Anda di halaman 1dari 32

Perhitungan Efisiensi Multifuel Boiler (MB2) dengan Metode

Tidak Langsung pada Energy Department (EGD) di PT Lontar


Papyrus Pulp and Paper Industry

MAKALAH
Sebagai Tugas Pada Mata Kuliah
Analisis Sistem Thermal

Oleh:

Ade Kurnadi 0615 4041 2253


Muhammad Jaka Dewantara 0615 4041 1895
Shanti Novalia 0615 4041 1901

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Eka Sri Y., M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut United Nations Environment Programme (2006) ketel uap atau
boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai
terbentuk uap panas atau steam. Uap panas atau steam pada tekanan tertentu
kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media
yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air
dididihkan sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat sekitar 1600 kali,
menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak,
sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat
baik. Secara proses konversi energi, boiler memiliki fungsi untuk mengkonversi
energi kimia yang tersimpan di dalam bahan bakar menjadi energi panas yang
ditransfer ke fluida kerja.
Seiring dengan berjalannya waktu, umur dari boiler akan bertambah dan
akan mempengaruhi kinerja boiler tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan efisiensi
boiler tersebut menjadi menurun. Efisiensi boiler ini harus dihitung agar dapat
diketahui apakah boiler tersebut masih layak digunakan atau perlu dilakukan
perawatan atau bahkan tidak layak digunakan sama sekali.
Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat.
Sedangkan efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja atau tingkat unjuk kerja dari
boiler yang diperoleh dari perbandingan antara energi yang diserap oleh fluida kerja
dan terkonversi didalam boiler dengan masukan energi kimia dari bahan bakar yang
digunakan.(Agung, 2007).
Efisiensi termis boiler didefinisikan sebagai energi (panas) masuk yang
digunakan secara efektif terhadap steam yang dihasilkan. Efisiensi boiler dikutip
sebagai persen (%) dari panas tersedia yang termanfaatkan. Dengan kata lain,
persentase dari total energi potensial yang tersedia dalam pembakaran bahan bakar
yang dinyatakan dalam basis Gross Calorific Value (GCV).
1.2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menganalisa besarnya Heat Loss yang
terdapat pada unit Boiler (MB2) dengan menghitung efisiensi boiler menggunakan
metode tidak langsung (The Direct Method Testing). Selain itu juga untuk
membandingkan efisiensi boiler antara sebelum dan sesudah pencucian
economizer.

1.3. Ruang Lingkup


Ruang lingkup makalah untuk mengetahui efisiensi alat Multifuel Boiler
(MB2) ini adalah melakukan perhitungan pada setiap heat loss di alat Multifuel
Boiler (MB2). Hasil akhir dari pelaksanaan tugas khusus ini berupa grafik
perbandingan efesiensi boiler antara sebelum dan sesudah pencucian economizer
.
1.4. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah dapat menambah
wawasan bagi penulis dan para pembaca mengenai sistem boiler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Boiler


Menurut United Nations Environment Programme (2006) ketel uap atau
boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai
terbentuk uap panas atau steam. Uap panas atau steam pada tekanan tertentu
kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media
yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air
dididihkan sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat sekitar 1600 kali,
menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak,
sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat
baik. Secara proses konversi energi, boiler memiliki fungsi untuk mengkonversi
energi kimia yang tersimpan di dalam bahan bakar menjadi energi panas yang
ditransfer ke fluida kerja.
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem uap dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam. Berbagai valve disediakan untuk keperluan perawatan
dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam
boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada
keseluruhan sistem, tekanan uap diatur menggunakan valve dan dipantau dengan
alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan
untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan.
Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan
bakar yang digunakan pada sistem.
Air yang disuplai ke boiler untuk diubah menjadi uap disebut air umpan.
Dua sumber air umpan adalah : kondensat atau steam yang diembunkan kembali
dari proses dan make uap water (air baku yang sudah diolah) yang harus
diumpankan dari luar ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi
boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan
menggunakan limbah panas pada gas buang. Bahan baku yang digunakan untuk
membuat steam adalah air bersih. Air yang telah diproses dialirkan menggunakan
pompa ke deaerator tank hingga pada level yang sudah ditentukan. Pemanasan
dalam deaerator adalah dengan menggunakan uap sisa yang berasal dari hasil
pemutaran turbin. Dalam hal ini terdapat beberapa tahap sirkulasi steam untuk
pemanasan awal deaerator.
Pada jenis Water Tube Boiler, sumber panas didapatkan dari pembakaran
bahan bakar di dalam furnace. Energi panas ini sebagian akan terpancar secara
radiasi ke pipa-pipa evaporator sehingga memanaskan pipa-pipa tersebut. Panas
yang terserap oleh permukaan pipa akan secara konduksi berpindah ke sisi
permukaan dalam pipa. Di dalam pipa, mengalir air yang terus-menerus menyerap
panas tersebut. Proses penyebaran panas antar molekul air di dalam aliran ini terjadi
secara konveksi. Perpindahan panas konveksi antar molekul air, seakan-akan
menciptakan aliran fluida tersendiri terlepas dengan aliran air di dalam pipa-pipa
boiler.
Gas hasil pembakaran yang mengandung energi panas akan terus mengalir
mengikuti bentuk boiler hingga ke sisi keluaran. Di sepanjang perjalanan, panas
yang terkandung di dalam gas buang akan diserap oleh permukaan tubing boiler
dan diteruskan secara konduksi ke air di dalam pipa. Secara bertahap, air akan
berubah fase menjadi uap basah (saturated steam) dan dapat berlanjut hingga
menjadi uap kering (superheated steam).
.
2.2. Jenis-jenis Boiler
Terdapat beberapa jenis boiler berdasarkan variasi kategori dari boiler
tersebut sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
a. Berdasarkan aliran yang mengalir didalam pipa
1. Fire Tube Boiler
Gas panas berada didalam pipa-pipa kecil (tube) dan air umpan boiler ada
didalam shell untuk diubah menjadi steam. Fire tube boilers biasanya digunakan
untuk kapasitas steam yang relatif kecil dengan tekanan steam rendah sampai
sedang. fire tube boilers kompetitif untuk kecepatan steam sampai 12.000 kg/jam
dengan tekanan sampai 18 kg/cm2. Fire Tube Boiler dapat menggunakan bahan
bakar minyak bakar, gas atau bahan bakar padat dalam operasinya.
2. Water Tube Boiler
Pada Water Tube Boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa masuk
kedalam drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk
steam pada daerah uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan
tekanan steam sangat tinggi seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga.
Water Tube Boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara
4.500 – 12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi dengan menggunakan bahan
bakar padat.

