Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BAHAN ALAM FARMASI

“ Longterm and accelerated stability test (Uji stabilitas jangka panjang dan
dipercepat)”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahan Alam Farmasi

Dosen Pengampu :

Hendy Suhendy M.Si

Puput Liska Apreliya Handayani

3C Farmasi

31117131

PROGRAM STUDI SI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalahagar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, Oktober 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki lebih kurang 30.000 spesies tumbuhan dan 940 spesies di antaranya
termasuk tumbuhan berkhasiat (180 spesies telah dimanfaatkan oleh industri jamu
tradisional) merupakan potensi pasar obat herbal dan fitofarmaka. Dengan melihat jumlah
tanaman di Indonesia yang berlimpah dan baru 180 tanaman yang digunakan sebagai bahan
obat tradisional oleh industri maka peluang bagi profesi kefarmasian untuk meningkatkan
peran sediaan herbal dalam pembangunan kesehatan masih terbuka lebar. Standardisasi bahan
baku dan obat jadi, pembuktian efek farmakologi dan informasi tingkat keamanan obat herbal
merupakan tantangan bagi farmasis agar obat herbal semakin dapat diterima oleh masyarakat
luas.

Stabilitas dapat didefinisikan sebagai tolak ukur dimana suatu produk untuk bertahan
dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan serta saat penggunaan,
sifat, dan karakteristiknya sama dengan saat suatu sediaan dibuat (Depkes RI, 1995).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis uji stabilitas?
2. Apa saja bentuk sediaan fitofarmaka?
3. Apa saja obat tradisional yang dikembangkan menjadi fitofarmaka?
4. Apa saja produk fitofarmaka?

C. Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis uji stabilitas
2. Mengetahui bentuk sediaan fitofarmaka
3. Mengetahui macam obat tradisional yang dikembangkan menjadi fitofarmaka
4. Mengetahui produk fitofarmaka.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Stabilitas

Suatu sediaan yang akan diedarkan harus mencantumkan tanggal kadaluarsa yang tepat
dan jelas. Tanggal kadaluarsa ini menunjukkan waktu selama produk tersebut di edarkan
sehingga dapat ditetapkan potensinya dan tetap stabil pada kondisi penyimpanan (Ansel,
1989).

Stabilitas merupakan faktor penting dari kualitas, keamanan dan kemanjuran dari produk
obat. Sebuah produk obat, yang tidak kestabilan yang cukup, dapat mengakibatkan perubahan
fisik (seperti kekerasan, laju disolusi, dll fasa pemisahan) serta karakteristik kimia
(pembentukan zat dekomposisi risiko tinggi)

Terdapat kriteria untuk penerimaan stabilitas, antara lain:

1. Jenis stabilitas
Sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan obat kondisi dari sediaan harus
bertahan.
2. Kimia
Setiap zat aktif mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensi yang tertera pada
etiket dalam batas yang dinyatakan.
3. Fisika
Sifat fisik awal, termasuk penampilan, kesesuaian, keseragaman, disolusi dan
kemampuan untuk disuspensikan.
4. Mikrobiologi
Zat antimikroba yang ada akan mempertahankan efektifitas dalam batas yang
ditetapkan, perlu adanya sterilisasi terhadap pertumbuhan mikroba.
5. Terapi
Efek yang ditimbulkan tidak berubah
6. Toksikologi
Ketidakterjadinya peningkatan bermakna dalam toksisitas (Depkes RI, 1995).
7. Produk tersebut di edarkan sehingga dapat ditetapkan potensinya dan tetap stabil pada
kondisi penyimpanan (Ansel, 1989).

Uji stabilitas ada dua macam yaitu :

A. Uji stabilitas Jangka Panjang

Penyimpanan sediaan suatu bahan obat selama jangka waktu tertentu dengan kondisi
penyimpanan meliputi suhu, cahaya, udara, dan kelembaban sediaan bahan obat yang
tersimpan dalam ruangan maupun lemari es dapat dilakukan kontrol terhadap kandungan
bahan obat ataupun keefektifannya, sifat mikrobiologisnya serta sensoriknya dan kondisi
galenik suatu sediaan yang dideteksi (Voigh, 1994).
Uji stabilitas jangka panjang, obat dipaparkan pada suhu 25±20C dan kelembaban
60±5%. Pada bulan-bulan tertentu, obat yang disimpan dalam lemari climatic chamber (pada
uji stabilitas dipercepat) maupun pada uji stabilitas jangka panjang, akan diuji kualitas fisika,
kimia maupun mikrobiologinya. Data hasil pengujian tersebut akan diolah secara statistika,
sampai akhirnya kita menemukan tanggal kadaluarsa (masa edar) secara kuantitatif, dan
tanggal tersebutlah yang akan dijadikan patokan kadaluarsa obat yang nantinya harus
dicantumkan dalam kemasan obat.

