggaran pemerintah daerah

kabupaten/kota, propinsi dan pemerintah pusat, serta sumbangan swasta dan

donor lainnya, baik domestik maupun internasional.

Partisipasi keluarga dalam kegiatan posyandu terbukti memberikan

kontribusi yang besar terhadap peningkatan kesehatan lansia. Pernyataan ini

didukung dengan asumsi bahwa posyandu merupakan salah satu pendekatan

yang tepat untuk meningkatkan status kesehatan lansia itu sendiri.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


23

F. Kerangka Teori

Kerangka teori atau kerangka pikir atau landasan teori adalah

kesimpulan dari tinjauan pustaka yang berisi tentang konsep-konsep teori

yang digunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan

(Notoadmodjo, 2005).

Tinjauan teori ini dimaksudkan agar peneliti dapat meletakkan atau

mengidentifikasi masalah yang ingin diteliti itu dalam konteks ilmu

pengetahuan yang sedang digeluti. Berdasarkan teori diatas maka disusunlah

kerangka teori penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1

Fakor-fakor yang mempengaruhi keaktifan lansia

- Pengetahuan

- Dukungan keluarga Keaktifan Lansia

- Motivasi lansia

- Kondisi fisik lansia

Sumber : Dian Mahara Suseno (2012)

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


24

G. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam suatu penelitan adalah kerangka yang berhubungan

antara konsep-konsep yang akan diteliti atau diukur melalaui peneliti yang

akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005)

Gambar. 2.2

Kerangka Konsep Hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan


lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia

Dukungan Keluarga Keaktifan Lansia

Variabel independen Variabel dependen

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

penyertaan penelitian. Menurut la Biondo-Wood dan Haber (dalam Nursalam,

2013) hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua

atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab pertanyaan dalam

penelitian. Berdasarkan variabel yang ada, maka dalam penelitian ini dapat di

tarik hipotesis :

Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia mengikuti

kegiatan posyandu lansia di Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo

Kabupaten Pringsewu Tahun 2015.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik yaitu survey

atau penelitian yang mencoba menggali bagian bagaimana fenomena

kesehatan tersebut bisa terjadi dengan menggunakan pendekatan Cross

sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

variabel bebas dan variabel terkait dengan cara pendekatan observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya

setiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran

dilakukan terhadap suatu karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan

(Notoatmodjo, 2012).

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki atau didapati oleh suatu penelitian tentang konsep penelitian tertentu

(Notoatmodjo, 2012). Variabel dari penelitian ini terdiri dari variabel

indipenden dan variabel dependen. Variabel independen merupakan variabel

resiko atau sebab, dan variabel dependen merupakan variabel sebab atau efek.

Penelitian ini menggunakan 2 variabel yakni variabel independent dan

variabel dependent adapun isi dari variabel tersebut yaitu :

25 STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


26

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel yang mempengaruhi atau nilai menentukan variabel lain.

Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan

suatu dampak pada variabel dependen. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah dukungan keluarga.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain.

Variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan

ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas. Pada penelitian

ini variabel dependen atau yang dipengaruhi adalah keaktifan lansia

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


27

C. Definisi operasional

Definisi operasional adalah batasan variabel yang dimaksud,atau tentang apa

yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2012). Dalam

penelitian ini, peneliti menjabarkan dukungan hubungan keluarga terhadap

keaktifan lansia.

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

Dukungan Upaya yang Wawancara Kuesioner 1. mendukung Nominal


keluarga dilakukan oleh jika skor ≥
keluarga untuk 61,79
mendukung dan
memberikan
bantuan dalam
bentuk 2. Tidak
dukungan mendukung
emosional,
jika skor ≤
dukungan
penilaian, 61,79
dukungan
finansial dan
dukungan
informative
yang
berpengaruh
pada periaku
penerimanya
Keaktifan Kehadiran lansia Daftar Rekapitul 1.Aktif (jika Nominal
Lansia ikut dalam hadir/ asi kehadiran >
kegiatan yang absensi kehadiran 60% setiap
terjadwal / tahun)
frekuensi 2. tidak aktif
pertemuan (jika kehadiran
(kali/tahun) < 60% setiap
tahun)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


28

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmojo, 2005). Apabila seorang ingin meneliti semua elemen yang

ada dalam wilayah penelitian, maka penelitinnya merupakan penelitian

populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di

Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun 2015.