3. Combination Fire-Water Boiler


Boiler jenis ini merupakan kombinasi antara boiler pipa-api dengan pipa-
air. Sebuah firebox didalamnya terdapat pipa-pipa berisi air, uap air yang dihasilkan
mengalir ke dalan barrel dengan pipa-api didalamnya. Boiler jenis ini diaplikasikan
pada beberapa kereta uap, namun tidak terlalu populer dipergunakan.

Gambar 2.1 Fire Tube Boiler Gambar 2.2 Water Tube Boiler

Gambar 2.3 Combination Fire-Water Tube Boiler

b. Berdasarkan Jenis Mobilisasi


1. Stationary Boiler
Boiler yang ditempatkan pada suatu pondasi yang tetap, seperti boiler untuk
pembangkitan tenaga, untuk industri dan lain-lain.
2. Mobile Boiler
Boiler yang dapat dipindahkan kedudukannya karena tidak memiliki pondasi tetap.
Pada umumnya boiler ini berukuran kecil. Seperti boiler lokomotif dan boiler kapal
(marine boiler).

Gambar 3.4 Stationery Boiler Gambar 3.5 Mobile Boiler

c. Berdasarkan Tekanan Kerja


1. Vacuum Boiler : Negative Value of Pgauge
2. Low Pressure Boiler : 2-16 kg/cm2
3. Medium Pressure Boiler : 17-30 kg/cm2
4. High Pressure Boiler : 31-141 kg/cm2
5. Super High Pressure Boiler : 141-252 kg/cm2
6. Super Critical Pressure Boiler : > 226 kg/cm2

d. Berdasarkan Jumlah Tube


1. Single Tube Boiler
Boiler ini memiliki hanya satu pipa (tube). Pada umumnya pipa ini memiliki ukuran
lebih dari 10 inch dan dipasang di Fire Tube Boiler.
2. Multiple Tube Boiler
Boiler ini memiliki pipa-pipa berukuran kecil dalam jumlah banyak bergantung
pada besar kapasitas boiler.
Gambar 3.6 Single Tube Boiler Gambar 3.7 Multiple Tube Boiler

e. Berdasarkan Poros Shell


1. Vertical Boiler
2. Horizontal Boiler

Gambar 3.8 Vertical Boiler Gambar 3.9 Horizontal Boiler

f. Berdasarkan Bahan Bakar yang digunakan


1. Solid Fuel Boiler
Menggunakan bahan bakar padat seperti batubara, kayu, dan arang .
2. Liquid Fuel Boiler
Menggunakan bahan bakar cair seperti diesel oil, heavy oil, dll.
3. Gaseous Fuel Boiler
Menggunakan bahan bakar gas seperti gas alam.
4. Multi Fuel Boiler
Boiler ini dapat menggunakan berbagai macam bahan bakar, dengan pembakaran
baik secara terpisah maupun secara bersamaan.
g. Berdasarkan Sistem Sirkulasi Air
1. Forced Circulation Boiler
2. Natural Circulation Boiler
3. Combined Circulation Boiler

h. Berdasarkan Siklus Pembakaran


1. Fixed Bed Combustion Boiler
Kondisi umum pada Fixed Bed Combustion Boiler ini yaitu tingginya panas
yang dilepas menghasilkan penguapan yang cepat. Banyaknya jumlah pipa yang
berdiameter kecil membuatnya memiliki perpindahan panas konvektif yang baik
(Tempearur : 750-900oC). Sistem Forced atau Induced Draft menghasilkan
efisiensi pembakaran yang baik. Sejumlah lintasan/pass menghasilkan perpindahan
panas yang baik. Tingkat efisiensi termis lebih tinggi dibanding dengan boiler
lainnya. Tidak memerlukan bahan bakar minyak untuk tahap start-up. Biaya
operasi lebih rendah. Namun, Luas area pembakaran terbatas. Kapasitas Boiler
tergolong kecil. Kontrol partikel bahan bakar dengan udara kurang sempurna. Jenis
bahan bakar terbatas hanya pada biofuel, dan proses pembakaran turun drastis jika
bahan bakar basah.

Gambar 3.10 Fixed Bed Boiler/Packaged Boiler

2. Stoker Fired Boiler


Stokers diklasifikasikan menurut metode pengumpanan bahan bakar ke
ruang bakar dan oleh jenis grate nya. Klasifikasi utamanya adalah spreader stoker
dan chain-gate atau traveling-gate stoker.

- Spreader Stokers
Spreader Stokers memanfaatkan kombinasi pembakaran suspensi dan
pembakaran grate. Batubara diumpankan secara kontinyu ke ruang bakar diatas bed
pembakaran batubara. Batubara yang halus dibakar dalam suspensi; partikel yang
lebih besar akan jatuh ke grate, dimana batubara ini akan dibakar dalam bed
batubara yang tipis dan pembakaran cepat. Metode pembakaran ini memberikan
fleksibilitas yang baik terhadap fluktuasi beban, dikarenakan penyalaan hampir
terjadi secara cepat bila laju pembakaran meningkat. Karena hal ini, spreader stoker
lebih disukai dibanding jenis stoker lainnya dalam berbagai penerapan di industri.
- Chain-grate Stokers/Traveling-grate Stokers
Batubara diumpankan ke ujung grate baja yang bergerak. Ketika grate
bergerak sepanjang tungku, batubara terbakar sebelum jatuh pada ujung sebagai
abu. Diperlukan tingkat keterampilan tertentu, terutama bila menyetel grate,
damper udara dan baffles, untuk menjamin pembakaran yang bersih serta
menghasilkan seminimal mungkin jumlah karbon yang tidak terbakar dalam abu.
Sebuah grate digunakan untuk mengendalikan kecepatan batubara yang
diumpankan ke tungku dengan mengendalikan ketebalan bed bahan bakar. Ukuran
batubara harus seragam sebab bongkahan yang besar tidak akan terbakar sempurna
pada waktu mencapai ujung grate.

Gambar 3.11 Spreader Stokers Gambar 3.12 Chain-grate Stokers

3. Pulverized Coal Boilier (PCB)


Pada umumnya, boiler stasiun pembangkit tenaga yang berbahan bakar
batubara menggunakan batubara halus, dan banyak boiler pipa air di industri yang
lebih besar juga menggunakan batubara yang halus. Teknologi ini berkembang
dengan baik dan diseluruh dunia terdapat ribuan unit dan lebih dari 90% kapasitas
pembakaran batubara merupakan jenis ini. Untuk batubara jenis bituminous,
batubara digiling sampai menjadi bubuk halus, yang berukuran +300 mikrometer
(μm) kurang dari 2% dan yang berukuran dibawah 75 mikrometer sebesar 70-75%.
Harus diperhatikan bahwa bubuk yang terlalu halus akan memboroskan energi
penggilingan. Sebaliknya, bubuk yang terlalu kasar tidak akan terbakar sempurna
pada ruang pembakaran dan menyebabkan kerugian yang lebih besar karena bahan
yang tidak terbakar.