Uji stabilitas jangka panjang dilakukan sampai dengan waktu kadaluwarsa produk seperti
yang tertera pada kemasan. Pengujiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali pada tahun pertama
dan setiap 6 bulan sekali pada tahun kedua. Pada tahun ketiga dan seterusnya, pengujian
dilakukan setahun sekali. Misalkan untuk produk yang memiliki ED hingga 3 tahun
pengujian dialkukan pada bulan ke-3, 6, 9, 12, 18, 24 dan 36. Sedangkan produk yang
memiliki ED selama 20 bulan akan diuji pada bulan ke-3, 6, 9, 12, 18 dan 20.

B. Uji stabilitas dipercepat

Reaksi yang digunakan dalam penguraian pada suhu tinggi akan diekstrapolasikan pada
suhu penyimpanan yang ditentukan terhadap kecepatan penguraian yang dikonsentrasikan,
dan kecepatan reaksi terhadap suhu (Voigh, 1994). Sifat temperatur dapat mempengaruhi
gerak molekul, dapat diketahui dimana seluruh molekul zat bergerak dengan arah dan laju
yang sama. Jika satu molekul menyimpang dari jalan semula, lalu menabrak molekul lain
maka akan menyebabkan kedua molekul bergerak dengan arah dan kecepatan yang berbeda.
Jika terjadi tabrakan antar molekul akan berakibat seluruh molekul mengalami gerak acak.
Suatu energi tertentu dapat menyebabkan tabrakan antar molekul sehingga akan terjadi reaksi
antar molekul (Ansel, 1989). Pada uji stabilitas dipercepat, obat disimpan pada kondisi
ekstrim di suatu lemari uji yang disebut climatic chamber, obat dalam kemasan aslinya
dipaparkan pada suhu 40 ± 2oC dan kelembanban 75 ± 5%

Proses perubahan stabilitas meliputi sebagai berikut:

1) Perubahan fisika
Dalam sediaan bahan obat menunjukan adanya polimorfin yang berarti sediaan obat
tersebut mampu untuk berada dalam berbagai modifikasi. Penyebab perubahan itu
salah satunya adalah perubahan lingkungan, dan penyimpanan.Suatu sediaan obat
mengalami transformasi polimorfin yang menyebabkan terjadinya perubahan dan
resorbsi bahan obat (Voigh, 1994).Perubahan fisik suatu sediaan pada penyimpanan
dapat terlihat parah atau lebih parah daripada ketidakstabilan kimia bahan yang
berkhasiat.Perubahan yang terjadi dapat terlihat dari perubahan bentuk hablur,
bertambah atau berkurangnya laju alir disolusi, waktu disintegrasi, pecahnya emulsi,
penggumpalan suspensi, perubah warna, dan adanya endapan dalam sediaan larutan
(Lachman, 1994)
2) Perubahan kimia
Perubahan secara kimia ini terjadi melalui jalur hidrolisis, oksidasi-reduksi,
rasemisasi, dekarboksilasi, pemecahan cincin, dan fotolisis.
 Proses hidrolitik
Menurut Voight, 1994 mengatakan bahwa reaksi penguraian mengalami mekanisme
hidrolisis yang akan dikatalisi oleh asam dan basa. Hidrolisis asam merupakan reaksi
kesetimbangan yang diakibatkan oleh terbentuknya anion asam dengan muatan yang
stabil. Hidrolisis suatu sediaan akan bergantung pada pH yang akan menyebabkan
proses degradasi.
 Proses oksidasi
Suatu reaksi oksidasi akan berbentuk proses penguraian yang umumnya tidak
memiliki atau sangat rendah keefektifannya dan bersifat toksik. Reaksi yang
berkelanjutan dapat menyebabkan terjadinya perubahan yang nyata dalam sifat bahan
seperti rasa, bau, dan penampilannya (Voight, 1994).Suatu zat dapat disebut dengan
teroksidasi bila zat tersebut melepaskan elektron, jika suatu zat teroksidasi maka
diperoleh atom atau radikal elekronegatif. Bentuk penguraian oksidatif yang terjadi
yaitu autooksidasi yang melibatkan proses berantai radikal bebas. Autooksidasi yaitu
reaksi bahan apapun dengan oksidasi molekuler.Radikal bebas terbentuk pada reaksi
yang menyangkut pembelahan ikatan homolitik suatu ikatan kovalen, sehingga atom–
atom yang terlibat untuk menahan suatu elektron dari ikatan kovalen semula
(Lachman, 1994).
 Dekarboksilasi
Upaya untuk menstabilisasi suatu sediaan obat dapat dilakukan dengan jalan mengatur
pH, melindungi dari cahaya, dan menghindari dari pemanasan. Dekarboksilasi
tergantung pada pH dari sediaan obat (Voight, 1994).
 Rasemisasi
Dalam reaksi rasemisasi suatu zat aktif kehilangan aktifitasnya tanpa mengubah
susunan kimiawinya apabila terjadi reaksi ini maka dapat mempengaruhi kestabilitas
suatu formulasi farmasi, karena efek biologis bentuk dekstro mungkin jauh lebih kecil
daripada efek bentuk levo (Lachman, 1994).
3) Fotolisis
Fotolisis dapat diartikan sebagai penguraian senyawa farmasi akibat serapan energi
radiasi dalam bentuk cahaya. Reaksi fotolisis yaitu suatu sistem fotolisisakan
menghasilkan radikal bebas yang mengalami reaksi lebih lanjut, apabila molekul
yang mengerap radiasi maka akan terlibat dalam reaksi utama. Apabila molekul
penyerapan radiasi tidak langsung ikut bereaksi melainkan dapat meneruskan energi
pada molekul lain yang bereaksi maka zat penyerapan itu disebut dengan
photosensitizer (Lachman, 1994).

