Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 1

Nama Kelompok :

1. Kumala A;yuninnata
2. Nur Afdhalia Surya
3. Qyan Fariska
4. Resta Tultuffia Sari

Kelas : XI Agama

Mata Pelajaran : Akidah Akhlak


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah karena atas rahmat,
nikmat, dan hidayah-Nya sehingga kami telah dapat menyusun makalah ini untuk
memenuhi tugas Akidah Akhlak yang diberikan oleh Ibu Bahjatussaniah S.Pd.I
kepada kami dengan materi “ Memahami Ilmu Kalam “ .

Kami yakin bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,dan kami


menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
dikarenakan kurangnya waktu dan keterbatasan pengetahuan kami, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca maupun ibu guru., agar
kedepannya makalah kami menjadi lebih baik dan sempurna.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi teman-
teman. Dan dimohon kepada ibu dan teman-teman untuk memberikan saran dan
kritik yang membangun, demi perbaikan penulisan lebih lanjut.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Pontianak, 22 Juli 2019

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan
a) Latar belakang ........................................................................ 1
b) Masalah .................................................................................. 1
c) Submasalah ............................................................................ 2
d) Tujuan penulisan ..................................................................... 2

Bab 2 Pembahasan
a) Pengertian Ilmu Kalam ............................................................ 3
b) Dasar Pembahasan Ilmu Kalam ............................................... 4
c) Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Kalam ............................... 5
d) Fungsi Ilmu Kalam .................................................................. 6
e) Sejarah Ilmu Kalam ................................................................. 6
f) Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu-Ilmu lain ....................... 10
g) Peranan Ilmu Kalam dalam kehidupan ................................... 14

Bab 3 Penutup
a) Kesimpulan ............................................................................ 14
b) Kritik atau Saran ..................................................................... 14
Daftar Pustaka ................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
a) Latar belakang

Sebagai salah satu Ilmu keislaman, Ilmu kalam sangat lah penting untuk
di ketahui oleh seorang muslim yang mana pembahasan dalam ilmu kalam ini
adalah pembahasan tentang aqidah dalam Islam yang merupakan inti
dasar agama. Memang, pembahasan pokok dalam Agama Islam adalah aqidah,
namun kenyataannya masalah pertama yang muncul di kalangan umat Islam
bukanlah masalah teologi, melainkan masalah di bidang politik, hal ini di dasari
dengan fakta sejarah yang menunjukkan bahwa, titik awal munculnya persolan
pertama ini di tandai dengan lahirnya kelompok-kelompok dari kaum muslimin
yang telah terpecah yang semuanya itu di awali dengan persoalan politik yang
kemudian memunculkan kelompok-kelompok dengan berbagai Aliran teologi
dan berbagai pendapat yang berbeda disetiap kelompoknya.

Dalam pembahasan Ilmu Kalam, kita dihadapkan pada berbagai macam


gerakan pemikiran-pemikiran besar yang kesemuanya itu dapat dijadikan
sebagai gambaran bahw aagama Islam telah hadir sebagai pelopor munculnya
pemikiran-pemikiran yang hingga sekarang semuanya itu dapat kita jumpai
hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan bahwa Agama Islam
bukanlah sesempit yang dipahami pada umumnya, karena Agama Islam
bersumber pada al-Quran dan As-Sunnah.

b) Masalah

1. Mencari dan mengkaji lebih dalam mengenai Pengertian Ilmu Kalam


2. Mencari dan mengkaji lebih dalam mengenai Dasar Pembahasan Ilmu
Kalam
3. Mencari dan mengkaji lebih dalam mengenai Ruang Lingkup Pembahasan
Ilmu Kalam
4. Mencari dan mengkaji lebih dalam mengenai Fungsi Ilmu Kalam
5. Mencari dan mengkaji lebih dalam mengenai Sejarah Ilmu Kalam
6. Mencari dan mengkaji lebih dalam mengenai Hubungan Ilmu Kalam
dengan Ilmu-Ilmu lain
7. Mencari dan mengkaji lebih dalam mengenai Peranan Ilmu Kalam dalam
Kehidupan