Gambar 3.13 Pulverized Coal Burner. Gambar 3.14 Pulverized Coal Boiler

Batubara bubuk dihembuskan dengan sebagian udara pembakaran masuk


menuju plant boiler melalui serangkaian nosel burner. Udara sekunder dan tersier
dapat juga ditambahkan. Pembakaran berlangsung pada temperatur dari 1300 -
1700 °C, tergantung pada kualitas batubara. Waktu tinggal partikel dalam boiler
biasanya 2 hingga 5 detik, dan partikel harus cukup kecil untuk pembakaran yang
sempurna. Sistem ini memiliki banyak keuntungan seperti kemampuan membakar
berbagai kualitas batubara, respon yang cepat terhadap perubahan beban muatan,
penggunaan temperatur udara pemanas awal yang tinggi dll. Salah satu sistem yang
paling populer untuk pembakaran batubara halus adalah pembakaran tangensial
dengan menggunakan empat buah burner dari keempat sudut untuk menciptakan
bola api pada pusat ruang bakar.

4. Fluidized Bed Boiler


Pada Boiler tipe fluidisasi, proses pembakaran dilakukan dengan bantuan
media pembakaran terfluidisasi atau disebut Fluidized Bed. Pembakaran dengan
Fluidized Bed muncul sebagai alternatif yang memungkinkan dan memiliki
kelebihan yang cukup berarti dibanding sistem pembakaran yang konvensional dan
memberikan banyak keuntungan. Rancangan boiler yang kompak, fleksibel
terhadap bahan bakar, efisiensi pembakaran yang tinggi dan berkurangnya emisi
polutan yang merugikan seperti SOx dan NOx. Bahan bakar yang dapat dibakar
dalam boiler ini adalah batubara, refuse dari pertanian seperti sekam padi, bagas &
limbah pertanian lainnya. Boiler fluidized bed memiliki kisaran kapasitas yang luas
yaitu antara 0.5 T/H sampai lebih dari 100 T/H.

- Bubbling Fluidized Bed Combustion (BFBC) Boiler


Bila udara atau gas yang terdistribusi secara merata dilewatkan keatas
melalui bed partikel padat seperti pasir yang disangga oleh saringan halus, partikel
tidak akan terganggu pada kecepatan yang rendah. Begitu kecepatan udaranya
berangsur-angsur naik, terbentuklah suatu keadaan dimana partikel tersuspensi
dalam aliran udara, bed tersebut disebut “terfluidisasikan”. Dengan kenaikan
kecepatan udara selanjutnya, terjadi pembentukan gelembung, turbulensi yang
kuat, pencampuran cepat dan pembentukan permukaan bed yang rapat. Bed partikel
padat menampilkan sifat cairan mendidih dan terlihat seperti fluida “bubbling
fluidized bed”. Jika partikel pasir dalam keadaan terfluidisasikan dipanaskan hingga
ke temperatur nyala batubara, dan batubara diinjeksikan secara terus menerus ke
bed, batubara akan terbakar dengan cepat dan bed mencapai temperatur yang
seragam. Pembakaran dengan fluidized bed (FBC) berlangsung pada temperatur
sekitar 840oC hingga 950oC. Temperatur pembakaran yang lebih rendah tercapai
disebabkan tingginya koefisien perpindahan panas sebagai akibat pencampuran
cepat dalam fluidized bed dan ekstraksi panas yang efektif melalui perpindahan
panas pada pipa dan dinding bed.
- Pressurized Fluidized Bed Combustion Boiler
Pada tipe Pressurized Fluidized bed Combustion (PFBC) Boiler, sebuah
kompresor memasok udara Forced Draft (FD), dan pembakarnya merupakan
tangki bertekanan. Laju panas yang dilepas dalam bed sebanding dengan tekanan
bed sehingga bed yang dalam digunakan untuk mengekstraksi sejumlah besar
panas. Hal ini akan meningkatkan efisiensi pembakaran dan peyerapan sulfur
dioksida dalam bed. Steam dihasilkan didalam dua ikatan pipa, satu di bed dan
satunya lagi berada diatasnya.
Gas panas dari cerobong menggerakan turbin gas pembangkit tenaga.
Sistem PFBC dapat digunakan untuk pembangkitan kogenerasi (steam dan listrik)
atau pembangkit tenaga dengan siklus gabungan/combined cycle. Operasi
combined cycle (turbin gas & turbin uap) meningkatkan efisiensi konversi
keseluruhan sebesar 5 hingga 8 persen.

- Circulating Fluidized Bed Combustion (CFBC) Boiler


Dalam sistem sirkulasi, parameter bed dijaga untuk membentuk padatan
melayang dari bed. Padatan diangkat pada fase yang relatif terlarut dalam
pengangkat padatan, dan sebuah down-comer dengan sebuah siklon merupakan
aliran sirkulasi padatan. Tidak terdapat pipa pembangkit steam yang terletak dalam
bed. Pembangkitan dan pemanasan berlebih steam berlangsung di bagian konveksi,
dinding air, pada keluaran pengangkat/riser. Boiler CFBC pada umumnya lebih
ekonomis dari pada boiler BFBC, untuk penerapannya di industri memerlukan lebih
dari 75 – 100 T/jam steam. Untuk unit yang besar, semakin tinggi karakteristik
furnace boiler CFBC akan memberikan penggunaan ruang yang semakin baik,
partikel bahan bakar lebih besar, waktu tinggal bahan penyerap untuk pembakaran
yang efisien dan penangkapan SO2 yang semakin besar pula, dan semakin mudah
penerapan teknik pembakaran untuk pengendalian NOx daripada pembangkit steam
Bubbling Fluidized Bed Combustion Boiler.
Stoker Firing Fluidized Bed Firing Pulverized Firing
(Fixed Bed) BFB CFB (Entrained Bed)

Gas
Gas
Gas
Gas

Fuel Fuel & Air Air


Sorbent Fuel & Fuel
Sorbent

Air Ash Air Ash Air Ash Ash

Velocity 8 - 10 ft/ sec 4 - 10 ft/ sec 15 - 23 ft/ sec 15 - 33 ft/ sec


(2.3 - 3.0 m/ s) (1.2 - 3.0 m/ s) (4.6 - 7.0 m/ s) (4.6 - 10.0 m/ s)

