Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu pelayanan utama di rumah sakit adalah tindakan pembedahan.

Tindakan pembedahan memang sangat kompleks, bisa jadi ada sesuatu hal yang

tidak sesuai dengan yang diharapkan. Seperti salah penandaan, prosedur salah

atau orang yang salah operasi. Adanya suatu kebijakan yang direkomendasikan

oleh National Patient Safety Agency (NPSA) dan WHO untuk melengkapi

checklist Keselamatan Pasien yang diluncurkan pada tanggal 1 Juni 2009 untuk

dipatuhi (Hanchanale, 2014).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan suatu kebijakan

yaitu: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1691/Menkes

/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah sakit, yang menyatakan: setiap

rumah sakit harus memenuhi Sasaran Keselamatan pasien diantaranya adalah

Ketepatan identifikasi pasien, Peningkatan komunikasi yang efektif, Peningkatan

keamanan obat yang perlu diwaspadai, Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,

tepat-pasien operasi, Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan,

Pengurangan risiko pasien jatuh (Kemenkes RI, 2013).

Menindaklanjuti salah satu poin dari sasaran keselamatan pasien,

mendapatkan kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi, maka

diperlukan suatu panduan yang mengatur tentang pelayanan pembedahan di

RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan tujuan untuk mengurangi

risiko bahaya bagi pasien melalui peningkatkan keamanan dan kualitas pelayanan

di lingkungan kerja RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.

1
Patient safety adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat pasien

lebih aman, meliputi: pengkajian resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan data analisis insiden, kemampuan

belajar dari insiden dan tindaklanjut serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya resiko. Sasaran patient safety merupakan salah satu

point untuk syarat akreditasi yang diterapkan disemua rumah sakit. Pelaksanaan

akreditasi tersebut dilakukan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (DepKes,

2008).

Data Word Health Organization (WHO) (2009), menunjukan bahwa

selama lebih dari satu abad perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari

perawatan kesehatan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta

operasi dilakukan diseluruh dunia, satu untuk setiap 25 orang hidup. Tempat

pelaksanaan pembedahan disebut kamar operasi. Kamar operasi yaitu tempat

dilaksanakannya pembedahan baik elektif maupun emergency yang merupakan

bagian dari rumah sakit yang memiliki resiko terjadi insident salah lokasi, salah

prosedur, salah pasien operasi. Diperkirakan di Amerika Serikat kesalahan salah

sisi, salah prosedur dan salah pasien terjadi sekitar 1 dari 50.000-100.000 prosedur

yang dilakukan, jika dirata-rata sekitar 1500-2500 insiden terjadi setiap tahunnya.

Penelitian dari Siregar (2014) dengan total pasien operasi 345 orang,

didapatkan ada 134 responden yang harus dilakukan tindakan marking site pra

bedah. Total dilakukan pelaksanaan marking site yakni 33 responden (25,1%) dan

tidak dilakukan marking site 101 orang (74,9%).

2
Penelitian Hidayat (2015) sejumlah 685 responden dengan hasil sebesar

28,7% operasi ada penandaan dan 71,3% tidak ada penandaan lokasi operasi.

Untuk mengurangi kesalahan sisi, salah prosedur, dan salah pasien maka

dilakukan tindakan marking site (penandaan operasi). Marking adalah penandaan

dengan menggunakan spidol khusus untuk sayatan yang akan dituju saat

pembedahan. Asal mula marking mendapat perhatian dimulai pada era 1990

dimana The Canadian Orthopaedic Asosiation merekomendasikan memakai

spidol permanen untuk menandai daerah yang akan di insisi tahun 1994.

Di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango telah dilakukan

sosialisasi pelaksanaan penandaan operasi pra bedah. Dikarenakan selain untuk

kenyamanan dan keselamatan pasien serta merupakan syarat akreditasi dari

Komisi Akreditasi Rumah Sakit yang harus diterapkan di RSUD Toto Kabila

Kabupaten Bone Bolango. Untuk itu pelaksanaan marking site berawal dari pre

operasi di ruang perawatansampai pengecekan kembali di ruang penerimaan

Instalasi Bedah Sentral RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.

