Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

Disususun Oleh :

LUZY RATNA SARI


SN182059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES KUSUMA HUSADASURAKARTA

2019/2020
LAPORANN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

A. Konsep Dasar
1. Pengertian

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya


kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan
dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan
yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2010).
BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau
pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk.,
2010).
RDS merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada
bayi prematur, biasanya setelah 3 – 5 hari. Prognosanya buruk jika support
ventilasi lama diperlukan, kematian bisa terjadi setelah 3 hari penanganan
(Nelson, 2010)
2. Penyebab
Kelahiran premature disebababkan oleh beberapa faktor yang
berhubungan,yaitu :
a) Faktor ibu meliputi faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma
fisik), faktor usia ibu dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun, riwayat
kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi,
kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik
lainnya, hipertensi dan kehamilan multiple.
b) Aktivitas ibu meliputi :stress fisik yang lama berhubungan dengan
gangguan pertumbuhan intra uterin dan maturitas.
c) Faktor janin meliputi : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion,
ketuban pecah dini.
d) Faktor Plasenta meliputi :Penyakit vaskuler, kehamilan ganda,
malformasi, tumor, plasenta privea.
e) Keadaan sosial dan ekonomi yang rendah, diukur berdasarkan
pendapatan keluarga,tingkat pendidikan,status sosial dan
pekerjaan/jabatan.
f) RAS, dari data penelitian menunjukkan angka kelahiran premature 2
kali lipat banyak pada ibu-ibu kulit putih yang merupakan 1/3 dari
seluruh BKB (bayi kurang bulan) (Pudjiadi, dkk., 2010).

3. Klasifikasi
Klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya dan masa
gestasinya. Berdasarkan derajatnya, BBLR diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, antara lain :
1. Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan
berat lahir 1500 – 2499 gram.
2. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) dengan berat badan lahir 1000 – 1499 gram.
3. Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth
weight (ELBW) dengan berat badan lahir < 1000 gram (Meadow &
Newell, 2005).
Berdasarkan masa gestasinya, BBLR dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
a. Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK) Bayi dengan
masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai
dengan berat badan untuk usia kehamilan. Kepala relatif lebih
besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lemak subkutan kurang,
tangisnya lemah dan jarang,.
b. Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK) Bayi dengan berat
badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia
kehamilan, hal tersebut menunjukkan bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin (Surasmi et al., 2003; Syafrudin &
Hamidah, 2009; Rukmono, 2013).
Penyebab dari BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain faktor ibu dan faktor janin. Faktor dari ibu meliputi
berat badan sebelum 8 hamil rendah, penambahan berat badan yang
tidak adekuat selama kehamilan, malnutrisi, riwayat kehamilan
dengan berat badan lahir rendah, remaja, tubuh pendek, sudah
sering hamil, dan anemia (Hanum et al., 2014).
Infeksi pada ibu selama kehamilan, sosial ekonomi rendah, dan
stres maternal, juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran BBLR
(Santoso et al., 2009). Faktor janin dan plasenta yang dapat
menyebabkan BBLR antara lain kehamilan ganda, hidroamnion,
dan cacat bawaan (Surasmi, Handayani, Kusuma, 2003). Status
pelayanan antenatal (frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal,
tenaga kesehatan tempat periksa hamil, umur kandungan saat
pertama kali pemeriksaan kehamilan) juga dapat beresiko untuk
melahirkan BBLR (Sistiarani, 2008).

4. Tanda dan Gejala


a) Sebelum bayi lahir
1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus,partus
prematurus dan lahir mati
2) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
3) Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat,gerakan janin
lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
yang seharusnya dan sering dijumpai kehamilan dengan
oligolidramnion gravidarum atau perdarahan antepartum.
b) Setelah bayi lahir
1) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
2) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
3) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
4) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30 cm
5) Rambut lanugo masih banyak
6) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
7) Tumit mengkilap dan telapak kaki halus
8) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah
9) Perempuan : labia mayora belum menutupi labia minora
Laki-laki : skrotum belum banyak lipatan, testis belum turun.
(Carpenito, Lynda Juall. 2010).