Average Bed
6,000 m 1,000 m 100 - 300 m 50 m
Particle Size

Gambar 3.15 Jenis Boiler Berdasarkan Sistem Pembakaran

2.3. Standar Referensi


Untuk mengkaji Efisiensi Boiler, terdapat standar referensi internasional
yang digunakan sebagai patokan pengkajian. Standar referensi tersebut yaitu :
1. British Standards : BS 845 : 1987
2. American Society Mechanical Engineers (ASME) : PTC-4-1 Power Test
Code for Steam Generating Units
3. Indian Standard : IS 8753 Boiler Efficiency Testing
Ketiga standar internasional tersebut mendeskripsikan metode dan kondisi
dari boiler yang mana boiler harus diuji untuk menentukan efisiensinya. Untuk
kesempurnaan pengujian, boiler harus beroperasi pada kondisi beban yang stabil
dan menetap (pada umumnya pada beban penuh) dalam perode satu jam kondisi
stabil agar efisiensi boiler dapat dihitung. Berdasarkan standar tersebut secara
umum terdapat dua metode untuk menentukan efisiensi boiler yaitu :
a. Metode Langsung : Energi yang didapat dari fluida kerja (air dan steam)
berbanding dengan energi yang terkandung dalam bahan bakar
b. Metode Tidak Langsung : Efisiensi didapatkan dari energi masuk dikurangi
energi yang hilang.
2.4. Metode Pengkajian Efisiensi Boiler
a. Metode Langsung (The Direct Method Testing)
Metode ini juga dikenal dengan sebutan metode input-output dikarenakan
untuk menghitung efisiensi boiler dengan metode ini hanya dibutuhkan jumlah
steam yang dihasilkan dikali dengan entalpi fluida kerja (output) dibagi dengan total
energi yang termanfaatkan (input). Metode ini dapat dinyatakan dengan rumus
sebagai berikut :
𝑄 𝑥 (𝐻 − ℎ)
ƞ= 𝑥100
𝑞 𝑥 𝐺𝐶𝑉
Dimana :
Ƞ : Efisiensi Boiler (%)
Q : Jumlah Steam yang dihasilkan (kg/jam)
H : Entalpi Steam (kJ/kg)
h : Entalpi Boiler Feed Water (kJ/kg)
q : Jumlah Bahan Bakar yang terbakar (kg/jam)
GCV : Nilai Kalor Kotor Bahan Bakar (kJ/kg)

b. Metode Tidak Langsung (The Indirect Method Testing)


Metode ini dikenal dengan nama metode kehilangan panas dikarenakan
untuk menghitung efisiensi boiler dengan metode ini diperlukan perhitungan energi
panas yang hilang selama proses produksi steam berlangsung. Efisiensi boiler
dinyatakan dalam 100% dikurangi Total Heat Loss yang terjadi. Metode ini
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Ƞ = 100 – (L1 + L2 + L3 + L4 + L5 + L6 + L7 + L8)

Dimana :
L1 : Kehilangan Panas akibat Dry Flue Gas (%)
L2 : Kehilangan Panas akibat Hidrogen dalam Bahan Bakar (%)
L3 : Kehilangan Panas akibat Moisture dalam Bahan Bakar (%)
L4 : Kehilangan Panas akibat Moisture dalam Udara (%)
L5 : Kehilangan Panas akibat Pembakaran yang tidak sempurna (%)
L6 : Kehilangan Panas akibat Radiasi dan Konveksi pada Permukaan Boiler (%)
L7 : Kehilangan Panas akibat Karbon tak terbakar dalam Fly Ash (%)
L8 : Kehilangan Panas akibat Karbon tak terbakar dalam Bottom Ash (%)

2.4.1. Penggunaan Metode Langsung dalam Menghitung Efiseinsi Boiler


Pada Unit Multifuel Boiler Seksi Energy Department di PT. Lontar Papyrus
Pulp and Paper Industry, tim manajemen menggunakan Metode Langsung (The
Direct Method) dalam mengkaji kinerja atau efisiensi pada boiler yang pada unit
tersebut. Metode ini memiliki kelebihan sebagai berikut :
3.1 Dapat mengevalusai efisiensi boiler dengan cepat.
Tim Manajemen dapat mendapatkan nilai efisiensi boiler dengan hanya
menggunakan satu buah persamaan dengan memperhatikan beberapa data
parameter.
3.2 Memerlukan sedikit parameter untuk melakukan perhitungan.
Parameter yang dibutuhkan yaitu jumlah steam yang dihasilkan, temperatur
dan tekanan fluida kerja (air dan steam) untuk menentukan entalpi, jumlah
bahan bakar terinput, dan nilai kalor dari bahan bakar.
3.3 Memerlukan sedikit instrumen untuk pemantauan dan pengukuran.
Tidak memerlukan tambahan instrumen untuk mengukur parameter yang tidak
terlibat langsung dalam proses perhitungan efisiensi boiler.

Namun, dengan kemudahan perhitungan tersebut, metode ini memiliki


kelemahan diantaranya yaitu metode perhitungan ini tidak memberi informasi
petunjuk kepada tim manajemen tentang penyebab rendahnya efisiensi boiler yang
terukur dan tidak diketahuinya sumber Heat Loss yang terjadi selama proses.

Metode Tidak Langsung: Prosedur Perhitungan dan Rumus


Untuk menghitung efisiensi boiler dengan menggunakan metode tidak
langsung, semua losses harus dihitung terlebih dahulu. Losses ini berkaitan dengan
jumlah bahan bakar yang dibakar. Dibutuhkan data analisis ultimat dari bahan bakar
secara rutin dari laboratorium. Prosedur untuk menghitung efisiensi boiler dengan
menggunakan metode tidak langsung adalah sebagai berikut :

- Menghitung Udara Teoritis (Ut)


[(11,6 x C) + {34,8 x (H2 – O2/8)} + (4,35 x S)]
𝑈𝑡 =
100

Dimana :
Ut = Udara Teoritis (kg/kg bahan bakar)
C = Kandungan Karbon dalam bahan bakar (%)
H2 = Kandungan Hidrogen dalam bahan bakar (%)
O2 = Kandungan Oksigen dalam bahan bakar (%)
S = Kandungan Sulfur dalam bahan bakar (%)

- Menghitung Udara Suplai (Us)


𝐸𝐴
𝑈𝑠 = (1 + ) 𝑥 𝑈𝑡
100
Dimana :
Us = Udara Suplai (kg/kg bahan bakar)
Ut = Udara Teoritis (kg/kg bahan bakar)
EA = Udara Berlebih (%)

- Menghitung Massa Dry Flue Gas (Gs)


𝐴𝑏𝑢
𝐺𝑠 = 𝑈𝑠 + (1 − )
100
Dimana :
Gs = Massa Dry Flue Gas (kg/kg bahan bakar)
Us = Udara Suplai (kg/kg bahan bakar)
Abu = Kandungan Abu dalam bahan bakar (%)

- Menghitung Kehilangan Panas (Heat Loss)