Adapun Faktor–faktor yang menyebabkan ketidakstabilan dalam sediaan obat dapat dilihat
dari pengelompokan sebagai berikut:

a) Labilitas bahan obat dan bahan pembantunya sendiri yang dihasilkan oleh bangun
kimia dan fisiknya.
Faktor luar, bisa dilihat dari suhu, kelembaban udara, dan cahaya yang dapat
menginduksi atau mempercepat jalannya reaksi. Pengukuran konsentrasi pada
berbagai selang waktu memperlihatkan adanya kestabilan dan ketidakstabilan dari
sediaan obat pada kondisi yang dicirikan dengan adanya perubahan waktu. Produk
yang akan dipasarkan atau suatu sediaan yang akan diedarkan harus mencantumkan
tanggal kadaluarsa yang tepat dan jelas. Tanggal kadaluarsa ini menunjukkan waktu selama
Pengertian Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk jadinya
telah di standarisir (Badan POM. RI., 2004 ).

Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat
herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk
menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.
Bentuk sediaan fitofarmaka
1. Sediaan oral adalah penggunaan obat yang bertujuan untuk mendapatkan efek sistemik,
yaitu obat beredar melalui pembuluh darah keseluruh tubuh.
 Kapsul adalah Kapsul adalah bentuk sediaan obat yang terbungkus cangkang kapsul,
keras atau lunak.
Macam- macam kapsul
a. Kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul), contohnya kapsul tetrasiklin,
kapsul kloramfenikol dan kapsul Sianokobalami
b. Kapsul cangkang lunak (capsulae molles, soft capsule), contohnya kapsul minyak
ikan dan kapsul vitamin
Komponen kapsul
1. Zat aktif obat
2. Cangkang kapsul
3. Zat tambahan
 Bahan pengisi contohnya laktosa. Sedangkan untuk obat yang cenderung mencair
diberi bahan pengisi magnesium karbonat, kaolin atau magnesium oksida atau silikon
dioksida.
 Bahan pelicin (magnesium stearat)
 Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan
untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. (FI IV)

Penggolongan :

1. Serbuk Terbagi (Pulveres) Ialah sediaan berbentuk serbuk yang dibagi-bagi dalam
bentuk bungkusan dalam kertas perkamen.
2. Serbuk Tak Terbagi (Pulvis) Ialah sediaan serbuk yang tidak terbagi dalam
peresepannya.
3. Serbuk Tabur
Serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang bagian
atasnya berlubang. Syarat : melewati ayakan mesh 100.
 Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi.
 Pil dalam Farmakope edisi III : Pil adalah suatu sedian berupa massa bulat
mengandung satu atau lebih bahan obat. Dalam buku ilmu meracik obat : Pil adalah
suatu sedian yang berbentuk bulat seperti kelereng mengandung satu atau lebih bahan
obat.

