MAKALAH
Sebagai Tugas Pada Mata Kuliah
Analisis Sistem Thermal
Oleh:
Gambar 2.1 Fire Tube Boiler Gambar 2.2 Water Tube Boiler
- Spreader Stokers
Spreader Stokers memanfaatkan kombinasi pembakaran suspensi dan
pembakaran grate. Batubara diumpankan secara kontinyu ke ruang bakar diatas bed
pembakaran batubara. Batubara yang halus dibakar dalam suspensi; partikel yang
lebih besar akan jatuh ke grate, dimana batubara ini akan dibakar dalam bed
batubara yang tipis dan pembakaran cepat. Metode pembakaran ini memberikan
fleksibilitas yang baik terhadap fluktuasi beban, dikarenakan penyalaan hampir
terjadi secara cepat bila laju pembakaran meningkat. Karena hal ini, spreader stoker
lebih disukai dibanding jenis stoker lainnya dalam berbagai penerapan di industri.
- Chain-grate Stokers/Traveling-grate Stokers
Batubara diumpankan ke ujung grate baja yang bergerak. Ketika grate
bergerak sepanjang tungku, batubara terbakar sebelum jatuh pada ujung sebagai
abu. Diperlukan tingkat keterampilan tertentu, terutama bila menyetel grate,
damper udara dan baffles, untuk menjamin pembakaran yang bersih serta
menghasilkan seminimal mungkin jumlah karbon yang tidak terbakar dalam abu.
Sebuah grate digunakan untuk mengendalikan kecepatan batubara yang
diumpankan ke tungku dengan mengendalikan ketebalan bed bahan bakar. Ukuran
batubara harus seragam sebab bongkahan yang besar tidak akan terbakar sempurna
pada waktu mencapai ujung grate.
Gambar 3.13 Pulverized Coal Burner. Gambar 3.14 Pulverized Coal Boiler
Gas
Gas
Gas
Gas
Average Bed
6,000 m 1,000 m 100 - 300 m 50 m
Particle Size
Dimana :
L1 : Kehilangan Panas akibat Dry Flue Gas (%)
L2 : Kehilangan Panas akibat Hidrogen dalam Bahan Bakar (%)
L3 : Kehilangan Panas akibat Moisture dalam Bahan Bakar (%)
L4 : Kehilangan Panas akibat Moisture dalam Udara (%)
L5 : Kehilangan Panas akibat Pembakaran yang tidak sempurna (%)
L6 : Kehilangan Panas akibat Radiasi dan Konveksi pada Permukaan Boiler (%)
L7 : Kehilangan Panas akibat Karbon tak terbakar dalam Fly Ash (%)
L8 : Kehilangan Panas akibat Karbon tak terbakar dalam Bottom Ash (%)
Dimana :
Ut = Udara Teoritis (kg/kg bahan bakar)
C = Kandungan Karbon dalam bahan bakar (%)
H2 = Kandungan Hidrogen dalam bahan bakar (%)
O2 = Kandungan Oksigen dalam bahan bakar (%)
S = Kandungan Sulfur dalam bahan bakar (%)
Dimana :
L3 = Kehilangan panas akibat Moisture dalam bahan bakar (%)
M = Kandungan Moisture dalam bahan bakar (%)
Cp = Kalor spesifik Superheated Steam (kCal/kg.K)
LHV = Nilai Kalor bahan bakar (kCal/kg)
Tf = Temperatur Flue Gas (oK)
Ta = Temperatur Lingkungan (oK)
Dimana :
L6 = Kehilangan Panas akibat Radiasi dan Konveksi pada permukaan boiler (%)
Ts = Temperatur Permukaan Boiler (oK)
Ta = Temperatur Lingkungan (oK)
Vm = Kecepatan angin disekitar permukaan boiler (m/s)
Ls = Total area permukaan boiler (m2)
LHV = Nilai Kalor bahan bakar (kCal/kg)
Fuel Consumption = Total bahan bakar terkonsumsi (kg)
7. Kehilangan Panas akibat Karbon tak terbakar dalam Fly Ash (L7)
Sejumlah karbon dalam jumlah kecil yang tidak terbakar dan keluar
bersama abu terbang merupakan kehilangan panas. Hal ini disebabkan karbon
tersebut juga merupakan sumber panas potensial yang berasal dari bahan bakar.