Berdasarkan prasurvei maka jumlah populasi dalam penelitian ini ada 67

lansia di Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

tahun 2015.

2. Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik total

sampling. Total sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan

mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel

(Sugiono, 2009) . Dengan demikian maka peneliti mengambil sampel dari

seluruh peserta posyandu lansia Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo .

Dengan jumlah responden 67 orang.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah di Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo

Kabupaten Pringsewu.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


29

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan april 2015

F. Etika Penelitian

Etika penelitian artinya subyek penelitian dan yang lainya harus

dilindungi. Beberapa prinsip dalam pertimbangan etik meliputi : bebas

eksploitasi, bebas kerahasiaan, bebas penderitaan, bebas menolak menjadi

responden, dan perlu surat persetujuan (Nursalam, 2013).

Etika membantu manusia untuk melihat atau menilai secara kritis

moralitas yang dihayati dan dianut oleh masyarakat. Perilaku penelitian atau

peneliti dalam menjalankan tugasnya hendaknya memegang teguh pada etika

penelitian. Meskipun penelitian yang dilakukan tidak merugikan atau

membahayakan bagi subjek penelitian. Secara garis besar, dalam penelitian

ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh yakni, :

1. Informet concent (persetujuan setelah penjelasan)

Salah satu aspek etika yang harus ada dalam sebuah penelitian adalah

adanya inform content. Dimana responden akan mengisi lembar

persetujuan untuk dilakukan penelitian, jika responden menolak maka

peneliti tidak akan memaksa karena hak asasi responden. Tetapi jika

responden menerima untuk dilakukan penelitian maka menandatangani

lembar persetujuan tersebut.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, diisi penelitian tidak akan

mencantumkan nama responden dan hanya memberi kode sehingga

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


30

privacy responden tetap terjaga dan responden merasa nyaman walaupun

sebagai responden penelitian.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Dalam penelitian, peneliti harus menjaga kerahasiaan jawaban dan

hasil dari responden, hanya data tertentu yang akan di publikasikan pada

hasil riset.

4. Balancing harms and benefits (Mempertimbangkan manfaat dan kerugian

yang ditimbulkan)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pada

khususnya. Penelitian hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang

merugikan bagi subjek. Pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau

paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek

penelitian (Notoatmojo, 2012)

G. Instrument dan metode pengumpulan data

1. Instrument pengumpulan data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah beberapa pertanyaan

yang berbentuk kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuisioner. Yaitu subjek menjawab secara bebas tentang sejumlah

pertanyaan yang diajukan secara terbuka oleh peneliti (Nursalam, 2013).

Kuesioner untuk mengukur dukungan keluarga terhadap keaktifan lansia

datang ke posyandu lansia. Pertanyaan untuk mengukur dukungan

keluarga terdiri dari 10 item. Dalam penelitian ini adalah dengan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


31

menggunakan data primer untuk variabel independen dan data sekunder

untuk variabel dependen.

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari

sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa

opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi

terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil

pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer

yaitu : metode survei dan metode observasi (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini data primer digunakan untuk mengukur dukungan

keluarga dengan cara membagikan kuisioner kepada lansia tentang

dukungan keluarga yang telah diberikan kepada lansia.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan

atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)

yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Notoatmodjo,

2010).

Dalam penelitian ini data sekunder untuk keaktifan lansia yang

digunakan adalah buku daftar hadir atau absensi dengan merekapitulasi

frekuensi kehadiran lansia dalam setahun.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


32

2. Metode pengumpulan data

Tehnik pengumpulan data hubungan dukungan keluarga dengan

keaktifan lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia ini adalah pengisian

lembar kuesioner oleh peneliti dengan cara wawancara secara langsung

dengan responden, kemudian data langsung dikumpulkan pada hari itu

juga.