Macam-macam sedian pil

a. Bolus : beratnya lebih dari 300 mg


b. Pil : beratnya sekitar 60 – 300 mg
c. Granul : beratnya 1/3 – 1 grain (1 grain = 64,8 mg)
d. Parvul : beratnya kurang dari 1/3 grain
 Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau dari gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup yang mengandung bahan pemberi
rasa tapi tidak mengandung zat-zat obat dinamakan pembawa bukan obat atau
pembawa yang wangi atau harum (sirup). Beberapa sirup bukan obat yang
sebelumnya resmi antara lain: sirup aktasia, sirup cerri, sirup coklat, sirup jeruk. Sirup
ini dimaksudkan sebagai pembawa yang memberikan rasa enak pada zat obat yang
ditambahkan kemudian, baik dalam peracikan resep secara mendadak atau dalam
pembuatan formula standart untuk sirup obat, yaitu sirup yang mengandung bahan
terapeutik atau bahan obat.
2. Sediaan topikal adalah obat yang digunakan pada kulit yang dimaksudkan untuk
memperoleh efek pada kulit atau di dalam kulit
 Salep adalah sediaan setengah padat untuk dipakai di kulit

Fungsi salep adalah :

- Pembawa obat untuk pengobatan kulit


- Pelumas pada kulit
- Pelindung terhadap rangsang pada kulit, bakteri dan alergen
 Krim adalah sediaan setengah padat yang mengandung banyak air
 Pasta adalah suatu salep yang mengandung serbuk yang banyak seperti amilum dan
ZnO. Bersifat pengering. Bahan dasar pasta yang sering dipakai adalah: vaselin,
lanolin, adeps lanae, Ungt. Simplex, minyak lemak dan parafin liq. yang sudah atau
belum bercampur dengan sabun. Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal
mengandung air misalnya Na-karboksimetilselulosa (Na-CMC). Kelompok lain
adalah pasta berlemak misalnya pasta Zn-oksida, merupakan salep yang padat, kaku,
tidak meleleh pada suhu tubuh, berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang
diolesi. Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir agar memperoleh
efek lokal (misal, pasta gigi triamsinolon asetonida).

Nodiar® Kimia Farma


Each Nodiar tablet contains :
- Attapulgite 300 mg
- Psidii Folium Extract ( Daun Jambu Biji ) 50 mg
- Curcuma domestica Rhizoma Extract ( Kunyit ) 7.5 mg
Dosis : Dosis Dewasa dan Anak-anak ( 12 tahun lebih ) : Satu kali minum 2 tablet,
maksimum 12 tablet dalam waktu 24 jam. Dosis Anak-anak ( 6 tahun sampai 12 tahun ) :
Satu kali minum 1 tablet, maksimum 6 tablet dalam waktu 24 jam.
Indikasi :
Secara tradisional Psidii Folium Ekstrak dan Ekstrak Curcuma domestica Rhizoma digunakan
untukmenyembuhkan diare.
 Extrak daun Jambu Biji dikenal memiliki efek farmakodinamik yang bekerja pada
otot polos usus,tannin yang terkandung di dalamnya melapisi mukosa usus, terutama
pada kolon, dari penyerapantoksin dan presipitat protein. Psidii Folium adalah daun
Psidium guajava L. (apple guava - common guava - 番石榴)
 Ekstrak Akar Kunyit bekerja
dengan efek spasmolytical sebagai anti pendorong oleh antagonisnon kompetitif di res
eptor asetilkolin. Curcumae Domesticae Rhizoma adalah rimpang Curcuma longa
Linn. (Curcuma domestica Val.) (Turmeric - 姜黄).
 Atapulgit melindungi usus dan menyerap toksin bakteri
dan juga meningkatkan konsistensi tinjadengan penyerapan cairan pada lumen
usus. Attapulgite, koloid aktif adalah magnesium alumunium silikat alamiah yang
telah dimurnikan dan diaktifkan dengan cara pemanasan untuk meningkatkan
kemampuan adsorpsinya. Berupa serbuk sangat halus, mempunyai pH antara 7,0-9,5.
Attapulgite koloid aktif yang memiliki daya adsorpsi digunakan sebagai adsorben
pada pengobatan diare. Pectin adalah karbohidrat yang berasal dari buah citrus atau
apel yang telah dimurnikan. Pectin digunakan dalam pengobatan diare, biasanya
dalam kombinasi dengan adsorben lainnya. Attapulgite maupun pectin diklaim dapat
mengadsorpsi toksin, gas, bakteri, dan virus yang terdapat dalam lumen usus.