Untuk menghitung kehilangan panas ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut
:
𝐴𝑏𝑢 𝑥 𝐹𝐴𝑅 𝑥 𝐿𝐻𝑉 𝑎𝑏𝑢
𝐿7 = 𝑥100
𝐿𝐻𝑉 𝐹𝑢𝑒𝑙
Dimana :
L7 = Kehilangan Panas akibat karbon tak terbakar dalam Fly Ash (%)
Abu = Kandungan Abu dalam bahan bakar (%)
FAR = Perbandingan antara jumlah Bottom Ash dan Fly Ash
LHV abu = Nilai kalor abu (kCal/kg)
LHV Fuel = Nilai kalor bahan bakar (kCal/kg)
8. Kehilangan Panas akibat Karbon tak terbakar dalam Bottom Ash (L8)
𝐴𝑏𝑢 𝑥 𝐵𝐴𝑅 𝑥 𝐿𝐻𝑉 𝑎𝑏𝑢
𝐿8 = 𝑥100
𝐿𝐻𝑉 𝐹𝑢𝑒𝑙
Dimana :
L8 = Kehilangan Panas akibat karbon tak terbakar dalam bottom ash (%)
Abu = Kandungan Abu dalam bahan bakar (%)
BAR = Perbandingan antara jumlah Bottom Ash dan Fly Ash
LHV abu = Nilai kalor abu (kCal/kg)
LHV Fuel = Nilai kalor bahan bakar (kCal/kg)
BAB III
PEMBAHASAN
77,801
Rata-rata
Tabel 7.8 Data Hasil Perhitungan Efisiensi Boiler Metode Tidak Langsung
Tabel 8.1 Data Kandungan Moisture dan Nilai Kalor Bahan Bakar Setelah
Pencucian ECO
4. Data Kalor Jenis Flue Gas
Specific Heat of Flue Gas
Tanggal Temperatur Flue Gas (K)
(kCal/kg K)
Tabel 8.2 Data Kalor Jenis Flue Gas Setelah Pencucian ECO
5. Data Kalor Jenis Steam
Temperatur Temperatur Steam Specific Heat of Steam
Tanggal
Ambient (K) (K) (kCal/kg K)
09/08/2018 308 696,11 0,4707
80,616
Rata-rata
Tabel 8.6 Data Hasil Perhitungan Efisiensi Boiler Metode Tidak Langsung
Setelah Pencucian ECO
79
Efisiensi
78 78,96
78,29 Efisiensi sesudah
77 77,87 77,83 Efisiensi sebelum
76 76,81
75
1 2 3 4 5
Data per 5 hari 1-5 Agustus dan 9-13 Agustus 2018
Gambar 3.1 Efisiensi Multifuel Boiler 2 (MB2) Bulan Agustus 2018 dengan
Metode Tidak Langsung
Pada Gambar 3.1, terlihat bahwa dengan menggunakan metode tidak
langsung, efisiensi tertinggi dicapai pada tanggal 4 Agustus 2018 pada saat belum
adanya pencucian pada economizer dengan persentase efisiensi sebesar 78,96%.
Nilai ini dapat disebabkan karena total losses yang terjadi terhitung sebesar 21,04%.
Nilai ini didapatkan dari efisiensi 100% dikurangi dengan total losses yang terjadi.
Sedangkan efisiensi terendah terjadi pada tanggal 2 Agustus 2018 dengan
persentase efisiensi sebesar 76,81%. Pada tanggal 2 Agustus 2018 total losses yang
terhitung sebesar 23,19%. Rata-rata efisiensi boiler MB2 dari tanggal 1-5 Agustus
2018 adalah sebesar 77,80%.
Sementara itu dapat kita lihat dari efek pencucian dan pembersihan pada
economizer yang sebelumnya terdapat indikasi kebocoran dan banyak heat losses
terjadi, efisiensi tertinggi didapat pada tanggal 12 dan 13 Agustus 2018 dengan
presentasi efisiensi sebesar 80,19% pada kedua hari tersebut nilai ini dapat
disebabkan karena total losses yang terjad terhitung sebesar 19,81%. Nilai ini
didapatkan dari efisiensi 100% dikurangi dengan total losses yang terjadi.
Sedangkan efisiensi terendah terjadi pada tanggal 10 Agustus 2018 dengan
presentasi efisiensi sebesar 79,34% pada tanggal 10 Agustus 2018 ini total losses
yang terhitung sebesar 20,66%. Rata-rata efisiensi boiler MB2 setelah pencucian
dari tanggal 9-13 Agustus 2018 adalah sebesar 80,61%.