Berdasarkan penelitian ini, peneliti menggunakan pengukuran

variabel penelitian dengan memberi nilai sesuai dengan kategori atau pada

masing-masing variabel.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Data

Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, maka kuesioner

dilakukan uji validitas dan reabilitas terlebih dahulu agar instrumen yang

digunakan benar-benar mempengaruhi persyaratan untuk digunakan sebagai

alat ukur data (Notoatmodjo, 2012).

1. Uji Validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti

prinsip keadaan instrument dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2013).

Dalam penelitian ini alat ukur yang di gunakan yaitu kuesioner. Uji

validitas dilakukan di desa Parerejo Kecamatan Gadingrejo sebanyak 25

responden dan peneliti memastikan bahwa responden pada uji validitas

tidak akan diikutsertakan kembali pada penelitian selanjutnya.

Penghitungan uji validitas tentang variabel tingkat dukungan keluarga

diselesaikan dengan menggunakan SPSS 17.0 dan diperoleh hasil r tabel

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


33

yaitu 0,396. Hasil uji validitas ini valid karena tidak ada nilai r hitung yang

kurang dari nilai r tabel (r hitung> r tabel) dan nilai Alpha Cronbach > r

tabel yaitu 0,739 > 0,396.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat di percaya atau dapat di andalkan. Hal ini berarti

menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap

sama bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih dengan menggunakan

alat ukur yang sama ( Notoatmodjo, 2012).

Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan pada 10 item pertanyaan

dalam variabel dukungan keluarga, telah mendapat hasil yang reliabel

dengan nilai Alpha Cronbach (0,739) lebih besar dibandingkan dengan r

tabel (0,396).

I. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1) Metode Pengolahan

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu langkah

yang sangat penting. Hal ini di sebabkan karena data yang diperoleh

langsung dari penelitian masih mentah, belum memberikan informasi apa-

apa, dan belum siap untuk disajikan. Untuk memperoleh penyajian data

sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan

pengolahan data (Notoatmojo, 2012). Dalam hal ini pengolahan data

menggunakan komputer akan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


34

a. Editing’

Peneliti melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner apakah

jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan dan

konsisten.

b. Coding

Pemberian kode yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan. Kode yang diberikan “1” yang

mendapat dukungan “0” yang tidak mendapat dukungan dan “0” yang

tidak aktif “1” yang aktif.

c. Processing

Peneliti memasukan data dari kuesioner ke komputer agar dapat

dianalisis. Processing dilakukan pada analisa univariat dan bivariat

mengunakan komputer.

d. Cleaning

Peneliti melakukan pengecekan kembali data dari setiap sumber data

selesai di masukkan, untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan

kode, ketidak lengkapan. Kemungkinan dilakukan pembetulan atau

koreksi.

e. Tabulating

Tabulating yaitu data yang dikelompokan kemudian disajikan dalam

bentuk tabel.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


35

2) Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisa. Analisa

data dilakukan mengunakan distribusi frekuensi persentase univariat dan

bivariat.

a. Analisis univariat

Analisis univariat merupakan rumus persentase untuk melihat

distribusi frekuensi variabel (Arikunto, 2006). Adapun rumus

persentase adalah sebagai berikut :

Keterangan :
P = Prosentase
f = Skor jawaban yang benar
n = Jumlah pertanyaan

b. Analisis bivariat

Analisa bivariat adalah tehnik analisa yang dilakukan terhadap

dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmojo,

2012). Penelitian ini mengunakan uji chi square (X2). Pengujian ini

dengan cara membandingkan frekuensi yang diamati dengan frekuensi

yang diharapkan apakah ada hubungan yang bermakna.

Penghitungan uji chi square (X2) mengunakan program

komputer. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Taraf

kesalahan yang digunakan adalah 5%, untuk melihat hasil kemaknaan

perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05. Berarti jika p-

value ≤0,05 maka ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


36

Jika p-value >0,05 maka hasilnya tidak ada hubungan bermakna

antara variabe. Analisa bivariat chi square mengunakan bantuan

program komputer. Adapun rumus uji chi square secara manual

adalah sebagai berikut :

Rumus chi square (Notoatmodjo, 2005) :

Keterangan :
X2 : Chi square
O : Nilai-nilai yang diamati
E : Nilai-nilai frekuensi harapan
Dk: Derajat kebebasan (k-1)
k : Kolom
b : Baris

J. Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian merupakan urutan kerja atau langkah-langkah yang

dilakukan selama pendidikan dari awal sampai penelitian berakhir.

