Sil LBM 2 SKN
Sil LBM 2 SKN
cakupannya tidak sesuai target, di Jawa Tengah sendiri pada tahun 2019 terdapat kasus kematian ibu 306
kasus/100.000 kelahiran hidup . Evaluasi tentang kasus kematian ibu yang telah dilaksanakan menunjukkan
cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan masih rendah, cakupan K 4 ke pelayanan
kesehatan juga rendah. Selain itu terdapat beberapa masalah diantaranya adalah tenaga kesehatan yang
kurang terampil dan lemahnya pengawasan program. dr Ahmad Sebagai pimpinan organisasi pelayanan
kesehatan memahami bahwa untuk mencapai tujuan organisasi dibutuhkan tata kelola administrasi
kesehatan yang baik didukung oleh penguasaan ilmu manajemen pelayanan kesehatan masyarakat agar
pelaksanaan program lebih efektif dan efisien.
Pada Rapat tersebut dr Ahmad mulai melakukan koordinasi dengan tim kerjanya untuk
merumuskan perbaikan program penurunan angka kematian ibu baik dari ketersediaan sumber daya dan
input yang lain, maupun dari proses yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
pengawasannya. Diharapkan setelah ada perbaikan pada input dan proses tujuan program untuk
menurunkan angka kematian Ibu di wilayah kerjanya bisa segera tercapai.
STEP 3
Levey dan Loomba dalam bukunya ‘Health Care Administration’ memberikan batasan
perencanaan adalah sebagai berikut : ‘Perencanaan adalah proses penganalisaan dan
pemehaman suatu sistem, perumusan goal dan tujuannya, menilai kemampuannya,
menyusun alternatif rangkaian kegiatannya atau rencana pencapaian goal dan tujuannya
tadi, penilaian efektivitas dari rencana tsb, memilih rencana terbaik, prakarsa kegiatan yang
diperlukan untuk pelaksanaannya dan pemantauan yang berkesinambungan terhadap
sistem tsb agar diperoleh hubungan yang optimal antara rencana dengan sistem tsb.
2. Macam
e. Mempunyai tujuan
2. PENGORGANISASIAN
1. Definisi
Suatu system yang mengatur kerjasama antara 2 orang atau lebih, sedemikian rupa shg
segala kegiatan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Macam
Disebut sebagai organisasi lini jika dalam, pembagian tugas serta wewenang
terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dengan satuan
organisasi pelaksana. Pada organisasi lini peranan pemimpin sangat dominan,
segala kendali berada di tangan pemimpin, serta dalam melaksanakan kegiatan
yang diutamakan ialah wewenang dan perintah.
Disebut sebagai organisasi lini dan staf jika dalam organisasi di samping tetap
ditemukan satuan organisasi pimpinan juga dikembangkan satuan organisasi
staf. Pada bentuk organisasi ini peranan staf tidak hanya terbatas pada
pemberian nasehat tetapi juga diberikan tanggung jawab untuk mefaksanakan
nasehat tersebut.
3. Unsur2 pokok
Batasan
pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan untuk melaksanakan
rencana sedemikian rupa sehingga tujuan memuaskan
pengorganisasian adalah pengaturan sejumlah personil yang dimiliki untuk
memungkinkan tercapainya suatu tujuan yang telah disepakati dengan jalan
mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggung jawabnya
pengorganisasian adalah pengkoordinasian rasional kegiatan dari sejumlah orang
tertentu untuk tujuan bersama melalui pengaturan pembagian kerja dan fungsi secara
tanggung jawab
(Pengantar Administrasi Kesehatan, Azrul Azwar)
Tujuan
Proses engorganisasian terutama yang dibudayakan dan direkayasa oleh manusia
mempunyai tujuan2 yang bila kita renungkan antara lain mencangkup hal2 berikut:
Manfaat
a. langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan dan mengatur berbagai macam
kegiatan, menetapkan tugas2 pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang
oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
b. Merupakan alat untuk memadukan dan mengatur semua kegiatan yang ada
kaitannya dengan personil,finansial, material dan tata cara unutk mencapai tujuan
organisasi yang telah disepakati bersama
c. Sebagai wadah kerjasama sekelompok orang –organisasi bersifat statis
d. Organisasi juga dapat dikaji dari sisi proses kerjasama. Dalam hal ini organisasi
dilihat dari kerjasama staf yanbg berisi uraian tugas untuk mencapai tujuan-
oranisasi bersifat dimanmis.
(Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan)
Prinsip
o Adanya tujuan yang jelas. Meskipun tujuan tersebut bila harus dijabarkan menurut jenjang
maupun unit atau departemen yang ada dalam organisasi mungkin menjadi seolah2 sangat
beraneka ragam, tapi dengan didukung oleh fungsi administrasi pendukung lain seperti
koordinasi, pengawasan, pengendalian dll diharpakan tujuan organisasi yang
sesungguhnya akan dapat tercapai sebagaimana yang telah direncakan
o Pembagian tugas pekerjaan (division of work) tergantung dalam pengertian
pengorganisasian adalah fungsi departemen yang membagi tugas dan kewajiban kepada
para anggota organisasi sesuai dengan kedudukan dan kemampuan atau keahlian
o Pendelegasian kekuasaan (delegation of authority) yang dibagikan kepada para anggota
organisasi bukan tugas dan kewajiban saja tetai sebagai pelengkap dan pendukungnya juga
diserahi sebagian kewenangan atau kekuasaan yang harus diterapkan secara bertanggung
jawab
o Rentangan pengendalian (span of control) prinsip ini menyangkut jumlah bawahan seorang
manajer yang harus dibimbing, dibina, dikendalian atau diawasi secara efektif.
o Jenjang pengawasan (hierarchy of control) . Tingkat2 kepemimpinan yang biasanya
mengikuti jenjang organisasi harus dibuat seoptimal mungkin.bila terlalu banyak tingkat
atau jenjangnya,maka jalur komunikasi antara pemimpin atau atasan dengan bawahannya
menjadi terlalu panjang dan proses pengawasan menjadi kurang efektif dan kurang efisien
(Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat, Budioro, 2002)
Langkah-langkah
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf.
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan2 pokok untuk mencapai tujuan.
Dalam hal ini, pimpinan yang mengemban tugas pokok organisasi sesuai dengan
visi dam misi oranisasi.
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam suatu kegiatan yang praktis. Pembagian
tugas kelompok ke dalam elemen kegiatan harus mencerminkan apa yang harus
dikerjakan oleh staf
d. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan
fasilitas pendukung yang dioperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
e. Penugasan personel yang cakap yaitu memilih dan menempatkan staf yang
dipandang mampu melaksanakan tugas
f. Mendelegasikan wewenang
(Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan)
3. PELAKSANAAN
Komponen penting:
a. diusahakan agar tujuan organisasi yang telah ditetapkan juga menjadi tujuan
perorangan ataupun kelompok masyarakat yang akan melaksanakan kegiatan
b. diusahakan agar perbuatan yang diharapkan untuk dilakukan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki seseorang ataupun kelompok masyarakat
1. Kebutuhan pokok faali : untuk melangsungkan kehidupan, mis makanan, istirahat, dll
2. Kebutuhan keamanan : dari ancaman dan bahaya, mis kemiskinan, kecelakaan
3. Kebutuhan sosial : mis perkawanan, simpati, dicintai, dll
4. Kebutuhan dihargai dan dihormati : kebutuhan akan status, kehormatan, gengsi, dll
5. Kebutuhan penampilan diri : kebutuhan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
bakatnya, ingin berprakarsa, mengeluarkan ide dan gagasan.
Perangsang motivasi
2.Komunikasi
Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa
saling mengerti serta saling percaya demi terwujudnya hubungan yg baik antara seseorang
dg orang lain.