Studi pendahuluan yang dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Toto

Kabila Kabupaten Bone Bolango pada tanggal 29 November 2019 didapatkan

bahwa rumah sakit tersebut mempunyai jadwal operasi yang banyak.Dengan

jumlah pasien yang di jadwalkan operasi setiap hari rata-rata 4 sampai 5 orang

pasien. Jadi rata-rata pasien operasi selama satu bulan sebanyak 120-150 orang.

Hal ini berbanding terbalik dengan ketersediaan fasilitas serta keterbatasan tenaga

di rumah sakit tersebut. Instalasi Bedah Sentral RSUD Toto Kabila Kabupaten

Bone Bolango mempunyai 2 kamar operasi, dr. spesilis yang sering menggunakan

3
fasilitas kamar operasi ada 5 orang, tenaga scrub nurse 9 orang, perawat anestesi 3

orang dan administrasi 1 orang.

Setelah diadakan sosialisasi dan pelaksanaan marking site sampai sekarang

belum pernah ada kejadian salah lokasi operasi. Namun permasalahannya pada

pelaksanaan penandaan operasi. Beberapa dokter masih ada yang belum

melaksanakan penandaan operasi pra bedah sesuai dengan standar yang berlaku.

Penting kepada perawat baik perawat di unit rawat jalan, rawat inap, maupun

perawat ruang operasi untuk mengecek ulang pelaksanaan penandaan operasi,

apakah telah dilaksanakan atau belum. Hal ini masih terus dilakukan sosialisasi

agar pelaksanaan penandaan operasi harus terus dilakukan agar dapat

meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit terkait dengan keselamatan pasien.

Berdasarkan teori dan studi pendahuluan diatas dan menyadari betapa

pentingnya safety surgery pada kasus tindakan bedah terutama penandaan operasi

pada sign in dan identifikasi pre operasi untuk penandaan sebelum tindakan

bedah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Efektivitas Pelaksanaan Penandaan Operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD

Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango”

1.2 Tujuan Penelitian

Menganalisa “Efektivitas Pelaksanaan Penandaan Operasi di Instalasi Bedah

Sentral RSUD Toto Kabila Bone Bolango”

4
1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk mendukung perkembangan ilmu

keperawatan medikal bedah khususnya dalam menyusun asuhan keperawatan

pada pasien pre operasi penandaan operasi

1.3.2 Manfaat Praktis

1) Institusi

Hasil penelitian ini dapat membantu memberikan landasan bagi

pengembangan penelitian tentang efektivitas penandaan operasi di Instalasi Bedah

Sentral RSUD Toto Kabila Bone Bolango .

2) Perawat

Informasi dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi

perawat dalam memberikan tindakan mandiri dalam memprioritaskan keselamatan

pasien tentang penandaan operasi.

3) Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar dalam melaksanakan penelitian

lebih lanjut.

5
BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1. Kajian Mini Riset yang Relevan

1) Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2015), berjudul “gambaran

pelaksaaan pemberian tanda lokasi operasi pada pasien pre operasi di kamar

operasi IBS RSUP Dr. Sardjito” dengan penelitian deskriptif observasional

menyebutkan bahwa penandaan lokasi pre operasi terbanyak pada operasi

mata 85 penandaan dari 88 operasi atau 96,6%, gambaran penandaan lokasi

operasi pada pasien pre operasi sebagian besar organ lateral 163

responden dari 198 atau 82,3%. Penandaan lokasi IBS RSUP Dr.

Sardjito sebesar 28,7 % operasi ada penandaan dan 71,3 % tidak ada

penandaan. Kepada Direktur melalui komite staf medik bedah selalu

mensosialisasikan dan supervisi penandaan lokasi operasi untuk mencapai

salah satu sasaran keselamatan pasien yang lebih optimal.