1. Kehilangan Panas akibat Dry Flue Gas (L1)
Kehilangan Panas ini disebabkan oleh flue gas yang menuju cerobong
(stack) masih mengandung energi yang tinggi. Rumus menghitung kehilangan
panas ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
𝐺𝑠 𝑥 𝐶𝑝 𝑥 (𝑇𝑓 − 𝑇𝑎)
𝐿1 = 𝑥100
𝐿𝐻𝑉 𝐹𝑢𝑒𝑙
Dimana :
L1 = Kehilangan Panas akibat Dry Flue Gas (%)
Gs = Massa Dry Flue Gas (kg/kg bahan bakar)
Cp = Kalor spesifik Flue Gas (kCal/kg.K)
LHV = Nilai Kalor bahan bakar (kCal/kg)
Tf = Temperatur Flue Gas (oK)
Ta = Temperatur Lingkungan (oK)

2. Kehilangan Panas akibat Hidrogen dalam bahan bakar (L2)


Didalam bahan bakar, hidrogen yang terkandung dapat menyebabkan
kehilangan panas, ini disebabkan karena, pada saat pembakaran bahan bakar,
hidrogen yang terbakar akan membentuk air dalam bentuk uap. Uap air ini akan
menyerap dan membawa panas yang dihasilkan dalam bentuk panas laten. Untuk
menghitung kehilangan panas ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
9 𝑥 𝐻2 𝑥 {584 + 𝐶𝑝 𝑥 (𝑇𝑓 − 𝑇𝑎)
𝐿2 = 𝑥100
𝐿𝐻𝑉 𝐹𝑢𝑒𝑙
Dimana :
L2 = Kehilangan Panas akibat Hidrogen dalam bahan bakar (%)
H2 = Kandungan Hidrogen dalam bahan bakar (%)
Cp = Kalor spesifik Superheated Steam (kCal/kg.K)
LHV = Nilai Kalor bahan bakar (kCal/kg)
Tf = Temperatur Flue Gas (oK)
Ta = Temperatur Lingkungan (oK)

3. Kehilangan Panas akibat Moisture dalam bahan bakar (L3)


Kehilangan panas akibat kandungan Moisture dalam bahan bakar
disebabkan oleh moisture tersebut terkonversi menjadi uap air yang menyerap
panas hasil pembakaran untuk diubah menjadi panas penguapan dan panas laten,
kemudian keluar ke cerobong (stack) bersama flue gas. Untuk menghitung
kehilangan panas ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑀 𝑥 {584 + 𝐶𝑝 𝑥 (𝑇𝑓 − 𝑇𝑎)
𝐿3 = 𝑥100
𝐿𝐻𝑉 𝐹𝑢𝑒𝑙

Dimana :
L3 = Kehilangan panas akibat Moisture dalam bahan bakar (%)
M = Kandungan Moisture dalam bahan bakar (%)
Cp = Kalor spesifik Superheated Steam (kCal/kg.K)
LHV = Nilai Kalor bahan bakar (kCal/kg)
Tf = Temperatur Flue Gas (oK)
Ta = Temperatur Lingkungan (oK)

4. Kehilangan Panas akibat Moisture dalam udara (L4)


Uap air dalam bentuk kelembaban yang terkandung dalam udara masuk
akan terpanaskan ketika memasuki boiler dan akan keluar menuju cerobong (stack)
bersama flue gas. Kelembaban yang terpanaskan ini akan menyerap panas dan
menjadi heat loss. Untuk menghitung kehilangan panas ini dapat menggunakan
rumus sebagai berikut :
𝑈𝑠 𝑥 𝐻𝐹 𝑥 𝐶𝑝 𝑥 (𝑇𝑓 − 𝑇𝑎)
𝐿4 = 𝑥100
𝐿𝐻𝑉 𝐹𝑢𝑒𝑙
Dimana :
L4 = Kehilangan panas akibat Moisture dalam udara (%)
Us = Udara Suplai (kg/kg bahan bakar)
HF = Faktor Humiditas dalam udara (kg air/kg udara kering)
Cp = Kalor spesifik Superheated Steam (kCal/kg.K)
LHV = Nilai Kalor bahan bakar (kCal/kg)
Tf = Temperatur Flue Gas (oK)
Ta = Temperatur Lingkungan (oK)

5. Kehilangan Panas akibat Pembakaran Tidak Sempurna (L5)


Tingkat kesempurnaan pembakaran ditentukam oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu kecepatan mencapai titik bakar pada bahan bakar, kecukupan
kebutuhan udara, turbulensi udara pembakaran, dan kesempurnaan pencampuran
antara bahan bakar dan udara pembakaran. Semakin baik tingkat pencampuran
bahan bakar dengan udara dengan jumlah udara berlebih maka pembakaran akan
semakin sempurna pembakaran yang terjadi. Pembakaran yang tidak sempurna
akan membentuk produk samping yang tidak diinginkan karena dapat
menyebabkan kehilangan panas dan mencemari udara dilingkungan disekitar
industri. Produk samping tersebut berupa gas karbon monoksida (CO) yang
tergabung dalam flue gas keluar menuju cerobong (stack). Untuk menghitung
kehilangan panas ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
𝐶𝑂 𝑥 𝐶 5744
𝐿5 = 𝑥 𝑥100
𝐶𝑂 + 𝐶𝑂2 𝐿𝐻𝑉 𝐹𝑢𝑒𝑙
Dimana :
L5 = Kehilangan Panas akibat pembakaran tidak sempurna (%)
CO = Kandungan karbon monoksida dalam flue gas (%)
CO2 = Kandungan karbon dioksida dalam flue gas (%)
C = Kandungan karbon dalam bahan bakar (%)
LHV = Nilai Kalor bahan bakar (kCal/kg)

6. Kehilangan Panas akibat Radiasi-Konveksi pada Permukaan Boiler (L6)


Kehilangan panas akibat radiasi dan konveksi secara aktual sulit dikaji. Hal
ini disebabkan daya emisifitas permukaan yang beraneka ragam, kemiringan, pola
aliran udara, dll. Kehilangan panas ini terjadi disekitar permukaan luar boiler. Pada
umumnya, kehilangan panas pada permukaan dan kehilangan tak terhitung
diasumsikan berdasarkan dari tipe dan ukuran dan boiler. Untuk menghitung
kehilangan panas ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑇𝑠 4 𝑇𝑎 4 (196,85𝑥𝑉𝑚)+68,9
0,548𝑥[(55,55) −(55,55) ]+1,957 𝑥 (𝑇𝑠−𝑇𝑎)1,25 𝑥 √[ ]𝑥0,86𝑥𝐿𝑠
68,9
𝐿6 = 𝑥100
𝐿𝐻𝑉 𝐹𝑢𝑒𝑙 𝑥 𝐹𝑢𝑒𝑙 𝐶𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑝𝑡𝑖𝑜𝑛

