Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan

Percobaan ini, digunakan obat asetosal, paracetamol, dan kafein murni juga digunakan
sediaan obat beredar, yaitu paracetamol, asetosal atau asam asetil salisilat, dan kafein
(poldanmig). Kadar atau konsentrasi paracetamol dalam berbagai jenis merek obat generik
yang dijual di pasaran umumnya sama, yakni 500 mg, sedangkan aspilets sebesar 80 sebagai
antinyeri. Penggunaan kofein sebagai adjuvant bersama dengan analgetika sebesar 65 mg
sekali.
Keenam sediaan mengalami proses pelarutan dengan menggunakan etanol karena sifat
kelarutan dari keenam sampel tidak larut dalam air. Pelarutan dengan etanol dimaksudkan
untuk mengurangi tegangan antarmuka partikel bahan dan permukaan air yang tidak saling
melarut. Dalam konteks ini etanol berfungsi sebagai kosolven. Setelah bahan larut dalam etanol
barulah akuades sebagai pelarut ditambahkan. Mekanisme pelarutan bahan murni, etanol dan
akuades berupa bagian nonpolar dan karbon dari etanol akan mengikat gugus nonpolar dari
sampel, sedangkan bagian polar dari etanol akan berikatan dengan molekul akuades dengan
ikatan lemah berupa ikatan hidrogen.
Percobaan ini menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis. Pemilihan
spektrofotometer UV-Vis adalah karena spektrofotometer merupakan instrument analisis yang
tidak rumit, selektif, serta kepekaan dan ketelitiannya tinggi. Selain itu, senyawa asetosal,
parasetamol dan kafein yang akan dianalisis memiliki kromofor pada strukturnya berupa ikatan
rangkap terkonjugasi dan juga merupakan senyawa aromatik karena memiliki gugus aromatik
sehingga memenuhi syarat senyawa yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri UV-
Vis.
Metode analisis yang digunakan adalah metode kurva kalibrasi. Dalam metode ini
dibuat suatu larutan standar dari asetosal, parasetamol dan kofein dengan berbagai konsentrasi
dan absorbansi dari larutan tersebut diukur spektrofotometer UV-Vis. Langkah selanjutnya
adalah membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan absorbansi (A) yang merupakan garis
lurus yang melewati titik nol dengan slobe = atau = a.b. konsentrasi larutan sampel dapat dicari
setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau
dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program
regresi linear pada kurva kalibrasi.
Karena menggunakan metode analisis kurva kalibrasi maka larutan standar (sediaan
obat) dibuat dalam 5 konsentrasi. Dalam percobaan ini dibuat larutan baku dengan konsentrasi
masing-masing untuk parasetamol, kafein, dan asetosal adalah 2,4,6,8,dan 10 mg/ml. Sebelum
dilakukan pengukuran serapan, maka masing-masing komponen harus ditentukan panjang
gelombang maksimumnya terlebih dahulu. Alasan penggunaan panjang gelombang maksimum
(λ maks) yakni panjang gelombang maksimum memiliki kepekaan maksimal karena terjadi
perubahan absorbansi yang paling besar serta pada panjang gelombang maksimum bentuk
kurva absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer.
Larutan blanko yang digunakan adalah aquadest. Digunakan blanko aquades karena
seperti yang diketahui larutan blanko merupakan larutan tanpa analit. Artinya larutan yang
hanya berisi pelarut tanpa zat aktif. Dalam percobaan ini digunakan pelarut etanol dan aquades
sehingga aquades dapat dijadikan sebagai larutan blanko.
Berdasarkan data hasil pengamatan diperoleh kadar asetosal, kafein dan paracetamol
pada tablet masing-masing : 14,25 mg/mL, 23,32 mg/mL dan 28,02 mg/mL. Bila dibandingkan
dengan kadar masing-masing komponen pada tablet yang beredar terdapat perbedaan yang
signifikan, dimana pada tablet tertera mengandung paracetamol 500 mg, asetosal 80 mg dan
kafein 65 mg yang apabila dilarutkan ke dalam 100 mL pelarut, maka setiap mL-nya
mengandung parasetamol 5 mg/mL, asetosal 0,8 mg/mL dan kafein 0,65 mg/mL. Perbedaan
kadar ini dapat dipengaruhi oleh pelarut yang digunakan tidak mampu melarutkan sediaan zat
aktif dalam sampel. Selain itu, pengenceran larutan sampel juga berpengaruh terhadap kadar
yang diperoleh, semakin besar pengenceran maka semakin kecil pula kadar yang
dihasilkan.faktorlain yaitu ketidaktelitian pada proses penyiapan bahan, adanya zat pengotor
pada larutan yang dianalisis dengan spektrofotometer sehingga mempengaruhi pembacaan
pada detektor.

Anda mungkin juga menyukai