5. Penilaian Down Score

Pemeriksaan 0 1 2

Frekuensi napas < 60/menit 60-80/menit > 80/menit

Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat

Sianosis hilang dengan Sianosis menetap


Sianosis Tidak ada sianosis
O2 walaupun diberi O2

Penurunan ringan udara


Air entry Udara masuk Tidak ada udara masuk
masuk

Dapat didengar dengan Dapat didengar tanpa


Merintih Tidak merintih
stetoskop alat bantu

(Depkes, RI 2009)
Evaluasi
Total Diagnosis
1-3 Sesak napas ringan
4-5 Sesak napas sedang
≥6 Sesak napas berat
MANIFESTASI KLINIS Diagnosis gagal nafas dapat ditegakkan
berdasarkan manifestasi klinis dan dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan
analisis gas darah. Gambaran klinis yang dapat terjadi pada neonatus yang
harus meningkatkan kewaspadaan klinisi akan terjadinya gagal nafas
antara lain:13 - Peningkatan respirasi - Peningkatan usaha nafas - Periodic
breathing - Apnea - Sianosis yang tidak berkurang dengan pemberian
oksigen - Turunnya tekanan darah disertai takikardi, pucat, kegagalan
sirkulasi yang diikuti bradikardi - Penggunaan otot-otot pernafasan
tambahan. Derajat beratnya distress nafas dapat dinilai dengan
menggunakan skor Silverman- Anderson dan skor Downes. Skor
Silverman-Anderson lebih sesuai digunakan untuk bayi prematur yang
menderita hyaline membrane disease (HMD), sedangkan skor Downes
merupakan sistem skoring yang lebih komprehensif dan dapat digunakan
pada semua usia kehamilan. Penilaian dengan sistem skoring ini sebaiknya
dilakukan tiap setengah jam untuk menilai progresivitasnya.

6. Patofisiologi

BBLR menyebabkan bayi lahir premature. Prematuritas disebabkan


oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor ibu, faktor plasenta dan
faktor janin, akan menyebabkan dinding otot rahim bagian bawah rahim
lemah sehingga rahim terbuka sebelum usia kehamilan dan bayi lahir
premature dengan berat badan kurang dari 2500 gram (BB <2500 gram).
Bayi yang lahir premature akan mengalami imatur fungsi mekanis
pencernaan seperti refleks menghisap dan menelan lemah, gangguan
digestif dan absorbsi yang mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan. Paru belum matang akan mengakibatkan pola
nafas tidak efektif, asfiksia, kulit tipis, transparan dan lemak subkutan
sedikit sehingga dapat terjadi risiko gangguan integritas kulit,
thermoregulasi tidak efektif dan pusat pengaturan suhu tubuh yang belum
matur sehingga system immunologi belum berkembang dengan baik dan
dapat terjadi imatur system saraf pusat (Hardi Kusuma & Amin
Huda,2012:68
Unsur utama surfaktan adalah dipalmitilfosfatidilkolin (lesitin),
fosfatidilgliserol, apoprotein (protein surfaktan = ps A, B, C, D) dan
kholesterol.
Faktor predisposisi :
1. Bayi dari ibu diabetes
2. Persalinan sebelum umur
kehamilan 37 minggu
3. Kehamilan multijanin
4. Persalinan SC
5. Persalinan cepat
6. Asfiksia
7. Stress dingin
8. Riwayat bayi sebelumnya
terkena RDS
Bangunan paru janin dan produksi surfactan penting untuk fungsi
respirasi normal. Bangunan paru dari produksi surfaktan bervariasi pada
masing-masing bayi. Bayi prematur lahir sebelum produksi surfactan
memadai. Surfactan, suatu senyawa lipoprotein yang mengisi alveoli,
mencegah alveolar colaps dan menurunkan kerja respirasi dengan
menurunkan tegangan permukaan. Pada defisiensi surfactan, tegangan
permukaan meningkat, menyebabkan kolapsnya alveolar dan menurunnya
komplians paru, yang mana akan mempengaruhi ventilasi alveolar
sehingga terjadi hipoksemia dan hiperkapnia dengan acidosis respiratory.
Reduksi pada ventilasi akan menyebabkan ventilasi dan perfusi sirkulasi
paru menjadi buruk, menyebabkan keadaan hipoksemia. Hipoksia jaringan
dan acidosis metabolik terjadi berhubungan dengan atelektasis dan
kegagalan pernafasan yang progresif (Prawirohardjo, 2010).

7. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan pada berat badan
lahir rendah pada bayi yaitu :
a) Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
b) Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung,
usaha nafas, tonus otot dan reflek).
c) Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
d) Pengkajian spesifik
e) Pemeriksaan fungsi paru
f) Pemeriksaan fungsi kardiovaskular.

8. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan medik dari BBLR antara lain:
a) Pemberian O2 (oksigen)
b) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami
hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan
ketat
c) Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi,
perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci
tangan sebelum memegang bayi
d) Pengawasan nutrisi/ASI. Reflex menelan BBLR belum sempurna,
oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat
e) Penimbangan ketat. Adanya perubahan berat badan mencerminkan
kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh,
oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat
f) Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan
bersih,pertahankan suhu tetap hangat
g) Tali pusat harus dalam keadaan bersih
h) Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI
i) Bila tidak mungkin infuse dekstrose 10 % + bikarbonat natrikus 1,5 %
= 4:1, hari 1 = 60 cc/kg/hari ,kolaborasi dengan dokter dan berikan
antibiotic (Sacharin, 2006).
j) Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat

Berat Bayi Suhu Inkubator Menurut Umur


35ᵒC 34ᵒC 33ᵒC 32ᵒC
< 1500 g 1-10 hari 11 hari – 3 3-5 minggu > 5 minggu
minggu
1500-2000 1-10 hari 11 hari – 4 > 4 minggu
g minggu
2100- 1-2 hari 3 hari – 3 > 3 minggu
2500g minggu
> 2500 g 1-2 hari > 2 hari