1
c) Sub masalah

1. Apa pengertian Ilmu Kalam?


2. Apa saja Dasar Pembahasan Ilmu Kalam?
3. Apa saja Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Kalam?
4. Apa saja Fungsi Ilmu Kalam?
5. Bagaimana Sejarah dari Ilmu Kalam?
6. Bagaimana Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu-Ilmu lain?
7. Bagaimana Peranan Ilmu Kalam dalam kehidupan?

d) Tujuan pembelajaran

1. Untuk mengetahui Pengertian dari Ilmu Kalam


2. Untuk mengetahui Dasar Pembahasan Ilmu Kalam
3. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Kalam
4. Untuk mengetahui Fungsi dari Ilmu Kalam
5. Untuk mengetahui Sejarah Ilmu Kalam
6. Untuk mengetahui Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu-Ilmu lain
7. Untuk mengetahui Peranan Ilmu Kalam dalam Kehidupan

2
BAB II

MEMAHAMI ILMU KALAM

A. Pengertian Ilmu Kalam

Secara bahasa Ilmu adalah suatu pengetahuan dan Kalam artinya


perkataan atau percakapan. Jadi, Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membicarakan
bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan (agama islam)
dengan bukti bukti yang yakin.

Selain itu, definisi Ilmu Kalam juga mempunyai banyak pendapat, antara lain:

1. Mushthafa Abdul Raziq


“Ilmu ini (Ilmu Kalam) yang berkaitan dengan akidah imani ini
sesungguhnya dibangun di atas argumen-argumen rasional atau ilmu yang
berkaitan dengan akidah isami ini bertolak atas bantuan nalar”.

2. Al-Farabi
“Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang membahas dzat dan sifat Allah
beserta eksistensi semua yang memungkinkan, mulai yang berkenaan dengan
masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang berlandasan doktrin islam.
Stressing akhirnya artinya memproduksi ilmu ketuhanan secara Filosofis”

3. Ibnu Kaldun
“Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang mengandung
berbagaiargumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil
rasional”

4. Menurut Syekh Muhammad Abduh


“Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat
yang wajib bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz bagi-Nya dan tentang sifat-sifat
yang ditiadakan dari-Nya dan juga tentang rasul-rasul Allah baik mengenai
sifat wajib, jaiz dan mustahil dari mereka”

5. Menurut Husain Tripoli


“ Ilmu Kalam ialah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan
kepercayaan-kepercayaan keagamaan agama Islam dengan bukti- bukti yang
yakin.”

3
6. Menurut Musthafa Abdul Razak
“Ilmu Kalam ialah ilmu yang berkaitan dengan akidah imani yang di bangun
dengan argumentasi-argumentasi rasional”

B. Dasar Pembahasan Ilmu Kalam

1. Al-Qur’an
Sebagai sumber ilmu kalam, Al Qur’an banyak menyinggul hal yang
berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya adalah :
a. Q.S Al Ikhlas [112]: 3-4. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak
beranak dan tidak diberanakkan, serta tidak sesuatupun di dunia ini
yang menyamai-Nya.
b. Q.S Asy Syura [42]: 7. Ayat ini menjelaskan bahwa Tuhan tidak
menyerupai apapun di dunia ini. Ia Maha mendengar dan Maha
Mengetahui.
c. Q.S Al Furqon [25]: 59. Ayat ini menjelaskan bahwa Tuhan yang
Maha Penyanyang bertahta diatas “Arsy”. Ia menciptakan langit dan
bumi dan segala sesuatu yang ada di antaranya.
d. Q.S Al Fath [48]: 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan memiliki
“tangan” yang selalu berada diatas tangan orang-orang yang
melakukan sesuatu selama mereka berpegang teguh pada ajaran
Allah.
a. Q.S An Nisa [4]: 125. Ayat ini menerangkan bahwa Tuhan
menueunkan aturan berupa agama. Seseorang akan dikatakan telah
melaksanakan aturan agama apabila melaksanakannya dengan
ikhlas karena Allah.
b. Q.S Ali Imran [3]: 83. Ayat ini menjelasakan bahwa Tuhan adalah
tempat kembali segala sesuatu, baik secara terpaksa maupun secara
sadar.
c. Q.S Al Anbiya [21]: 92. Ayat ini menjelaskan bahwa manusia dalam
berbagai suku, ras atau etnis dan agama apapun adalah umat Tuhan
yang satu. Oleh karena itu, semua umat dalam kondisi dan situasi
apapun harus mengarahkan pengabdiannya hanya kepada-Nya,
d. Q.S Al Hajj [22]: 78. Ayat ini menjelaskan bahwa seseorang yang
ingin melakukan suatu kegiatan yang sungguh-sungguh akan
dikatakan sebagai “jihad” apabila dilakukannya hanya karena Allah
SWT semata.