Langkah-langkah dalam pengumpulan data penelitian :

1. Tahap Persiapansi

Persiapan penelitian yaitu dengan membuat rancangan penelitian

yang berfungsi sebagai kerangka awal dalam penelitian, supaya peneliti

yang akan dilakukan terlaksana sesuai tujuan yang dicapai. Langkah-

langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah:

a. Mengurus perizinan kepada pimpinan institusi dan tempat penelitian

b. Melakukan pra survey pendahuluan di RSUD Pringsewu

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


37

c. Pemilihan masalah dan membuat rumusan masalah.

d. Menyusun dan mengusulan judul proposal penelitian.

e. Proses bimbingan penyusunan BAB I, BAB II, BAB III.

f. Penyusunan skala penelitian dengan kuesioner dan absensi.

g. Presentasi proposal penelitian

2. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian yaitu proses pengambilan dan pengelolaan

data. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan adalah:

a. Meminta surat izin institusi

b. Menyerahkan surat izin untuk mengadakan penelitian.

c. Pengambilan data ditempat penelitian

d. Pengelolaan data

1) Penyuntingan data (editing)

Suatu kegiatan yang bertujuan agar data yang telah dikumpulkan

memberikan kejelasan, dapat dibaca, konsisten dan komplit.

2) Memberi kode ( Coding)

Data yang dikumpulkan dapat berupa angka, kalimat pendek atau

panjang, ataupun hanya “Ya” atau “Tidak”. Untuk memudahkan

pengelolaan data dan analisa data, maka jawaban-jawaban tersebut

perlu diberi kode.

3) Transfering

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


38

Memindahkan data coding disusun secara berurutan mulai dan

responden pertama hingga responden terakhir untuk dimasukkan

kedalam table pada komputer dengan aplikasi SPSS.

4) Tabulasi

Tabulasi adalah pembuatan table-tabel berisikan data yang telah

berisikan kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan ketelitian

dan kehati-hatian agar tidak terjadi kesalahan, khusus dalam

tabulasi silang. Data yang telah didapati dari lapangan kemudian

dijumlahkan dari beberapa poin pertanyaan yang telah dijawab oleh

responden dan ditabulasikan pada program komputer.

e. Persiapan Hasil

3. Tahap Pembuatan Laporan

Pembuatan laporan penelitian yaitu proses penyusunan dari

penelitian kedalam bentuk yang lebih tersusun dengan rapih dan dapat

dimengerti oleh orang yang membacanya. Laporan penelitian berisi

tentang seluruh kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan beserta hasil

penelitian tersebut (Arikunto, 2010)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Tempat Penelitian

Pekon Sari Bumi yaitu salah satu pekon di kecamatan Gadingrejo. Dari

pemekaran kecamatan Gadingrejo tahun 1918 dibuka desa Wates tahun 2012

dan menjadi salah satu pekon di Wates Selatan hingga sekarang. Pekon Sari

Bumi memiliki batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran

2. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa wates

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Pekon Tambahrejo barat

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Panjerejo

Pekon Saribumi memiliki 2 posyandu lansia dan 3 posyandu balita.

Berbagai macam kegiatan dalam posyandu lansia seperti senam lansia dan

rabana bagi ibu-ibu posyandu yang diadakan seminggu sekali posyandu

lansia sendiri diadakan rutin setiap bulannya. Di Desa Wates juga terdapat

Puskesmas poned.

Pekon Saribumi merupakan pekon dengan penduduk yang bekerja pada

sektor pertanian. Pekon Wates kedepanya akan dijadikan kelurahan, yang

merupakan program dari pemerintah kabupaten Pringsewu.