Dimana :
L6 = Kehilangan Panas akibat Radiasi dan Konveksi pada permukaan boiler (%)
Ts = Temperatur Permukaan Boiler (oK)
Ta = Temperatur Lingkungan (oK)
Vm = Kecepatan angin disekitar permukaan boiler (m/s)
Ls = Total area permukaan boiler (m2)
LHV = Nilai Kalor bahan bakar (kCal/kg)
Fuel Consumption = Total bahan bakar terkonsumsi (kg)

7. Kehilangan Panas akibat Karbon tak terbakar dalam Fly Ash (L7)
Sejumlah karbon dalam jumlah kecil yang tidak terbakar dan keluar
bersama abu terbang merupakan kehilangan panas. Hal ini disebabkan karbon
tersebut juga merupakan sumber panas potensial yang berasal dari bahan bakar.
Untuk menghitung kehilangan panas ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut
:
𝐴𝑏𝑢 𝑥 𝐹𝐴𝑅 𝑥 𝐿𝐻𝑉 𝑎𝑏𝑢
𝐿7 = 𝑥100
𝐿𝐻𝑉 𝐹𝑢𝑒𝑙
Dimana :
L7 = Kehilangan Panas akibat karbon tak terbakar dalam Fly Ash (%)
Abu = Kandungan Abu dalam bahan bakar (%)
FAR = Perbandingan antara jumlah Bottom Ash dan Fly Ash
LHV abu = Nilai kalor abu (kCal/kg)
LHV Fuel = Nilai kalor bahan bakar (kCal/kg)

8. Kehilangan Panas akibat Karbon tak terbakar dalam Bottom Ash (L8)
𝐴𝑏𝑢 𝑥 𝐵𝐴𝑅 𝑥 𝐿𝐻𝑉 𝑎𝑏𝑢
𝐿8 = 𝑥100
𝐿𝐻𝑉 𝐹𝑢𝑒𝑙
Dimana :
L8 = Kehilangan Panas akibat karbon tak terbakar dalam bottom ash (%)
Abu = Kandungan Abu dalam bahan bakar (%)
BAR = Perbandingan antara jumlah Bottom Ash dan Fly Ash
LHV abu = Nilai kalor abu (kCal/kg)
LHV Fuel = Nilai kalor bahan bakar (kCal/kg)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil Perhitungan Efisiensi Boiler


a. Data Kebutuhan Perhitungan dan Efisiensi Boiler Metode Tidak Langsung
1. Data Komposisi Bahan Bakar
Fuel Composition (%)
Tanggal
C H N2 O2 S Abu
01/08/2018 41,68 5,70 0,64 49,59 0,09 2,3
02/08/2018 41,68 5,70 0,64 49,59 0,09 2,3
03/08/2018 41,68 5,70 0,64 49,59 0,09 2,3
04/08/2018 41,68 5,70 0,64 49,59 0,09 2,3
05/08/2018 41,68 5,70 0,64 49,59 0,09 2,3
Tabel 7.1 Data Komposisi Bahan Bakar
2. Data Komposisi Flue Gas
Flue Gas Composition (%)
Tanggal
CO2 CO SO2 NO2 N2 H2O O2
01/08/2018 25,16707 0,0000416 0,029691 0,173433 62,48039 11,10127 1,047608

02/08/2018 24,366 0,0000619 0,0287 0,1679 62,857 10,848 1,7331

03/08/2018 24,513 0,0000387 0,00289 0,1689 62,787 10,894 1,607

04/08/2018 24,498 0,0000426 0,00289 0,1688 62,735 10,889 1,6205

05/08/2018 24,6827 0,0000557 0,002912 0,17009 62,7073 10,948 1,46223

Tabel 7.2 Data Komposisi Flue Gas


3. Data Kandungan Moisture dan Nilai Kalor Bahan Bakar
Fuel Consumption Fuel Moisture LHV Fuel
Tanggal
(Ton/D) (%) (kCal/kg)
01/08/2018 644,13 8,50 3543

02/08/2018 414,13 8,48 3544

03/08/2018 666,83 7,08 3500

04/08/2018 606,38 5,92 3500

05/08/2018 466,87 7,00 3500


Tabel 7.3 Data Kandungan Moisture dan Nilai Kalor Bahan Bakar
4. Data Kalor Jenis Flue Gas
Specific Heat of Flue Gas
Tanggal Temperatur Flue Gas (K)
(kCal/kg K)

01/08/2018 429,08 1,611135347

02/08/2018 437,08 1,613905635

03/08/2018 426,66 1,610345056

04/08/2018 425,08 1,609828704

05/08/2018 422,42 1,608958731

Tabel 7.4 Data Kalor Jenis Flue Gas


5. Data Kalor Jenis Steam
Temperatur Temperatur Steam Specific Heat of Steam
Tanggal
Ambient (K) (K) (kCal/kg K)
01/08/2018 308 695,49 0,470757575

02/08/2018 308 691,15 0,470383505

03/08/2018 308 698,63 0,470942385

04/08/2018 308 697,58 0,470863864

05/08/2018 308 703,54 0,471308093

Tabel 7.5 Data Kalor Jenis Steam

6. Data Perhitungan Kebutuhan Udara


Theoritical Air Air Supplied Dry Flue Gas
Tanggal Excess Air (%)
(%) (kg/kg fuel) (kg/kg fuel)
01/08/2018 4,66523 5,852 4,93823926 5,91523926

02/08/2018 4,66523 10 5,131753 6,108753

03/08/2018 4,66523 9,216666667 5,0952887 6,0722087

04/08/2018 4,66523 9,3 5,09909639 6,07609639

05/08/2018 4,66523 8,328571429 5,05377701 6,03077701

Tabel 7.6 Data Perhitungan Kebutuhan Udara


7. Data Abu Terkoleksi dan Nilai Kalor Abu
Bottom Ash Fly Ash Total Ash Bottom to
Tanggal Collected Collected Collected Fly Ash
(kg/kg fuel) (kg/kg fuel) (kg/kg fuel) Ratio
01/08/2018 0,018622973 0,074519119 0,013148899 20 : 80
02/08/2018 0,028917753 0,144588765 0,173506519 16,7 : 83,3
03/08/2018 0,017995591 0,075982364 0,089977955 20 : 80
04/08/2018 0,019789571 0,118737425 0,138526996 14,3 : 85,7
05/08/2018 0,025703087 0,10281246 0,128515433 20 : 80
Tabel 7.7 Data Abu Terkoleksi dan Nilai Kalor Abu
8. Data Hasil Perhitungan Efisiensi Boiler Metode Tidak Langsung
Tanggal L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 Efisiensi
1 9,515 9,281 1,537 0,174 0,001 1,276 0,236 0,103 77,874