4
2. Al Hadits
Hadits Nabi pun banyak membicarakan masalah-masalah yang
dibahas dalam ilmu kalam. Keberadaan hadits Nabi yang berkaitan
dengan perpecahan umat, pada dasarnya merupakan prediksi Nabi dengan
melihat yang tersimpan dalam hati para sahabat. Oleh sebab itu, sering
dikatakan bahwa hadits-hadits seperti itu lebih dimaksudkan sebagai
peringatan bagi para sahabat dan umat Nabi tentang bahayanya
perpecahan dan pentingnya persatuan.

3. Pemikiran Manusia
Pemikiran manusia dalam hal ini, baik dalam pemikiran umat
Islam sendiri atau pemikiran yang berasal dari luar umat Islam. Keharusan
untuk menggunakan rasio ternyata mendapat pijakan dari beberapa ayat
Al Qur’an, diantaranya :
Artinya : “Maka tidakkah mereka menghayati Al Qur’an ataukah hati
mereka sudah terkunci.” ( Q.S. Muhammad [47]: 24 )

Adapun sumber ilmu kalam berupa pemikiran yang berasal dari luar
Islam dapat diklasifikasikan dalam dua kategori. Pertama, pemikiran non
muslim yang telah menjadi peradaban lalu ditransfer atau di asimilasikan
dengan pemikiran umat Islam. Proses transfer dan asimilasi ini dapat
dimaklumi karena sebelum Islam masuk dan berkembang, dunia Arab
atau timur tengah adalah suatu wilayah tempat diturunkannya agama-
agama samawi lainnya.Kedua, berupa pemikiran-pemikiran nonmuslim
yang bersifat akademis, seperti filsafat (terutama dari yunani), sejarah dan
sains.

4. Insting
Secara instingtif, manusia selalu ingin bertuhan. Oleh sebab itu
kepercayaan adanya tuhan telah berkembang sejak adanya manusia
pertama.

C. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Kalam

a) Mabda adalah hal hal yang berhubungan dengan Allah Subhanallahu


wata’ala. Dalam bagian ini termasuk pula bagian takdir.
Termasuk
b) Washilah adalah hal hal yang berhubungan dengan utusan Allah sebagai
perantara antara manusia dan Allah Subhanallahu wata’ala. Meliputi
malaikat,nabi/rasul, dan kitab kitab suci.
c) Ma’ad adalah hal hal yang berhubungan dengan hari yang akan datang.
Meliputi surga,neraka dan sebagainya.