39 STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


40

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian,

baik variabel dependent maupun independent. Hasil dari setiap variabel ini

ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

a. Dukungan Keluarga

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di
Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun
2015

Dukungan Keluarga Frekuensi Presentasi

Mendukung 25 37,3%

Tidak mendukung 42 62,7%

Total 62 100 %

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan Tabel 4.1hasil penelitian diketahui bahwa sebagian

besar yang tidak memberikan dukungan keluarga sebanyak 42 orang

(62,7%).

b. Keaktifan Lansia

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keaktifan Lansia di
Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun
2015

Keaktifan Lansia Frekuensi Presentasi

Aktif 33 49,3%

Tidak Aktif 34 50,7%

Total 67 100 %

Sumber : Data Sekunder 2015

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


41

Berdasarkan Tabel 4.2 hasil penelitian diketahui bahwa sebagian

besar lansia yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia sebanyak 34

orang (50,7%)

2. Analisis Bivariat

Table 4.3
Hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam
mengikuti kegiatan Posyandu Lansia di Pekon Saribumi Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2015

Dukungan Keaktifan Lansia Total P


Keluarga
Value OR

Aktif Tidak Aktif

N % N % N %

Ya 18 72,0 7 28,0 25 100 4,629

Tidak 15 35,7 27 64,3 42 10 0.009 (1,576-

Total 33 49,3 34 50,7 67 100 13,593)

Berdasarkan tabel 4.3 hasil penelitian diketahui bahwa keaktifan

lansia sebagian besar yang mendapat dukungan keluarga yaitu 18 orang

(72,0%) dan ketidak aktifan lansia sebagian besar yang disebabkan karena

tidak mendapatkan dukungan keluarga sebanyak 27 orang (64,3%).

Hasil analisis didapati nilai p value (0,009) yang artinya terdapat

Hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti

kegiatan Posyandu Lansia dengan nilai odds ratio 4,629 artinya lansia yang

tidak mendapat dukungan keluarga mempunyai peluang 4,629 kali untuk

tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


42

C. Pembahasan

1. Dukungan Keluarga

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dukungan keluarga sebagian

besar sebanyak 42 orang (62,7%) di Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo

Kabupaten Pringsewu Tahun 2015. Keluarga merupakan unit terkecil dalam

masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan, keluarga

berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yang diperlukan bagi

anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Bila salah satu dari

anggota keluarga mengalami masalah kesehatan, maka sistem didalam

keluarga akan terganggu.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem

pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang

yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dengan

bantuan jika diperlukan (Friedman, Santun, 2010).

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau

kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu. Keluarga bisa menjadi

motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk

mendampingi atau mengantar lansia ke Posyandu, mengingatkan lansia jika

lupa jadwal Posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala

permasalahan bersama lansia (Erfandi, 2008)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


43

Hasil penelitian ini sejalan sengan peneliti sebelumnya yang dilakukan

oleh Indah Kresnawati dari Universitas Surakarta Tahun 2010 di Desa

Gonilan Kecamatan Kartasura diketahui bahwa karakteristik responden

berdasarkan dukungan keluarga paling banyak adalah dukungan keluarga

yang cukup sebanyak 33 orang (41,3%), dukungan keluarga terbanyak ke

dua adalah dukungan keluarga yang baik sebanyak 28 orang (35,0%),

sedangkan proporsi terkecil yaitu dukungan keluarga yang kurang sebanyak

19 orang (23,8%). Mayoritas responden mendapatkan dukungan keluarga

yang cukup sebanyak 33 orang (41,3%). Artinya keluarga memberikan

dukungan dan memperhatikan kebutuhan lansia (Kresnawati, 2010)

2. Keaktifan Lansia

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, keaktifan lansia sebagian besar

lansia yang tidak aktif sebanyak 34 orang (50,7%). Keaktifan mempunyai

arti sama dengan aktivitas yaitu banyak sedikitnya orang yang menyatakan

diri, menjelmakan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya dalam tindakan

yang spontan. Selain itu, keaktifan juga dapat berarti suatu kegiatan atau

kesibukan (Depkes, 2008).

