Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PERILAKU KEKERASAN

OLEH:

(KELAS B12-B)

1. Desak Nyoman Riska Krismayanti (193223110)


2. Ni Kadek Mita Selviani (193223134)
3. Ni Luh Putu Ari Puspitarini (193223141)
4. Ni Made Dwi Cahyani (193223143)
5. Ni Putu Nopidrawati (193223149)
6. Ni Wayan Sinta Aprillia (193223153)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2019
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Perilaku
Kekerasan”. Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Jiwa II.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku dan sumber
lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu melalui media ini
kelompok menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kelompok
miliki. Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
untuk menyempurnakan makalah ini.

“Om Santih, Santih, Santih Om”

Denpasar, 26 Oktober 2019

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
D. Manfaat ...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Laporan Pendahuluan


2.1.1 Pengertian perilaku kekerasan ............................................................3
2.1.2 Etiologi ...............................................................................................4
2.1.3 Tanda dan Gejala ................................................................................5
2.1.4 Rentan Respon ...................................................................................6
2.1.5 Mekanisme Koping ..........................................................................7
2.1.6 Penatalaksanaan ................................................................................. 8
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian .........................................................................................9
2.2.2 Diagnosa .............................................................................................19
2.2.3 Perencanaan……. ...............................................................................19
2.2.4 Implementasi ......................................................................................27
2.2.5 Evaluasi ............................................................................................ 29
2.3 Asuhan Keperawatan Jiwa...............................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................90
B. Saran ...............................................................................................................90

iii
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................91

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal, dan yang
selaras dengan perkembangan orang lain.Seseorang yang “sehat jiwa”. (UUD NO.3
1996). Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku dan psikologik seseorang yang
secara klinis cukup bermakna, dimana terjadi disfungsi dalam segi prilaku, psikologik
atau biologik. (Departemen kesehatan RI). Gangguan Skizofrenia merupakan suatu
gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan komunikasi,
gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan
kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas
sehari-hari (Budi Anna keliat, 2011).
Survei badan kesehatan dunia menunjukkan bahwa satu dari setiap 1.000
penduduk dunia mengalami gangguan jiwa (Word Health Organisation), Direktur
Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Indonesia menyatakan, bahwa
dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen
atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa
berupa gangguan kecemasan dan depresi (Reza, 2008).
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah atau
ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan dipandang sebagai rentang
dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain.
Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini
akan memengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam
tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping
yang kurang bagus. Melihat dari dampak dan kerugiannya, resiko perilaku kekerasan
merupakan salah satu respon terhadap stresor yang dihadapi seseorang. Jadi, resiko
perilaku kekerasan dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan (Keliat, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimanakah definisi perilaku kekerasan?
5
b. Bagaimanakah penyebab perilaku kekerasan?
c. Bagaimanakah tanda dan gejala perilaku kekerasan?
d. Bagaimanakah rentan respon perilaku kekerasan?
e. Bagaimanakah mekanisme koping perilaku kekerasan?
f. Bagaimanakah penatalaksanaan perilaku kekerasan?
g. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan prilaku kekerasan?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk menjelaskan definisi perilaku kekerasan
b. Untuk menjelaskan penyebab perilaku kekerasan
c. Untuk menjelaskan tanda dan gejala perilaku kekerasan
d. Untuk menjelaskan rentan respon perilaku kekerasan
e. Untuk menjelaskan mekanisme koping perilaku kekerasan
f. Untuk menjelaskan penatalaksanaan perilaku kekerasan
g. Untuk menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan prilaku kekerasan

1.4 Manfaat Penulisan


a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa keperawatan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai Laporan Pendahuluan dan Asuhan Perilaku
Kekerasan.
b. Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya ilmu tersebut dapat
dipahami dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Risiko Perilaku Kekerasan

2.1.1 Pengertian perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu kedaan hilangnya kendali perilaku seseorang

diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku pada diri sendiri dapat

berupa melukai diri sendiri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk

penelataran diri. (Yusuf, 2015)

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikologis. Maka perilaku kekerasan dapat dilakukan

secara verbal, diarahakan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. (Deden

Dermawan, 2013)

Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang

dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri orang lain maupun orang lain.

Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap

stresor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.

2.1.2 Etiologi

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi klien perilaku kekerasaan dibagi menjadi 5 faktor sebagai berikut:

1) Faktor neorologi

Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap, neurotransmitter, dendrit,

akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat rangasangan

7
dan pesan-pesan yang akan mempunyai sifat agresif sistem limbik sangat terlibat

dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.

2) Faktor genetik

Dalam gen manusia terdapat domant (potensi) agresif yang sedang tidur akan

bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal. Genetik pada umumnya dimiliki

oleh penghuni pelaku tindak kriminal dan orang-orang hukum akibat perilaku

agresif.

3) Faktor cycardian Rhytm

Menurut penelitian pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan

menjelang berakhir pekerjaan sekitar jam 9 dan 13. Pada jam tertentu orang lebih

mudah terstimulasi untuk bersikap agresif.

4) Faktor biokimia

Peningkatan hormon androgen dan neorepineprin serta penurunan serotonin dan

GABA (Gama Amino Batric Acid) yang bertugas sebagai pengontrol respon

emosi, dan menghambat asetylcholine, serotonin dan neurotransmiter yang lain

memproduksi sekresi kortisol, sehingga akan terjadi hemeotasis (keseimbangan).

Pada cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi terjadinya perilaku agresif.

5) Brain area disorder

Gangguan pada sistem limbik pada lobus temporal, sindrom otak organik, tumor

otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi di temukan sangat berpengaruh

terhadap perilaku agresif.

b. Faktor Presipitasi

Menurut Direja (2011), ada faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai

berikut:

8
1. Klien: kelemahan fisik, keputus asaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh

dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.

2. Interaksi: penghinaan, kekerasaan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa

terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari

lingkungan.

3. Lingkungan: panas, padat, dan bising.

2.1.3 Tanda dan Gejala

Menurut Yosep (2013), ada beberapa tanda dan gejala perilaku kekerasaan

diantarnya:

1. Fisik: muka merah dan tegang, mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal,

rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh kaku dan jalan

mondar-mandir.

2. Verbal: bicara kasar, suara tinggi membentak/berteriak, kata-kata mengancam,

mengumpat dengan kata-kata kotor, suara keras dan ketus.

3. Perilaku: melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang orang lain,

melukai diri sendiri, merusak lingkungan dan amuk.

4. Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan

jengkel, tidak berdaya, bernusuhan, mengamuk, ingin berkelahi menyalakan dan

menuntut.

5. Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat meremehkan, sarkasme.

6. Spritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,

menyinggung perasaaan orang lain, tidak peduli dan kasar.

7. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasaan, ejekan dan sindiran.

8. Perhatian: bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

9
2.1.4 Rentan Respon

Respon Adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Klin mampu Klien gagal Klien merasa Klien Perasaan
mengungkapkan mencapai tidak dapat mengekspresikan marah dan
marah tanpa tujuan mengungkapkan secara fisik, tapi bermusuhan
menyalahkan kepuasaan perasaannya, masih terkontrol yang kuat
orang lain dan atau saat tidak berdaya mendorong orang dan hilang
memberikan marah dan dan menyerah. lain dengan kontrol,
kelegaan. tidak dapat ancaman. disertai
dan amuk,merus
menyerah. ak
lingkungan.

Gambar 2.1.4 Rentang Respon Marah


Sumber: Damaiyanti, 2012

a. Respon Adaptif

Respon adaptif adalah respon yang di terima sesuai norma-norma sosial budaya

yang berlaku. Individu dalam batas norma, jika menghadapi masalah akan dapat

menyelesaikan dengan baik.

b. Respon Maladaptif

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelasaikan masalah yang

menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan.

2.1.5 Mekanisme Koping

Mekanisme koping pada klien dapat membantu untuk mengembangkan

mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme

koping yang umum digunakan adalah mekanisme ego seperti displacement, sublimasi,

proyeksi, repesif, denial, dan reaksi formasi.

10
Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata

masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal.

Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan pada objek lain seperti meremas

adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuan hal tersebut adalah untuk

mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

a. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau

keinginanya yang tidak baik.

b. Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahyakan masuk

ke alam sadar.

c. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinganan yang berbahaya bila di eksprisikan

dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan

menggunakan sebagai rintangan.

d. Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya

bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada

mulanya yang membangkitkan emosi.

2.1.6 Penatalaksanaan

Pentalaksanaan medis pada klien dengan perilaku kekerasan terdiri dari:

1. Farmakoterapi

Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif

tinggi contohnya: Clorpromazine HCL, yang berguna untuk mengendalikan

psikomotornya.

2. Terapi okupasi

Terapi ini bukan pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk

melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena

11
itu dalam pemberian terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala

bentuk kegiatan seperti membaca koran, main catur dapat dijadikan media

penting setelah melakukan kegiatan itu di ajak berdialog atau berdiskusi

tentang pengalaman dan arti kegiatan bagi dirinya.

3. Peran serta keluarga

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan

langsung pada setiap (sehat-sakit) pasien. Perawat membantu keluarga agar

dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan,

membuat keputusaan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota

keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan

sumber yang ada pada masyarakat.

4. Terapi somatik

Bahwa terapi somatik terapi yang di berikan kepada pasien dengan gangguan

jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku

adaptif dengan melakukan tindakan yang di tunjukkan pada kondisi fisik

pasien, tetapi target terapi perilaku pasien.

5. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik atau electric convulsive therapy (ECT) adalah bentuk

terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan

mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis

pasien.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

12
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.

Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan masalah klien. Data yang

dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spritual. Data pengakajian

kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor perdisposisi, faktor presipitasi,

penilaian terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki klien (Stuart & Laria, 2001

dalam Direja 2011). Adapun komponen dari pengkajian adalah sebagai berikut:

1. Identitas Klien

Identitas klien di tulis lengkap seperti nama, usia, jenis kelamin, nomor rekam

medis, dan diagnosa medis. Data ini bisa didapatkan dengan melihat rekam

medik atau wawancara langsung dengan klien.

2. Alasan Masuk

Klien dengan perilaku kekerasaan biasanya datang dengan keluhan

mengamuk, mencenderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

3. Faktor Predisposisi

a. Faktor psikologis

Terdapat asumsi bahwa sesorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami

hambatan akan timbul dorngan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan.

b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang

tidak menyenangkan.

c. Rasa frustasi.

d. Adanya psikoanalitik, teori menjelaskan bahwa tidak terpenuhnya kepuasaan

dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangan ego dan membuat

konsep diri rendah. Perlaku kekerasan sebagai pretise yang dapat

meningkatakan citra diri dalam kehidupannya.

e. Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan.

13
f. Teori pembelajaran, perilku kekerasan adalah suatu perilaku yang di pelajari

dari masa kecil, sebagai contoh orang tua yang mendidik anaknya dengan

kekerasan kelak anak itu akan mencontoh perilaku orang tuanya.

g. Faktor sosial budaya

Kontrol masyarakat yang rendah dan kecendurungan menerima perilaku

kekerasan sebagai cara penyelesain masalah dalam masyarakat.

h. Faktor biologis

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku

kekerasan, yaitu:

1) Pengaruh neurofisiologik, sistem limbic sangat terlibat dalam menstimulasi

timbulnya perilaku bermusuhan dan repon agresif.

2) Pengaruh biokimia, peningkatan hormon androgen dan norefineprin serta

penurunan seretonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal

merupakan faktor predisposisi penting yang dapat menyebabkan timbulnya

perilaku agresif seseorang.

3) Pengaruh genetik, perilaku agresif sangat erat katanya dengan genetiknya

termasuk genetik tipe XYY.

4) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai

gangguan serebral, tumor otak (khusunya pada limbik dan lobus temporal),

trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsy (epilepsy lobus temporal) terbukti

berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

4. Faktor Presipitasi

Menurut Direja (2011) faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagi

berikut:

14
a. Klien: kelemahan fisik, kepuasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh

agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.

b. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan yang berarti, konflik, merasa

terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun ekternal

dari lingkungan.

c. Lingkungan: panas, padat dan bising, hal-hal yang dapat menimbulkan

perilaku kekerasan.

5. Pemeriksaan Fisik

Respon fisologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi

terhadap sekresi epinprin sehingga tekanan darah meningkat, takikardi, muka

merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama

dengan kecemasan seperti meningakatnya kewaspadaan, keteganagan otot

seperti rahang mengatup, tangan mengepal, tubuh kaku dan reflek cepat. Hal

ini di sebabakan oleh energi yang keluakan saat marah bertambah

(Damaiyanti dan Iskandar, 2012).

6. Aspek psikososial

a. Genogram

Genogram dibuat dalam 3 generasi pasien, bagaimana hubungan pasien

dengan keluarganya, tinggal serumah dengan siapa saja, ada atau tidak faktor

keturunan penyakit yang sama yang dialami pasien dengan anggota

keluarganya. Selain itu genogram dapat dikaji melalui 3 jenis kajian menurut

Azizah (2011), yaitu:

1) Kajian adopsi

Kajian adopsi yang membandikan sifat antara anggota keluarga biologis satu

dengan keluarga adopsi.

15
2) Kajian kembar

Kajian kembar yang membandingkan sifat antara anggota keluarga yang

kembar identik secara genetik dengan saudara kandung yang tidak kembar.

3) Kajian keluarga

Kajian keluarga yang membandingkan apakah suatu sifat memiliki banyak

kesamaan antara keluarga tingkat pertama (seperti orang tua, saudara

kandung).

b. Konsep Diri

Konsep diri adalah semua jenis pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang

membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan

dengan orang lain. Konsep diri ada melalui pembelajarn (dipelajari) setelah

lahir sebagai hasil pengalaman unik dalam dirinya, bersama orang terdekat

dan dengan dunia nyata (realitas). Konsep diri terdiri atas:

1) Citra tubuh

Kumpulan sikap individu yang disadari terhadap tubunya termasuk persepsi

masa lalu atau sekarang, perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan

potensi dirinya.

2) Identitas diri

Pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap

kesatuan, kesinambungan, konsintensi dan keunikan individu.

3) Peran diri

Serangkain perilaku yang di harapkan oleh lingkungan sosial berhubungan

dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial.

4) Ideal diri

16
Persepsi individu tentang bagaimana seharusnya dia berprilaku berdasarkan

standar, aspirasi, tujuan atau nilai personil tertentu.

5) Harga diri

Penelitian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa

baik perilaku sesuai dengan ideal dirinya. Harga diri tinggi merupakan

perasaan yang berakar dalam menerima dirinya tanpa syarat, meskipun telah

melakukan kesalahan dan kegagalan, ia tetap merasa sebagai orang yang

penting dalam beharga.

c. Hubungan sosial

1) Orang yang berarti

Kaji siapakah menurut pasien orang yang berarti dalam hidupnya.

2) Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat

Kaji apakah pasien pernah atau tidak melakukan kegiatan kelompok atau

masyarakat.

3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Kaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain, apakah ada hambatan

atau tidak. Klien dengan perilaku kekerasaan biasanya menarik diri,

pengasingan, penolakan, ejekan dan sindiran.

d. Spritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan

lingkungan. Hal bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat

menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan moral dan rasa tidak

berdosa (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).

7. Status mental

17
Pengkajian pada aspek status mental dapat dilakukan pada penampilan,

pembicaraan, aktivitas motorik, afek emosi, yang akan diuraikan sebagai

berikut:

a. Penampilan

Obsevasi dalam penampilan umum klien yang merupakan karateristik fisik

klien yaitu penampilan usia, cara berpakian, kebersihan, sikap tubuh, cara

berjalan cenderung kaku, ekspresi wajah tegang, kontak matatidak ada,

dilatasi atau kontruksi pupil, status gizi atau kesehatan umum.

b. Pembicaraan

Cara berbicara klien dengan perilaku kekerasaan cenderung cepat dengan

volume suara tinggi dan membentak.

c. Aktivitas motorik

Aktivitas motorik klien tegang, melempar atau memukul benda atau orang

lain, menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak

lingkungan, mengamuk (agresif).

d. Afek dan emosi

Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan

yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung relatif lama dan dengan sedikit

komponen fisiologis atau fisik, seperti kebanggaan kekecewaan. Sedangkan

emosi klien dengan perilaku kekerasaan biasanya tidak adekuat, tidak aman

dan nyaman, merasa terganggu, dendam dan jemgkel, berdaya, bermusuhan,

mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

e. Interaksi selama wawancara

Keadaan yang ditampilkan klien saat wawancara seperti bermusuhan, tidak

kooperatif, mudah tersinggung, kontak mata kurang (tidak mau menatap

18
lawan bicara), defensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan

kebenaran dirinya) atau curiga (menunjukkan sikap atau perasaan tidak

percaya pada orang lain).

f. Persepsi sensorik

Persepsi sensorik adalah daya mengenal barang, kualitas, hubungan,

perbedaaan sesuatu, hal tersebut melalui proses mengamati, mengetahui dan

mengartikannya setelah panca indra mendapatkan rasangan.

g. Proses pikir

Proses pikir cenderung mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan

dan sarkasme.

h. Tingkat kesadaran

Kemampuan individu melakukan hubungan dengan lingkungan dan dirinya

(melalui panca indra), mengatakan pembatasan terhadap lingkungan (melalui

perhatian). Kesadaraan yang baik biasanya dimanifestasikan dengan orientasi

yang baik dalam hal waktu, tempat, orang dan lingkungan sekitarnya.

i. Memori daya ingat

Bagaimana daya ingat klien atau kemampuan meningkatkan hal-hal yang

telah terjadi (jangka panjang/pendek/sesaat) dan apakah ada gangguan pada

daya ingat.

8. Kebutuhan persiapan pulang

Khusus data-data ini harus dikaji untuk mengetahui masalah yang mungkin

akan terjadi atau akan dihadapi klien, keluarga atau masyarakat sekitarnya

pada saat klien pulang atau setelah klien pulang dari rumah sakit dan klien

berada di rumahnya ditengah keluarga dan masyarakat.

a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

19
b. Kegiatan hidup sehari-hari ADL (Activity of Daily Living)

c. Kemampuan klien

d. Klien memiliki sistem pendukung

e. Klien menikmati saat bekerja/kegiatan produktif/hobi

9. Mekanisme koping

Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego

seperti displecement (dapat mengukapkan kemarahan pada objek yang salah,

proyeksi adalah kemarahandimana secara verbal mengalihkan kesalahan diri

sendiri pada orang lain yang dianggap berkaitan. Respresi dimana individu

merasa seolah-olah tidak tidak marah ia tidak mencoba menyampaikan kepada

orang terdekat, sehingga rasa marahnya tidak terungkap dan ditekan sampai ia

melupakannya.

10. Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah yang berkaitan dengan psikososial dan lingkuangan dapat di

gambarkan sebagai berikut:

a. Masalah berhubungan dengan dukungan kelompok

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan sosial

c. Masalah berhubungan dengan pekerjaan

d. Masalah berhubungan dengan perumahan

e. Masalah berhubungan dengan pendidikan

f. Masalah berhubungan dengan ekonomi

g. Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan

h. Masalah lainnya

11. Pengetahuan

20
Bagaimana pengetahuan klien atau keluarga saat ini tentang penyakit atau

gangguan jiwa.

12. Aspek medik

Jelaskan aspek medis klien (dapat dilihat rekam media) tentang diagnosa

medik dan terapi mediknya selama dirawat terutama saat ini.

13. Analisa data

Menurut Direja (2011) data yang perlu dianalisa meliputi data subyektif dari

data obyektif.

a. Data subjektif

1) Klien mengancam

2) Klien mengumpat dengan kata-kata kasar

3) Klien mengatakan dendam jengkel

4) Klien mengatakan ingin berkelahi

5) Klien menyalahkan dan menuntut

6) Klien meremehkan

b. Data objektif

1) Mata melotot/pandangan tajam

2) Mengepal

3) Rahang mengatup

4) Wajah memerah

5) Postur tubuh kaku

6) Suara keras

14. Rumusan masalah

Menurut damaiyanti (2012), masalah keperawatan yang mungkin muncul

pada perilaku kekerasan adalah:

21
a. Resiko Perilaku Kekerasan sendiri, orang lain dan lingkungan, dan verbal)

b. Perilaku kekerasan

c. Harga diri rendah kronis

15. Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan (pada


diri sendiri, orang lain,
lingkungan, dan verbal)

Effect

Perilaku kekerasan

Core Problem

Harga Diri Rendah Kronis

Causa

Gambar: 1.5 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan


Sumber (Damaiyanti, 2012)

2.2.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon klien baik

aktual maupun potensial (Damaiyanti, 2012).

1. Perilaku kekerasan

2. Harga diri rendah kronis


22
3. Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri,orang lain, lingkungan, dan verbal)

2.2.3 Perencanaan

Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan

rencana tindakan keperawatan. Tujuan umun berfokus pada penyelesaian permasalahan

(P) dari diagnosa tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus

telah tercapai.

Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa

tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau dimiliki

pasien. Kemampuan pasien pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu

kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosis

keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat teratasi dan

kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar pasien percaya pada kemampuan

menyelesaikan masalah (Direja, 2011).

Menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012) adapun rencana keperawatan pada klien

dengan perilaku kekerasan meliputi:

Diagnose
No Keperawa Tujuan Intervensi
tan
1 Perilaku 1. TUK 1 : Klien dapat 1) Beri salam panggil nama
Kekerasan membina hubungan klien
saling percaya dengan 2) Sebutkan nama perawat
perawat sambil jabat tangan
Kriteria hasil: 3) Jelaskan maksud
Setelah diberikan hubungan interaksi
asuhan keperawatan 4) Jelaskan tentang kontrak
selama ....x.... yang akan dibuat
pertemuan diharapkan 5) Beri rasa aman dan sikap

23
klien: empati
1) Klien mampu 6) Lakukan kontak singkat
membalas salam tapi sering
2) Klien mau berjabat 7) Bantu klien
tangan mengungkapkan
3) Klien mau menyebut perasaan marahnya
namanya 8) Motivasi klien untuk
4) Klien mau tersenyum menceritakan penyebab
5) Klien mau kontak mata rasa kesal atau jengkel
6) Klien mengetahui 9) Dengarkan tanpa
nama perawat menyela atau member
penilian setiap ungkapan
perasaan klien
2. TUK 2: Klien dapat 1) Bantu pasien
mengidentifikasi mengungkapkan
penyebab perilaku perasaan marahnya.
kekerasan 2) Motivasi klien untuk
Kriteria hasil: menceritakan
Setelah diberikan penyebab rasa kesal
asuhan keperawatan atau jengkel
selama ...x.... 3) Dengarkan tapa
pertemuan diharapkan menyela atau memberi
klien: penilaian setiap
1) Klien dapat ungkapan perasaan
mengungkapkan klien
perasaannya
2) Klien dapat
mengungkapkan
penyebab perasaan
jengkel/kesal(dari diri
sendiri, dari
lingkungan/orang lain)
3. TUK 3 : klien dapat 1) Bantu klien

24
mengidentifikasi tanda mengungkapkan tanda-
dan gejala perilaku tanda perilaku kekerasaan
kekerasan yang dialaminya.
Kriteria hasil: 2) Motivasi klien
Setelah diberikan menceritakan kondisi
asuhan keperawatan fisik (tanda-tanda fisik)
selama ...x... saat perilaku kekerasan
pertemuan diharapkan terjadi.
klien: 3) Motivasi klien
1) Klien dapat menceritakan kondisi
mengungkapkan tanda emosinya (tanda-tanda
fisik mata merah, emosional) saat terjadi
tangan mengepal, perilaku kekerasan.
ekspresi tegang. 4) Motivasi klien
menceritakan kondisi
hubungan dengan orang
lain (tanda-tanda sosial)
saat terjadi perilaku
kekerasan.
4. TUK 4 : klien dapat 1) Diskusikan dengan
mengidentifikasi jenis klien perilaku
perilaku kekerasan kekerasan yang
yang pernah dilakukan selama ini
dilakukanya. 2) Motivasi klien
Kriteria hasil: menceritakan jenis-
Setelah diberikan jenis tindak kekerasan
asuhan keperawatan yang selama ini pernah
selama...x...pertemuan dilakukannya.
diharapkan klien: 3) Motivasi klien
1) Klien dapat menceritakan perasaan
mengungkapkan jenis- klien setelah tindak
jenis ekspresi kekerasaan tersebut
kemarahan yang terjadi

25
selama ini telah 4) Diskusikan apakah
dilakukannya. dengan tindak
2) Klien dapat kekerasan yang
mengungkapkan dilakukannya, masalah
perasaannya saat yang dialami teratasi.
melakukan kekerasaan
3) Klien dapat
mengetahui efektifitas
cara yang dipakai
dalam menyelesaikan
masalah.
5. TUK 5: Klien dapat 1) Diskusikan dengan klien
mengiditifikasi akibat akibat negatif (kerugian)
perilaku kekerasan cara yang dilakukan
Kriteria hasil: kepada:
Setelah diberikan a) Diri sendiri
asuhan keperawatan b) Orang
selama....x.... lain/lingkungan
pertemuan diharapkan c) Lingkungan
klien: 2) Bersama klien
1) Klien dapat menjelasan menyimpulkan akibat
akibat dari cara yang cara yang digunakna
digunakan klien Diri oleh klien
sendiri: luka, dijauhi
teman. Orang
lain/keluarga, luka,
tersingguang,
ketakutan.
Lingkungan: barang
atau benda rusak.
6. TUK 6 : Klien dapat 1) Diskusikan dengan klien:
mengidentifikasi cara a) Apakah klien mau
konstruktif dalam mempelajari cara baru

26
merespon terhadap mengungkan marah
kemarahan yang sehat
Kriteria hasil: b) Jelaskan berbagai
Setelah diberikan alternatif untuk
asuhan keperawatan pilihan
selama....x.... mengungkapkan
pertemuan diharapkan marah selain perilaku
klien: kekerasan yang
1) Klien dapat diketahui klien
menjelaskan cara-cara c) Jelaskan cara-cara
sehat mengungkapkan sehat untuk
marah mengungkapkan
marah
2) Cara fisik: nafas dalam,
pukul bantal/kasur, olah
raga
3) Verbal: mengungkapkan
bahwa dirinya sedang
kesal pada orang lain
4) Sosial: latihan asertif
dengan orang lain
5) Spritual:sembahyang/doa
, meditasi, sesuai
keyakinan agamanya
masing-masing.
7. TUK 7: Klien dapat 1) Diskusikan cara yang
mendemonstrasikan mungkin dipilih dan
cara mengontrol anjurkan klien memeilih
perilaku kekerasan cara yang mungkin
Kriteria hasil: mengungkapkan
Seleah diberikan kemarhan
asuhan keperawatan 2) Latih klien
selama ....x.... memperagakan cara yang

27
pertemuan diharapan dipilih
klien: a) Peragakan cara
1) Klien dapat melaksanakan cara
mendemonstrasikan yang dipilih
cara mengontrol b) Jelaskan manfaat
perilaku kekerasan cara tersebut
a) Fisik: tarik nafas c) Anjurkan klien
dalam, pukul menirukan peragan
bantal/kasur, olah yang sudah
raga dilakukan
b) Vebal: d) Beri pujian pada
mengungkapkan klien perbaiki cara
bahwa dirinya yang masih belum
sedang kesal pada sempurna
orang lain e) Anjurkan klien
c) Susial: latihan menggunakan cara
asertif dengan yang sudah dilatih
orang lain saat marah/jengkel
d) Spritual:
sembahyang/doa,
jikir, meditasi,
sesuai keyakin
agamanya masing-
masing
8. TUK 8: Klien 1) Diskusikan pentingnya
mendapat dukungan peran keluarga sebagai
keluarga dalam pendukung klien untuk
mengontrol perilaku mengatasi perilaku
kekerasan kekerasan
Kreteria hasil: 2) Diskusikan potensi
Setelah dilakukan keluarga untuk
asuhan keperawatan membantu klien
selama....x...pertemuan mengatasi perilaku

28
diharapkan klien: kekerasan
1) Keluarga klien dapat: 3) Jelaskan pengertian,
a) Menjelaskan cara penyebab, akibat, dan
merawat klien cara merawat klien
dengan perilaku perilaku kekerasan yang
kekerasan dapat dilaksanakan oleh
b) Mengungkapkan keluarga
rasa puas dalam 4) Peragakan cara merawat
merawat klien klien(menangani
c) Tanyakan perasaan perilaku kekerasan)
keluarga setelah 5) Beri kesempatan
mencoba cara yang keluarga untuk
dilakukan memperagakan ulang
6) Beri pujian kepada
keluarga setelah
peragaan.
9. TUK 9: Klien dapat 1) Jelaskan manfaat
menggunakan obat- menggunakan obat
obat yang diminum secara teratur dan
dan kegunaannya kerugian jika tidak
(jenis, waktu, dosis minum obat
dan efek) 2) Jelaskan kepada pasien:
Kriteria hasil a) Jenis obat(nama,
Setelah diberikan warna, dan bentuk
asuhan keperawatan obat)
selama...x...pertemuan b) Dosis yang tepat
diharapkan klien: untuk kien
1) Klien dapat c) waktu pemakian
menjelaskan. cara pemakian
a) Manfaat minum d) cara pemakian
obat e) efek yang akan
b) Kerugian tidak dirasakan klien
minum obat 3) Anjurkan klien:

29
c) Nama obat a) Minta dan
d) Bentuk dan warna menggunakan obat
obat tepat waktu
e) Dosis yang b) Lapor ke perawat
diberikan kepadana atau dokter jika
f) Waktu pemakian mengalami efek
g) Cara pemakian yang tidak biasa
h) Efek yang c) Beri pujian apabila
dirahasakan klien teratur minum
obat

2.2.4 Implementasi

Menurut Keliat (2010), implemntasi keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang

aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan

tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu mmevalidasi apakah

rencana tindakan keperawtan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi saat ini.

Menurut Damaiyanti (2012), tindakan keperawtan pada klien dengan perilaku kekerasan

dengan menggunakan pendekatan pelaksanaan (SP)

a. Untuk pasien

1) SP1 Pasien

a) Mengidentifikasi penyebab Pk

b) Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

c) Mengidentifikasi PK yang dilakukan

d) Mengidentifikasi akibat PK

e) Menyebutkan cara mengontrol Pk

f) Melatih mencegah PK dengan cara fisik 1: tarik nafas dalam

g) Memasukan ke jadwal kegiatan harian


30
2) SP2 Pasien

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Melatih klien mengontrol PK dengan cara fisik 2: pukul kasur dan bantal

c) Menganjurkan klien memasukkan kedalam kegiatan harian

3) SP3 Pasien

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Melatih mengontrol PK dengan cara sosial/verbal.

c) Menganjurkan klien memasukkan ke dalam kegiatan harian.

4) SP4 Pasien

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Melatih klien mengontrol PK dengan cara spritual.

c) Menganjurkan klien memasukkan kedalam kegiatan harian

5) SP5 Pasien

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

c) Melatih klien mengontrol PK dengan minum obat.

d) Menganjurkan klien memasukkan ke dalam kegiatan harian.

a. Untuk keluarga

1) SP1 Keluarga

a) Mendiskusikan maslah dirasakan keluarga dalam merawat klien

b) Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala perilaku kekerasan, serta proses

terjadinya PK

2) SP2 Keluarga

a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan PK.

b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien PK

31
3) SP3 Keluarga

a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat

(discharge planning).

b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

Contoh SPTK Perilaku Kekerasan:

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Senin, 14 Mei 2018 No RM : 035025

Jam : 08.30 Wita Nama : Tn. G

Pertemuan ke : 1 Asal : Singaraja

Topik : BHSP Jenis Kelamin : Laki-laki

I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subyektif
- Pasien mengatakan “Selamat pagi juga pak, baik pak salam kenal, nama
saya Tn. G panggil Tn. G saja. Saya tinggal di singaraja ”
- Pasien mengatakan diantar oleh keluarga ke RSJ dan sudah1 bulan di
rawat
- Pasien mengatakan di bawa ke RSJ karena pasien mengamuk, dan
merusak sanggah yang merupakan tempat sembhyang dia di rumah
Data Objektif

- Pasien mau menjawab salam, berkenala dengan perawat dan kontak mata
terjaga dengan tatapan tajam dan rahang mengantup
- Tangan pasien tampak mengepal
- Pasien menyebutkan nama kesukaannya
- Pasien mau berjabat tangan dengan perawat
32
- Pasien mau duduk berhadapan dengan perawat
- Pasien mau menjawab pertanyaan perawat tetapi dengan singkat, nada
tinggi saat ditanyai mengenai masalahnya
- Pasien tampak rapi
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
Pasien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan
a. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan pasien
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disuka pasien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima pasien dengan apa adanya
g. Beri perhatian pada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien

II. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bapak, perkenalkan nama saya perawat wida, saya perawat
penanggung jawab bapak di ruang Abimanyu Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali, Nama lengkap bapak siapa dan suka dipanggil apa?
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak sekarang? Apakah bapak masih ingat kenapa
bisa dibawa ke sini?
c. Kontrak
 Topik
Pak, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang bapak
sekarang
 Waktu
Bapak mau berapa lama untuk mengobrol, bagaimana kalau kita
bercakap-cakap selama 20 menit?
 Tempat
33
Untuk tempatnya bagaimana kalau di meja tempat didekat televisi?
2. Fase Kerja
a. Pasien 1, apakah bapak masih ingat nama saya siapa?
b. Baiklah pak, seperti pembicaraan kita tadi sekarang kita berbincang-
bincang tentang diri bapak
c. Biasanya kalau bapak dirumah kegiatannya apa?
d. Kalau boleh tahu rumahnya dimana?
e. Apakah bapak tahu sekarang dimana?
f. Kenapa bapak dibawa kesini dan apakah ibu masih ingat siapa yang
membawa bapak kemarin? sudah berapa lama bapak dirawat disini?
g. Kegiatan apa saja yang biasa bapak lakukan selama disini?
h. Pak, coba bapak ungkapkan masalah yang bapak alami dirumah maupun
di rumah sakit, gimana bapak bersedia?
i. Pak, saya rasa waktu kita sudah cukup untuk bercakap-cakap nanti kita
lanjutkan lagi
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Pak, bagaimana perasaanya setelah berbincang-bincang dengan
saya?
b. Evaluasi Objektif
Sekarang bapak sebutkan nama saya, bapak masih ingat?
4. Rencana tindak lanjut
Pak, bagaimana kalau kegiatan ini kita masukan dalam kegiatan
hariannya bapak?
5. Kontrak yang akan datang
 Topik
Bapak, nanti siang kita bercakap-cakap tentang penyebab, tanda dan
gejala dan kita juga akan latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan. Bagaimana bapak setuju?
 Waktu
Nanti kita ketemu lagi pukul 09.20 Wita, bapak mau berapa lama,
bagaimana kalau 20 menit?
 Tempat
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditempat ini lagi?
34
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Senin, 14 Mei 2018 No RM : 035025

Jam : 09.30 Wita Nama : Tn. G

Pertemuan ke : II Asal : Singaraja

Topik : SP 1P RPK Jenis Kelamin : Laki-laki

I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subyektif
- Pasien mengatakan kalau ia marah merasakan tangan mengepal, mata
melotot, dan rahangnya terkatup kuat
- Pasien mengatakan kalau marah yang dilakukan selama ini adalah
mengamuk, berteriak, memecahkan gelas dan melukai diri sendiri
- Pasien mengatakan mau belajar cara mengontrol marah
Data Objektif

- Pasien tampak mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat


- Kontak mata pasiem terjaga saat berinteraksi dan pasien tampak kesal
- Pasien mampu mengungkapkan penyebab marahnya dan bercerita
mengenai masalahnya
- Pasien mampu dalam melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik
1 (teknik relaksasi nafas dalam) dengan benar
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
b. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c. Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan

35
d. Pasien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
e. Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
f. Pasien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan
g. Pasien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan yaitu
dengan (Relaksasi nafas dalam)
h. Pasien dapat memuaskan latihan kedalam jadwal kegiatan harian
i. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
j. Perkenalkan diri dengan pasien
k. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disuka pasien
l. Jelaskan tujuan pertemuan
m. Jujur dan menepati janji
n. Tunjukan sikap empati dan menerima pasien dengan apa adanya
o. Beri perhatian pada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
4. Tindakan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Membantu pasien mengungkapkan perasaan marahnya
c. Membantu pasien mengungkapkan penyebab perilaku kekerasan
d. Membantu pasien mengungkapkan tanda dan gejala perilaku kekerasan
yang dialaminya
e. Diskusikan dengan pasien perilaku kekerasan yang selama ini dilakukan
f. Diskusikan dengan pasien akibat negatif (kerugian) dari perilaku
kekerasan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan
g. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik 1 yaitu : relaksasi nafas dalam
h. Menganjurkan pasien untuk memasukkan latihan ke dalam kegiatan
harian

II. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bapak, masih ingat sama saya?
b. Evaluasi/validasi

36
Bagaimana perasaan bapak sekarang? saya lihat bapak sering tampak
marah dan kesal, apakah sekarang bapak masih merasa marah dan
kesal?
c. Kontrak
 Topik
Bapak, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang
hal-hal yang membuat bapak kesal atau marah dan bagaimana cara
mengontrolnya?
 Waktu
Bapak, sesuai persetujuan tadi pagi bagaimana kalau kita
mengobrolnya 20 menit?
 Tempat
Untuk tempatnya bagaimana kalau di tempat yang tadi pak?
2. Fase Kerja
Sekarang coba bapak ceritakan sama saya apa yang membuat bapak
marah?
Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus penyebabnya apa?
Apakah sama dengan sekarang? Lalu saat bapak marah apa yang bapak
rasakan? Apakah bapak merasa kesal, tangan mengepal, mata melotot dan
rahang mengantup dan ingin mengamuk? setelah itu apa yang bapak
lakukan? apakah kalau bapak marah atau kesl masalah itu akan teratasi?
Adakah cara lain baik tanpa menimbulkan kerugian?

Baiklah pak, apa berapakah cara mengontrol marah? ada 5 ya pak, salah
satunya dengan teknik nafas dalam. Kalau bapak sudah tahu tanda dan
gejala marah tadi sudah bapak rasakan, bapaka langsung duduk atau
berdiri lalu tarik nafas hidung, tahan sebentasr, lalu keluarkan perlahan-
lahan dari mulut. Ayo pak, sekarang bapak praktekkan apa yang sudah
saya ajarkan tadi! ulangi sekali lagi pak. Bagus sekali.

Nah sekarang bapak sudah bisa melakukan teknik relaksasi nafas dalam,
sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga sewaktu-waktu
bila rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya.
3. Fase Terminasi
37
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak, setelah berbincang-bincang dengan
saya? Apakah bapak merasa lega?
2) Evalusi objektif
Sekarang coba bapak sebutkan tanda dan gejala marah dan
bagaimana cara mengontrol?
b. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian? bapak mau berapa kali melakukannya?

c. Kontrak yang akan datang


 Topik
Pak, cara yang kita pelajari tadi baru salah satunya saja, nanti kita
pelajari cara yang kedua, yaitu: teknik memukul-mukul bantal
 Waktu
Bagaimana kalau kita berbincangan-bincang lagi pukul 12.50 Wita,
lamanya kurang lebih 20 menit, apakah bapak setuju?
 Tempat
Tempatnya disini lagi ya pak?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Senin, 14 Mei 2018 No RM : 035025

Jam : 12.50 Wita Nama : Tn. G


38
Pertemuan ke : III Asal : Singaraja

Topik : SP 2P RPK Jenis Kelamin : Laki-laki

I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subyektif
- Pasien mengatakan “Selamat pagi pak widana”
- Pasien mengatakan sudah melakukan teknik nafas dalam
- Pasien mengatakan mau mengontrol emosi dengan memukul bantal
- Pasien mengatakan mau memasukan kegiatan itu dalam kegiatan
hariannya
Data Objektif

- Pasien menjawab salam perawat dan mengingat nama perawat


- Pasien tampak tersenyum kepada perawat dan pasien bersedia
mendemonstrasika cara melampiaskan emosi dengan memukul bantal
- Pasien tampak bersedia memasukkan latihan kedalam jadwal kegiatan
harian
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan

3. Tujuan Khusus
a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
b. Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan fisik II (Memukul
bantal/kasur)
4. Tindakan
a. Mengevaluasi masalah yang dialami pasien dan mengevaluasi pasien
dalam melakukan latihan nafas dalam
b. Mengajarkan pasien latihan fisik II yaitu : memukul bantal/kasur
c. Membantu pasien mengungkapkan perasaan marahnya.
II. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang bapak, apakah bapak masih ingat nama saya?

39
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak sekarang? Adakah hal-hal yang membuat
bapak marah sekarang?
c. Kontrak
 Topik
Pak, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
dengan cara yang kedua yaitu: memukul bantal / kasur?
 Waktu
Sesuai persetujuan pagi tadi, bagaimana kalau kita berbincang-
bincangnya 20 menit?
 Tempat
Untuk tempatnya bagaimana kalau di tempat yang tadi pak?
2. Fase Kerja
Pak, sekarang coba bapak ceritakan barang kali ada hal – hal yang
membuat bapak marah dan muncul perasaan kesal, tangan mengepal,
mata melotot dan rahang mengantup. Selain nafas dalam, bapak juga
bisa memukul bantal/kasur. Sekarang saya akan melatihkan cara
mengontrol marah dengan cara yang kedua, yaitu dengan memukul
bantal/kasur. Kalau misalnya nanti bapak merasa kesal atau ingin
marah – marah, bapak langsung saja masuk ke ruangan bapak,
kemudian bapak lampiaskan kemarahan bapak dengan memukul
bantal atau kasur. Sekarang coba bapak lakukan, pukul bantal ini, nah
bagus pak, coba ulang sekali lagi. Sekarang kalau bapak merasa kesal
atau marah bapak bisa lakukan cara ini dan cara yang pertama yaitu
nafas dalam, kemudian setelah itu, bapak jangan lupa merapikan lagi
tempat tidurnya.
3. Fase Terminasi
1. Evaluasi
a) Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak, setelah latihan cara menyalurkan marah
dengan saya?
b) Evalusi objektif
Sekarang coba bapak sebutkan ada berapa cara yang sudah kita
latihkan dari kemarinn sampai sekarang?
40
2. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian? bapak mau berapa kali melakukannya?
3. Kontrak yang akan datang
 Topik
Pak, nanti kita belajar lagi cara yang ketiga cara mengontrol
marah dengan cara bicara yang baik
 Waktu
Kita ketemu lagi besok pukul 09.30 Wita, lamanya kurang lebih
20 menit, apakah bapak setuju?
 Tempat
Tempatnya disini lagi ya pak?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Selasa, 15 Mei 2018 No RM : 035025

Jam : 09.30 Wita Nama : Tn. G

Pertemuan ke : IV Asal : Singaraja

Topik : SP 3P RPK Jenis Kelamin : Laki-laki

41
I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subyektif
- Pasien mengatakan bersedia mempraktekkan cara mengontrol
marahnya dengan berbicara baik-baik kepada siapapun yang ia kenal
- Pasien tampak berbincang – bincang dengan Tn. S dan saling
mengungkapkan perasaan masing – masing
- Pasien mampu menjawab pertanyaan perawat dengan nada yang
tenang
Data Objektif

- Pasien tampak mengerti


- Pasien tampak mengingat teknik yang sudah diajarkan oleh perawat
- Pasien tampak senang setelah diberikan saran oleh perawat
- Pasien tampak mampu untuk mempraktekkan cara mengungkapkan
rasa kesal, meminta dengan baik, dan mengungkapkan rasa kesal
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal :
menolak, meminta dan mengungkapkan perasaan dengan baik
4. Tindakan
1. Mengevaluasi pasien dalam melakukan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekesaran secara verbal :
a. Menolak dengan baik
b. Meminta dengan baik
c. Mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Membantu pasien menyusun jadwal kegiatan harian
II. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase Orientasi
 Salam terapeutik
Selamat siang bapak, apakah bapak masih ingat sama saya ?
 Evaluasi/validasi

42
Bagaimana perasaan bapak sekarang ? Adakah hal – hal yang
membuat bapak marah sekarang ?
 Kontrak
 Topik
Pak, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
dengan cara yang kedua yaitu : memukul bantal/kasur ?
 Waktu
Sesuai persetujuan pagi tadi, bagaimana kalau kita berbincang –
bincangnya 20 menit ?
 Tempat
Untuk tempatnya bagaimana kalau di tempat yang tadi pak ?
2. Fase Kerja
Sekarang kita melakukan latihan yang ketiga, bagaimana kalau bapak
peragakan cara yang pertama dan kedua, apakah bapak masih ingat ?
Bagus sekali, berarti bapak sudah menguasai apa yang sudah kita pelajari
kemarin. Sekrang kita akan melakukan latihan cara bicara yang baik
untuk mencegah marah. Kalau marah sudah tersalurkan dengan cara
nafas dalam dan memukul – mukul bantal atau kasur, maka perlu kita
bicara dengan orang yang membuat kita marah ada tiga cara :
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada rendah dan tidak
kasar, contoh : “ pak saya perlu uang, saya boleh gak minta uang
atau saya minum nanti kalau saya sudah punya uang saya ganti”
b. Menolak dengan baik, contoh : “mohon maaf pak, saya tidak punya
uang. Jadi, saya tidak bisa ngasih bapak”
c. Mengungkapkan rasa kesal, jika ada perlakuan teman bapak yang
membuat bapak kesal, jengkel maka bapak bilang “saya tidak suka
dengan kelakuaan bapak, karena disini kita sama – sama jadi pasien.
d. Nah, sekarang coba bapak ulangi apa yang saya ajarkan. Bagus
sekali, bagaimana kalau latihan ini kita masukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian ?
3. Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi subjektif

43
Bagaimana perasaan bapak, setelah latihan cara menyalurkan
marah dengan cara bicara yang baik ?
b. Evalusi objektif
Sekarang coba bapak sebutkan ada berapa cara yang sudah kita
latihkan dari kemarinn sampai sekarang dan cara bicara yang baik
?
2. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian ? bapak mau berapa kali melakukannya ? nanti siang kita akan
belajar cara yang keempat, bagaimana bapak bersedia ?
3. Kontrak yang akan datang
 Topik
Pak, nanti kita belajar lagi cara yang keempat cara mengontrol
marah dengan cara berdoa atau beribadah
 Waktu
Kita ketemu lagi nanti pukul 12.50 Wita, lamanya kurang lebih 20
menit, apakah bapak setuju ?
 Tempat
Tempatnya disini lagi ya pak ?

44
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Selasa, 15 Mei 2018 No RM : 035025

Jam : 12.50 Wita Nama : Tn. G

Pertemuan ke : V Asal : Singaraja

Topik : SP 4P RPK Jenis Kelamin : Laki-laki

Mengontrol PK

Secara Spiritual

I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subyektif
- Pasien mengatakan tidak bisa mempraktekkan cara sembahyang kalau
sendiri dia ingin sembahyang berdua atau bersama dengan teman -
teman”

45
- Pasien mengatakan “Saya akan rajin sembhyang pak biar cepat
sembuh dan pikiran saya menjadi rileks tidak marah – marah lagi “
- Pasien mengatakan mau memasukkan cara mengontrol marahnya
dengan cara sembahyang ke dalam jadwal kegiatan hariannya.
Data Objektif

- Pasien terlihat tenang


- Pasien mampu menyebutkan kegiatan yang sudah diajarkan oleh
perawat
- Pasien menerima saran perawat yaitu bersembahyang untuk
mengontrol emosinya
- Pasien bersedia untuk memasukkan jadwal kegiatan harian pasien
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
b. Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
(sembahyang dan berdoa)
c. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan
a. Mengevaluasi pasien dalam melakukan latihan sebelumnya
b. Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekesaran secara spiritual
(sembahyang atau berdoa)
c. Membimbing pasien dalam memasukkan jadwal kegiatan harian
II. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang bapak, apakah bapak masih ingat sama saya ? sesuai
dengan janji saya kemarin, kita akan berbincang – bincang lagi
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak sekarang ? Adakah hal – hal yang
membuat bapak marah sekarang ?
c. Kontrak
 Topik

46
Sekarang kita akan melanjutkan berbincang – bincang tentang
cara mengontrol perilaku kekerasan
 Waktu
Waktu yang diperlukan 20 menit ya pak ? Apa bapak setuju ?
 Tempat
Untuk tempat kita pakai tempat yang kemarin saja yang tadi ya
pak ?
2. Fase Kerja
a. Baiklah pak, coba bapak ceritakan pada saya ibadah yang biasa
bapak lakukan di rumah ?
b. Dari berbagai macam cara ibadah, menurut bapak kira-kira yang
efektif yang bapak bisa lakukan di rumah sakit apa ?
c. Baik bapak, bapak memilih untuk berdoa di tempat tidur ?
d. Kalau bapak sedang marah, bapak langsung duduk di tempat tidur
atau kursi, lalu bapak tarik nafas dalam, kemudian bapak berdoa
dengan cara bapak atau keyakinan bapak
e. Mari kita coba pak, bagus sekali bapak bisa lakukan kegiatan ini
secara teratur untuk meredakan kemarahan bapak.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak, setelah kita bercakap – cakap
tentang cara mengendalikan marah dengan cara melakukan
ibadah ?
2) Evalausi objektif
Coba bapak ceritakan lagi atau sebutkan lagi beberapa cara
mengendalikan marah yang suda kita pelajari
b. Rencana tindak lanjut
Sekarang mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Berapa kali bapak mau melakukan ibadah
c. Kontrak yang akan datang
 Topik

47
Nanti saya akan datang lagi untuk membicarakan tentang
latihan yang selama ini kita pelajari dan cara mengontrol. PK
dengan cara yang kelima yakni dengan minum obat.
 Waktu
Kita ketemu besok siang ya pak setelah makan siang ya pak,
waktunya hanya 20 menit saja ?
 Tempat
Tempatnya dsini lagi ya pak ?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Selasa, 16 Mei 2018 No RM : 035025

Jam : 12.20 Wita Nama : Tn. G

Pertemuan ke : VI Asal : Singaraja

Topik : SP 5P (RPK) Jenis Kelamin : Laki-laki

Mengontrol PK

Dengan Minum Obat

I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subyektif
- Pasien mengatakan sudah minum obat sesuai jadwal yang diberikan
oleh perawat yaitu : pagi dan sore.
- Pasien mengatakan “obat saya warnanya biru, orange dan putih tapi
lupa nama obatnya apa”
- Pasien mengatakan obatnya diminum melalui mulut (per oral)

48
- Pasien mengatakan bersedia untuk memasukkan kegiatan ini ke jadwal
kegiatan hariannya
Data Objektif

- Pasien mau belajar cara minum obat dengan perawat


- Pasien mau memasukkan minum obat ke dalam jadwal kegiatan harian
pasien
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Evaluasi jadwal Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar cara
minum obat, benar waktu minum obat dan benar dosis)
c. Susun jadwal minum obat secara teratur
4. Tindakan
a. Mengevaluasi pasien dalam melakukan latihan sebelumnya
b. Melatih pasien minum obat secara teratur, dengan prinsip 5 benar
c. Menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
II. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang bapak, apakah bapak masih ingat sama saya ? sesuai
dengan janji saya kemarinn, kita akan berbincang – bincang lagi
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak sekarang ? apakah bapak sudah melakukan
kegiatan yang saya ajarkan kemarinn ?
c. Kontrak
 Topik
Bagaimana kalau sekarang kita bicara tentang cara minum obat
dengan prinsip 5 benar
 Waktu
Waktu yang kita gunakan kurang lebih 20 menit ya pak ?
 Tempat

49
Tempatnya di tempat tadi saja ya pak ?
2. Fase Kerja
a. Berapa macam obat yang bapak minum ?
b. Warna obatnya apa saja pak ?
c. Jam berapa bapak minum obat ?
d. Bagaimana cara pemberiannya pak ?
e. Bila nanti bapak setelah minum obat terus mulut bapak terasa
kering bapak bisa minum air putih yang banyak untuk mengatasinya
ya pak
f. Bila terasa mata bapak berkunang – kunang, bapak sebaiknya
istirahat dan jangan banyak melakukan aktivitas
g. Nanti kalau bapak sudah di rumah, sebelum bapak minum obat,
bapak harus lihat terlebih dahulu labelnya, benar nama bapak
tertulis di wadah obatnya atau tidak. Berapakah dosis yang harus
bapak minum, dan baca juga ya pak apakah obatnya sudah benar ?
h. Sekarang kita masukan ya waktu minum obat ke dalam jadwal
kegiatan harian.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak, setelah kita berbincang – bincang
dengan saya mengenai cara minum obat yang benar ?
2) Evalausi objektif
Coba bapak sebutkan lagi warna obat yang bapak minum ? dan
bagaimana cara minum obat yang benar ? Nah, sudah berapa cara
yang saya ajarkan untuk mengontrol perasaan marah yang sudah
kita pelajari ?
3) Rencana tindak lanjut
Sekarang kita tambahkan lagi, jadwal kegiatan hariannya dengan
minum obat ya pak
b. Kontrak yang akan datang
 Topik

50
Besok kita ketemu lagi, kita evaluasi mengenai sejauh mana
bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana mencega rasa
marah tersebut ya pak ?
 Waktu
Besok kita berbincang – bincang pukul 09.00 Wita. Kita
ngobrolnya 20 menit, bagaimana apakah bapak setuju ?
 Tempat
Kita berbincang – bincang disini lagi atau dimana ?

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi menurut Keliat (2010) adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai

efek dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua

jenis yaitu evaluasi proses atauformatif dan evaluasi hasil atausumatif yang dilakukan

dengan membandingkan respon pasien dengan tujuan yang telah ditentukan, sedangkan

menurut Direja (2011) evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon pasien.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan S.O.A.P diantaranya sebagai berikut:

S: Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Dapatdiukur dengan menanyakan: “Bagaimana perasaan bapak setelah latihan nafas

dalam?”

O: Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat tindakan dilakukan

atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau member umpan balik sesuai

dengan hasil observasi.

A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah

masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah

yang ada, dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.

51
P: perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analis pada respon klien yang terdiri

dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat.

2.3 Asuhan Keperawatan Jiwa

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN “MA”


DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT
JIWA PROVINSI BALI DI BANGLI TANGGAL 25-28 OKTOBER 2019

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2019 pukul 08.00 wita di Ruang
Abimanyu Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali di Bangli. Data diperoleh melalui wawancara
dengan klien, observasi, pemeriksaan fisik, dan catatan medik.
Identitas Klien Penanggung
Nama : “MA” “NK”
Umur : 37 tahun -
Jenis kelamin : Laki-laki Laki-laki
Pendidikan : Tamat SMA SD
Pekerjaan :- Buruh
Agama : Hindu Hindu
Status perkawinan : Menikah Menikah
Suku / bangsa : Bali / Indonesia Bali / Indonesia
Alamat : Br. Uma Buluh, Canggu, Kuta, Badung
Hubungan dengan klien : Ayah

1. Alasan Masuk Rumah Sakit

Klien dibawa oleh orangtuanya ke BPK Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali di
Bangli pada tanggal 10 September 2019 pada pukul 09.30. Klien datang diantar

52
keluarga memakai baju kaos abu-abu dan celana panjang coklat, tampak menunduk,
tidak mau menatap mata pemeriksa. Pasien hanya berbisik-bisik sendiri, tidak jelas apa
yang dikatakan. Pasien tidak mau menyahut dan asik bicara sendiri dengan suara
pelan. Tiba-tiba tersenyum dan tertawa sendiri. Pasien dikeluhkan memukul ibunya ± 7
hari SMRS secara tiba-tiba tanpa sebab. Muka merah dan tegang, bicara

53
kasar, mengancam secara verbal dan fisik. Sebelumnya pasien sudah terlihat aneh sejak
pulang dari RS tahun ± 2009. Pasien hanya berdiam diri di rumah, mengumpulkan
barang-barang dan menyusun bambu di bale-bale sekitar rumah. Pasien sudah 3x masuk
RSJ. Pertama sakit sekitar tahun 2001. Awalnya pasien jatuh dari motor sebanyak 2x
pada tahun 2000 dan mengalami patah kaki dan dioperasi. ± 7 bulan kemudian pasien
mulai aneh seperti mengumik dan mengamuk. Setelah pulang pada tahun 2009, pasien
tidak pernah kontrol, hanya dicarikan obat, akan tetapi pasien tidak mau minum obat.
Pasien pernah disuntik 1 bulan tetapi karena tidak adsa biaya akhirnya pasien tidak
pernah lagi diberikan obat.

2. Faktor Predisposisi
Adapun pengkajian yang didapatkan adalah :
- Klien mengatakan “Sudah tiga kali saya ke sini”.
- Klien sebelumnya pernah dirawat di RSJ sebanyak 3 kali.
- Klien tidak kontrol secara rutin ke Rumah Sakit Jiwa. Klien juga dikatakan
tidak minum obat secara rutin.
- Ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yaitu paman pasien.
- Pengalaman masa lalu klien : “Saya pernah mukul ibu saya”, kata klien.
Saat ditanya kenapa klien melakukan hal itu klien mengatakan “Tidak tahu”.
- Klien juga pernah mengamuk di rumahnya. Klien mengamuk karena
merasa “inguh”.

3. Pemeriksaan Fisik
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,20C
Tinggi badan :-
Berat badan :-
- Keluhan fisik :
- “Tidak ada badan saya yang sakit, mual juga ngak”, kata klien.

53
- Klien tidak mengeluhkan rasa nyeri pada anggota tubuh, tidak merasa mual,
dan tidak mengalami luka.

4. Psikososial
Genogram

Klien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Klien tinggal dengan kedua
orang tuanya, saudara laki-laki, kedua paman beserta istri dan masing- masing anak
mereka. Di dalam keluarga klien ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa, yaitu
paman klien (kakak dari ibu klien). Orang yang terdekat dengan klien adalah istrinya.

5. Konsep diri

a. Citra tubuh
- “Semua saya sukai, yang paling disuka itu alis”, kata klien.
- Klien menyukai semua bagian tubuh, tetapi bagian tubuh yang paling disukai
klien adalah alisnya.
b. Identitas diri
- “Kalau di rumah saya biasanya memelihara ayam, burung, dan kura-kura.
Kalau tidak, saya jalan-jalan naik motor. Trus kalau ada odalan saya
ke pura.”, kata klien. Dari wawancara klien juga mengatakan “Saya senang
menjadi laki-laki”.
- Sebelum dirawat klien kuliah di salah satu Universitas di Singaraja. Klien
merasa senang bisa kuliah di sana. Klien mengatakan senang menjadi
seorang laki-laki.
c. Peran diri

54
- Klien mengatakan “Saya punya saudara 3 orang, 1 cowok dan 1 lagi sudah
meninggal karena digugurkan oleh ibu saya.” Klien merupakan anak pertama
dari 3 bersaudara.
d. Ideal diri
- “Saya pingin cepat sembuh biar bisa pulang ke rumah”, kata klien. Klien
juga mengatakan “Bosen disini gag bisa jalan-jalan naik motor”.
- Klien berharap klien masih mampu melakukan aktivitas seperti sebelum
sakit, klien juga berharap agar bisa cepat pulang ke rumahnya.
e. Harga diri
- Klien mengatakan “Di rumah saya punya banyak teman, sering saya jalan-
jalan sama teman saya”.
- Klien merasa tidak memiliki masalah dalam berhubungan dengan anggota
keluarga dan orang lain, dibuktikan dengan klien tidak takut ketika bertemu
dengan perawat dan kontak mata cukup baik.

6. Hubungan sosial
- Orang terdekat klien adalah ibunya.
- Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien mengatakan
“Sebelum kesini saya senang di rumah, bisa ke banjar, sembahyang ke pura,
dan jalan- jalan”.
- Sebelum sakit, klien aktif dalam kegiatan banjar di rumahnya. Setelah di
rawat di Rumah Sakit Jiwa klien tidak dapat beraktivitas seperti sebelum
dirawat.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien tidak memiliki
kesusahan untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya dapat dilihat dari
klien mau untuk berbicara dengan orang lain dan klien mengatakan “Saya
punya temen banyak di rumah”.

7. Spiritual
- Nilai dan keyakinan : klien mengatakan “Beragama Hindu”. Klien juga
mengatakan “Sang Hyang Widhi itu ada”.
- Klien beragama Hindu dan yakin dengan adanya Ida Sang Hyang Widhi
Wasa.

55
- Kegiatan ibadah : Klien mengatakan “saya sembahyang pernah pas purnama,
sembahyangnya di padmasana, habis itu dapat jajan”.

8. Status Mental
- Penampilan : klien berpakaian bersih, klien menggunakan baju kaos putih,
celana pendek jeans, dan rambut klien tersisir rapi. “Saya sudah mandi kok,
sudah juga ganti baju”, kata klien. Walaupun klien mengatakan seperti itu tapi
badan klien agak bau keringat dan klien tampak memakai baju yang sudah
dipakainya kemarin. Badan klien yang bau itu dikarenakan klien tidak
mengganti pakaian secara teratur.

9. Pembicaraan
- Klien berbicara dengan pelan dan keras. Selama proses wawancara klien
berbicara tentang satu topik

10. Aktivitas motoric


- Saat wawancara klien tampak tenang .

11. Alam perasaan


- Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat senang ataupun sedih.

12. Afek
- Dari hasil observasi, afek yang ditunjukkan klien labil. Emosi klien berubah
dengan cepat.

13. Interaksi selama wawancar


- Selama proses wawancara klien mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh perawat dengan singkat. Kontak mata klien saat wawancara
baik.

56
14. Persepsi
- Ketika perawat bertanya pada klien “Apakah Eka pernah melihat sesuatu yang
aneh atau mendengar hal yang aneh seperti suara-suara ?” klien mengatakan
“Tidak”.

15. Proses piker


- Selama proses wawancara, pembicaraan klien jelas dan tidak berbelit-belit,
tidak diulang-ulang.

16. Isi pikir


- Klien mengatakan “Bapak saya bersaudara berdelapan, bapak saya anak ke
enam, saudaranya dua cewek dan enam cowok sama bapak saya. Kalau Ibu
bersaudara berlima, 3 adiknya cowok dan satu cewek. Ada saudara bapak saya
meninggal karena cetik, kakaknya bapak”. Klien meyakini ada saudara dari
bapak yang meninggal karena “cetik”. Ini menunjukkan kalau klien memiliki
pikiran magis.

17. Tingkat kesadaran


- Saat klien ditanya berada di mana sekarang klien mengatakan “Di Rumah Sakit
Jiwa”. Saat ditanya “Sekarang hari apa dan jam berapa ?” klien mengatakan
“Sekarang jumat, jam setengah sebelas”
- Klien menyadari bahwa dia sedang berada di Rumah Sakit Jiwa, klien juga sadar
dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan siapa saja yang ada di
lingkungannya. Orientasi klien terhadap waktu, orang dan tempat baik.

18. Memori
- Klien mampu mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu
maupun saat ini dibuktikan dengan perkataan klien “Saya pernah kecelakaan
tahun 2000 dan kaki kiri saya patah. Saya sudah 3x masuk sini” kata klien .
Masalah keperawatan : tidak ada

57
19. Tingkat konsentrasi dan berhitung
- Selama wawancara tingkat konsentrasi klien kurang. Kien mampu
menyelesaikan hitungan sederhana tapi pada bilangan kecil saja.

20. Kemampuan penilaian


- Saat diberikan kesempatan pada klien untuk memilih apakah klien
mendahulukan mandi atau bersembahyang, klien mengatakan “Mandi dulu
baru sembahyang”. Klien memilih untuk mandi dahulu sebelum sembahyang.

21. Daya tilik diri


- Saat ditanya “Kenapa bapak di bawa ke sini ?” Klien mengatakan “Saya tidak
rutin minum obat, saya juga pernah ngamuk di rumah,”. “Saya tidak gila
cuman mau menenangkan pikiran supaya tidak ngamuk di rumah lagi”.
- Klien tidak mau mengakui atau dibilang memiliki gangguan jiwa. Klien
mengatakan dirinya di Rumah Sakit Jiwa untuk menenangkan diri supaya tidak
ngamuk lagi

22. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan : Klien dapat makan dan mengambil makanan secara mandiri. Dalam 1
hari klien makan sebanyak 3 kali.
b. Defekasi / berkemih : Klien mengatakan “Buang air besar 1 kali sehari dan
kencing kurang lebih 5-7 kali sehari”. Saat ditanya waktu kencing atau
buang air besar dibantu apa tidak ? klien menjawab “Gag, bisa sendiri”. Klien
dapat buang air besar dan kencing secara mandiri
c. Mandi : Saat ditanya “Berapa kali bapak mandi ? Pake handuk dan sabun ga ?
Klien mengatakan “mandi 2 kali. Kadang-kadang saja pake handuk dan sabun”.
Klien dalam sehari mandi dua kali terkadang dengan menggunakan sabun dan
dapat mandi secara mandiri. Tetapi kadang-kadang klien masih bau walaupun
klien mengatakan sudah mandi dikarenakan cara mandi klien yang tidak benar
d. Berpakaian / berhias : Klien dapat mengambil pakaian dan berpakaian secara
mandiri. Klien mengatakan mengganti pakaian 1 kali sehari. Kadang-kadang
klien tidak mengganti baju dengan alasan baju bersih klien habis. Dibuktikan

58
dengan klien tampak memakai baju yang sama di hari besoknya dan baju yang
dipakai klien agag bau keringat.
e. Istirahat dan tidur : “Saya tidur siang jam satu bangunnya jam 3 kalau malam
tidur jam setengah sembilan dan bangun jam 6”, kata kien. Klien tidur malam
dari pukul 20.30 sampai 06.00 Wita. Setelah bangun tidur pagi klien biasanya
cuci muka, kemudian membersihkan tempat tidur.
f. Penggunaan obat : Klien selalu meminum obat yang diberikan oleh perawat
sebanyak dua kali sehari. Klien mampu untuk minum obat secara mandiri tetapi
masih dalam pengawasan perawat.
g. Pemeliharaan kesehatan : Klien tidak rutin melakukan kontrol ke Rumah
Sakit Jiwa dan minum obat kalau sudah pulang ke rumah.
h. Aktivitas di dalam rumah : Klien mengatakan kebiasaan di dalam rumah yaitu
Pasien hanya berdiam diri di rumah, mengumpulkan barang-barang dan
menyusun bambu di bale-bale sekitar rumah
i. Aktivitas di luar rumah : Klien mengatakan suka pergi jalan-jalan.
j. Mekanisme Koping : Klien mengatakan jika ia memiliki masalah ia kadang
menceritakan pda istrinya. Terkadang klien memendamnya sendiri.

23. Aspek medis


a. Diagnosa medis : Skizifrenia hebefrenik
b. Therapy medic : Cpz 1 x 100 mg
Txp 1 x 2 mg
Haloperidol 2 x 5 mg

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perilaku kekerasan

59
C. PERENCANAAN (INTERVENSI)
Perencanaan
Hari / tgl Diagnosa Kep
Tujuan Kriteria evaluasi intervensi
Jumat, 25 Perilaku kekerasan TUM :
Oktober Klien tidak mencederai diri Setelah diberikan tindakan  Berikan salam terapeutik
2019 sendiri, orang lain, dan keperawatan 1 x setiap interaksi.
lingkungan- nya. 15 menit selama 6 jam  Perkenalkan nama perawat,
TUK 1 : Klien dapat membina diharapkan klien nama panggilan, dan tujuan
hubungan saling percaya dengan menunjukkan tanda-tanda interaksi.
perawat. percaya pada perawat :  Tanyakan nama lengkap
Klien tersenyum klien dan nama panggilan
saat disapa. kesukaan klien.
TUK 2 : Setelah diberikan tindakan  Beri kesempatan
Klien dapat mengiden- tifikasi keperawatan 1 x 15 menit mengungkapkan penyebab
penyebab perilaku kekerasan. selama 6 jam diharapkan klien klien melakukan perilaku
dapat menjelaskan penyebab kekerasan.
perilaku kekerasan yang dialami  Bantu klien mengungkapkan
klien. perasaan jengkel/kesal.
 Dengarkan klien tanpa
menyela saat klien
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 3 : Setelah diberikan  Motivasi klien untuk
Klien dapat mengidenti- fikasi tindakan keperawatan 1 x mengungkap- kan kondisi
tanda- tanda perilaku kekerasan. 15 menit selama 6 jam fisik (tanda- tanda fisik)
yang klien rasakan ketika
diharapkan klien dapat perilaku kekerasan terjadi.
menyebutkan  Observasi tanda
tanda-tanda perilaku perilaku kekerasan.

60
kekerasan.  Simpulkan bersama klien
tanda-tanda perilaku
kekerasan yang dialami
klien.
TUK 4 : Klien dapat Setelah diberikan tindakan  Motivasi klien untuk
mengidenti- fikasi perilaku keperawatan 1 x mengungkap- kan
kekerasan yang biasa 15 menit selama 6 jam tindakan- tindakan
dilakukan. diharapkan klien dapat kekerasan yang selama ini
memyebutkan perilaku sudah dilakukan.
kekerasan yang biasa  Motivasi klien untuk
dilakukan klien. mengungkap- kan
perasaan yang klien
rasakan setelah
melakukan tindakan
kekerasan itu.
 Bantu bermain peran
sesuai dengan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan. Tanyakan
"Apakah dengan cara
yang dilakukan
masalahnya selesai ?"
TUK 5 : Klien dapat Setelah diberikan tindakan  Bicarakan dengan klien
mengidenti- fikasi akibat keperawatan 1 x apa yang dirasakan klien
dari perilaku kekerasan. 15 menit selama 6 jam setelah klien dapat
diharapkan klien dapat melakukan perilaku
menyebutkan akibat yang kekerasan.

61
ditimbulkan dari perilaku  Bersama dengan klien
kekerasan. simpulkan dampak dari
perilaku kekerasan baik itu
pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.
TUK 6 : Klien dapat Setelah diberikan tindakan  Motivasi klien untuk
mengidenti- fikasi cara keperawatan 1 x mempelajari cara baru
konstruktif dalam berespon 15 menit selama 6 jam mengungkap- kan marah
terhadap kemarahan. diharapkan klien dapat yang sehat.
menyebutkan  Jelaskan berbagai alternatif
cara-cara dalam berespon pilihan untuk
terhadap kemarahan. mengungkap- kan marah
selain perilaku kekerasan
yang diketahui klien.
Jelaskan cara-cara sehat
untuk mengungkap- kan
marah, antara lain :
Cara fisik: nafas dalam,
pukul bantal atau kasur,
atau olah raga.
Verbal: mengungkap- kan
bahwa dirinya sedang
kesal kepada orang lain.
Sosial: latihan asertif
dengan orang lain.
Spiritual: sembahyang/

62
doa, zikir, meditasi, dan
sebagainya sesuai
keyakinan agamanya
masing-masing.
 Beri pujian jika mengetahui
cara lain yang sehat.
TUK 7 : Klien dapat Setelah diberikan tindakan  Diskusikan cara yang
mengidenti- fikasi cara keperawatan 1 x mungkin dipilih dan
mengontrol perilaku 15 menit selama 6 jam anjurkan klien memilih
kekerasan. diharapkan klien dapat cara yang mungkin untuk
menyebutkan mengungkap- kan
cara-cara untuk mengontrol kemarahan.
perilaku kekerasan.  Latih klien memperagakan
cara yang dipilih.
 Peragakan cara mengontrol
perilaku kekerasan yang
dipilih klien.
 Jelaskan manfaat dari
cara yang dipilih klien.
 Anjurkan klien menirukan
peragaan yang sudah
dilakukan.
 Beri penguatan pada
klien, perbaiki cara yang
masih belum sempurna.
 Anjurkan klien
menggunakan cara yang

63
sudah dilatih saat
marah/jengkel.
TUK 8 : Klien mendapat Setelah diberikan tindakan  Diskusikan pentingnya
dukungan dari keluarga. keperawatan 1 x peran serta keluarga
15 menit selama 6 jam sebagai pendukung
diharapkan klien mendapat klien untuk mengatasi
dukungan dari keluarga. perilaku kekerasan
 Diskusikan potensi
keluarga untuk membantu
klien mengatasi perilaku
kekerasan
 Jelaskan pengertian,
penyebab, akibat dan
cara merawat klien
perilaku kekerasan
yang dapat
dilaksanakan oleh
keluarga.
 Peragakan cara merawat
klien (menangani
perilaku kekerasan).
 Beri kesempatan keluarga
untuk memperagakan
ulang.
 Beri pujian kepada keluarga
setelah peragaan.
 Tanyakan perasaan kelurga

64
setelah mencoba cara yang
dilatih.
TUK 9 : Setelah diberikan  Diskusikan
Klien dapat menggunakan tindakan keperawatan 1 x  dengan klien tentang obat
obat dengan benar (sesuai 15 menit selama 6 jam (nama, dosis, frekuensi,
program). diharapkan klien dapat efek dan efek samping).
menggunakan Anjurkan
obat sesuai program.  untuk klien agar meminum
obatnya.
 Bantu klien mengungkap-
kan obat dengan prinsip 5
benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
 Anjurkan untuk
membicarakan efek dan
efek samping obat yang
dirasakan.

65
D. IMPLEMENTASI
Hari/ tgl Diagnosa implementasi Evaluasi formatif paraf
Keperawatan (TUK)
Jumat, 25 Prilaku kekerasan “Selamat Pagi, Adik” “Perkenalkan saya S : “Ya..panggil saja
Oktober (TUK 1) Putu Trisma Eka”.
2019 Prathama Dewi, biasanya saya O : Klien mengulurkan tangannya
dipanggil Trisma. Saya mahasiswa ntuk berjabat tangan sambil
Wira Medika Jurusan Keperawatan. melihat perawat.
Selama kurang lebih 7 hari kedepan
saya yang akan merawat Adik. Jika
nanti Adik membutuhkan bantuan,
Adik bisa memanggil saya. Apakah
benar Adik bernama Eka Januarsa ?
Adik suka dipanggil siapa ?”

“Bagaimana perasaan Eka hari ini?” S : “Baik”.

“Eka, bagaimana kalau sekarang kita


mengobrol tentang keadaan Eka ? S : “Ya..ya”.
Apakah Eka mau mengobrol dengan O : Klien menjawab sambil menoleh
saya ?” ke arah perawat.

“Bagaimana kalau kita S : “Ya..”.

66
mengobrolnya selama 15 menit ?”
“Dimana Eka ingin mengobrol dengan S : “Di ruangan sini saja
saya ? apakah di Mbok Trisma”.
ruangan ini atau di luar ruangan
saja ?”

“Tadi Eka sudah menyebutkan nama S : “19 tahun”.


Eka, kalau boleh saya tahu berapa
umur Eka sekarang ?”

“Eka berasal dari mana ?”


S : “Dari Banjar Kawan, Desa kawan,
Bangli”.

“Apa pekerjaan Eka ? S : “Saya masih mahasiswa, kuliah di


suatu Universitas di Singaraja”.

S : “Saya senang jalan- jalan naik


motor”.
“Apa hal yang Eka senangi ?” “Kemana
S : “Kadang-kadang ke pantai sama
ke rumah teman”.
saja Eka jalan-jalan?”
S : “Senang”.

“Wah…bagus sekali Eka menyukai hal


itu. Bagaimana perasaan Eka jika Eka

67
bisa melakukan hal yang disenangi
?”
S : “Gag, itu saja”.
“Apakah ada hal lain yang Eka senangi
?”
S : “Saya pernah ngamuk dirumah”.
“Bagaimana awal mulanya Eka sampai
bisa dirawat disini ?”
S : “Masih, saya kesini sama orang
tua
“Apa Eka masih ingat, siapa yang saya”.
membawa Eka ke sini ?”

S : “Ya, gitu aja, nyapu, main tenis


“Selama disini hal apa saja yang sudah meja, main bulu tangkis, makan,
Eka lakukan ?” sembahyang, gitu jak”.

S : “Oh ya..ya”.

“Baiklah Eka, sudah 15 menit kita


mengobrol. Saya sudahi dulu
mengobrolnya. Jika masih ada yang
ingin Eka ceritakan, Eka bisa
ceritakan lagi pada saya saat kita
bertemu lagi. Sekarang Eka istirahat

68
dulu ya.,”. S ; “Baik”.

“Bagaimana perasaan Eka setelah


mengobrol dengan saya ?”
S : “Oh ya…Mbok
“Eka, besok saya dinas pagi, saya ada Trisma”.
di sini dari pukul
08.30 sampai 13.30 wita. Bagaimana
kalau besok pagi sekitar pukul 09.00
Wita kita mengobrol tentang keadaan
Eka lagi, Apakah Eka mau mengobrol
dengan saya
lagi ?”

“Berapa lama Eka mau mengobrol S : “Sama seperti sekarang saja”.


dengan saya ?”
S : “Ya”.
“Berarti selama 15 menit ya ?” “Dimana
S : “Di sini, Mbok”.
Eka ingin mengobrol
dengan saya ?”
S : “Oh ya..”
“Baiklah Ka, sampai besok ya” O : Klien tampak kooperatif.
Klien menjawab dengan
singkat pertanyaan yang diberikan dan
dengan suara agak keras.
Sabtu, 26 Prilaku kekerasan “Selamat pagi Eka” S : “Pagi”.

69
Oktober (TUK 1) O : Klien mau menjawab sapaan dan
2019 melihat ke arah perawat.

S : “Oh..siapa ya?
“Apa Eka masih ingat dengan saya ?” Mbok Trisma ya ?”
“Ya Eka, benar sekali saya Trisma.
Bagus sekali Eka masih ingat
dengan saya”.

“Bagaimana keadaan Eka sekarang S : “Baik-baik saja


?” Mbok”.

“Eka, sesuai janji saya kemarin, sekarang S : “Oh..ya..ya. Di sini saja Mbok”.
kita akan mengobrol tentang keadaan O :Klien kooperatif dan
Eka kurang lebih selama 15 menit di klien duduk sofa.
ruangan sini saja. Apakah Eka setuju
?”.

“Eka, coba ceritakan tentang keluarga S : “Saya punya adik 2 orang, 1


Eka !. Dari jumlah saudara Eka. cowok dan satu lagi sudah
meninggal”.

“Kalau Bapak sama Ibunya Eka S : “Bapak saya bersaudara


bersaudara berapa ? berdelapan, bapak saya anak ke
enam, saudaranya dua cewek
dan enam cowok sama bapak

70
saya dan saudara yang ketiga
sudah
meninggal karena “cetik”. Kalau
Ibu
bersaudara berlima,
3 adiknya cowok dan satu cewek.
Ada saudara ibu yang keempat
juga mengalami
gangguan jiwa”. O : Klien
tampak
“Kalau di rumah, Eka dekat dengan bersemangat untuk memulai
siapa ?” ceritanya.

“Kalau di rumah apa saja kegiatan S : “Sama Ibu saya”.


Eka?”

S : “Kalau di rumah saya cuman


memberi makan binatang
peliharaan, kalau gag jalan-jalan
naik motor. Kalau ada odalan saya
ke
pura”.
“Eka, apa masih ingat kejadian yang
lalu ?” S : “Masih, saya dulu pernah mukul
temen saya waktu kecil, waktu ini
juga saya ngamuk, makanya saya
di bawa ke sini untuk

71
menenangkan diri”.

S : “Tanggal 24 Mei
2011”.
“Kapan Eka dibawa kesini ?”. “Dari
S : “Saya suka bagian wajah”

bagian tubuh, yang mana S : “Alis saya”.


yang paling Eka disukai ?” “Yang O : Klien tampak berpikir dan
paling Eka sukai yang sedikit
mana?” mengerutkan alisnya.

S : “Senang, tapi sekarang sudah gag


“Sebelum Eka dirawat, apa Eka seneng bisa jalan-jalan dengan motor”.
jalan-jalan dengan motor?”.
S : “Saya ingin cepat sembuh dan
bisa pulang ke rumah lagi”.
“Apa harapan Eka sekarang ?”.
S : “Ya..perasaan saya baik”.

“Eka, sudah 15 menit kita mengobrol


tentang keadaan Eka. Saya sudahi
dulu mengobrolnya ya”.
“Bagaimana perasaan Eka setelah S : “Oh..ya.. Saya mau”

72
mengobrol dengan saya ?”

“Eka, besok saya dinas pagi lagi,


bagaimana kalau besok kita
mengobrol lagi tentang penyebab Eka
mengamuk? Apakah Eka mau
mengobrol dengan saya lagi ?”. S : “Jam 10 ya”.

“Jam berapa Eka ingin mengobrol


dengan saya dan berapa lama?’
S : “Di sini aja lagi”. S : “Ya..ya”.
“Dimana Eka ingin mengobrol dengan
saya ?”

“Baiklah Eka, besok jam 10 pagi kita


mengobrol lagi,
sampai besok ya Eka”.
Minggu, Prilaku kekerasan “Selamat pagi, Eka” S :” Pagi”
27 (TUK 2)
Oktober “Apakah Eka masih ingat dengan S : “Mbok Trisma kan ?” O : Klien
2019 saya ?” tampak sedang mengingat-ingat.
“Ya Ka, benar sekali”.
“Wah….Bagus sekali Eka masih
ingat dengan saya”.
S : “Baik”.
“Bagaimana keadaan Eka sekarang
?”

73
S : “Ya..saya mau”.
“Eka, sesuai dengan janji saya kemarin, O : Klien kooperatif dan kontak mata
sekarang kita akan mengobrol tentang klien sudah baik.
apa yang menyebabkan Eka mengamuk
(perilaku kekerasan). Apakah Eka
setuju ?”

“Sesuai dengan janji saya kemarin, S : “Baik…disini saja ya ngobrolnya”.


sekarang kita mengobrolnya selama
15 menit di ruangan ini ya, Ka ?
Setuju ?”

“Eka, apa yang menyebabkan S : “Inguh tidak dikasi uang, makanya


Eka mengamuk ?” saya ngamuk”.

S : “Dulu pernah, itu dah karena inguh


dan terkadang karena pusing”.
“Apakah sebelumnya Eka pernah
O : O : Klien mengulang lagi jawaban
marah dan
mengamuk ? Terus apa yang yang sudah dikatakan. Kontak
menyebabkan Eka seperti itu ?” mata masih baik.

S : “Gag”.

S : “Gag ada”.

74
S : “Sebentar jak, paling
“Apakah sebelum Eka mengamuk beberapa menit saja”.
punya masalah dengan orang atau
kesal dengan orang lain ?”
“Eka, biasanya berapa lama
perasaan marah atau perilaku
mengamuk itu Eka rasakan ? Kira-kira
sampai berbulan- bulan atau dalam
hitungan menit ?” S : “Oh ya..”
“Saya merasa baik dan seneng”.
“Baiklah Eka, sudah 15 menit kita O : “Klien mau
mengobrol. Saya sudahi dulu menjawab pertanyaan perawat,
mengobrolnya. Jika masih ada yang kontak mata sudah lebih baik.
ingin Eka ceritakan, Eka bisa Klien mau menatap perawat yang
ceritakan lagi pada saya saat kita diajak bicara.”.
bertemu lagi”.
“Bagaimana perasaan Eka setelah
mengobrol dengan saya ?”.
S : “Oh..besok libur ya..
Ya hari senin lagi ngobrolnya”.
O : Klien bersedia mengobrol lagi
“Eka, besok saya libur. Hari senin dengan perawat, kontak mata
saya dinas pagi lagi. Saya ada di pun sudah baik.
sini dari pukul
08.30 sampai 13.30 wita. Bagaimana
kalau hari senin sore sekitar pukul
10.00 Wita kita mengobrol tentang

75
tanda- tanda perilaku kekerasan atau
tanda-tanda saat Eka mengamuk. S : “Sama ja kayak sekarang”.
Apakah Eka mau mengobrol dengan
S : “Di sini ja ya”.
saya
lagi ?”

“Berapa lama Eka mau mengobrol S : “Baik Mbok ”.


dengan saya ?”

“Dimana Eka ingin mengobrol dengan


saya ?

“Baiklah Eka, hari senin pagi kita akan


mengobrol lagi
sekitar jam 10.00 ya ?”
Senin, 28 Prilaku kekerasan “Selamat pagi, Eka” S : “Pagi. Oh..nyenyak”.
Oktober (TUK 3) “Bagaimana tidurnya kemarin malam ?
2019 Nyenyak atau tidak?”

“Bagaimana keadaan Eka sekarang


?” S : “Baik”.

“Eka, sesuai janji saya kemarin sekarang


kita mengobrol tentang tanda-tanda S : “Oh..setuju”.
perilaku kekerasan ? Apakah Eka
setuju ?”

76
“Kita akan mengobrol kurang lebih
selama 15 menit ya, Ka?”.
S : “Baik”.
“Kita mengobrolnya di sini saja?”

“Eka, jika Eka merasa marah atau ingin


mengamuk apa saja yang Eka S : “Di sini saja”.
rasakan?”

“Selain inguh dan kepala pusing, apa S : “Inguh dan kepala saya
ada hal lain yang dirasakan ?” pusing”.

“Apakah saat Eka ingin mengamuk Eka


merasa muka merah, rahang mengatup S : “Badan saya gemetaran juga,
dengan kuat, mengepalkan tangan, Mbok”.
bicara kasar, suara meninggi, dan ingin
melempar atau memukul benda atau
orang lain ?” S : “Itu dah, saya gemetaran,
“Apakah ada hal lain yang Eka rasakan mengepalkan tangan juga, dan ingin
jika ingin merusak barang-barang yang ada”.
mengamuk ?”

“Jadi kalau Eka melakukan perilaku


kekerasan atau mengamuk tanda-
tandanya S : “Gag, itu aja”.
ada 3 ya ?”

77
S : “Iya (gemetaran, tangan mengepal
dan
ingin merusak barang- barang yang
ada)”.
“Baiklah Eka, sudah 15 menit kita
O: Klien berusaha menyebutkan tanda-
mengobrol. Saya sudahi dulu
tanda yang klien alami.
mengobrolnya. Jika masih ada yang
ingin Eka ceritakan, besok kita
mengobrol lagi”.
O : S : “Oya..ya”.
O : Klien kooperatif dan kontak mata
“Bagaimana perasaan Eka setelah
klien sudah baik.
mengobrol dengan saya ?”.
“Eka, besok saya dinas sore, saya ada di
sini dari pukul 13.30 sampai 19.30 wita.
Bagaimana kalau besok pagi sekitar
S “Senang”.
pukul
15.00 Wita kita mengobrol tentang
perilaku kekerasan yang biasa Eka
S : “Jam 3 sore ya.., Ya kita
lakukan. Apakah Eka mau mengobrol
mengobrol lagi”.
dengan saya
lagi ?”

“Berapa lama Eka mau mengobrol


dengan saya ?”

“Dimana Eka ingin mengobrol dengan

78
saya ?
S : “Sama seperti sekarang
“Kalau begitu di dalam ruangan ya, ya”.
disofa depan televisi itu, mau Ka
?” S : “Dimana aja boleh”. S : “Boleh”.
“Baiklah Eka, sampai besok ya”.

S : “Ya”.
Selasa, 29 Prilaku kekerasan “Selamat sore, Ka” “Bagaimana tidur S : “Sore. Tidurnya nyenyak.”
Oktober (TUK 4) siangnya, O : “Klien tampak antusias dan
2019 nyenyak gak? ” kooperatif, kontak mata klien juga
baik.

S : “Baik.”
“Bagaimana keadaan Eka sekarang
?”
S : “Ya..ya”
O : Kontak mata klien baik.klien
“Eka, sesuai janji saya kemarin, sekarang mau menoleh kea rah perawat.
kita akan mengobrol tentang perilaku
kekerasan yang biasa Eka lakukan.
Apakah Eka mau mengobrol dengan
saya?” S : “Ya..saya setuju.”

“Kita mengobrolnya selama 15 menit ya


Ka, Apa Eka
setuju ?” S : “Ya. Di sini saja”

79
“Eka, kita mengobrol di sofa ini saja ya ?
Sesuai dengan permintaan Eka
S : “Dulu pernah mukul orang waktu
kemarin”.
kecil, mengamuk di rumah dan
merusak meja.”
“Eka, apa Eka masih ingat tindakan O : Klien mengingat- ingat kejadian
kekerasan apa saja yang pernah Eka yang pernah terjadi.
lakukan ?”.
S : “Biasa saja.”

S : “Tidak.”
“Bagaimana perasaan Eka setelah
melakukan hal tersebut ?”. S : “Saya pukul-pukul meja sampai
rusak.”
“Oh..biasa saja, apa tidak merasa O : Klien menunjukkan cara
bersalah ?”. memukul meja dengan tangan
“Coba Eka tunjukkan kepada saya mengepal.
contoh dari tindakan perilaku kekerasan
yang pernah dilakukan ! Apa Eka mau S : “Tidak. Saya kan tidak punya
mencontohkan- nya ?” masalah.”
S : “Oh…sudah ya.”
“Apakah dengan cara yang dilakukan
masalah Eka bisa diselesaikan ?”
“Baiklah Eka, sudah 15 menit
kita mengobrol. Saya sudahi dulu
mengobrolnya. Jika masih ada yang

80
ingin Eka ceritakan, Eka bisa
ceritakan lagi pada saya saat kita
S : “Baik”
bertemu lagi”.

“Bagaimana perasaan Eka setelah


mengobrol dengan saya ?”. S : “Baik…baik”

“Eka, besok saya dinas sore, saya ada


di sini dari pukul
13.30 sampai 19.30 wita. Bagaimana
kalau besok sore di jam yang sama
sekitar pukul 15.00 Wita kita
mengobrol tentang akibat dari perilaku
kekerasan yang Eka lakukan. Apakah
Eka mau mengobrol dengan saya
lagi ?”

“Berapa lama Eka mau mengobrol


S : “Kayak sekarang jak” S : “Ya.”
dengan saya ?”
“Berarti 15 menit ya ?”
S : “Di luar saja.” S :
“Dimana Eka ingin mengobrol dengan
saya ?

“Baiklah Eka, sampai besok pagi ya”.


Rabu, 30 Prilaku kekerasan “Selamat sore, Eka” “Bagaimana suasana S : “Sore, Baik”
Oktober (TUK 5) hati Eka sekarang ? Sudah melakukan S : “Ya sudah tadi”.

81
2019 tugas dapurnya?”

“Bagaimana keadaan Eka


sekarang ?” S : “Baik, Mbok”. S : “Oh ya,

”Eka, sesuai janji saya kemarin,


sekarang kita akan mengobrol mau”.
tentang akibat dari perilaku
kekerasan yang biasa Eka
lakukan. Apakah Eka mau
mengobrol dengan saya?”
“Kita mengobrolnya selama 15
menit ya Ka, Apa Eka
setuju ?”
“Eka, kita mengobrol di luar sini S : “Setuju”.
saja ya ? Sesuai dengan O : Klien menjawab pertanyaan perawat
permintaan Eka kemarin”. dengan jelas dan kontak mata baik.

“Eka, apa yang Eka rasakan S : “Ya, Mbok, di sini saja”


setelah melakukan tindakan
kekerasan atau mengamuk ?
S : “Biasa saja, tidak ada yang aneh”
“Apa dengan mengamuk, inguh
yang Eka rasakan bisa
hilang ?”.
S : “Tidak, masih inguh”.
“Bisa Eka sebutkan akibat dari

82
perilaku kekerasan yang telah O : Klien menjawab
Eka lakukan ?” dengan mengerutkan
alisnya.
S : “Barang-barang dirumah saya rusak”.
“Ada lagi gag, Ka ?”
S : “Hmm, tangan saya juga sakit
setelah merusak meja”.
“nah yang eka sebutkan tadi adalah
akibat dari tindakan yang eka
lakukan dapat merugikan eka dan S: “Oh gitu ya.”
orang lain.”

“Baiklah Eka, sudah 15 menit


kita mengobrol. Saya sudahi dulu S: “Oh ya”.
mengobrolnya. Jika masih ada yang
ingin Eka ceritakan, Eka bisa
ceritakan lagi pada saya saat kita
bertemu lagi”.

“Bagaimana perasaan Eka setelah


S: “Baik-baik”
mengobrol dengan saya ?”.

“Eka, besok saya dinas sore, saya ada S : “Oh ya..ya..”


di sini dari pukul
13.30 sampai 19.30 wita. Bagaimana
kalau besok sore di jam yang sama
sekitar pukul 15.00 Wita kita
mengobrol tentang cara mengontrol

83
perilaku kekerasan yang Eka lakukan. S: “15 menit”
Apakah Eka mau mengobrol dengan
saya
lagi ?”

“Berapa lama Eka mau mengobrol


dengan saya ?”
“Berarti 15 menit ya ?”

“Dimana Eka ingin mengobrol dengan S: “disin”


saya ?

“Baiklah Eka, sampai besok S: “iya”


pagi ya”.

84
F. EVALUASI

Diagnosa Keperawatan/
Hari/tgl Evaluasi Sumatif paraf
TUK
Sabtu, 26 Prilaku kekerasan (TUK 1) S : “Ya..panggil saja Eka” “Baik”.
Oktober “Ya..ya”. “Ya..”.
2019 “Di sini saja Mbok”.
“19 tahun”.“Dari Banjar Kawan, Desa Kawan, Bangli”.
“Saya masih mahasiswa, kuliah di suatu Universitas di Singaraja”.
“Saya senang jalan-jalan naik motor”.
“Kadang-kadang ke pantai sama ke rumah teman”. “Senang”.
“Gag, itu saja”.
“Saya pernah ngamuk dirumah”.
“Masih, saya kesini sama orang tua saya”.
“Ya, gitu aja, nyapu, main tenis meja, main bulu tangkis, makan, sembahyang, gitu jak”.
“Oh ya..ya”.
“Baik”.
“Oh ya…Mbok Trisma”. “Sama seperti sekarang saja”. “Ya”.
“Di sini, Mbok”. “Oh ya..”
O : Klien mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan sambil melihat perawat. Klien

85
tampak kooperatif. Klien menjawab dengan singkat pertanyaan yang diberikan
dan dengan suara agak keras. Klien menjawab sambil menoleh ke arah perawat.
A : Tujuan tercapai sebagian.
P : Lanjutkan TUK 2
Minggu, Prilaku kekerasan (TUK 2) S : “Pagi.”
27 “Mbok Trisma kan ?” “Baik”.
Oktober “Ya..saya mau”.
2019 “Baik…disini saja ya ngobrolnya”.
“Inguh tidak dikasi uang, makanya saya ngamuk”. “Gak..kalau tidak pusing saya
tidak ngamuk”. “Dulu pernah, itu dah karena inguh dan terkadang karena
pusing”.
“Gag”. “Gag ada”.
“Sebentar jak, paling beberapa menit saja”. “Oh ya..”
“Saya merasa baik dan seneng”.
“Oh..besok libur ya.. Ya hari senin lagi ngobrolnya”. “Sama ja kayak sekarang”.
“Di luar ja ya”. “Baik Mbok”.
O : Klien tampak sedang mengingat-ingat.
Klien kooperatif dan kontak mata klien sudah baik. Klien mengulang lagi
jawaban yang sudah
dikatakan. Kontak mata masih baik.

86
Klien mau menjawab pertanyaan perawat, kontak mata sudah lebih baik. Klien
mau menatap perawat yang diajak bicara.
Klien bersedia mengobrol lagi dengan perawat, kontak mata pun sudah baik.
A : TUK 2 tercapai.
P : Lanjutkan TUK 3.
Senin, 28 Prilaku kekerasan (TUK 3) S : “Pagi. Oh..nyenyak”.
Oktober “Baik”. “Oh..setuju”. “Baik”.
“Di sini saja, lebih suka disini”. “Inguh dan kepala saya pusing”.
2019 “Badan saya gemetaran juga, Mbok”.
“Itu dah, saya gemetaran, mengepalkan tangan juga, dan ingin merusak barang-
barang yang ada”.
“Gag, itu aja”.
“Iya (gemetaran, tangan mengepal, dan ingin merusak barang-barang yang
ada)”.
“Oya..ya”.
“Senang”.
“Jam 3 sore ya.., Ya kita mengobrol lagi”. “Sama seperti sekarang ya”.
“Dimana aja boleh”.
“Boleh”. “Ya”.
O : Klien berusaha menyebutkan tanda-tanda yang klien alami.
Klien kooperatif dan kontak mata klien sudah baik.
A : TUK 3 tercapai.
P : Lanjutkan TUK 4.
Selasa, 29 Prilaku kekerasan (TUK 4) S : “Sore. Tidurnya nyenyak.”
“Baik”. “Ya..ya” “Ya..setuju”

87
Oktober “Ya, di sini saja”
2019 “Dulu pernah memukul orang waktu kecil, mengamuk dirumah, dan
merusak meja”.
“Biasa saja”. “Tidak”.
“Saya pukul-pukul meja sampai rusak” “Tidak, saya kan tidak punya
masalah”. “Oh..sudah ya”.
“ Baik”. “Baik..baik”.
“Kayak sekarang jak”
“Ya”
“Di luar jak”. “Ya”.
O : Klien tampak antusias dan kooperatif, kontak mata
klien juga baik.
Kontak mata klien baik. Klien mau menoleh ke arah perawat.
Klien duduk dengan posisi tegap, dan kontak mata
baik”.
Klien mengingat-ingat kejadian yang pernah terjadi. “Klien menunjukkan cara
memukul meja dengan tangan mengepal”.
A : “TUK 4 tercapai.
P : Lanjutkan TUK 5.
Rabu, 30 Prilaku kekerasan (TUK 5) S : “Sore, Baik”
Oktober “Ya sudah tadi.” “Baik, Mbok.” “Oh ya, mau”.
“Setuju”.
2019 “Ya, Mbok, di sini saja”
“Biasa saja, tidak ada yang aneh” “Tidak, masih inguh”.
“Barang-barang dirumah saya rusak”.
“Hmm, tangan saja juga sakit setelah merusak meja”.

88
“Apa ?”
“Oh gitu ya. Nanti saya coba”. “Oh ya”.
“Baik-baik”
“Oh ya..ya..”
O : Klien menjawab pertanyaan perawat dengan jelas dan kontak mata baik.
Klien menjawab dengan mengerutkan alisnya.
Kontak mata klien baik.
Klien mau menjawab pertanyaan perawat, kontak mata baik dan menoleh ke
arah perawat
A : TUK 5 tercapai.
P : Lanjutkan TUK 6

89
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Perilaku kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan


hilangnya kontrol diri yang mengakibatkan individu bisa berperilaku menyerang atau
melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Rentang respon adatif ke maladatif ada sebagai berikut Asertif-Frustasi-
Pasif-Agresif-Amuk/perilaku kekerasan. Penyebab perilaku kekerasan ada dua faktor
antara lain faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Tanda dan gejala perilaku
kekerasan muka merah dan tegang, tangan mengepal, postur tubuh kaku, bicara kasar,
suara tinggi, membentak atau berteriak, melempar atau memukul benda/orang lain,
menyerang orang lain. Pentalaksanaan medis pada klien dengan perilaku kekerasan
terdiri dari farmakoterapi, terapi okupasi, peran serta keluarga, terapi somatik, terapi
kejang listrik.

3.2 Saran

Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama mahasiswa


keperawatan diharapkan dapat menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk
menambah pengetahuan tentang keperawatan jiwa dan diharapkan para pembaca bisa
memberikan kritik dan saran untuk dapat menjadikan kami lebih baik lagi dalam
penulisan makalah kami selanjutnya.

90
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A,. 2009. Model Praktek Keperawatan Jiwa Profesional. Jakarta : EGC
Kusumawati, farida. 2010.Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :salemba medika

Ma’rifatul, lilik.2011.keperawatan jiwa.yogyakarta:graha ilmu

Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :EGC


Videbeck, Sheila L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Alih bahasa: Renata
Komalasari. Jakarta: EGC.

Yosep, I. 2012. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : PT Refika Aditama


Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa Bandung: Rafika Aditama.

Dermawan, Deden. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Keliat, B. A. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2). Jakarta: EGC.

91

Anda mungkin juga menyukai