Dari data hasil perhitungan efisiensi boiler MB2 dapat dilihat bahwa losses
terbesar pada L1 dan L2 yang menandakan bahwa Heat Loss terbesar terjadi akibat
Dry Flue Gas dan Kandungan Hidrogen Dalam Bahan Bakar. Kehilangan Panas
ini disebabkan oleh flue gas yang menuju cerobong (stack) masih mengandung
energi yang tinggi dan masih banyaknya kandungan hydrogen dalam bahan bakar
yamg mengakibatkan banyaknya heat losses pada area furnace atau pembakaran
bahan bakar karena hydrogen mengikat oksigen menjadi uap air . Hal ini terjadi
dikarenakan ada kemungkinan penyerapan panas pada furnace, superheater,
economizer atau air heater yang tidak maksimal dan tidak adanya proses khusus
penghilangan hidrogen bahan bakar sebelum masuk ruang bakar Sehingga
membuat panas (energi) dalam Flue Gas masih cukup tinggi dan juga kandungan
hydrogen dalam bahan bakar yang cukup tinggi yang berpengaruh pada efisiensi
boiler.
Inilah salah satu kelebihan dari pergitungan efisiensi boiler dengan
menggunakan metode tidak langsung (The Direct Method Testing). Terdapat
beberapa kelebihan perhitungan efisiensi boiler dengan menggunakan metode tidak
langsung lainnya diantaranya yaitu :
1. Dapat diketahui secara rinci setiap aliran energi dalam proses.
2. Dapat diketahui losses yang terjadi selama proses berlangsung.
3. Dengan mengetahui losses yang terjadi maka dapat memudahkan tim
manajemen dalam mengidentifikasi dan menentukan opsi-opsi yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan efisiensi boiler
4. Banyaknya variabel yang dipakai pada saat perhitungan menyebabkan apabila
terjadi kesalahan pengukuran pada beberapa parameter maka tidak akan terlalu
berpengaruh pada hasil perhitungan efisiensi boiler.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penentuan kinerja atau efisiensi boiler dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu dengan metode langsung dan metode tidak langsung. Dengan menggunakan
metode langsung, penentuan efisiensi dapat dilakukan dengan cepat karena
menggunakan sedikit parameter, tetapi metode ini tidak dapat menjelaskan
penyebab rendahnya efisiensi dan sumber losses yang terjadi. Sedangkan dengan
menggunakan metode tidak langsung seperti yang kita lakukan, penentuan efisiensi
menjadi lebih rinci dengan dapat diketahuinya penyebab turunnya efisiensi serta
losses yang terjadi selama proses produksi steam berlangsung. Selain itu, dengan
banyaknya parameter yang digunakan, bila terdapat error atau kesalahan
pengukuran pada beberapa parameter maka tidak akan terlalu mempengaruhi nilai
hasil perhitungan efisiensi boiler, sehingga hasil perhitungan dapat terjaga
validitasnya.
Dan untuk hasil perhitungan efisiensi boiler MB2 dengan metode tidak
langsung pada Energy Department (EGD) di PT Lontar Papyrus Pulp and Paper
Industry pada tanggal 1 sampai 5 Agustung 2018 di dapatkan rata-rata efisiensi
boiler sebesar 77,80%. dan Heat Loss terbesar terdapat pada Dry Flue Gas (L1) dan
pada Hidrogen dalam Bahan Bakar (bark). (L2). Ini didapatkan pada kondisi
economizer belum dilakukan pencucian, nilai rata-rata L1= 9,7154 dan L2= 9,3424
Sementara itu setelah dilakukannya pencucian economizer data yang
dilakukan perhitungan efisiensi yaitu pada 9-13 Agustus 2018 didapatkan rata-rata
efisiensi boiler sebesar 80,61% dan tetap terjadi heat losses yang terbesar pada L1
dan L2 walaupun sedikit menurun dari sebelum pencucian economizer yaitu dengan
nilai rata-rata L1= 8,8358 dan L2= 8,4182.Dapat disimpulkan bahwa setelah
pencucian economizer dapat bekerja meningkat dikarenakan dapat dilihat dari
menurunnya nilai L1 dan hydrogen dalam bahan bakar juga berkurang yang
mungkin disebabkan oleh proses pengelupasan dari kulit kayu dan kandungan asal
dari kulit kayu akasia sebagai bahan bakar dan tidak hanya pada L1 dan L2 saja kita
juga dapat memperhatikan L3 sampai L8 karena sebisa mungkin untuk menurunkan
heat losses pada setiap titik karena semakin kecil nilai Heat Losses semakin tinggi
pula efisiensi yang didapatkan.