Peranan komunikasi:
Unsur komunikasi :
Proses komunikasi
1. Model linier
a. Tersedianya pesan dan orang yang akan menyampaikan pesan
b. Adanya upaya menterjemahkan pesan kedalam bentuk yang dapat disampaikan
c. Adanya media yang akan dipergunakan untuk menyampaikan pesan
d. Adanya upaya untuk menterjemahkan pesan yang diterima kedalam bentuk
yang mudah dimengerti
e. Adanya orang yang akan menerima pesan serta timbulnya pengertian terhadap
pesan yang disampaikan
2. Model sistem
a. Menempatkan kedudukan dan peranan sumber sama dengan kedudukan dan
peranan sasaran
b. Fungsi setiap unsur komunikasi, terutama unsur sumber dan sasaran idaklah
hanya tunggal tetapi bersifat ganda
Proses penerimaan pesan yang baru, menurut Biel dan Bohlen ada 5 tahap:
Penyebaran pesan
1. Vertical : dari lapisan yang tidak tahu (sumber) kepada lapisan yang tidak tahu
(sasaran)
2. Vertical dan horizontal : berlangsung dalam satu lapisan masyarakat yang sama
3. Lingkaran konsentris : dari lapisan luar (sumber) yakni mereka yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman kelapisan dalam (sasaran) yg tdk memiliki pengetahuan
dan pengalaman
Macam komunikasi :
3.Kepemimpinan
Unsur kepemimpinan:
1. Adanya pemimpin
2. Adanya pengikut
3. Adanya sifat dan ataupun perilaku tertentu
4. Adanya situasi dan kondisi tertentu
4.Pengarahan
1. Para pekerja mendapat informasi yg tepat tentang segala sesuatu yg akan dikerjakannya
2. Para pekerja akan terhindar dari kemungkinan berbuat salah dengan demikian tujuan
akan lebih mudah tercapai
3. Para pekerja akan selalu berhadapan dengan proses belajar sehingga pengetahuan,
ketrampilan dan keaktifitas serta kualitasnya meningkat
4. Para pekerja akan berada dalam suasana yg menguntungkan yakni terciptanya
hubungan pimpinan dan bawahan yang baik
Syarat pengarahan
1. Kesatuan perintah
2. Informasi yg lengkap
3. Hubungan langsung dengan karyawan
4. Suasana informal
Teknik pengarahan
1. Teknik konsultasi
2. Teknik demokratis
3. Teknik otokrastis
4. Teknik bebas teratur
Proses pengarahan
5.Pengawasan
1. Objek pengawasan
2. Metode pengawasan
3. Proses pengawasan
Manfaat pengawasan :
Syarat pengawasan:
1. Bersifat khas
2. Mampu melaporkan setiap penyimpangan
3. Fleksibel dan berorientasi pada masa depan
4. Mencerminkan keadaan organisasi
5. Mudah dilaksanakan
6. Hasil pengawasan mudah dimengerti
Obyek pengawasan:
1. Kualitas dan kuantitas program : barang /jasa yang dihasilkan, bersifat fisik
2. Biaya : modal yang dipakai, pendapatan yang diperoleh dan harga dari program
3. Pelaksanaan program :
4. Hal-hal yg bersifat khusus
Proses pengawasan
4. PENILAIAN
1. Definisi
suatu proses yg teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yg dicapai dg tolok ukur
atau kriteria yg telah ditetapkan, dilanjutan dg pengampilan kesimpulan serta penyusunan
saran-saran, yg dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program.
Azrul Azwar. Pengantar Administrasi Kesehatan. Ed ke 2
Penilaian adalah suatu cara belajar yang sistematis dari pengalaman yang
dimiliki untuk meningkatkan pencapaian, pelaksanaan, dan perencanaan suatu
program melalui pemilihan secara seksama berbagai kemungkinan yang
tersedia guna penerapan selanjutnya. (The World Health Organization)
Penilaian adalah suatu proses untuk menentukan nikai atau jumlah keberhasilan
dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(The American Publik Association)
Penilaian adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam
membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah
ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta penyusunan
saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program
(The International Clearing House on Adolescent Fertility Conrol for
Population Option)
Penialian adalah pengukuran terhadap akibat yang ditimbulkan dari
dilaksanakannya suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Riecken)
2. Langkah2
Unsur
Kelayakan (appropriateness) program, yaitu apakah keseluruhan upaya program yang
bersangkutan sudah layak dengan situasi dan kondisi yang akan ditanggulanginya
Kecukupan (adequasi) program, yaitu apakah untuk program ini telah tersedia
secukupnya segala sesuatu yang memang tujuannya
Penamilan (performance) program yaitu bentuk2 kegiatan rogram yang teramati
sehari2nya sudah sebagaimana yang diharakan
Efektivitas program, yaitu apakah semua upaya yang berkaitan dengan pengelolaan
program sudah cukup berhasil untuk mencapai tujuan yang telah digariskan
Efisiensi program yaitu apakah semua upaya yang dikerjakan untuk pengelolaan
program hingga berhasil mencapai tujuannya telah mendaat dukungan atau pengerahan
SD yang layak, tidak berlebihan dan cukup hemat
Penilaian pada unsur2 tsb diatas lebih menekankan ada bagaimana jalannya proses
administrasi atau manajemennya,dengan harapan bahwa bila hal2 tsb dierhatikan dengan
sendirinya tujuan dan sasarannya pasti akan data tercapai
Sesuai dengan luasnya pengertian kesehatan, maka ruang lingkuo penilaian yakni
hal-hal yang akan dinilai dari suatu program kesehatan adalah amat luas sekali.