2 10,505 9,335 1,543 0,194 0,001 1,276 0,246 0,086 76,811

3 9,695 9,378 1,294 0,178 0,001 1,276 0,239 0,105 77,834

4 9,570 9,367 1,081 0,176 0,001 1,276 0,256 0,075 78,96

5 9,292 9,351 1,275 0,171 0,001 1,276 0,239 0,105 78,290

77,801
Rata-rata
Tabel 7.8 Data Hasil Perhitungan Efisiensi Boiler Metode Tidak Langsung

b. Data kebutuhan perhitungan Efisiensi MB2 setelah pencucian Economizer


1. Data Komposisi Bahan Bakar
Fuel Composition (%)
Tanggal
C H N2 O2 S Abu
09/08/2018 41,68 5,70 0,64 49,59 0,09 2,3
10/08/2018 41,68 5,70 0,64 49,59 0,09 2,3
11/08/2018 41,68 5,70 0,64 49,59 0,09 2,3
12/08/2018 41,68 5,70 0,64 49,59 0,09 2,3
13/08/2018 41,68 5,70 0,64 49,59 0,09 2,3
Tabel 7.9 Data Komposisi Bahan Bakar Setelah Pencucian ECO
2. Data Komposisi Flue Gas
Flue Gas Composition (%)
Tanggal
CO2 CO SO2 NO2 N2 H2O O2
09/08/2018 24,4394 0,0000378 0,02883 0,1684 62,822 10,871 1,670

10/08/2018 24,36587 0,0000416 0,02874 0,1679 62,856 10,847 1,733

11/08/2018 24,505 0,0000392 0,00284 0,1689 62,791 10,892 1,613

12/08/2018 24,439 0,0000378 0,00288 0,1670 62,822 10,871 1,670

13/08/2018 24,392 0,0000407 0,00288 0,1681 62,844 10,856 1,710

Tabel 8.0 Data Komposisi Flue Gas Setelah Pencucian ECO


3. Data Kandungan Moisture dan Nilai Kalor Bahan Bakar
Fuel Consumption Fuel Moisture LHV Fuel
Tanggal
(Ton/D) (%) (kCal/kg)
09/08/2018 680,256 6,50 3900

10/08/2018 615,84 6,48 3900

11/08/2018 658,49 5,08 3530

12/08/2018 680,26 3,92 3880

13/08/2018 631,03 5,00 3920

Tabel 8.1 Data Kandungan Moisture dan Nilai Kalor Bahan Bakar Setelah
Pencucian ECO
4. Data Kalor Jenis Flue Gas
Specific Heat of Flue Gas
Tanggal Temperatur Flue Gas (K)
(kCal/kg K)

09/08/2018 429 1,6111

10/08/2018 435 1,6130

11/08/2018 431,75 1,6120

12/08/2018 429 1,6111

13/08/2018 423,5 1,6093

Tabel 8.2 Data Kalor Jenis Flue Gas Setelah Pencucian ECO
5. Data Kalor Jenis Steam
Temperatur Temperatur Steam Specific Heat of Steam
Tanggal
Ambient (K) (K) (kCal/kg K)
09/08/2018 308 696,11 0,4707

10/08/2018 308 695,04 0,4706

11/08/2018 308 697,19 0,4708

12/08/2018 308 697,58 0,4708

13/08/2018 308 703,54 0,4713

Tabel 8.3 Data Kalor Jenis Steam Setelah Pencucian ECO


6. Data Perhitungan Kebutuhan Udara
Theoritical Air Air Supplied Dry Flue Gas
Tanggal Excess Air (%)
(%) (kg/kg fuel) (kg/kg fuel)
09/08/2018 4,66523 9,6 5,119 6,09

10/08/2018 4,66523 10 5,161 6,10

11/08/2018 4,66523 9,25 5,097 6,07

12/08/2018 4,66523 9,6 5,113 6,09

13/08/2018 4,66523 9,85 5,125 6,10

Tabel 8.4 Data Perhitungan Kebutuhan Udara Setelah Pencucian ECO


7. Data Abu Terkoleksi dan Nilai Kalor Abu
Bottom Ash Fly Ash Total Ash Bottom to
Tanggal Collected Collected Collected Fly Ash
(kg/kg fuel) (kg/kg fuel) (kg/kg fuel) Ratio
09/08/2018 0,0176 0,0705 0,0882 20 : 80
10/08/2018 0,0194 0,0974 0,1169 16,7 : 83,3
11/08/2018 0,0182 0,0728 0,09111 20 : 80
12/08/2018 0,0176 0,1058 0,12348 14,3 : 85,7
13/08/2018 0,0190 0,0760 0,09508 20 : 80
Tabel 8.5 Data Abu Terkoleksi dan Nilai Kalor Abu Setelah Pencucian ECO
8. Data Hasil Perhitungan Efisiensi Boiler Metode Tidak Langsung
Tanggal L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 Efisiensi
9 8,895 8,431 1,068 0,164 0,00009 1,276 0,214 0,094 79,855

10 9,362 8,468 1,069 0,173 0,00010 1,276 0,223 0,078 79,347

11 8,806 8,383 1,830 0,166 0,00009 1,276 0,213 0,093 80,031

12 8,643 8,474 1,647 0,165 0,00009 1,276 0,231 0,067 80,194

13 8,473 8,335 1,814 0,156 0,00010 1,276 0,213 0,093 80,194

80,616
Rata-rata
Tabel 8.6 Data Hasil Perhitungan Efisiensi Boiler Metode Tidak Langsung
Setelah Pencucian ECO

3.2 Pembahasan Hasil Perhitungan Efisiensi Boiler


Tujuan penulisan tugas khusus ini adalah untuk menganalisa besarnya Heat
Loss yang terdapat pada unit Boiler (MB2) dengan menghitung efisiensi boiler
menggunakan metode tidak langsung (The Direct Method Testing). Metode ini
berdasarkan dari referensi standar yaitu British Satndard BS 845 : 1987 dan
American Standard PTC-4-1 Power Test Code for Steam Generating Units.
Perhitungan efisiensi boiler ini menggunakan data produksi aktual harian unit
Multifuel Boiler 2 (MB2) dari tanggal 1 sampai dengan 5 Agustus 2018 yang
berasal dari Distribution Control System (DCS) Logsheet.
Efisiensi boiler dapat didefinisikan sebagai prestasi kerja atau tingkat unjuk
kerja dari boiler yang diperoleh dari perbandingan antara energi yang diserap oleh
fluida kerja dan terkonversi didalam boiler dengan masukan energi kimia dari bahan
bakar yang digunakan. Berikut adalah grafik efisiensi boiler yang di dapatkan
dengan menggunakan metode tidak langsung.
Efisiensi Aktual Sebelum dan Sesudah Pencucian Economizer
81
80,03 80,19 80,19
79,85 79,34
80