5
D. Fungsi Ilmu Kalam

a) Untuk menolak akidah yang sesat dengan berusaha menghindari


tantangan-tantangan dengan cara memberikan penjelasan duduk
perkaranya. Selanjutnya membuat sesuatu garis kritik sehat berdasarkan
logika.
b) Memberikan penguatan landasan keimanan umat Islam melalui
pendekatan filosofis dan logis, sehingga kebenaran-kebenaran islam tidak
saja dipahami secara dogmatis(diterima apa adanya) tetapi bisa juga
dipaparkan secara rasional.
c) Menompang dan menguatkan sistem nilai ajaran islam yang terdiri dari
atas tiga pokok yaitu, imansebagai landasan akidah, islam sebagai
manifestasi syariat, ibadah dan muamalah, serta insan sebagai aktualitasi
akhlak.
d) Menjawab problematika penyimpangan teologi agama lain yang dapat
merusak akidah umat islam, khususnya ketika islam bersinggungan
dengan teologi agama lain dalam masyarakat yang heterogen (berbeda-
beda)

E. Sejarah Ilmu Kalam


1) Latar Belakang
Persoalan yang pertama-tama timbul dalam Islam terutama setelah
Rasulullah saw. wafat adalah persoalan politik yang akhirnya meningkat
menjadi persoalan teologi. Untuk memperjelas hal ini, perlulah kita untuk
kembali sejenak ke dalam sejarah Islam khususnya fase perkembangan Islam
yang pertama.
Ketika Nabi Muhammad saw. mulai menyiarkan ajaran-ajaran Islam
yang beliau terima dari Allah swt. di Mekkah, kota ini menjadi kota dagang
karena terletak ditengah-tengah garis perjalanan dagang dari Timur ke
Syiria. Dari dagang transit ini, Mekkah menjadi kaya. Dagang di kota ini
dipegang oleh suku Quraisy yang sangat berpengaruh sehingga mereka pula
yang menguasai pemerintahan. Dalam menjalankan pemerintahan, mereka
membuat suatu Majlis yang beranggotakan kepala-kepala suku yang ada di
Mekkah. Jadi, dapat diperhatikan bahwa solidaritas mereka cukup kuat
dalam menjaga kepentingan-kepentingan mereka. Begitu pulalah keteguhan
mereka dalam melakukan perlawanan terhadap Nabi Muhammad saw. dan
pengikutnya, sehingga beliau dan pengikutnya hijrah ke Yasrib di tahun 622
M.

6
Di Mekkah, Nabi Muhammad hanya sebagai pemuka agama,
sedangkan di Yasrib selain menjadi pemuka agama beliau juga menjadi
pemimpin negara. Beliaulah yang mendirikan kekuasaan politik yang
dipatuhi di kota ini. Ketika beliau wafat tahun 632 M daerah kekuasaan
Madinah bukan hanya terbatas pada kota itu saja, tetapi boleh dikatakan
meliputi seluruh Semenanjung Arabia. Negara Islam di waktu itu, seperti
digambarkan oleh W.M. Watt, telah merupakan kumpulan suku-suku bangsa
Arab, yang mengikat tali persekutuan dengan (Nabi) Muhammad dalam
berbagai bentuk, dengan masyarakat Madinah dan mungkin juga masyarakat
Mekkah sebagai intinya.
Islam sendiri, seperti kata R. Strothmann, disamping merupakan sistem
agama juga merupakan sistem politik, dan Nabi Muhammad di samping
Rasul telah pula menjadi seorang ahli. Jadi, wajar saja ketika Rasulullah
wafat, selain penguburan Rasulullah, umat Islam sibuk memikirkan
pengganti Nabi Muhammad sebagai kepala negara atau disebut juga khilafah.
Dengan berbagai permusyawarahan dipilihlah Abu Bakar Ash-
Shiddiq (632-634 M) sebagai pengganti Rasulullah. Setelah beliau wafat,
kemudian digantikan oleh Umar bin Khattab (634-644 M), dan selanjutnya
digantikan oleh Usman bin ‘Affan (644-656 M). Masalah politik yang
akhirnya menimbulkan permasalahan teologi atau ilmu kalam ini diawali
oleh peristiwa terbunuhnya khalifah Usman bin ‘Affan. Khalifah Usman
termasuk dalam golongan pedagang Quraisy yang kaya raya. Keluarga
beliau pun merupakan orang yang karena pengalaman dagang mereka,
mempunyai pengetahuan tentang administrasi yang bermanfaat dalam
memimpin administrasi daerah-daerah di luar semenanjung Arabia yang
bertambah banyak masuk ke bawah kekuasaan Islam.
Oleh karena itu, Usman mengganti semua gubernur yang telah diangkat
oleh Umar bin Khattab dengan keluarganya. Tindakan yang beliau lakukan
ini mendapat banyak tantangan dari berbagai kalangan sehingga muncul
golongan yang tidak menyukai beliau, termasuk dari Mesir karena
dijatuhkannya ‘Umar bin Al-‘As yang digantikan oleh ‘Abdullah ibn Sa’ad
Ibn Abi Sarh salah seorang anggota keluarga Usman. Golongan dari Mesir
inilah yang akhirnya membunuh beliau.
Setelah ‘Usman wafat ‘Ali adalah calon terkuat untuk mejadi khalifah
keempat dan kemudian diba’iat oleh beberapa sahabat, meskipun ada
sebagian golongan yang tidak setuju dengan pengangkatan Ali bin Abi
Thalib (656-661 M). Setelah menjalankan pemerintahan tetap ada beberapa
golongan yang tidak menyukai beliau. Salah satu faktor mereka menentang
yaitu karena penundaan Qisas terhadap pembunuh khalifah Usman, sebagian
ulama berbpendapat bahwa Ali belum mau melakukannya karena belum
pasti siapa pelakunya.