2) Dalam jurnal penelitian Dwitasari (2016), mengenai evaluasi Pelaksanaan

Penandaan Operasi di Ruang OperasI RS PKU Muhammadiyah Unit II

Yogyakarta dengan metode campuran dengan eksplanensial sekuensial dari

total sampel observasi adalah 62 responden dan sampel wawancara adalah 6

responden. Data diperoleh dengan menggunakan observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa operasi penandaan 55%

dilakukan sesuai dengan SPO ada 12 operasi umum dan 22 operasi mata.

Pelaksana, langkah, dan bentuk penandaan situs adalah 100% dalam sesuai

dengan SOP. Tempat penandaan situs adalah 35,3% menurut SOP, alat yang

digunakan di situs marking adalah 47% sesuai dengan SOP. Implementasi

6
penandaan situs untuk menentukan situs yang tepat, benar prosedur, dan hak

pasien. Rekomendasi untuk pelaksanaan situs operasi penandaan yang

merupakan sosialisasi penanda situs, menciptakan budaya yang efektif,

mengubah SOP, peningkatan logistik, pendidikan pasien, dan satu penanda

untuk satu pasien.

3) Dibandingkan dengan jurnal hasil penelitian oleh Kambey (2017), berjudul

analisis penerapan keselamatan pasien pada pasien yang akan dilakukan

operasi di instalasi bedah sentral RSUP. Prof. Dr. R.D Kandou Manado

menggunakan metode kualitatif dengan Informan dalam penelitian ini

berjumlah 6 orang dengan teknik pemeriksaan melalui beberapa kegiatan

antara lain dengan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan Ketepatan

identifikasi Pasien menggunakan gelang identitas terdapat nama,

tanggal/bulan/tahun lahir, nomor medical record. Peningkatan komunikasi

yang efektif dilakukan oleh Tim Bedah dalam persiapan pembedahan.

Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert), obat-obatan

ditatah dalam ruang depo farmasi. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,

tepat-pasien operasi telah dilakukan sehari sebelum operasi yaitu penandaan

lokasi operasi (site marking) edukasi prosedur dan tujuan yang akan

dilakukan operasi. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

seperti melakukan hand higiene, sebelum melakukan tindakan pembedahan

Tim bedah mencuci tangan bedah dan melakukan prosedur aseptik dan

antiseptik. Pengurangan risiko pasien jatuh, semua pasien saat serah terima

7
masuk ruang operasi didorong menggunakan brandcart dengan pengaman,

saat pasien dimeja operasi menggunakan pengaman. mengemukakan

4) Jurnal hasil penelitian Pikkel (2014), tentang pentingnya penanndaan operasi

dalam mencegah kesalahan situs bedah mengemukakan bahwa 10 dokter

bedah katarak,12 ahli bedah rthopedic dan 6 dokter bedah THT berpartisipasi

dalam penelitian ini. Para ahli bedah diminta untuk mengisi kuesioner yang

termasuk data demografi mereka, kebiasaan kerja dan pendekatan mereka dan

penanganan pasien sebelum operasi. Pada hari operasi, ahli bedah diminta

untuk mengenali sisi operasi dari nama pasien saja. Pada tahap kedua

penelitian, ahli bedah diminta untuk mengenali sisi operasi sambil berdiri dua

meter jarak dari wajah pasien. Jawaban dokter bedah dibandingkan dengan sisi

operasi yang sebenarnya. Pasien kemudian menjalani prosedur "time out"

penuh, yang termasuk menandai lokasi operasi sebelum operasi. Dari total 67

pasien mata, 52 pasien ortopedi dan 26 pasien THT, ahli bedah

mengidentifikasi dengan benar sisi yang dioperasikan di 111 (76. 5%) dengan

nama dan 126 (87%) dengan melihat wajah pasien. Identifikasi sisi yang salah

berkorelasi dengan waktu yang telah berlalu dari pemeriksaan pra operasi

terakhir (p = 0,034). Jumlah operasi katarak yang dilakukan oleh ahli bedah

yang sama (pada hari yang sama) juga berkorelasi dengan jumlah identifikasi

yang salah (p = 0,001) dalam oftalmologi. Ahli bedah ortopedi lebih akurat

dalam mengidentifikasi penendaan yang dioperasikan Ahli bedah senior, usia

tidak berkorelasi dengan jumlah identifikasi yang salah.