79
Efisiensi
78 78,96
78,29 Efisiensi sesudah
77 77,87 77,83 Efisiensi sebelum
76 76,81

75
1 2 3 4 5
Data per 5 hari 1-5 Agustus dan 9-13 Agustus 2018

Gambar 3.1 Efisiensi Multifuel Boiler 2 (MB2) Bulan Agustus 2018 dengan
Metode Tidak Langsung
Pada Gambar 3.1, terlihat bahwa dengan menggunakan metode tidak
langsung, efisiensi tertinggi dicapai pada tanggal 4 Agustus 2018 pada saat belum
adanya pencucian pada economizer dengan persentase efisiensi sebesar 78,96%.
Nilai ini dapat disebabkan karena total losses yang terjadi terhitung sebesar 21,04%.
Nilai ini didapatkan dari efisiensi 100% dikurangi dengan total losses yang terjadi.
Sedangkan efisiensi terendah terjadi pada tanggal 2 Agustus 2018 dengan
persentase efisiensi sebesar 76,81%. Pada tanggal 2 Agustus 2018 total losses yang
terhitung sebesar 23,19%. Rata-rata efisiensi boiler MB2 dari tanggal 1-5 Agustus
2018 adalah sebesar 77,80%.
Sementara itu dapat kita lihat dari efek pencucian dan pembersihan pada
economizer yang sebelumnya terdapat indikasi kebocoran dan banyak heat losses
terjadi, efisiensi tertinggi didapat pada tanggal 12 dan 13 Agustus 2018 dengan
presentasi efisiensi sebesar 80,19% pada kedua hari tersebut nilai ini dapat
disebabkan karena total losses yang terjad terhitung sebesar 19,81%. Nilai ini
didapatkan dari efisiensi 100% dikurangi dengan total losses yang terjadi.
Sedangkan efisiensi terendah terjadi pada tanggal 10 Agustus 2018 dengan
presentasi efisiensi sebesar 79,34% pada tanggal 10 Agustus 2018 ini total losses
yang terhitung sebesar 20,66%. Rata-rata efisiensi boiler MB2 setelah pencucian
dari tanggal 9-13 Agustus 2018 adalah sebesar 80,61%.
Dari data hasil perhitungan efisiensi boiler MB2 dapat dilihat bahwa losses
terbesar pada L1 dan L2 yang menandakan bahwa Heat Loss terbesar terjadi akibat
Dry Flue Gas dan Kandungan Hidrogen Dalam Bahan Bakar. Kehilangan Panas
ini disebabkan oleh flue gas yang menuju cerobong (stack) masih mengandung
energi yang tinggi dan masih banyaknya kandungan hydrogen dalam bahan bakar
yamg mengakibatkan banyaknya heat losses pada area furnace atau pembakaran
bahan bakar karena hydrogen mengikat oksigen menjadi uap air . Hal ini terjadi
dikarenakan ada kemungkinan penyerapan panas pada furnace, superheater,
economizer atau air heater yang tidak maksimal dan tidak adanya proses khusus
penghilangan hidrogen bahan bakar sebelum masuk ruang bakar Sehingga
membuat panas (energi) dalam Flue Gas masih cukup tinggi dan juga kandungan
hydrogen dalam bahan bakar yang cukup tinggi yang berpengaruh pada efisiensi
boiler.
Inilah salah satu kelebihan dari pergitungan efisiensi boiler dengan
menggunakan metode tidak langsung (The Direct Method Testing). Terdapat
beberapa kelebihan perhitungan efisiensi boiler dengan menggunakan metode tidak
langsung lainnya diantaranya yaitu :
1. Dapat diketahui secara rinci setiap aliran energi dalam proses.
2. Dapat diketahui losses yang terjadi selama proses berlangsung.
3. Dengan mengetahui losses yang terjadi maka dapat memudahkan tim
manajemen dalam mengidentifikasi dan menentukan opsi-opsi yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan efisiensi boiler
4. Banyaknya variabel yang dipakai pada saat perhitungan menyebabkan apabila
terjadi kesalahan pengukuran pada beberapa parameter maka tidak akan terlalu
berpengaruh pada hasil perhitungan efisiensi boiler.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penentuan kinerja atau efisiensi boiler dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu dengan metode langsung dan metode tidak langsung. Dengan menggunakan
metode langsung, penentuan efisiensi dapat dilakukan dengan cepat karena
menggunakan sedikit parameter, tetapi metode ini tidak dapat menjelaskan
penyebab rendahnya efisiensi dan sumber losses yang terjadi. Sedangkan dengan
menggunakan metode tidak langsung seperti yang kita lakukan, penentuan efisiensi
menjadi lebih rinci dengan dapat diketahuinya penyebab turunnya efisiensi serta
losses yang terjadi selama proses produksi steam berlangsung. Selain itu, dengan
banyaknya parameter yang digunakan, bila terdapat error atau kesalahan
pengukuran pada beberapa parameter maka tidak akan terlalu mempengaruhi nilai
hasil perhitungan efisiensi boiler, sehingga hasil perhitungan dapat terjaga
validitasnya.
Dan untuk hasil perhitungan efisiensi boiler MB2 dengan metode tidak
langsung pada Energy Department (EGD) di PT Lontar Papyrus Pulp and Paper
Industry pada tanggal 1 sampai 5 Agustung 2018 di dapatkan rata-rata efisiensi
boiler sebesar 77,80%. dan Heat Loss terbesar terdapat pada Dry Flue Gas (L1) dan
pada Hidrogen dalam Bahan Bakar (bark). (L2). Ini didapatkan pada kondisi
economizer belum dilakukan pencucian, nilai rata-rata L1= 9,7154 dan L2= 9,3424
Sementara itu setelah dilakukannya pencucian economizer data yang
dilakukan perhitungan efisiensi yaitu pada 9-13 Agustus 2018 didapatkan rata-rata
efisiensi boiler sebesar 80,61% dan tetap terjadi heat losses yang terbesar pada L1
dan L2 walaupun sedikit menurun dari sebelum pencucian economizer yaitu dengan
nilai rata-rata L1= 8,8358 dan L2= 8,4182.Dapat disimpulkan bahwa setelah
pencucian economizer dapat bekerja meningkat dikarenakan dapat dilihat dari
menurunnya nilai L1 dan hydrogen dalam bahan bakar juga berkurang yang
mungkin disebabkan oleh proses pengelupasan dari kulit kayu dan kandungan asal
dari kulit kayu akasia sebagai bahan bakar dan tidak hanya pada L1 dan L2 saja kita
juga dapat memperhatikan L3 sampai L8 karena sebisa mungkin untuk menurunkan
heat losses pada setiap titik karena semakin kecil nilai Heat Losses semakin tinggi
pula efisiensi yang didapatkan.

Anda mungkin juga menyukai