Beberapa sarjana memberikan pedoman sebagai berikut, yakni :
1. Deniston
Deniston menyebutkan bahwa hal-hal yang dapat dinilai dari suatu program
kesehatan dibedakan ke dalam empat jenis yakni :
a. Kelayakan program
b. Kecukupan program
c. Efektivitas program
d. efisiensi
2. george James
a. upaya program
b. penampilan program
c. ketepatan penampilan program
d. efisiensi program
3. milton R. Roemer
membedakan ruang lingkup penilaian suatu program kesehatan atas enam jenis
:
a. Pelaksanaan program
b. Pemenuhan kriteria yang telah diterapkan
c. Efektivitas program
d. Efisiensi program
e. Keabsahan hasil yang dicapai oleh program
f. Sistem yang dipergunakan untuk melaksanakan program
Untuk kepentingan praktis, ruang lingkup penilaian tersebut secara sederhana dapat
dibedakan atas empat kelompok saja yakni :
Manajemen yang diterapkan di jajaran Departemen Kesehatan, lebih mengacu kepada konsep yang
disampaikan G. Terry, yaitu melalui fungsi-fungsi ; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penggerakan pelaksanaan (actuating), pengawasan dan pengendalian (controlling).
1. Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting, karena perencanaan memegang
peranan yang sangat strategis dalam keberhasilan upaya pelayanan kesehatan di RS. Terdapat beberapa jenis
perencanaan spesifik yang dilaksanakan di RS, yaitu : (a) perencanaan pengadaan obat dan logistik, yang
disusun berdasarkan pola konsumsi dan pola epidemiologi, (b) perencanaan tenaga professional kesehatan,
dalam menentukan kebutuhan tenaga tersebut misalnya ; tenaga perawat dan bidan, menggunakan beberapa
pendekatan, antara lain ; ketergantungan pasen, beban kerja, dll.
2. Pengorganisasian merupakan upaya untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki RS dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuannya. Pengorganisasian dalam manajemen pelayanan
kesehatan di rumah sakit, sama hal dengan di organisasi lainnya.
3. Penggerakan pelaksanaan, manajemen rumah sakit hampir sama dengan hotel atau penginapan, hanya
pengunjungnya adalah orang sakit (pasen) dan keluarganya, serta pada umumnya mempunyai beban sosial-
psikologis akibat penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya yang sedang dirawat. Kompleksitas fungsi
penggerakan pelaksanaan di RS sangat dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu : (1) sifat pelayanan kesehatan yang
berorientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan kesehatan (customer service), dengan hasil pelayanan
kemungkinan ; sembuh dengan sempurna, sembuh dengan cacat dan meninggal. Apapun hasilnya kualitas
pelayanan diarahkan untuk kepuasan pasen dan keluarganya. (2) Pelaksanaan fungsi actuating ini sangat
kompleks,karena tenaga yang bekerja di RS terdiri dari berbagai jenis profesi.
4. Pengawasan dan pengendalian, merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus
(bekesinambungan) pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi (perbaikan)
terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk menjalankan fungsi ini diperlukan adanya standar kinerja yang
jelas. Dari standar tersebut dapat ditentukan indikator kinerja yang akan dijadikan dasar untuk menilai hasil
kerja (kinerja) pegawai. Penilaian kinerja pegawai di RS meliputi tenaga yang memberikan pelayanan langsung
kepada pasen, seperti ; perawat, bidan dan dokter maupun tenaga administratif. Adanya indikator kinerja, akan
memudahkan dalam melakukan koreksi apabila ada penyimpangan.
Kecenderungan RS ke Depan
Terdapat dua hal yang perlu diantisipasi oleh rumah sakit, yaitu adanya perubahan pola pemerintahan yang
bersifat desentralisasi, dimana setiap daerah mempunyai otonomi untuk mengembangkan daerahnya
termasuk dalam mengelola pelayanan kesehatan dan akan memasuki era globalisasi.
Setiap program yang ada di Puskesmas (sekitar 18 program pokok) dikelola atau manajemennya meliputi;
perencanaan, manajemen personalia, pelatihan, supervisi, manajemen keuangan, manajemen logistik,
monitoring program, kerjasama/ koordinasi dan pencatatan/pelaporan.
Visi Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat pada tahun 2010, dengan memiliki 3 misi, yaitu;
(1) menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan,
(2) memberdayakan keluarga dan masyarakat dalam pembangunan kesehatan, dan
(3) memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu.
Adapun strategi yang dikembangkan meliputi;
(a) mengembangkan dan menetapkan pendekatan kewilayahan yang mantap di tingkat kecamatan, agar dapat
diterapkannya pembangunan berwawasan kesehatan,
(b) mengembangkan dan menerapkan asas kemitraan serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat, sehingga
terwujudnya upaya kesehatan bersumber daya masyarakat,
(c) meningkatkan profesionalisme petugas, sehingga terwujud kualitas pelayanan kesehatan,
(d) mengembangkan kemandirian Puskesmas sesuai dengan kewenangan yang diberikan Dinas Kesehatan Kab/
Kota.
Pengorganisasian puskesmas ke depan selain dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas, juga ada Wakil Kepala
Puskesmas dan meliputi unit fungsional dan unit tata usaha. Program pokok Puskesmas atau program
kesehatan dasar yang harus dilaksanakan di Puskesmas meliputi ; (1) promosi kesehatan, (2) kesehatan
lingkungan, (3) kesehatan ibu dan anak, termasuk keluarga berencana, (4) perbaikan gizi, (5) pemberantasan
penyakit menular, (6) pengobatan.
Sesuai dengan misi dan strategi di atas, Puskesmas dapat mengembangkan program-program unggulan
berdasarkan kebutuhan, situasi dan kondisi daerah masing-masing. Contohnya, daerah yang diwilayah kerjanya
banyak ditemukan kelompok rawan kesehatan atau kelompok resiko tinggi (high-risk group) ; seperti ibu hamil
Risti, penyakit kronis, lanjut usia, dll. Di wilayah tersebut dapat dikembangkan perawatan kesehatan
masyarakat (community health nursing) sebagai program unggulan atau program prioritas kesehatan lain.
Tujuan utamanya adalah agar kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap kesehatan,
perawatan kedokteran dan lingkungan yang sehat dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
- Kebutuhan kesehatan adalah sesuatu yang secara obyektif diperlukan oleh seseorang untuk
meningkatkan kesehatannya, dan terpenuhi / tidaknya kebutuhan tersebut amat
menentukan berhasil / tidaknya suatu upaya kesehatan.
- Tuntutan kesehatan adalah sesuatu yang secara subyektif diperlukan oleh seseorang untuk
meningkatkan kesehatannya, terpenuhi / tidaknya tuntutan tersebut tidak menentukan
keberhasilan suatu upaya kesehatan.
Sehingga kebutuhan kesehatan dan tuntutan kesehatan tidaklah sama. Didalam kehidupan
sehari-hari sering terdapat perbedaan antara kebutuhan dengan tuntutan kesehatan yang dimiliki
seseorang, dan ini kewajiban dari petugas kesehatan untuk menyamakannya, meskipun tidak
mudah.
Manfaat:
a. Dapat dikelolanya sumber, tata cara dan kesanggupan yang dimiliki secara efektif
dan efisien
Sumber, tata cara dan kesanggupan yang tersedia pada dasarnya bersifat terbatas dan karena
itulah perlu dikelola dengan sebaik-baiknya, untuk itu dengan administrasi kesehatan unsur itu
dapat dikelola secara efektif dan efisien.
b. Dapat dipenuhinya kebutuhan dan tuntutan akan kesehatan secara tepat dan sesuai.
Dengan administrasi kesehatan dapat diketahui dan dipenuhinya kebutuhan dan tuntutan
kesehatan pada masyarakat.
Berdasarkan Pasal 52 ayat (1) UU Kesehatan, pelayanan kesehatan secara umum terdiri dari dua
bentuk pelayanan kesehatan yaitu:
A. Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service)
Pelayanan kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self
care), dan keluarga (family care) atau kelompok anggota masyarakat yang bertujuan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. Upaya
pelayanan perseorangan tersebut dilaksanakan pada institusi pelayanan kesehatan yang disebut
rumah sakit, klinik bersalin, praktik mandiri.
B. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service)
Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh kelompok dan masyarakat yang
bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang mengacu pada tindakan
promotif dan preventif. Upaya pelayanan masyarakat tersebut dilaksanakan pada pusat-pusat
kesehatan masyarakat tertentu seperti puskesmas.
Kegiatan pelayanan kesehatan secara paripurna diatur dalam Pasal 52 ayat (2) UU
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu:
a. Pelayanan kesehatan promotif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
b. Pelayanan kesehatan preventif, suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit.
c. Pelayanan kesehatan kuratif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin.
d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif, kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai
anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuannya.
Dasar hukum pemberian pelayanan kesehatan secara umum diatur dalam Pasal 53 UU
Kesehatan, yaitu:
a. Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.
c. Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan
pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.
Kemudian dalam Pasal 54 UU Kesehatan juga mengatur pemberian pelayanan kesehatan, yaitu:
a. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman,
bermutu, serta merata dan nondiskriminatif.
b. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
c. Pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
Fokus 2. Kesiapan Menghadapi Perdarahan Pasca Persalinan Perdarahan pasca persalinan, perdarahan
post partum(PPH) adalah perdarahan sesudah persalinan dengan jumlah lebih dari 500 mL pada
persalinan pervaginam, atau lebih 1000 mL pada persalinan seksio sesar. Pencegahan terjadinya
perdarahan pasca persalinan adalah dengan antenatal yang terfokus dan deteksi dini kemungkinan
tanda bahaya, kenali kemungkinan risiko seperti: anak besar, kehamilan multipel, polihidramnion,
riwayat seksio sesar, riwayat induksi persalinan, partus lama, partus presipitatus, penggunaan alat
bantupersalinan (ekstraksi vakum atau forceps), dan ibu dengan anemia. Bila ditemukan risiko untuk
perdarahan, ibu dirujuk agar bersalin di tempat dengan fasilitas yang lengkap dan ada spesialis Obgin.
Pemasangan infus cairan kristalloid sebaiknya sudah dilakukan bila ibu sudah masuk fase persalinan.
Fokus 3. Pencegahan Infeksi Intrapartum Persalinan yang bersih dan aman, di samping manajemen
persalinan yang baik dengan penggunaan partograf, penggunaan antibiotik secara rasional, manajemen
ketuban pecah dini dan pasca persalinan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi intrapartum.
Infeksi intrapartum bila bertambah berat, dapat jatuh ke dalam sepsis yang membahayakan jiwa ibu dan
bayi yang dilahirkan.
Fokus 4. Menggiatkan Program Keluarga Berencana Untuk menekan tingginya Angka Kematian Ibu,
salah satu pilar dari Safe Motherhood adalah Keluarga Berencana. Dengan menggunakan kontrasepsi,
seorang ibu dapat merencanakan keluarga lebih baik, karena tercegah dari jarak kehamilan yang terlalu
dekat, tercegah dari kehamilan yang berisiko, tercegah dari kehamilan yang tak diinginkan, tercegah dari
aborsi, dan dapat mengasuh anak-anak dan keluarganya dengan baik. Sehingga, upaya Keluarga
Berencana merupakan investasi paling cost-effective dalam pembangunan. Secara global, upaya KB
menjadi sangat krusial dalam pencapaian MDGs(Millenium Development Goals), karena terbukti
dapat menurunkan angka kemiskinan dan kelaparan, peningkatan pendidikan secara universal,
kesetaraan gender, kesehatan ibu dan anak, pertumbuhan ekonomi, dan keberlangsungan lingkungan.
Fokus 5. Pemberdayaan Semua Pihak: Inovasi Praktek-praktek Terbaik di Masyarakat Angka kematian
ibu adalah resultante dari begitu banyak faktor. Masalah pendidikan, keterbatasan akses, status
ekonomi, sosial budaya masyarakat menjadi faktor yang berpengaruh tidak langsung sehingga masih ada
jutaan perempuan Indonesia mempunyai risiko mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan akibat
ketidaktahuan masyarakat terhadap tanda bahaya kehamilan/persalinan.