8
5) Selain itu, jurnal dari Davis (2012), tentang duplikasi penandaan situs bedah

melaporkan bahwa kasus pembedahan di tempat yang salah adalah komplikasi

yang menghancurkan, dan penghindarannya membutuhkan kewaspadaan

tanpa kompromi. Komisi Gabungan Akreditasi Organisasi Kesehatan telah

memberi label operasi di tempat yang salah sebagai peristiwa sentinel dan

membutuhkan menandai situs bedah sebelum memulai operasi. Kami

menyajikan sebuah kasus yang melibatkan duplikasi dari tanda

preprocedure. Tinjauan lengkap atas rekam medis pasien mencegah bencana,

tetapi kasus ini menekankan perlunya perhatian terus-menerus oleh semua

anggota tim prosedural.

9
BAB III
METODE MINI RISET

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di ruangan Instalasi Bedah Sentral RSUD

Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.

3.1.2 Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2018.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif, yaitu penelitian yang

dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara umum masalah yang diteliti yang

dalam penelitian ini adalah efektivitas penandaan operasi di Instalasi Bedah

Sentral RSUD Toto Kabila Bone Bolango.

3.3 Peran Peneliti

Peneliti berperan sebagai instrumen utama sekaligus pengumpulan data.

Hal itu dilakukan karena jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan

mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam

penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian

terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Manusia sebagai alat sajalah

yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya

manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan.

manusia sebagai instrumen pulalah yang dapat menilai apakah kehadirannya

menjadi faktor pengganggu sehingga apabila terjadi hal yang demikian ia pasti

dapat menyadarinya serta dapat mengatasinya (Wijaya, 2013).

10
3.4 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini ada 6 yaitu jenis operasi, pelaksana penandaan

operasi, cara pelaksanaan penandaan operasi, bentuk penandaan operasi, tempat

pelaksanaan penandaan operasi, alat yang digunakan untuk penandaan operasi.

3.5 Data dan Sumber Data

Data primer didapatkan melalui observasi aktivitas staf kamar operasi

dengan mengamati time motion study khusus pada penandaan operasi oleh

operator. Data sekunder didapatkan melalui data laporan operasi setiap hari

pada bulan September, Oktober dan November tahun 2018. Jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 6 Partisipan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis data

Penelitian ini merupakan penilitian studi deskiptif dengan menggunakan

lembar observasi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data

primer dan sekunder (Suyanto, 2013). Data sekunder dilakukan dengan

mengambil data dari rekam medik ruangan sedangkan data primer diperoleh

langsung yang diisi oleh responden.

3.6.2 Instrumen data

Instrument dalam penelitian ini yaitu lembar observasi yang pertama

tentang penandaan operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Toto Kabila Bone

Bolango.

11
3.7 Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, dilanjutkan dengan pengolahan data dengan tahap

sebagai berikut (Suyanto, 2013):

1. Editing

Setelah data terkumpul peneliti memeriksa kelengkapan data menurut

karakteristiknya masing-masing, memeriksa karakteristik informan, kuisioner

checklist, dan kuisioner isian.

2. Coding

Data yang telah dikumpul diberi kode menurut jawaban responden, baik

data karakteristik informan, kuisioner checklist, dan kuisioner isian.

3. Entry data

Merupakan kegiatan memproses data untuk keperluan analisa data.

Kegiatan memproses data dilakukan oleh analisa peneliti dengan bantuan narasi

kalimat.

4. Tabulasi

Untuk memudahkan analisa data maka data dikelompokkan kedalam tabel

kerja, kemudian data dianalisis.

3.8 Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin

kepada kepala Bidang Keperawatan RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

untuk mendapatkan persetujuan, kemudian kuisioner diberikan kepada subjek

yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi:

12
1. Informed consent

Lembar persetujuan penelitian diberikan pada responden, tujuannya adalah

subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti

selama pengumpulan data. Subjek yang bersedia diteliti menandatangani lembar

persetujuan dan peneliti tidak memaksa serta tetap menghormati haknya.

2. Anonymity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak mencantumkan

nama subjek pada lembar pengumpulan data (kuisioner) yang diisi oleh subjek.

Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

dijamin oleh peneliti dan hanya informasi tertentu saja yang ditampilkan

(Suyanto, 2013).

13
3.9 Tahapan Penelitian

Alur dalam penelitian ini, sebagai berikut:

Mengurus perijinan Kepada Direktur RSUD


Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

Mendapat surat rekomendasi wawancara

Peneliti melakukan pendekatan dengan Staf


Kepala Ruangan IBS, Dokter dan Perawat

BHSP dengan Informan


TAHAP
PERSIAPAN
Menjelaskan maksud dan tujuan

Menanyakan kesediaan para partisipan


menjadi informan

Informan mengisi informed consent

Melengkapi data demografi

Melakukan kontrak waktu, tempat,


dan lamanya wawancara

14
DAFTAR PUSTAKA

Aweq, F. L., Ifantono, N., & Hakim, L. (2017). Efektifitas Standar Prosedur
Operasional Terhadap Penurunan Waktu Tunggu Operasi Elektif di
Rumah Sakit Umum. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah
Sakit, 6(2), 158-162.

Dwitasari, A., & Rosa, E. M. (2016). Evaluasi Pelaksanaan Penandaan Operasi di


Ruang OperasI RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta. Jurnal
Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit
Vol, 2(2), 1.

Davis, J. S., Karmacharya, J., & Schulman, C. I. (2012). Duplication of surgical


site marking. Journal of patient safety, 8(4), 151-152.

Hanchale, V. (2014). Wrong Site Surgery How Can We Stop It. Department
of Urology, York Teaching Hospitals NHS Foundation Trust.England

Hidayat, S., & Kurniawati, T. (2015). Gambaran Pelaksanaan Penandaan Lokasi


Operasidi Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta (Doctoral dissertation, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta).

Kementrian Kesehatan. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 012 Tahun 2012 tanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit. Jakarta.

Kambey, L. S., Rattu, J., & Panelewen, J. (2018). Analisis Penerapan


Keselamatan Pasien Pada Pasien Yang Akan Dilakukan Operasi Di
Instalasi Bedah Sentral Rsup Prof. Dr. Rd Kandou Manado. Community
Health, 2(4).

Pikkel, D., Sharabi-Nov, A., & Pikkel, J. (2014). The importance of side marking
in preventing surgical site errors. International Journal of Risk & Safety in
Medicine, 26(3), 133-138.

Suyanto. 2013. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:


Mulia Medika.

WHO. (2009). Guidelines for Safe surgery. Geneva: Safe Surgery Saves
Lives

15
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN


(Lembar informed)
Setelah saya membaca dan memahami isi dan penjelasan pada lembar
permohonan menjadi responden, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai
responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
Profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo, yaitu:

Nama : Dwinun Patriotik Yassin


NIM : 841 717 094

Judul : Efektivitas Pelaksanaan Penandaan Operasi di Instalasi Bedah


Sentral RSUD Toto Kabila Bone Bolango.

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan saya
maupun keluarga saya, sehingga saya bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.

Gorontalo, 2018
Peneliti Responden

(_____________________) (_____________________)

16
LEMBAR OBSERVASI

Karakteristik Responden

1. No Responden :

2. Inisial :

3. Umur :

4. Pendidikan :

5. Pekerjaan :

17
LEMBAR OBSERVASI

No
Melakukan Penandaan Tidak Melakukan Penandaan
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Dst.

18

Anda mungkin juga menyukai