Keaktifan mempunyai arti sama dengan aktivitas yaitu banyak

sedikitnya orang yang menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaan dan

pikiran-pikirannya dalam tindakan yang spontan. Golongan aktif yaitu

golongan yang karena alasan yang lemah saja telah berbuat, sifat-sifat

golongan ini antara lain suka bergerak, sibuk, gembira, dengan kuat

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


44

menentang penghalang, mudah dimengerti, praktis, pandangan luas

(Friedman, 2008).

Golongan tidak aktif yaitu golongan yang walaupun ada alasan-alasan

yang kuat belum juga mau bertindak, sifat-sifat golongan ini antara lain

lekas mengalah, lekas putus asa,semua masalah dianggap berat,tidak

paraktis, pandangan sempit (Suryabrata, 2006). Keaktifan lansia dapat

diasumsikan bahwa lansia yang aktif mengikuti setiap kegitan yang di

laksanakan oleh posyandu lansia. Seperti olahraga senam lansia,kegiatan

pendidikan, jalan santai, menjalani pengobatan, maka lansia tersebut

termasuk dalam kategori yang aktif (Ismawatin dkk, 2010). Namun, apabila

lansia tidak mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu

lansia maka mereka tergolong yang tidak aktif. Keaktifan lansia dalam

mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan posyandu lansia diharapkan

akan membantu keberhasilan program posyandu lansia dan diharapka akan

membantu keberhasilan program posyandu lansia dan dapat menurunkan

angka kesakitan pada lansia (DepKes RI, 2007).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Ani Aisya dari Akbid bakti pertiwi Kediri tahun 2013 yang

membahas tentang Keaktifan Lansia Mengikuti Posyandu Lansia. Dari hasil

penelitian diketahui lansia yang tidak aktif sebagian besar sebanyak 46

orang (57,4%) dan yang aktif sebagian kecil sebanyak 27 orang (34,2%)

Akbid bakti pertiwi Kediri tahun 2013.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


45

3. Hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu

lansia

Hasil analisis didapati nilai p value (0,009) yang artinya terdapat

Hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti

kegiatan Posyandu Lansia. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam

mendukung keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia hal tersebut sudah

dibuktikan pada penelitian di Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo

Kabupaten Pringsewu Tahun 2015. Lansia yang mendapatkan dukungan

akan lebih aktif mengikuti posyandu dan yang tidak mendapat dukungan

akan tidak aktif mengikuti posyandu.

Hasil penelitian ini sejalan berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh heni maryati (2013) tentang gambaran Faktor-faktor yang

mempengaruhi lansia tidak mengikuti posyandu Lansia di Posyandu Dahlia

2 Dusun Ngabar Desa Sumberteguh Kecamatan Kudu. Kabupaten Jombang

Tahun 2013. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diberikan kepada

responden yang sesuai dengan kriteria inklusi menunjukkan bahwa Lansia

di posyandu dahlia Rw 2 dusun ngabar desa sumberteguh sebagian besar

lansia memiliki dukungan keluarga rendah. Dukungan dari keluarga dapat

berupa kesanggupan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan

lansia untuk datang ke posyandu lansia. dukungan keluaga yang bagus akan

membuat motivasi lansia datang ke posyandu juga semakin kuat sehingga

lansia bisa aktif datang ke posyandu lansia. 5 Lansia didusun Ngabar

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


46

memiliki dukungan keluarga dalam kategori rendah di mungkinkan keluarga

baik anak, cucu saudara pada pagi hari bekerja dan pekerjaan mereka

sebagai petani dan buruh tani. Dibuktikan dari data desa di sumberteguh

hampir 90% warganya bekerja sebagai petani dan buruh tani.