7
Di antara golongan yang menentang Ali yaitu Aisyah, Thalhah dan
Zubair, sehingga terjadi perang Jamal yang dimenangkan oleh Ali.
Kemudian pertentangan juga dilakukan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan yang
merupakan kerabat khalifah Usman dan juga Gubernur Damaskus, sehingga
terjadi Perang Shiffin yang hampir dimenangkan oleh Ali. Namun, ketika
Ali hampir menang, ‘Amr bin ‘Ash dari pihak Muawiyah meminta
melakukan perdamaian dengan mengangkat Al-Qur’an ke atas.
Sebagian Qurra’ yang ada di pihak Ali mendesak untuk menerima
perdamaian (arbitrase) itu, sehingga Ali menerimanya. Akhirnya pada hari
yang ditentukan, mereka kedua pihak sepakat untuk mengirim utusan, yakni
di pihak Ali yaitu Abu Musa Al’Asy’ari, dan di pihak Muawiyah yaitu ‘Amr
bin ‘Ash untuk melakukan arbitrase tersebut.
Dalam kesepakatan dikatakan bahwa kedua belah pihak meletakkan
jabatannya dan kemudian langsung dipilih oleh umat Islam siapa yang paling
berhak menjadi khalifah. Tapi karena kelicikan ‘Amr bin ‘Ash, Abu Musa
Al-‘Asy’ari dipersilahkan untuk memulai duluan karena usianya lebih tua
untuk mengumumkan peletakan jabatan Ali bin Abi Thalib. Tapi kemudian
‘Amr bin ‘Ash tidak menjalankan arbitrase itu sesuai kesepakatan, dia
menolak peletakan jabatan Muawiyah bin Abi Sufyan, dan dengan begitu
Muawiyah pun menjadi khalifah secara ilegal.
Setelah peristiwa ini, banyak orang Islam yang terbagi menjadi beberapa
golongan. Di antaranya orang yang tidak puas dengan keputusan Ali untuk
melakukan arbitrase yang dinamakan kaum Khawarij, kemudian mereka
yang tetap mendukung Ali dinamakan kaum Syi’ah, dan mereka yang tetap
menjadi pengikut Muawiyah. Setelah arbitrase ini, kaum Khawarij
memandang bahwa Ali dan juga Muawiyah adalah orang yang bersalah dan
berbuat dosa, sehingga mereka berusaha untuk membunuh keduanya.
Namun, usaha untuk membunuh Muawiyah tidak berhasil dan usaha
membunuh Khalifah Ali berhasil. Khalifah Ali terbunuh oleh Abdurrahman
ibn Muljam. Dan setelah itu dengan beberapa proses akhirnya Muawiyah
mendapat pengakuan umat Islam sebagai Khalifah.
Hal-hal yang terjadi pada masa sahabat ini sangat berpengaruh pada
perkembangan tauhid, terutama lahir dan tumbuhnya aliran-aliran teologi
dalam Islam. Aliran-aliran inilah yang pada akhirnya membicarakan
beberapa persoalan teologis yaitu status dan nasib pelaku dosa besar,
perbuatan manusia dan kaitannya dengan perbuatan tuhan, sifat-sifat tuhan,
dan lain sebagainya. Persoalan-persoalan inilah yang dikemudian hari
menjadi materi atau pembahasan dalam Ilmu Kalam dan aliran-aliran teologi
yang lahir dalam Islam merupakan paham yang timbul akibat perbedaan cara
memahami materi atau pembahasan tersebut.

8
2) Firqah Ilmu Kalam

a) Khawarij
Golongan yang keluar dari barisan pendukung Ali, menentang Ali dan
Muawiyah. Khalifah tidak sah, kecuali melalui pemilihan bebas diantara
kaum muslimih. Oleh karenanya mereka menolak pandangan bahwa khalifah
harus dari suku quraisy.
b) Murjiah
Golongan yang timbul pada saat pertikaian anatara Ali, khawarij dan
golongan Mu’awiyah. Golongan ini bersifat netral tidak memihak salah satu
golongan ini. Ajaran mereka yaitu orang yang melakukan dosa besar maupun
kecil tidak dihukumi kafir tetapi tidak juga mukmin. Melainkan dikembalikan
kpd Allah subhannallhu wata’ala.
c) Jabariyah
Golongan yang timbul bersamaan dengan Qadariyah yaitu timbul karena
menentang kebijakan politik Bani Umayyah yang dianggap kejam. Ajaran
mereka yaitu apapun yang dilakukan manusia baik dan buruk adalah terpaksa
karena semua yang dilakukan manusia telah diatur oleh Allah.
d) Qodariyah
Pertumbuhan golongan ini karena pertentangan terhadap kebijakan Bani
Umayyah yang snagat kejam. Ajaran mereka yaitu Allah itu adil maka Allah
akan menghukum orang orang yang berbuat jahat dan memberi kebaikan
kepada orang yang berbuat baik.

F. Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu-Ilmu Lain

1) Hubungan Ilmu Kalam Dengan Filsafat Islam


Banyak para ahli yang berpendapat bahwa ilmu kalam dan filsafat Islam
memiliki hubungan karena pada dasarnya ilmu kalam adalah ilmu
ketuhanan dan keagamaan. Sedangkan filsafat Islam adalah pembuktian
intelektual.
Seperti halnya Dr. Fuad Al-Ahwani dalam bukunya filsafat Islam tidak
setuju kalau sama dengan ilmu kalam. Karena ilmu kalam dasarnya adalah
keagamaan atau ilmu agama. Sedangkan filsafat merupakan pembuktian
intelektual. Obyek pembahasannya bagi ilmu kalam berdasar pada Allah
swt. Dan sifat-sifatnya serta hubungannya dengan alam dan manusia yang
berada di bawah syari’at-Nya.
Obyek filsafat adalah alam dan manusia serta pemikiran tentang
prinsip wujud dan sebab-sebabnya. Seperti filosuf Aristoteles yang dapat
membuktikan tentang sebab pertama yaitu Allah. Tetapi ada juga yang
mengingkari adanya wujud Allah swt. Sebagaimana aliran materialisme.

9
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya ilmu kalam dan filsafat
tidak memiliki hubungan karena obyek kajiannya berbeda. Kalam obyek
kajiannya lebih mendasar pada ketuhanan sedangkan filsafat Islam objek
kajiannya tentang alam manusia yang berada pada syari’atnya.

2) Hubungan Ilmu Kalam Dengan Tasawuf


Ilmu kalam adalah disiplin ilmu keIslaman yang banyak mengedepankan
pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Persoalan-
persoalan kalam ini biasanya mengarah sampai pada perbincangan yang
mendalam dengan dasar- dasar argumentasi, baik rasional (aqliyah)
maupun naqliyah. Argumentasi yang dimaksudkan adalah landasan
pemahaman yang cenderung menggunakan metode berpikir filosofis,
sedangkan argumentasi naqliyah biasanya bertendensi pada argumentasi
berupa dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits.
Pembicaraan materi-materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan
tidak menyentuh rasa rohaniah. Sebagai contoh, ilmu kalam menerangkan
bahwa Allah bersifat Sama’, Bashar, Kalam, Iradah, Qudrah, Hayat, dan
sebagainya. Namun, ilmu kalam tidak menjelaskan bagaimana seorang
hamba dapat merasakan langsung bahwa Allah mendengar dan melihatnya,
bagaimana pula perasaan hati seseorang ketika membaca Al-Qur’an,
bagaimana seseorang merasa bahwa segala sesuatu yang tercipta
merupakan pengaruh dari kekuasaan Allah ? Pernyataan-pernyataan diatas
sulit terjawab hanya dengan berlandaskan pada ilmu kalam.
Biasanya, yang membicarakan penghayatan sampai pada penanaman
kejiwaan manusia adalah ilmu Tasawuf. Disiplin inilah yang membahas
bagaimana merasakan tidak saja termasuk dalam lingkup hal yang
diwajibkan. Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan definisinya,
kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya.
Sementara pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode
praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman. Sebagaimana
dijelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari kemunafikan. Semua itu
tidak cukup hanya diketahui batasan-batasannya oleh seseorang. Sebab
terkadang seseorang sudah tahu batasan-batasan kemunafikan, tetapi tetap
saja melaksanakannya.
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu Tasawuf mempunyai
fungsi sebagai berikut :
1) Sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam.
Penghayatan yang mendalam lewat hati terhadap ilmu kalam
menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku.
Dengan demikian, ilmu Tasawuf merupakan penyempurna ilmu kalam.

10
2) Berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-
perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam
dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan
rasional disamping muatan naqliyah, ilmu kalam dapat bergerak kearah
yang lebih bebas. Disinilah ilmu Tasawuf berfungsi memberi muatan
rohaniah sehingga ilmu kalam terkesan sebagai dialektika keIslaman
belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan hati.

3) Hubungan Ilmu kalam dengan Fiqih dan Ushul Fiqih


Menurut Abu Hanifah hokum islam (Fikih) terbagi kedalam dua yaitu Fiqih
Al-akbar dan Fiqih Al-Asghar, Fiqih al-Akbar merupakan keyakinan, pokok
agama, ketauhidan sedangkan fiqih al-Asghar adalah cabang agama berupa
cara-cara beribadah seperti muamalah. Dari pendapat Abu Hanifah bahwa
adanya hubungan antara ilmu kalam dengan fiqih. Ilmu kalam membahas soal-
soal dasar dan pokok, pandangan lebih luas, tinjauan dapat memberi sikap
toleran, member keyakinan yang mendalam berdasarkan pada landasan yang
kuat sedangkan Fiqh membahas soa furu’ atau cabang dan ranting,
pandangannyapun lebih detai dan rinci.
Dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat al-Quran yang berkenaan
dengan hokum diperlukan ijtihad yaitu suatu usaha dengan mempergunakan
akal dan prinsip kelogisan untuk mengeluarkan ketentuan hokum dari
sumbernya. Misalnya adalah qiyas yaitu menyamakan hokum sesuatu yang
tidak ada nask hukumnya dengan hokum sesuatu yang lain atas dasar
persamaan illat. Dalam menentukan persamaan diperlukan pemikiran. Artinya,
pertimbangan akal diniai lebih baik bagi kehidupan masyarakat dan
perorangan.
Aliran-aliran teologi dalam islam semuanya memakai akal dalam
menyelesaikan persoalan teologinya dan berpedoman kepada wahyu, yang
membedakannya yatu dalam derajat kekuataan yang diberikan kepada akal dan
dalam interpretasi mengenai teks al-Quran dan Hadits. Teolog yang
berpendapat akal memiliki daya yang kuat memberi interpretasi yang liberal
mengenai teks ayat al-Quran dan hadits (terikat ayat qath’i) sehingga
dinamakan teologi liberal yang bebas berkehendak (contoh:mu’tazilah) yang
berpegang teguh pada logika namun sukar ditangkap golongan awam dan
Teolog yang berpendapat akal memiliki daya yang lemah memberi interpretasi
harfi/dekat mengenai teks ayat al-Quran dan hadits (terikat ayat zanni).
Sehingga dinamakan teologi tradisional yang terbatas dalam berkehendak
(contoh: as’ariyah) yang berpegang pada arti harfi dan kurang menggunakan
logika namun mudah diterima kaum awam. Begitupun madzhab-madzhab
dalam fiqih adanya perbedaan dikarenakan kemampuan akal dalam
menginterpretasikan teks Al-Quran dan Hadits.

11
G. Peranan Ilmu Kalam dalam Kehidupan
1) Memahami kembali makna ajaran islam dengan argumen logika yang
benar.
2) Memahami keberagaman keyakinan dengan sikap toleran.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ilmu Kalam adalah salah satu Ilmu kajian Islam yang didalamnya
membahas mengenai aspek ketuhanan dan di dalam kajian-kajian tersebut berisi
argumen-argumen rasional dalam arti menggunakan dalil-dalil ‘aqliyah untuk
membela aqidah-aqidah imannya dengan bukti yang yakin.
Pada dasarnya, Ilmu Kalam muncul sejak terjadinya peristiwa al Fitnah al
Kubra yakni ketika terbunuhnya Khalifah Usman, tetapi ilmu kalam mulai
bentuknya yang definisi sejak masa pertumbuhannya yang ditandai dengan
masuknya filsafat Yunani. Dalam sejarah mula-mula muncul Ilmu Kalam pada
masa Khalifah Al-Makmun dari Daulah Abbasiyah dan diciptakan oleh Kaum
Mu’tazilah. Alasan dinamakan Ilmu Kalam karena masalah yang paling
menonjol adalah mengenai salah satu sifat Allah.
Dalam perkembangannya ilmu kalam merupakan respon terhadap
diaspora filsafat yunani dan ilmu kalam menjadi bukti adanya sense of social
dari para pemikir islam. Dan dalam perkembangannya juga meliputi faktor
internal yang mengundang perbedaan pendapat, sehingga mengajak umat untuk
berfikir dan juga meliputi faktor eksternal yang berupa filsafat Yunani dan juga
paham-paham keagamaan non Islam tertentu yang mempengaruhi sebagian
paham agama Islam.

B. KRITIK / SARAN
Melalui makalah ini kami berharap semoga dapat lebih mempermudah
dalam memahami pembahasan yang ada dalam mata kuliah Ilmu Kalam
ini, selain itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila masih terdapat
kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah ini, untuk
itu kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca, untuk kesempurnaan
dari makalah kami ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://www.seputarpengetahuan.com/2015/11/pengertian-ilmu-kalam-menurut-para-
ahli-ruang-lingkupnya.html

http://media.isnet.org/islam/Paramadina/Doktrin/Kalam1.html

https://didanel.wordpress.com/2010/12/28/faktor-faktor-timbulnya-imu-kalam/

http://dingklikkelas.blogspot.co.id/2014/03/sejarah-ilmu-kalam.html

http://www.seputarpengetahuan.com/2015/11/pengertian-ilmu-kalam-menurut-para-
ahli-ruang-lingkupnya.html

http://media.isnet.org/islam/Paramadina/Doktrin/Kalam1.html)

https://didanel.wordpress.com/2010/12/28/faktor-faktor-timbulnya-imu-kalam/

13

Anda mungkin juga menyukai