PENDAHULUAN
Pada saat ini diperkirakan memakai akdr/iud, 30% terdapat di cina, 13% di
eropa, 5% di amerika dan sekitar 6,7% di negara-negara berkembang
(augustin, 2000). Survei demografi dan kesehatan indonesia tahun 2002-2003
memperlihatkan proporsi peserta kb untuk semua tercatat sebesar 60,3%. Bila
dirinci lebih lanjut proporsi peserta kb yang terbanyak adalah suntik (27,8%),
diikuti oleh pil (13,2%), iud (6,2%), implant atau susuk kb (4,3%) sterilisasi
wanita (3,7%), kondom (0,9%), sterilisasi pria (0,4%), mal (metode amenore
laktasi) (0,1%), dan sisanya merupakan peserta kb tradisional masing-masing
menggunakan cara tradisional, pantang berkala (1,6%) maupun senggama
terputus (1,5%) dan 0,5% cara lain (BKKBN, 2006).
TINJAUAN PUSTAKA
Ketika ibu mulai mendapatkan haid lagi, itu pertanda ibu sudah mulai
subur kembali dan harus segera menggunakan metode kb lain. Namun juga
bisa tanpa di dahului haid karena dapat disebabkan oleh cara menyusi,
seringnya menyusui, lamannya menyusi, jarak antara menuyusi, kesungguhan
menyusui.
3. Metode kalender
Masa subur disebut juga fase ovulasi, mulai 48 jam sebelum
obulasi dan 24 jam setelah ovulasi. Kesulitan cara ini ialah sulit
ditentukan, ovulasi umumnya 14+2 hari sebelum haid pertama, sehingga
pada wanita yang haidnya tidak teratur sulit untuk menentukan ovulasi.
Pada wanita yang tidak teratur haid dengan variasi yang tidak jauh
berbeda, dapat ditentukan masa subur dengan daur haid terpendek
dikurangi 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi 1 hari, dengan masa
pengamatan selama 6 bulan sampai satu tahun berturut – turut.
4. Metode Suhu basal
Suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur suhu
tubuh untuk mengetahui suhu tubuh basal, untuk menentukan masa
ovulasi, (Handayani, 2010). Setelah ovulasi suhu basal ( BBt / basal body
temperature ) akan sedikit turundan akan naik sebesar ( 0,2 – 0,4 ° C ) dan
menetap sampai masaovulasi berikutnya. Hal ini terjadi karena setelah
ovulasi hormoneprogesterone disekresi oleh korpus luteum yang
menyebabkan suhutubuh basal wanita naik.
Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik
menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali padasuhu 35 derajat
Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi
Keuntungan metode suhu basal, (Handayani, 2010)
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap
masa subur
b. Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan
cara mendeteksi ovulasi.
c. Dapat membantu menunjukkan perubahan tubuh lain selain
lender servik.
d. Berada dalam kendali wanita
e. Dapat digunakan untuk mencegah atau meningkatkan
kehamilan
Kekurangan metode suhu basal, (Handayani, 2010)
a. Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami
b. Membutuhkan motivasi
c. Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, kurang tidur,
stress/tekanan emosional, alkohol, penggunaan sedatifa,
imunisasi, iklim, dan gangguan saluran cerna
d. Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang sama
setiap hari ini akan menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh
basal.
e. Tidak mendeteksi permulaan masa subur sehingga mempersulit
untuk mencapai kehamilan
f. Membutuhkan masa pantang yang panjang/lama, karena ini
hanya mendeteksi masa pasca ovulasi sehingga abstinen sudah
harus dilakukan pada masa pra ovulasi.
5. Metode Lendir Serviks
Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas
dankuantitas lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai
denganlendir yang jernih, encer, dan licin. Metode lendir serviks
yaknipengamatan dilakukan pada lendir serviks. Pengamatan lendirserviks
dapat dilakukan dengan merasakan perubahanrasapada vulva sepanjang
hari dan melihat langsung lendir pada waktutertentu. Menjelang ovulasi
lendir ini akan mengandung banyak air(encer) sehingga mudah dilalui
sperma. Setelah ovulasi lendir kembalimenjadi lebih padat.
Jika lendir mulai keluar atau bagi wanita yangmengalami
keputihan (sering mengeluarkan lendir) lendir mengencer,bergumpal-
gumpal dan lengket, hal ini menunjukan akan terjadiovulasi. Sehingga
senggama harus dihindari dengan menggunakanalat kontrasepsi. Pada
puncak masa subur, yaitu menjelang dan padasaat ovulasi lendir akan
keluar dalam jumlah lebih banyak menjaditransparan, encer dan bening
seperti putih telur dan dapat ditarikdiantara dua jari seperti benang. Tiga
hari setelah puncak masa suburdapat dilakukan senggama tanpa alat
kontrasepsi.
6. Senggama terputus
Senggam terputusadalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi
ejakulasi. Cara Kerjanya yaitu Alat kelamin (Penis) dikeluarkan sebelum
ejakulasi sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina sehingga
kehamilan dapat dicegah
Efektifitas cara ini diaggap kurang, kegagalan cara ini disebabkan
oleh:
a. Adanya pengeluaran cairan mani sebelum ejakulasi yang mengandung
sperma, apalagi pada koitus yang berulang
b. Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina
c. Pengeluaran segmen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan
1. Kondom
Cara kerja kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma da
sel telur denga cara mengemas sperma diujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam
salura reprduksi perempuan.
tidak mengganggu kesuburan
2. Diafragma
Cara kerja menahan sperma agar tidak mendapat akses mecapai
saluran alat reprduksi bagian atas (uterus dalam tuba fallopi) da sebagai
alat tempat spermisida
Profil :
a. efektif bila digunakan dengan benar
b. tidak megganggu prduksi ASI
c. tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6
jam sebelumnya
d. tidak mengganggu kesehatan klien
e. tidak mempunyai pengaruh sistemik
3. Spermisida
Cara kerja menyebabkan membran sperma terpecah,
memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan
pembuaha sel telur
Tidak ada satu pun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi
semua klien karena masingmasing mempunyai kesesuaian dan kecocokan
individual bagi setiap klien. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD)
merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih
efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom,
berbentuk-T terbuat dari plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali
halus yang juga terbuat dari plastik, dililit tembaga atau campuran
tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas
dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun dengan metode
kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba
(Ambarwati, 2009).
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/53675424/KELUARGA-BERENCANA-
KONTRASEPSI (diakses 18 Agustus 2019 pukul 15.00 WIB)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/34785/Chapter%20I.pdf;se
quence=5 (diakses 31 Oktober 2019 pukul 21.40 WIB)
Azwar, Saifuddin. (2009). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Affandi, Biran. (2013). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hanafi Hartanto.2007.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : YBPSP