Dari hasil penelitian didapati sebagian besar lansia yang tidak aktif

dan tidak memberikan dukungan keluarga sebagian besar sebanyak 48 orang

(62,5%) dan sebagian kecil lansia yang aktif dan mendapatkan dukungan

sebanyak 37 orang (24,6%) Posyandu Dahlia 2 Dusun Ngabar Desa

Sumberteguh Kecamatan Kudu. Kabupaten Jombang Tahun 2013. Dari

penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, ada hubungan antara

keaktifan lansia mengikuti posyandu dengan diberikan dukungan keluarga.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Jamalinah

tentang Faktor - faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan posyandu

lansia di desa Monara ujong rimba kecamatan Mutiara timur kabupaten

Pidie Tahun 2013. Menunjukkan bahwa dari 48 responden yang

berpengetahuan baik, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 44

responden (91,7%). Dari 9 responden yang berpengetahuan cukup,

mayoritas tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 5 responden

(55,6%) dan responden yang berpengetahuan kurang mayoritas tidak

memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 3 responden (100%). Setelah

dilakukan uji statistic dengan chi square didapatkan P value = 0.000 (P <

0.05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan

lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia. Penelitian terdahulu yang

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


47

dilakukan oleh Khotimah (2010) tentang Faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Walikukun Kabupaten Ngawi Tahun 2010.

Didapatkan hasil bahwa variabel yang berhubungan secara

signifikan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu pengetahuan

(p=0,000), sikap (p=0,001), dukungan sosial (p=0,010) dan peran kader

(p=0,009). Sedangkan variable yang tidak berhubungan dengan

pemanfaatan posyandu lansia yaitu umur, jenis kelamin, status tinggal,

status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat

usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan

oleh masyarakat di mana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan

posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah

melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui

program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,

tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya

(Purnama, 2010). Menurut Departemen Kesehatan (2006) Posyandu adalah

salah satu bentuk Upaya Kesehatan Yang Bersumber Daya Masyarakat

(UKMB) yang dikelola diaselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama

masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberi kemudahan

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.

Dari beberapa referensi yang ada menjelaskan bahwa pengertian

lanjut usia menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


48

mencapai 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah

untuk keperluan hidupnya sehari-hari (Darmojo & Martono, 2006). Menua

adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses

menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu

waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua

merupakan suatu proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga

tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Keaktifan adalah kegiatan

yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu

rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (sardiman,2001:98). Keaktifan lansia

dalam kegiatan posyandu lansia tidak lain adalah ntuk mengotrol kesehatan

mereka sendiri. Mereka aktif dalam kegiatan fisik maupun mental dapat

dilihat dari usahanya untuk menghadiri dan mengikuti setiap kegiatan

posyandu lansia. Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia dalam

mengikuti kegiatan posyandu lansia antara lain pengetahuan lansia tentang

manfaat posyandu lansia, dukungan keluarga, motivasi lansia, kondisi fisik

lansia.

Posyandu adalah forum yang menjembatani ahli teknologi dan ahli

kelola untuk upaya-upaya kesehatan yang profesional pada masyarakat

sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kemampuan masyarakat

agar dapat hidup sehat. Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari suatu waktu terrtentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan suatu proses alamiah, yang berarti

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


49

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan

tua. Jadi usia lanjut dapat kita artikan sebagai seseorang yang berusia 60

tahun keatas dimana proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya. Posyandu lansia merupakan wahana

pelayanan bagi kaum usia lanjut yang dilakukan dari, oleh dan untuk kaum

usia lanjut yang menitik beratkan pada pelayanan prefentif dan promotif

tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitaif. Kegiatannya adalah

pemeriksaan kesehatan secara berkala peningkatan, peningkatan olah raga,

pengembangan keterampilan, bimbingan pendalaman agama, dan

pengelolaan dana sehat.

Dari uraian pembahasan maupun dari penelitian yang sudah

dilakukan menjelaskan ada beberapa kerugian-kerugian yang dapat dialami

oleh masyarakat khususnya kelompok lansia apabila tidak datang ke

Posyandu yakni, berkurang akses kesehatan karena terjadinya penurunan

upaya promotif dan preventif melalui kegiatan kelompok usia lanjut,

berkurangnya kemampuan untuk mempertahankan kondisi sehat secara

mandiri dan penurunan derajat kesehatan lansia serta penurunan angka

harapan hidup masyarakat usia lanjut itu sendiri.