X-Gra ® Phapros
Tiap kapsul berisi:
- Ekstrak Ganoderma lucidum 150 mg
- Ekstrak Eurycomae radix 50 mg
- Ekstrak Ginseng 30 mg
- Ekstrak Retrofracti fructus 2,5 mg
- Royal jelly 5 mg

Indikasi: Meningkatkan stamina dan kesegaran tubuh, membantu meningkatkan stamina


pria, membantu mengatasi disfungsi ereksi dan ejakulasi dini.
Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap bahan yang dikandung dam X-gra, kanker prostat,
hipertensi berat dan gagal ginjal.
Dosis: Sehari 2 kapsul Diminum sebelum tidur secara rutin minimal selama 1 bulan.
Efek Samping: Karena berupa ekstrak alami X-gra sangat mudah di toleransi, sangat jarang
terjadi susah tidur dan nafsu makan meningkat, hasil uji klinis menyatakan tidak adanya efek
samping.
Kemasan: Doos isi 3 blister @ 10 kapsul Doos isi 4 catch cover @ 10 kapsul
Stimuno® Dexa Medica
Komposisi:
 Tiap 5 ml Stimuno Sirup mengandung ekstrak Phyllanthus niruri 25 mg.
 Tiap kapsul Stimuno mengandung Phyllanthus niruri 50 mg

Indikasi: Membantu meningkatkan sistem imun tubuh (sebagai imunomodulator).


Kontra indikasi : Pasien dengan kondisi sistem imun yang hiperaktif, misalnya pada pasien
dengan riwayat penyakit autoimun atau hipersensitivitas.
Dosis : Sirup untuk anak-anak usia 1 tahun ke atas; Anak : 3 kali sehari 1 sendok takar sirup
(5 ml); Kapsul untuk dewasa Dewasa : 3 kali sehari 1 kapsul
Kemasan : STIMUNO® tersedia dalam bentuk sirup 60 ml dan 100 ml untuk anak-anak
serta dalam bentuk kapsul untuk dewasa. Kotak, 1 blister @ 10 kapsul.
Dosis : Sirup untuk anak-anak usia 1 tahun ke atas; Anak : 3 kali sehari 1 sendok takar sirup
(5 ml); Kapsul untuk dewasa Dewasa : 3 kali sehari 1 kapsul
Nomor Registrasi : Stimuno sirup 60 ml dan 100 ml : POM FF 041600421, Stimuno kapsul
: POM FF 041300411

Tensigard® Phapros
Komposisi tiap kapsul berisi:
- Ekstrak Apii herba 92mg
- Ekstrak Orthosiphon folium 28mg
Indikasi: Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap bahan yang dikandung dalam Tensigard
Dosis: Dosis terapi: 3 x sehari 1 kapsul. Dosis pemeliharaan: 2 x sehari 1 kapsul
Efek Samping: Sakit kepala, nausea
Kemasan: Doos isi 3 blister @ 10 kapsul
Rheumaneer® Nyonya Meneer
Komposisi:
- Curcumae domesticae Rhizoma 95 mg
- Zingiberis Rhizoma ekstrak 85 mg
- Curcumae Rhizoma ekstrak 120 mg
- Panduratae Rhizoma ekstrak 75 mg
- Retrofracti Fructus ekstrak 125 mg
Indikasi: Menghilangkan nyeri sendi (arthralgia) dan kaku sendi. Melancarkan peredaran
darah. Menghangatkan dan menyegarkan badan.
Dosis : Pengobatan: Diminum sehari 2 kali pagi & Malam @ 2 kapsul. Diminum 3 hari
berturut-turut.
Anjuran : Selama menggunakan obat, sebaiknya istirahat yang cukup.
Kemasan : 20 Kapsul
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil uji stabilitas, maka kita dapat mengetahui masa edar dari suatu obat. Masa
edar didefinisikan sebagai periode waktu yang ditetapkan pada tingkat konfidensi 95% bahwa
dalam periode waktu tersebut produk tetap mengandung zat aktif tidak kurang dari batas
bawah spesifikasi dari jumlah yang tertera pada label.

Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk jadinya
telah di standarisir (Badan POM. RI., 2004 ).

Produk- produk fitofarmaka


a. Nodiar
b. X-Gra
c. Stimuno
e. Rheumaneer
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 2008,Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,UI-Press,Jakarta.


Widaryanto Eko, 2008,Tanaman Obat Berkhasiat,Unit Penerbitan Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya,Malang.
Alfred Martin, James Swarbrick, dan Arthur Cammarata. 2008. Farmasi Fisik:
Dasar-Dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetika Edisi Ketiga, Jilid 2. Jakarta: UI-
Press.

DEPKES RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan
Indonesia.

Lachman Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid III. Edisi III. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia.

Prof. Dr. Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai