Anda di halaman 1dari 15

PG 2018

1. Proses terapi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita. Pada
pelayanan farmasi dan komunitas, farmasis ikut terlibat dalam rasionalisasi terapi. Apa
dasar pemikiran yang rasional ?
a. Logika
b. Farmakologi
c. Farmakoterapi
d. Patofisiologi
e. Asuhan kefarmasian
Keterangan :

2. Clinical outcome adalah hasil yang diperoleh/dialami oleh penderita setelah melewati
proses terapi rasional dengan indikator : efikasi, terapi, kepuasan, status fungsional dan
biaya pengobatan. Diantara pilihan di bawah ini, komponen manakah yang termasuk
biaya yang tidak langsung medis ?
a. Biaya obat
b. Biaya laboratorium
c. Tranportasi ke tempat pelayanan
d. Kekhawatiran pasien
e. Transport karyawan
Keterangan :
- Biaya medis langsung : obat, alat kesehatan, test laboratorium, biaya rawat inap
- Biaya non medis tidak langsung : transportasi, makanan, mengurus keluarga
- Biaya medis tidak langsung : upah hilang karena sakit, upah hilang karena harus
mengurus yang sakit, upah hilang karena meninggal di usia muda.
- Biaya tak berwujud : rasa sakit, penderitaan, kedudukan, lingkungan
- Biaya tak terduga : kehilangan pemasukan, kehilangan kesempatan.

3. Salah satu tugas faramasis di RS adalah pemantauan terapi obat (PTO), data apa yang
merupakan indikator keberhasilan terapi pasien yang dapat diamati perbaikan diperlukan
untuk melakukan kegiatan tersebut ?
a. Data kadar obat dalam darah
b. Perubahan faal/fisiologi penederita
c. Obat telah dikonsumsi sesuai aturan pakai
d. Tidak ada efek samping obat
e. Keluhan keluarga pasien
Keterangan :

4. Seorang wanita memperoleh kelompok obat NSAID untuk mengatasi inflamasi yang
dideritanya dan saat ini pemberian NSAID masih tetap diberikan dengan frekuensi
pemberian yang dikurangi. Apa alasan yang tepat pengurangan dosis/frekuensi pemberian
NSAID ?
a. Efek samping
b. Interaksi obat
c. Nefrotoksisitas
d. Hepatotoksisitas
e. Efek rebound
Keterangan :
- Setiap obat memiliki efek samping. Penggunaan obat dalam jangka waktu yang
lama dikhawatirkan meningkatkan timbulnya efek samping. Sehingga, untuk
meminimalisir efek samping tersebut dapat dilakukan dengan pengurangan dosis
atau frekuensi pemberian obat.
- Nefrotoksisitas = kerusakan sel ginjal
- Hepatotoksisitas = kerusakan sel hati
- Efek rebound = efek yang timbul berlawanan pada kulit akibat zat-zat berbahaya.

5. Pasien Aminah (68 tahun) mendapat obat penenang, karena mengeluh sulit tidur. Bentuk
sediaan apa yang cocok untuk pasien geriatri ?
a. Tablet
b. Sirup
c. Supositoria
d. Injeksi
e. Serbuk
Keterangan :
Dipilih obat yang mudah dipahami penggunaannya
- Sirup, dikhawatirkan salah dosis (salah penggunaan sendok makan/teh)
- Supositoria, dikhawatirkan salah menggunakan/ salah cara pakai
- Injeksi, tidak dapat menggunakan secara sendiri (butuh bantuan)
- Serbuk, dikhawatirkan salah penggunaan, rasa yang pahit dikhawatirkan pasien
tidak patuh.

6. Tuan A (60 tahun) telah 5 tahun menjalani hemodialisis di RSUD. Akibat infeksi yang
diderita oleh tuan A, pilihan antibiotika yang tepat adalah golongan tetrasiklin.
Antibiotika mana yang aman untuk tuan A ?
a. Tetrasiklin
b. Doksisiklin
c. Ampisilin
d. Cepadroksil
e. Tiamfenikol
Keterangan :
- Tetrasiklin, memiliki dosis 250mg/6 jam dan memiliki kontraindikasi pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal
- Doksisiklin, memiliki dosis 200mg/hari, boleh digunakan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal. Dipilih doksisiklin karena interval penggunaan obat 1 kali
sehari, sehingga meningkatkan kepatuhan pasien.
- Ampisilin, merupakan antibiotika golongan penisilin
- Cepadroksil, merupakan antibiotika golongan sefalosproin
- Tiamfemikol, merupakan antibiotika golongan kloramfenikol

7. Hasil pemeriksaan nyonya M (25 tahun, hamil 7 bulan normal) dalam kehamilan 7 bulan
dengan kehamilan tidak bermasalah. Diperoleh data nilai CD4 = 250/mL. Dokter
spesialis kandungan memberikan paket obat ARV. Tindakan apa yang tepat dilakukan
oleh tim medis menghadapi kelahiran bayi nyonya M ?
a. Pasien dianjurkan segera dioperasi untuk melahirkan bayinya
b. Pasien dianjurkan melahirkan sesuai waktu partus tanpa operasi
c. Pasien dianjurkan melahirkan sesuai waktu partus dengan bantuan operasi
d. Pasien dianjurkan tetap memberikan ASI pada bayinya
e. Pasien dianjurkan tidak memberikan ASI pada bayinya
Keterangan :
CD4 merupakan jenis sel darah putih yang berfungsi menjaga kekebalan tubuh. CD4
normal berkisal 500-1600. Pasien dianjurkan tidak memberikan ASI pada bayinya
untuk meminimalisir kemungkinan bayi tertular HIV.

8. Wanita 60 tahun yang menderita hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Ia terobati dengan
tiazid 25mg/hari. Dosis penunjang telah diturunkan dua kali karena tekanan darah telah
kembali normal. Ia sering lupa minum obat. Menurut anda, apakah pengobatan pasien
pada kasus ini dapat dihentikan ?
a. Pengobatan dapat dihentikan, karena pasien menderita hipertensi ringan
b. Pengobatan dapat dihentikan, karena pasien lupa minum obat
c. Pengobatan belum dapat dihentikan, karena pasien lupa minum obat
d. Pengobatan belum dapat dihentikan, karena pasien menderita hipertensi
e. Pengobatan ditambah dengan obat antihipertensi lain
Keterangan :
Pasien hipertensi harus menjaga kestabilan tekanan darah. Pola hidup yang tidak
diubah / tidak sehat dan lupa minum obat, dapat memicu kembali terjadinya
hipertensi.

9. Pasien A pegawai swasta menderita komplikasi diabetes melitus dan dirawat di RS


dengan biaya BPJS-JKN dan mengeluarkan biaya pembelian obat yang tidak tertera pada
daftar obat BPJS. Selama dirawat, pasien A tidak dapat bekerja dan mendapat surat
keterangan sakit. Apa nama jenis biaya yang hilang akibat pasien A tidak dapat masuk
kerja ?
a. Direct medical cost
b. Indirect medical cost
c. Direct non-medical cost
d. Intangible cost
e. Opportunity cost
Keterangan :
- Biaya medis langsung : obat, alat kesehatan, test laboratorium, biaya rawat inap
- Biaya non medis tidak langsung : transportasi, makanan, mengurus keluarga
- Biaya medis tidak langsung : upah hilang karena sakit, upah hilang karena harus
mengurus yang sakit, upah hilang karena meninggal di usia muda.
- Biaya tak berwujud : rasa sakit, penderitaan, kedudukan, lingkungan
- Biaya tak terduga : kehilangan pemasukan, kehilangan kesempatan.

10. Neonatus dan bayi prematur memiliki kulit yang masih sangat sensitive serta
perkembangan enzim metabolisme belum sempurna. Sindrom/gejala apa yang akan
terjadi bila diberikan preparat kloramfenikol ?
a. Sindrom gray
b. Anemia aplastik
c. Sindrom steven johnson
d. Neurotoksisitas
e. Kernicterus
Keterangan :
- Menurut IONI, pada neonatus dapat menimbulkan grey baby syndrome.
- Anemia aplastik, merupakan gejala anemia yang disebabkan sumsum tulang
belakang berhenti memproduksi sel darah baru.
- Sindrom steven johnson, merupakan kelainan serius dan langka pada kulit,
membran mukosa, sekitar alat kelamin dan mata, akibat terjadi reaksi tubuh
terhadap obat atau terjadi infeksi.
- Neurotoksisitas, merupakan kerusakan sel ginjal
- Kernicterus, merupakan kerusakan obat yang disebabkan oleh penyakit kuning
pada bayi yang baru lahir.
11. B. Toleransi farmakodinamik
Karena terjadi adaptasi sel dan resptor terhadap obat sedangkan kalo toleransi
farmakokinetik terjadi akibat obat meningkatkan metabolismenya sendiri.
12. E. Nilai bersihan kreatinin
13. A. indometasin
Efek samping indometasin : sakit kepala atau vertigo, depresi,lelah,mual dan muntah,
selera makan berkurang, diare,tukak lambung
14. B.indometasin (termasuk NSAID bekerja dengan cara menghambat enzim yang
memproduksi prostaglandin yaitu zat yang menakibatkan peradangan)
15. A. 100-200
16. E zidovudin termasuk nrti (ritonovir gol pi)
17. C.obat imunosupresan
18. C.diare yang kronis
19. B. Klindamisin obat alternatif untuk toksoplasma pada penderita hiv ( asiklovir untuk
herpes, rifampisin untuk TBC)
20. A.viral load
21. A.nitrat (lini pertama untuk angina pectoris stabil)
22. B. Atorvastatin
23. A. merokok
24. E.rhabdomyolisis merupakan efek samping yang sering timbul krna penggunaan statin
(sebuah kondisi yang terjadi saat otot mengalami kerusakan. Kerusakan ini melepaskan
pigmen mioglobin dari otot ke dalam darah)
25. B. Simastatin karen memiliki efek samping memory loss atau menjadi mudh lupa
dibandingkan dengan gol statin lain, simavastatin resiko lebih tinggi
26. A. peningkatan kadar statin
27. A. peningkatan kadar LDL
28. A. tipikal
29. E dan B kalo yang atipikal bakterinya legionella pneuphila dan mycoplasma pneumonia
30. A. amoksilin (golongan beta laktam) diabsorbsi lebih baik dari pada ampicilin

31. a. Eritromisin dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari plasma


- Administrasi bersamaan antara loratadine dengan beberapa obat dapat menyebabkan
interaksi serius berupa peningkatan konsentrasi atau efek loratadine akibat hambatan enzim
CYP3A4.
32. a. tipikal
- terjadi konsolidasi pada satu lobus yaitu lobus kanan bawah bukan dikedua lobus
33. b. Streptococcus pneumoniae
- sputum berbau diakibatkan karna adanya abses pada paru yang disebabkan oleh bakteri
anaerob seperti Streptococcus pneumoniae
34. b. karies gigi
- faktor predisposisi adalah faktor pendukung penyebab penyakit
35. e. seftriakson
- seftriakson merupakan antibiotic gol sefalosporin generasi ketiga yang dapat digunakan
untuk pneumonia resisten Streptococcus pneumoniae
36. d. azitromisin
- penyebab pneumonia karna Hemophilus influenza (klikPDPI)
 TMP-SMZ
 Azitromisin
 Sefalosporin gen. 2 atau 3
 Fluorokuinolon respirasi
37. a. tingkat kinase keratin serum >10 kali diatas normal
38. e. angina pectoris stabil
- pasien mengalami nyeri dada kiri yang menjalar ke lengan, adanya depresi segmen ST
39. d. CK-MB
- CK-MB merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosis adanya kejadian
coroner akut selain dengan pemeriksaan EKG
40. e. profil lipid
- wanita paascamenopause mempunyai resiko PJK yg lebih besar dibanding sebelum
menopause, yang berarti wanita pascamenopause harus memperhatikan factor resiko lain
penyebab PJK, salah satunya adalah memonitor profil lipid

Soal Uraian (soal A)


1. a. -Virus HIV (Human Immunodefficiency Virus)
- Penyakit infeksius, seperti TB (Tuberkulosis) dan hepatitis
- Seseorang yang menjalani transplantasi organ yang mengonsumsi obat-obatan
imunosupresan
- Malnutrisi
b. Ada 2 cara pencegahan AIDS yaitu jangka pendek dan jangka panjang :
1. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Pendek
Upaya pencegahan AIDS jangka pendek adalah dengan KIE, memberikan informasi
kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga
dapat diketahui langkah-langkah pencegahannya.
Ada 3 pola penyebaran virus HIV :
1. Melalui hubungan seksual
2. Melalui darah
3. Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya
Ad.1. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Hubungan Seksual
HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang terbukti berperan dalam
penularan AIDS adalah mani, cairan vagina dan darah.
HIV dapat menyebar melalui hubungan seksual pria ke wanita, dari wanita ke pria dan dari
pria ke pria.
Setelah mengetahui cara penyebaran HIV melaui hubungan seksual maka upaya
pencegahan adalah dengan cara :
• Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efektif, namun tidak
mungkin dilaksanakan sebab seks merupakan kebutuhan biologis.
• Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual yang setia dan tidak
terinfeksi HIV (homogami)
• Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
• Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular AIDS.
• Tidak melakukan hubungan anogenital.
• Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual dengan kelompok
resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.
Ad.2. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Darah
Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS. Penularan AIDS melalui
darah terjadi dengan :
− Transfusi darah yang mengandung HIV.
− Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas pakai orang yang
mengidap HIV tanpa disterilkan dengan baik.
− Pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pakai orang yang mengidap virus HIV.
Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penularan melalui darah adalah:
− Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV dengan jalan memeriksa
darah donor. Hal ini masih belum dapat dilaksanakan sebab memerlukan biaya yang tingi
serta peralatan canggih karena prevalensi HIV di Indonesia masih rendah, maka
pemeriksaan donor darah hanya dengan uji petik.
− Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak menjadi donor darah.
Apabila terpaksa karena menolak, menjadi donor menyalahi kode etik, maka darah yang
dicurigai harus di buang.
− Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara baku setiap kali habis
dipakai.
− Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus disterillisasikan
secara baku.
− Kelompok penyalahgunaan narkotik harus menghentikan kebiasaan penyuntikan obat ke
dalam badannya serta menghentikan kebiasaan mengunakan jarum suntik bersama.
− Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)
− Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV.
Ad.3. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Ibu
Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus tersebut kepada janinnya.
Penularan dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan, pada waktu persalinan dan
sesudah bayi di lahirkan.
Upaya untuk mencegah agar tidak terjadi penularan hanya dengan himbauan agar ibu yang
terinfeksi HIV tidak hamil.
Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah merajalelanya AIDS
adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan kegiatan yang meningkatkan
norma-norma agama maupun sosial sehingga masyarakat dapat berperilaku seksual yang
bertanggung jawab.
Yang dimaksud dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab adalah :
a. Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali.
b. Hanya melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang setia dan tidak terinfeksi
HIV (monogami).
c. Menghindari hubungan seksual dengan wanita-wanita tuna susila.
d. Menghindari hubungan seksual dengan orang yang mempunyai lebih dari satu mitra
seksual.
e. Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin.
f. Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
g. Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS.
h. Tidak melakukan hubungan anogenital.
i. Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual.
Kegiatan tersebut dapat berupa dialog antara tokoh-tokoh agama, penyebarluasan
informasi tentang AIDS dengan bahasa agama, melalui penataran P4 dan lain-lain yang
bertujuan untuk mempertebal iman serta norma-norma agama menuju perilaku seksual
yang bertanggung jawab. Dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab diharapkan
mampu mencegah penyebaran penyakit AIDS di Indonesia.
c. Dasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis limposit T helper/inducer yang
mengandung marker CD4 (sel T4). Limfosit T4 merupakan pusat dan sel utama yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi-fungsi
imunologik. Menurun atau hilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena HIV secara
selektif menginfeksi sel yang berperan membentuk zat antibodi pada sistem kekebalan
tersebut, yaitu sel lymfosit T4. Setelah HIV mengikat diri pada molekul CD4, virus masuk
kedalam target dan ia melepas bungkusnya kemudian dengan enzim reverse transkriptase
ia merubah bentuk RNA agar dapat bergabung dengan DNA sel target. Selanjutnya sel
yang berkembang biak akan mengundang bahan genetik virus. Infeksi HIV dengan
demikian menjadi irreversibel dan berlangsung seumur hidup. Pada pasien yang terinfeksi
HIV, nilai pemeriksaan CD4 di bawah nilai normal akibat penurunan daya kekebalan tubuh
penderita.
d. Terapi antiretroviral sangat aktif (HAART) atau Highly Active Anti Retroviral Therapy
adalah suatu metode pengobatan yang dilakukan pada penderita HIV yang bertujuan
memperlambat perkembangan infeksi HIV ke AIDS dan meningkatkan kualitas hidup
penderita HIV. Terapi ini dilakukan dengan cara menggabungkan 2 atau 3 obat
antiretroviral.
Tujuan:
1) Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat
2) Memulihkan dan/atau memelihara fungsi imunologis (stabilisasi/ peningkatan sel CD4)
3) Menurunkan komplikasi akibat HIV
4) Memperbaiki kualitas hidup ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
5) Menekan replikasi virus secara maksimal dan secara terus menerus
6) Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV
Obat dan mekanisme kerja:
1) NRTI (Nucleoside Reverse Trancriptase Inhibitor)
Mekanisme kerja:
NRTI diubah secara intraseluler dalam 3 tahap penambahan 3 gugus fosfat) dan
selanjutnya berkompetisi dengan natural nukleotida menghambat RT sehingga perubahan
RNA menjadi DNA terhambat. Selain itu NRTI juga menghentikan pemanjangan DNA.
2) NNtRTI (Nucleotide Reverse Trancriptase Inhibitor)
Mekanisme kerja:
Mekanisme kerja NtRTI pada penghambatan replikasi HIV sama dengan NRTI tetapi
hanya memerlukan 2 tahapan proses fosforilasi.
3) NNRTI (Non-Nucleoside Reverse Trancriptase Inhibitor)
Mekanisme kerja:
Bekerjanya tidak melalui tahapan fosforilasi intraseluler tetapi berikatan langsung dengan
reseptor pada RT dan tidak berkompetisi dengan nukleotida natural. Aktivitas antiviral
terhadap HIV-2 tidak kuat.
4) PI (Protease Inhibitor)
Mekanisme kerja:
Protease Inhibitor berikatan secara reversible dengan enzim protease yang mengkatalisa
pembentukan protein yang dibutuhkan untuk proses akhir pematangan virus. Akibatnya
virus yang terbentuk tidak masuk dan tidak mampu menginfeksi sel lain. PI adalah ARV
yang potensial.
2. Jelaskan prinsip pemberian obat pada:
a. Pasien gangguan ginjal
1) Sedapat mungkin dipilih obat yang eliminasinya terutama melalui metabolisme hati, untuk
obatnya sendiri maupun untuk metabolit aktifnya
2) Hindari penggunaan golongan tetrasiklin untuk semua derajat gangguan ginjal (kecuali
doksisiklin dan minosiklin yang dapat diberikan asal fungsi ginjal tetap dimonitor), diuretik
merkuri, diuretik hemat K, diuretik tiazid, antidiabetik oral, dan aspirin
3) Gunakan dosis yang lebih rendah dari normal, terutama untuk obat-obat yang eliminasi
utamanya melalui ekskresi ginjal
b. Pasien gangguan saluran cerna
1) Hindarkan obat iritan (KCT, aspirin, NSAID lainnya) pada keadaan statis/hipomolitas saluran
cerna
2) Hindarkan sediaan lepas lambat dan sediaan salut enterik pada keadaan hiper maupun
hipomolitas saluran cerna
3) Berikan levodopa dalam kombinasi dengan karbidopa
4) Untuk obat-obat lain; dosisi harus disesuaikan berdasarkan respon klinik penderita
dan/atau bila perlu melakukan pengukuran kadar obat dalam plasma

Soal Uraian (Soal B)


1. Pertanyaan
1) Jelaskan algoritma penatalaksanaan SKA
1. Meningkatkan suplai oksigen dengan obat-obatan vasodilator, seperti Nitrat organic;
ACE inhibitor; golongan CCB
2. Menurunkan kebutuhan oksigen dengan obat-obatan beta-blocker
3. Mencegah serangan berulang dengan memodifikasi faktor resiko dengan obat-obatan
 HMgCo-A reductase (golongan statin untuk menurunkan kadar LDL). Contohnya
Rosuvastatin (Crestor); Atorvastatin (Lipitor)
 Mencegah proses agregasi platelet menggunakan aspirin dosis rendah. Contohnya
(Aspilet 80-150 mg untuk maintenance dan 325 mg untuk loading dose 3-7 hari);
clopidogrel (Plavix)
 Mencegah proses koagulasi dengan obat-obatan antikoagulan menggunakan Warfarin
dengan BM rendah. Contohnya Enoksaparin (Lovenox)
 Mengatasi rasa nyeri berat menggunakan analgetik kuat. Contohnya Morfin bolus IV
2.5 – 5 mg

2) Jelaskan penyelesaian kasus diatas berdasarkan metode SOAP!


a. Subjektif :
 pasien laki-laki
 usia 51 thn
 nyeri ulu hati
 dada terasa panas
 mual
 keringat dingin
 riwayat merokok
 bekerja lembur pada malam hari
 pasien merasa tidak ada riwayat penyakit hipertensi, jantung, dan diabetes
b. Objektif :
 Tekanan dara sistolik 70 mmHg/palpasi
 Nadi 50 x/menit
 Laju pernapasan 24 x/menit
 Suhu 35,5°C
 Pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan peningkatan hemoglobin,
leukosit
 Peningkatan kadar gula darah sewaktu
 Peningkatan kadar kolesterol total dan trigliserida
c. Assesment :
 Peningkatan kadar kolesterol total dan trigliserida menandakan hiperlipidemia,
 Adanya infeksi (peningkatan leukosit)
 Peningkatan kadar glukosa darah menandakan adanya DM
 berpotensi terkena SKA dilihat dari factor resikonya.
d. Planning :
 Diberikan obat antikolestrol (simvastatin)
 Infeksi diberikan antibiotic (amoxicillin 500 mg) 3xsehari,
 DM diberikan obat antidiabet
 Menunjukkan gejala SKA diberikan obat-obatan untuk SKA
2. a. gejala klinis sinusitis secara umum, adalah:
 Sakit kepala
 Demam dengan suhu 38°Celcius atau lebih
 Hidung tersumbat atau keluar cairan kuning kehijauan
 Nyeri pada bagian wajah dan terasa sakit ketika ditekan
 Kehilangan indera penciuman
 Napas berbau (halitosis)

Sinusitis akut Demam, sakit kepala, Ingus kental (bau), dahak (post nasal drip), Hidung tumpat

Nyeri pada lokasi sinus yang dikenai nyeri alih

Sinusitis Hidung sekret, → tumpat & bau


kronis
Nasofaring → PND

Faring → batuk malam / pagi, rasa tidak nyaman

Telinga → pendengaran (tuba Eutachius)

sinusitis diklasifikasikan menjadi Tiga, yakni:


 Sinusitis akut. Bila gejala berlangsung selama beberapa hari hingga 4 minggu.2.
 Sinusitis subakut. Bila gejala berlangsung selama 4 minggu hingga 3 bulan3.
 Sinusitis Kronis. Bila gejala berlangsung lebih dari 3 bulan
Beberapa gejala subjektif dibagi menjadi gejala sistemik dan gejala lokal, gejala sistemik yang
dimaksud adalah demam dan lesu Gejala lokal yang muncul adalah ingus kental danberbau, nyeri
di sinus, reffered pain (nyeri yang berasal dari tempat yang lain), yangbervariasi pada tiap sinus,
seperti sinusitis maksila terdapat nyeri pada kelopak mata dankadang-kadang menyebar ke
alveolus, sinusitis etmoid, rasa nyeri dirasakaan di pangkalhidung dan kantus medius, sinusitis
frontal, rasa nyeri dirasakan di seluruh kepala, sedangkansinusitis sphenoid, nyeri dirasakan di
belakang bola mata dan mastoid.Pada pemeriksaan beberapa gejala obyektif bisa didapatkan:
 Pembengkakan di daerah muka
 Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior , selaput permukaan konka merah dan Bengkak
 Pada rhinoskopi posterior terdapat lendir di nasofaring dan post nasal drip.

b. Penatalaksanaan sinustis
3. 1. Sebutkan kelompok yg beresiko tinggi pneumonia dan hubungkan dengan kasus di
atas

Jawab: 1. Anak dengan usia 2 tahun karena system imun yang belum sempurna

2. Pasien dengan penyakit jangka panjang yaitu HIV, bisa disebut pneumonia

Opportunistic

3. Sesak nafas

4. Batuk

3. 2. Jelaskan penyelesaian kasus berdasarkan SOAP

Subjektiv Objektiv Assesment Plan


1. BB = 8,5 kg - Indikasi tanpa obat -Di berikian terapi gizi
(gizi buruk)

2. Batuk Berdahak - Indikasi tanpa obat - Diberikan obat batuk


berdahak seperti
Gliserin guaikolat

3. Mencret ampas - Indikasi tanpa obat -Diberi kaolin pectin


berlendir

4. HIV - Pilihan obat tidak tepat -AZT +3TC+LTV

Anda mungkin juga menyukai