Dalam melaksanakan kegiatan posyandu sering terdapat kendala

yang sering dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain

pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu, jarak rumah

dengan posyandu yang jauh dan sulit di jangkau, dan kondisi fisik lansia

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


50

yang sudah cukup lemah untuk bepergian keluar rumah maupun kondisi

fisik yang sedang sakit. Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat

dengan lansia. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu

tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga

memiliki beberapa fungsi dukungan antara lain dukungan informasional,

dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan emosional.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa

berdasarkan tujuan seperti yang telah disebutkan dalam pendahuluan, maka

didapati :

1. Sebagian besar lansia yang mendapat dukungan keluarga sebanyak 42

orang (62,7%) di Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten

Pringsewu Tahun 2015

2. Sebagian besar lansia yang tidak aktifn mengikuti kegiatan posyandu

lansia sebanyak 34 orang (50,7%) di Pekon Saribumi Kecamatan

Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2015

3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia mengikuti

posyandu lansia dengan nilai p-value = 0,009 < α = 0,05.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan meneliti variabel lain yang berkaitan

dengan keaktifan lansia misalnya pengetahuan, jarak, motivasi lansia, dan

kodisi fisik lansia.

51 STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


52

2. Bagi STIKes Muhammadiyah Pringsewu

Untuk lebih memperbanyak referensi serta menyediakan informasi sebagai

sumber untuk membantu mahasiswa menyusun tugas akhir.

3. Bagi Posyandu Lansia

Bagi tenaga kesehatan dan kader yang terkait untuk lebih meningkatkan

mutu pelayanan dalam posyandu lansia sebagai upaya meningkatkan

kemandirian posyandu lansia.

4. Bagi Lansia

Lebih aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia guna menjadikan masa

lanjut usia tetap sehat, produktif dan mandiri.

5. Bagi keluarga

Lebih meningkatkan dukungan keluarga secara informative, instrumental,

penilaian, emosional dalam meningkatkan keaktifan lansia mengikuti

posyandu lansia.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


53

Frequencies

Statistics
Dukungan Keaktifan Lansia
Keluarga
Valid 67 67
N
Missing 0 0
Mean 1.63 1.51
Std. Deviation .487 .504
Variance .237 .254
Range 1 1

Frequency Table

Dukungan Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Memberikan Dukungan 25 37.3 37.3 37.3


Valid Tidak Memberikan Dukungan 42 62.7 62.7 100.0

Total 67 100.0 100.0

Keaktifan Lansia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Aktif 33 49.3 49.3 49.3
Valid Tidak Aktif 34 50.7 50.7 100.0
Total 67 100.0 100.0

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


54

Bar Chart

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


55

CROSSTABS
/TABLES=DukunganKeluarga BY KeaktifanLansia
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC RISK
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


56

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


Dukungan Keluarga *
67 100.0% 0 0.0% 67 100.0%
Keaktifan Lansia

Dukungan Keluarga * Keaktifan Lansia Crosstabulation

Keaktifan Lansia Total


Aktif Tidak Aktif

Count 18 7 25
Memberikan
% within Dukungan
Dukungan 72.0% 28.0% 100.0%
Keluarga
Dukungan Keluarga
Tidak Count 15 27 42
Memberikan % within Dukungan
35.7% 64.3% 100.0%
Dukungan Keluarga
Count 33 34 67
Total % within Dukungan
49.3% 50.7% 100.0%
Keluarga

Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 8.255 1 .004
b
Continuity Correction 6.868 1 .009
Likelihood Ratio 8.472 1 .004
Fisher's Exact Test .006 .004
Linear-by-Linear Association 8.132 1 .004
N of Valid Cases 67
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.31.
b. Computed only for a 2x2 table

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


57

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .331 .004


N of Valid Cases 67
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval


Lower Upper
Odds Ratio for Dukungan
Keluarga (Memberikan
4.629 1.576 13.593
Dukungan / Tidak
Memberikan Dukungan)
For cohort Keaktifan Lansia =
2.016 1.255 3.238
Aktif
For cohort Keaktifan Lansia =
.436 .223 .849
Tidak Aktif
N of Valid Cases 67

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai