PENDAHULUAN
1
2. Bagaimana hubungan antara Bani Umaiyah dengan Bani Hasyim setelah
datang Agama Islam ?
3. Siapa saja khalifah Bani Umaiyah ?
4. Bagamimana perluasan wilayah dakwah pada masa Bani Umaiyah ?
5. Apa faktor yang menyebabkan Dinasti Bani Umaiyah lemah dan
membawanya kepada kehancuran ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
memimpin armada besar menyerbu kota Konstantinopel, walaupun pada waktu
itu tidak berhasil.
Mu’awiyah berhasil mendirikan Bani Umaiyah tidak karena kemenangan
diplomasi di Perang Siffin dan terbunuhmya Khalifah Ali. Sejak semula
gubernur Syria itu memiliki basis yang solid sebagai landasan pembangunan
politiknya di masa depan. Basis yang solid itu berupa dukungan yang kuat dari
rakyat Syria dan keluarga Bani Umaiyah sendiri. Syria yang lama diperintah
oleh Mu’awiyah mempunyai pasukan yang kokoh, terlatih, dan disiplin.
Mu’awiyah bekerja sama dengan bangsawan kaya Mekah yang masih memiliki
sumber daya alam yang melimpah. Ditambah lagi Mesir yang berhasil dirampas,
maka sumber-sumber kemakmuran bertambah bagi Mu’awiyah.
Mu’awiyah sangat bijaksana dalam menempatkan para pejabatnya.
Orang-orang seperti Amr bin Al-Ash, Mughirah bin Syu’bah, dan Ziyad bin
Abihi adalah politikus yang sangat mengagumkan di kalangan muslim Arab.
Sebelum masuk Islam, Amr bin Al-Ash dikagumi oleh bangsa Arab karena
kecakapannya sebagai mediator untuk menyelesaikan perselisihan. Setelah
menjadi muslim, hanya beberapa bulan menjelang penaklukan Mekah, Nabi
memanfaatkan kepandaiannya itu dengan mengangkatnya sebagai pemimpin
militer diplomat. Tokoh besar ini dikenang sebagai penakluk Mesir pada zaman
Umar dan menjabat sebagai gubernur yang pertama di wilayah itu. Sejak
wafatnya Khalifah Usman, Amr mendukung Mu’awiyah dan ia ditunjuk sebagai
penengah dalam peristiwa Tahkim. Selanjutnya, Mughfirah bin Syu’bah adalah
seorang politikus yang diangkat sebagai gubernur Kufah yang meliputi wilayah
Persia bagian utara. Kesuksesan besar yang dapat dicapai Mughhirah adalah
menciptakan situasi yang aman dan mampu meredam gejolak penduduk Kufah
yang sebagian besar merupakan pendukung Ali. Adapun Ziyad bin Abihi adalah
pemimpin kharismatik yang ditetapkan oleh Mu’awiyah untuk memangku
jabatan sebagai gubernur Bashrah yang mencakup Persia Selatan. Sikapnya
tegas, adil, dan bijaksana sehingga senantiasa mampu mengendalikan provinsi
bagian timur itu yang dikenal rawan. Mu’awiyah memiliki kemampuan
menonjol sebagai negarawan sejati. Tokoh seperti Mu’awiyah dapat mengambil
keputusan, meskipun ada tekanan.
4
Gambaran dari sifat mulia tersebut dalam diri Mu’awiyah tampak dalam
keputusannya yang berani memaklumkan jabatan khalifah secara turun-temurun.
Situasi ketika Mu’awiyah naik ke kursi kekhalifahan mengundang banyak
kesulitan. Anarkisme tidak dapat lagi dkendalikan dengan agama dan moral,
sehingga hilanglah persatuan umat. Persaudaraan yang sudah terjalin akhirya
rusak oleh peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman yang perang saudara pada
masa pemerintahan Khalifah Ali. Dengan menegakkan wibawa pemerintahan
serta menjamin integritas kekuasaan di masa-masa yang akan datang,
Mu’awiyah dengan tegas menyelenggarakan suksesi yang damai dengan
pembaiatan putranya, Yazid, beberapa tahun sebelum ia meninggal dunia.3
5
timbul suatu peribahasa yang diucapkan terhadap orang yang tiada memegang
peranan dalam sesuatu peristiwa, yaitu :
Bani Umaiyah itu pada hakekatnya dari semula telah mengingini jabatan
Khalifah itu, tetapi mereka belum mempunyai harapan untuk mencapai cita-cita
itu pada masa Abu Bakar dan Umar. Dan setelah Umar kena tikam, dan ia
6
menyerahkan permusyawaratan untuk memiliki Khalifah yang baru kepada
enam orang sahabat, diantaranya adalah Usman, diwaktu itulah baru muncul
harapan besar bagi Bani Umaiyah, dan mereka selalu menyokong pencalonan.
Usman secara terang-terangan, dan akhirnya Usman terpilih. Semenjak itu
mulailah Bani Umaiyah meletakkan dasar-dasar untuk menegakkan “Khalifah
Umawiyah”, sehingga dikatakan bahwa, Khalifah Umawiyah itu pada
hakekatnya telah dimulai sejak pengangkatan Usman menjadi Khalifah. Dan
dimasa pemerintahan Usman inilah Mu’awiyah mencurahkan segala tenaganya
untuk memperkuat dirinya, dan menyiapkan daerah Syam untuk dapat menjadi
pusat kekuasaan Islam di masa yang akan datang.
7
cabang yang kedua itu. Adapun khalifah-khalifah dari cabang pertama hanyalah
Mu’awiyah , puteranya Yazid, dan cucunya Mu’awiyah II.
6.Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), h. 42
8
Adapun urutan khalifah Umaiyah adalah sebagai berikut :
1. Muawiyah I bin Abi Sufyan 41-60H/661-679M
2. Yazid I bin muawiyah 60-64H/679-683M
3. Muawiyah II bin Yazid 64H/683M
4. Marwan I bin Hakam 64-65H/683-684M
5. Abdul Malik bin Marwan 65-86H/684-705M
6. Al-Walid I bin Abdul Malik 86-96H/705-714M
7. Sulaiman bin Abdul Malik 96-99H/714-717M
8. Umar bin Abdul Aziz 99-101H/717-719M
9. Yazid II bin Abdul Malik 101-105H/719-723M
10. Hisyam bin Abdul Malik 105-125H/723-742M
11. Al-Walid II bin Yazid II 125-126H/742-743M
12. Yazid bin Walid bin Malik 126H/743M
13. Ibrahim bin Al-Walid II 126-127H/743-744M
14.
Marwan II bin Muhammad 127-132H/744-750M.7
Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali dilanjutkan
kembali oleh dinasti ini. Dizaman Mu’awiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Di
sebelah timur, Mu’awiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungan
Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-
9
serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang
dilakukan Mu’awiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd al-Malik. Dia
mengirim tentara menyebrangi sungan Oxus dan dapat berhasil menaklukan
Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan
sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab
sampai ke Maltan.
10
Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang Pakistan, Purkmenia, Uzbek,
dan Kirgis di Asia Tengah.
10 . Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam ,(Jakarta : Rajawali Pers, 2010),h. 44.
11
setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein
ibn Ali dan Abdullah ibn Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi’ah (pengikut Ali)
melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali. Perlawanan terhadap
Bani Umaiyah dimulai oleh Husein ibn Ali. Pada tahun 680 M, ia pindah dari
Mekkah ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak. Umat
Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein sebagai
khalifah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbela , sebuah daerah di
dekat Kufah, tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya
dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbela.
12
wilayah Timur (meliputi kota-kota di sekitar Asia Tengah) dan wilayah Afrika
bagian utara bahkan membuka jalan untuk Spanyol.
13
Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umaiyah, melarikan diri ke
mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.11
14
merupakan tokoh yang berhasil melancarkan ekspansi kewilayah
barat. Ia berhasil mengalahan Bangsa Barbar yang selama ini
megganggu keamanan. Bahkan, bangasa asli Afrika Utara itu masuk
Islam sehingga kedudukan dakwah menjadi sangat kuat. Sementara
itu, sejumlah wilayah yang sebelumnya terhindar dari serangan
bangsa Barbar, dapat direbut kembali oleh pasukan Musa Bin
Nushair. Kepulauan ini samapai dengan pesisir Atlantik menjadi
bagian wilayah kehalilfahan Islam. Melihat keberhasilan ini, pihak
romawi timur mengganggu muslim di Afrika Utara. Oleh sebab itu,
Musa mengirimakan eskpedisi untuk melawan mereka dan berhasil
merebut kota Majorca, Minorca, Ivica, dan woilayah pantai
perbatasan spanyol.
3. Dakwah ke Spanyol
Penaklukan Spanyol merupakan peristiwa sejarah yang sangat
panjang menonjol dalam pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik
(705-714 M) dan merupakan peristiwa besar dalam sejarah Islam.
Sebelum terjadi penaklukan, keadaan sosial, politik, dan ekonomi
masyarakat Spanyol sangat parah dan penduduknya terbelakang.
Spanyol merupakan bagian Kerajaan Romawi Timur. Ketika
penguasa setempat dikalahkan oleh serangan dari Kerajaan Gothia,
Spanyol memasuki periode pemerintahan yang korup dan menindas
rakyat. Mayarakat kelas bawah yang didomisili oleh kalangan petani,
didebani pajak yang besar. Sementara itu, masyarakat kelas
menengah dan atas justru dibebaskan dari pajak. Kondisi demikian
menyebabkan Islam menjadi mudah diterima.
Thariq bin Ziyad yang merupakan putra Barbar, dapat menduduki
Andalusia pada tahun 711 Masehi. Upayanya ini telah membuka
jalan bagi gerakan dakwah hingga ke sebagaian wilayah Italia,
melintasi Pegunungan Pyrenia, dan menuju Prancis. Bhakan,
namanya diabadikan sebagai nama sebuah gunung di wilayah
Spanyol dengan nama Jabal Thariq (Gibraltar).
15
Dakwah berdiam di Andalusia kira-kira selama 900 tahun. Hal ini
telah meninggalkan kebudayaan dan peradaban yang sangat tinggi
yang sampai sekarang masih dapat dilihat. Peninggalan berharga itu
merupakan hasil dari dakwah yang dilakukan pada masa Bani
Umayah.
4. Dakwah ke Asia Tengah
16
5. Dakwah ke Cina
Pada abad VII Masehi, perdagangan antara Persia dan Arab
sangat penting bagi para pedagang Cina. Untuk pertama kali dalam
sejarah, Cina menyebut Arab pada waktu permulaan berdirinya
Dinasti T’ang (618-907 M). Dengan demikian, kontak antara Arab
dan Cina telah berlangsung cukup lama.
Setalah Yazdajir, Raja Dinasti Sassanid yang terakhir meninggal;
putranya, Fiiruz, meminta bantuan kepada kekaisaran Cina. Akan
tetapi, permintaan itu di tolak dengan alasan negeri Persia terlalu luas
dan sukar di capai tentara. Sementara itu, kaisar mengirim utusan ke
Madinah untuk melakukan penyelidikan dan menjalin hubungan
diplomatic.
Ketika utusan Kaisar Cina ingin kembali, Khalifah Utsman
memerintahkan seorang perwira tinggi untuk mengantarnya pulang.
Sesampainya di Cina, perwira Islam tersebut di hormati oleh Kaisar.
Pada masa pemerintahan Al-Walid bin Abdil Malik (705-7014
M) Panglima Qutaibah bin Muslim menaklukkan daerah belakang
Sungai pada tahun 96 H. Ia pun melanjutkan dakwahnya hingga ke
perbatasan Cina dengan pasukan yang cukup banyak. Pada saat itu,
datang berita tentang wafatnya Khalifah Al-Walid. Meskipun
demikian, dakwah tetap diteruskan.
Dalam buku-buku sejarah Cina disebutkan bahwa Khalifah
Hisyam dan Abdil Malik (berkuasa 724-743 M) pernah mengirimkan
delegasi dibawah pimpinan seorang perwira tinggi yang bernama
Sulaiman kepada Kaisar Hswan Tsung untuk menjalin hubungan
diplomatic. Selang beberapa waktu, Kaisar Hswan Tsung dijatuhkan
oleh suatu pemberontakan. Putranya kemudian meminta bantuan
kepada Khalifah Abbasiyah, Abu Ja’far Al-Mashur (berkuasa 754-
775 M). Permintaan ini diperkenankan Al-Manshur dan
dikirimkannya sejumlah pasukan, sehingga Kaisar Hswan Tsung
merebut kembali tahtanya.
17
Setelah berhasil, pasukan Islam tidak kembali. Mereka menetap
di Cina dan bahkan menikah dengan penduduk setempat. Semenjak
itu, dakwah telah mengukuhkan kedudukannya di Cina dan cukup
banyak yang masuk Islam.12
18
4. Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umaiyah juga disebabkan oleh
sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah
tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka
mewarisi kekuasaan. Di samping itu, sebagian besar golongan kecewa
karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat
kurang.
5. Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Umaiyah adalah
munculnya kekuasaan baru yang dipelopori oleh keturunan A-Abbas
bin Abbas Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari
Bani Hasyim dan golongan Syi’ah. Dan kaum Mawali yang merasa
dikelas duakan oleh pemerintah Bani Umaiyah.
Beberapa penyebab tersebut muncul dan menumpuk menjadi satu,
sehingga akhirnya mengakibatkan keruntuhan Dinasti Umaiyah,
disusul dengan berdirinya kekuasaan orang-orang Bani Abbasiyah
yang mengejar-ngejar dan membunuh setiap orang dari Bani Umaiyah
yang dijumpainya,
Demikianlah, Dinasti Umaiyah pasca wafatnya Umar bin Abdul
Aziz yang berangsur-angsur melemah. Kekhalifahan sesudahnya
dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh yang melemahkan dan akhirnya
hancur. Dinasti Bani Umaiyah diruntuhkan oleh dinasti Bani
Abbasiyah dimasa khalifan Marwan bin Muhammad (Marwan II) pada
tahun 127 H/744M.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Nama Bani Umaiyah dinisbatkan kepada Umaiyah bin Abdi Syams bin
Abdi Manaf. Ia adalah salah seorang tokoh penting di kalangan
Quraisy pada masa jahiliah.
2. Bani Umaiyah adalah orang-orang yang terakhir masuk Agama Islam,
dan juga merupakan musuh-musuh yang paling keras terhadap agama
ini pada masa-masa sebelum mereka memasukinya. Tetapi setelah
masuk Islam, mereka dengan segera dapat memperlihatkan semangat
kepahlawanan yang jarang tandingnya, seolah-olah mereka ingin
mengimbangin keterlambatan mereka itu dengan berbuat jasa-jasa
yang besar terhadap Agama Islam, dan agar orang lupa kepada sikap
dan perlawanan mereka terhadap Agama Islam sebelum mereka
memasukinya.
3. Pada masa kekuasaan Mu’awiyah menjadi awal kekuasaan Bani
Umaiyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi
monarchiheridetis (kerajaan turun-temurun). Kekuasaan Bani
Umaiyah berumur kurang lebih 90 tahun.
4. Perkembangan dakwah dan perluasan wilayah pada masa Bani
Umaiyah berkembang cukup pesat. Hal ini disebabkan semangat dan
komitmen para khalifah dalam menyebarkan agama Islam ke
berberbagai penjuru dunia. Selain itu, adanya ancaman dari kerajaan
Romawi Timur dan Persia juga mempengaruhi hal tersebut. Oleh
sebab itu, dakwah pada masa ini mencakup hingga Asia kecil, Afrika
utara, Spanyol, Asia tengah, dan China.
5. Meskipun kejayaan telah diraih oleh Bani Umaiyah, ternyata tidak
bertahan lebih lama, dikarenakan kelemahan-kelemahan internal dan
semakin kuatnya tekanan dari pihak luar
20
B. Saran
Bagi penguasa, sebagai penguasa dalam menjalankan sistem
pemerintahannya harus bisa menjalankan prinsip keadilan. Adanya sikap
adil ini bisa diwujudkan dengan adanya sikap keadilan politik yang kuat
dari penguasa, terlebih dalam menjalankan pemerintahan yang melibatkan
beberapa unsur pemerintah maupun rakyat. Penguasa memberikan
keadilan politik dengan cara rakyat diberi ruang atau kesempatan untuk
menyampaikan aspirasi sehingga rakyat ikut secara aktif dalam kehidupan
politik, misalnya memilih pimpinan negara atau upaya-upaya
mempengaruhi kebijakan penguasa, dalam arti penguasa melaksanakan
kebijakan sepenuhnya akibat dari keinginan rakyat. Yang akhirnya mampu
membawa perubahan-perubahan yang diinginkan oleh rakyat. Praktik
politik yang kuat juga harus diseimbangkan dengan adanya kebijakan-
kebijakan yang berimbang terutama yang menyangkut kepentingan rakyat,
sehingga dalam roda pemerintah harus ada sinergitas yang mestinya bisa
mewujudkan sistem pemerintahan yang adil.
21