(Depkes, RI 2013)
9. Komplikasi
Komplikasi BBLR sangat tergantung dari klasifikasi dari BBLR itu sendiri
yaitu :
a) Pada bayi kurang bulan, system fungsi dan struktur organ tubuh masih
sangat muda/imatur,muda /premature belum berfungsi optimal
sehingga akan muncul komplikasi/penyakit sebagai berikut :
1) Asfiksia perinatal
2) Komplikasi pada saluran pernafasan seperti penyakit membrane
hialin , apnea rekuren, sindroma kebocoran udara,
bronkopulmonary dysplasia
3) Termoregulator dan pusat panas seperti hipertermi dan hipotermi
4) Pada saluran kardiovaskuler seperti hipertensi
5) Pada saluran pencernaan seperti prematuritas dan imaturitas
menyebabkan terjadi enterokolitis nekrotikan (EKN)
6) Komplikasi hematologis seperti anemia prematuritas.
b) BBLR yang mengalami gangguan pertumbuhan intrauterine dapat
berhubungan dengan adanya kelainan congenital,selama intrauterine
tidak tumbuh optimal dan lahir BBLR. Komplikasi yang muncul pada
BBLR kecil masa kehamilan sebagai berikut :
1) Depresi perinatal
2) Aspirasi mekonium
3) Perdarahan paru
4) Hipertensi paru-paru persisten (HPP)
5) Hipoksemia,hiperglikemi,hipokalsemia,hiponatremia,polisitemia
(Erlina,2008).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Langkah-langkah dalam proses keperawatan ini meliputi :
1. Pengkajian
Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan diagnosa
medis BBLR adalah sebagai berikut :
a. Identitas pasien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, dan anak ke berapa.
b. Identitas penanggung jawab meliputi nama orang tua, pekerjaan
orang tua, alamat, jenis kelamin, pendidikan, dan usia orang tua.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : keluhan utama adalah keluhan yang paling
dirasakan oleh klien sehingga dibawa ketempat pelayanan
kesehatan.
2) Keluhan saat ini : keluhan yang dirasakan oleh klien disaat
melakukan pengkajian.
3) Riwayat kesehatan dahulu :Penyakit yang pernah diderita pada
masa-masa dahulu.
4) Riwayat kesehatan keluarga : pengkajian tentang riwayat
kesehatan keluarga, apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit.
d. Riwayat Kehamilan / persalinan.
1) Prenatal
a) Menanyakan riwayat sebelum melahirkan yang berkaitan
dengan kebutuhan pemenuhan nutrisi, vitamin penambah
darah, dan kalisium laktat.
b) Menanyakan kondisi kehamilan pada saat sebelum
persalinan.
c) Perubahan berat badan sebelum melahirkan.
d) Riwayat imunisasi TT.
e) Keluhan ibu pada saat ANC.
f) Riwayat antenatal care.
2) Natal
a) Menanyakan riwayat persalinan yang meliputi dimana
tempat melahirkan, dibantu oleh siapa.
b) Berat bayi, cacat apa tidak, anus ada/tidak, panjang badan
bayi saat baru lahir.
c) Apakah bayi langsung menangis atau tidak. Nilai APGAR
skor
d) Umur kehamilan, lahir secara normal, VE atau SC, ada atau
tidaknya lubang anus, dan ada atau tidaknya cacat aat lahir.
e) Lingkar lengan atas dan lingkar kepala, lingkar dada.
3) Post Natal
Menanyakan kondisi ibu setelah melahirkan, apakah ada
masalah kesehatan atau tidak.
4). Riwayat Imunisasi
Pengkajian tentang imunisasi apakah klien sudah
mendapatkan imunisasi lengkap atau tidak.
5). Data BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL.
1) Pernapasan
Bagaimana pernapasan sebelum dan sesudah sakit, apakah
ada kontraksi dinding dada dan cuping hidung, Respirasi
dalam batas normal (40-60x/m) atau tidak.
2) Nutrisi dan cairan
Pemasukan intake makanan dan minuman, terdiri dari
frekuensi, dan proporsi dalam waktu sehari.
3) Eliminasi
BAB : warna, frekuensi, konsistensi, dan bau. BAK :
warna, frekuensi, konsistensi, dan bau.
4) Aktifitas
Gejala : kegiatan yang dapat dilakukan, apakah mandiri
atau dibantu orang lain.
5) Istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat tidur, lama tidur, frekuensi tidur
dalam waktu sehari.
6) Personal hygene
Mengkaji kebersihan meliputi, kuku kaki, kuku tangan,
kebersihan mulut, dan badan.
e. Lakukan pengkajian fisik
1) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : - (baik, lemah)
b) Kesadaran : compos mentis, apatis, delirium,
Somnolen, stupor, atau coma.
c) Vital sign : Suhu:36,6 - 37,5 Nadi:140 - 160 RR: 40-
60 kali/menit, Sp02 : 96- 100%
2) Pemeriksaan Head to toe:
a) Kepala
Inspeksi: bentuk simetris, distribusi rambut merata,
kebersihan rambut.
Palpasi: apakah ada lesi dan benjolan.
b) Mata
Inspeksi:bentuk simetris, cornea jernih, iris simetris,
conjungtiva pucat, sclera jernih, koordinasi gerak bola mata
simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda.
Palpasi: apakah ada nyeri.
c) Hidung
Inspeksi: bentuk simetris, adanya pernafasan menggunakan
cuping hidung, apakah ada tanpak secret, apakah kotor atau
bersih.
Palpasi: apakah ada nyeri tekan.
d) Telinga
Inspeksi: bentuk simetris, apakah bersih atau kotor.
Palpasi: apakah ada nyeri tekan, pemeriksaan tes wibber
dan winer.
e) Mulut
Inspeksi: simetris, bersih, tidak sumbing, gigi, mukosa
bibir, laring dan faring.
Palpasi: apakah ada nyeri tekan.
f) Leher
Inspeksi: bentuk normal, apakah ada pembesaran kelenjar
tyroid, apakah terdapat pembesaran vena jagularis, apakah
ada benjolan.
Palpasi: apakah ada nyeri tekan.
g) Dada/thorax
Inspeksi: bentuk simetris, apakah ada tanpak pernapasan
abdomen dan retraksi dinding dada, frekwensi pernafasan.
Palpasi: apakah ada teraba masa dan nyeri tekan.
h) Abdomen
Inspeksi: bentuk simetris, jaringan perut.
Palpasi: masa dan nyeri tekan.
Perkusi: suara timpani
Auskultasi: bising usus peristaltik, terdengar tiap 10-30
detik
i) Integument / kulit
Inspeksi: warna kulit, kelembaban kulit, turgor munurun.
Palpasi: turgor kulit kembali dalam 2 detik.
j) Genetalia
labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora
dengan klitoris menonjol, testis pria mungkin tidak turun,
ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum.
2. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada BBLR pada bayi
adalah :
1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
2. Hipotermi b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan lingkungan
dingin
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan ingest/digest/absorb
4. Ketidakefektifan pola minum bayi b/d prematuritas
5. Resiko infeksi

3. RencanaKeperawatan
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1 Pola nafas tidak efektif b/d NOC NIC :
imaturitas organ pernafasan - Respiratory status : Airway Management
Ventilation  Buka jalan nafas,
Faktor yang berhubungan: - Respiratory status : guanakan teknik chin lift
Airway patency atau jaw thrust bila perlu
 HiperventilasiDeformitas  Posisikan pasien untuk
tulangKelainan bentuk dinding - Vital sign Status memaksimalkan ventilasi
dada  Identifikasipasienperlunya
 Penurunan Kriteria Hasil : pemasanganalatjalannafasb
energi/kelelahanPerusakan/pele  Mendemonstrasikan uatan
mahan muskulo-skeletal suara nafas yang  Keluarkansekretdengansuc
 Hipoventilasi sindrom bersih, tidak ada tion
 Nyeri sianosis dan dyspneu  Auskultasisuaranafas,
 Kecemasan (mampu catatadanyasuaratambahan
 DisfungsNeuromuskuler mengeluarkan  Berikanbronkodilator bila
 Kerusakan persepsi/kognitif sputum, mampu perlu
bernafas dengan  BerikanpelembabudaraKas
mudah, tidak ada sabasahNaClLembab
pursed lips)  Aturintakeuntukcairanmen
 Menunjukkan jalan goptimalkankeseimbangan
nafas yang paten .
(klien tidak merasa - Monitor respirasi dan status
tercekik, irama nafas, O2
frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, Oxygen Therapy
tidak ada suara nafas  Bersihkan mulut, hidung
abnormal) dan secret trakea
 Tanda Tanda vital  Pertahankan jalan nafas
HR: 140- 160 x/ menit yang paten
RR: 40- 60 x/ Menit  Atur peralatan oksigenasi
S: 36,5- 37.5  Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
 Monitor adanya
kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
2 Bersihan jalan nafas tidak efektif NOC: NIC :
b/d obstruksi jalan nafas oleh - Respiratory status : Airway Suction
penumpukan lendir. Ventilation  Auskultasi suara nafas
Faktor-faktor yang berhubungan: - Respiratory status : sebelum dan sesudah
 Fisiologis : disfungsi Airway patency suctioning.
neuromuskular, hiperplasia - Aspiration Control  informasikan pada klien
dinding bronkus, alergi jalan Kriteria Hasil : dan keluarga tentang
nafas, asma.  Mendemonstrasikan suctioning
 Obstruksi jalan nafas : spasme suara nafas yang  Berikan O2 dengan
jalan nafas, sekresi tertahan, bersih, tidak ada menggunakan nasal untuk
banyaknya mukus, adanya jalan sianosis dan dyspneu memfasilitasi suksion
nafas buatan, sekresi bronkus, (mampu nasotrakeal
adanya eksudat di alveolus, mengeluarkan  Gunakan alat yang steril
adanya benda asing dijalan sputum, mampu sitiap melakukan tindakan
nafas. bernafas dengan  Monitor status oksigen
mudah, tidak ada pasien
pursed lips)  Hentikan suksion dan
 Menunjukkan jalan berikan oksigen apabila
nafas yang paten pasien menunjukkan
(klien tidak merasa bradikardi, peningkatan
tercekik, irama nafas, saturasi O2, dll.
frekuensi pernafasan Airway Management
40- 60 x/ Menit, tidak  Buka jalan nafas,
ada suara nafas guanakan teknik chin lift
abnormal) atau jaw thrust bila perlu
 Mampu  Posisikan pasien untuk
mengidentifikasikan memaksimalkan ventilasi
dan mencegah factor  Identifikasipasienperlunya
yang dapat pemasanganalatjalannafasb
menghambat jalan uatan
nafas  Lakukanfisioterapi dada
jikaperlu
 Keluarkansekretdengansuc
tion
 Auskultasisuaranafas,
catatadanyasuaratambahan
 Kolaborasikanpemberianbr
onkodilator bila perlu
 BerikanpelembabudaraKas
sabasahNaClLembab
 Aturintakeuntukcairanmen
goptimalkankeseimbangan
.
 Monitor respirasi dan
status O2
3 Hipotermi b/d BBLR, usia NOC: NIC :
kehamilan kurang,  Kriteria hasil:
paparan Temperature Regulation
lingkungan dingin  Mempertahankan (pengaturan suhu)
suhu kulit atau  Monitor suhu minimal tiap
Faktor factor resiko: aksila36,5- 37,5 2 jam
 Perubahan metabolisme dasar  HR: 145- 160x/ menit  Rencanakan monitoring
 Penyakit atau trauma yang  RR: 40- 60 x/ menit suhu secara kontinyu
mempengaruhi pengaturan suhu  Akral tetap hangat  Monitor TD, nadi, dan
 Pengobatan pengobatan yang  Sp02 : 96- 100 % RR,Sp02
menyebabkan vasokonstriksi  Monitor warna dan suhu
dan vasodilatasi kulit
 Pakaian yang tidak sesuai  Monitor tanda-tanda
dengan suhu lingkungan hipertermi dan hipotermi
 Ketidakaktifan atau aktivitas (Suhu dibawah 36,5, RR:
berat dibawah 40x/ mnt, kulit
 Dehidrasi pucat, mengigil, Spo2
 Pemberian obat penenang dibawah 96 %,)
 Paparan dingin atau  Tingkatkan intake cairan
hangat/lingkungan yang panas dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubu
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika
perlu
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC: NIC :
dari kebutuhan tubuh b/d  Nutritional Status : Nutrition Management
ketidakmampuan food and Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli
ingest/digest/absorb  Nutritional Status : gizi untuk menentukan
nutrient Intake jumlah kalori dan nutrisi
Faktor-faktor yg berhubungan:  Weight control yang dibutuhkan pasien
 Ketidakmampuan pemasukan Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien untuk
atau mencerna makanan atau  Adanya peningkatan meningkatkan intake Fe
mengabsorpsi zat-zat gizi berat badan 10 %  Anjurkan pasien untuk
berhubungan dengan faktor  Mampu meningkatkan protein dan
biologis, psikologis atau mengidentifikasi vitamin C
ekonomi. kebutuhan nutrisi  Berikan substansi gula
 Tidak ada tanda tanda  Berikan makanan yang
malnutrisi terpilih ( sudah
 Menunjukkan dikonsultasikan dengan
peningkatan fungsi ahli gizi)
pengecapan dari  Monitor jumlah nutrisi dan
menelan kandungan kalori
 Tidak terjadi  Berikan informasi tentang
penurunan berat kebutuhan nutrisi
badan 5-10 %  Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

5 Ketidakefektifan pola minum bayi NOC : NIC :


b/d prematuritas  Breastfeeding Breastfeeding assistance
Estabilshment : infant  Fasilitasi kontak ibu
 Knowledge : dengan bayi sawal
breastfeeding mungkin (maksimal 2 jam
 Breastfeeding setelah lahir)
Maintenance  Monitor kemampuan bayi
Kriteria Hasil : untuk menghisap
 Klien dapat menyusui  Dorong orang tua untuk
dengan efektif meminta perawat untuk
 Memverbalisasikan menemani saat menyusui
tehnik untk mengatasi sebanyak 8-10 kali/hari
masalah menyusui  Sediakan kenyamanan dan
 Bayi menandakan privasi selama menyusui
kepuasan menyusu  Monitor kemampuan bayi
 Ibu menunjukkan untukmenggapai putting
harga diri yang positif  Dorong ibu untuk tidak
dengan menyusui membatasi bayi menyusu
 Monitor integritas kulit
sekitar putting
 Diskusikan penggunaan
pompa ASI kalau bayi
tidakmampu menyusu
 Monitor peningkatan
pengisian ASI
 Jelaskan penggunaan susu
formula hanya jika
diperlukan
7 Resiko infeksi NOC : NIC :
 mmune Status Infection Control (Kontrol
Faktor-faktor resiko :  Knowledge : Infection infeksi)
 Prosedur Infasif control  Bersihkan lingkungan
 Ketidakcukupan pengetahuan  Risk control setelah dipakai pasien lain
untuk menghindari paparan Kriteria Hasil :  Instruksikan pada
patogen  Klien bebas dari tanda pengunjung untuk mencuci
 Trauma dan gejala infeksi tangan saat berkunjung
 Kerusakan jaringan dan  Menunjukkan dan setelah berkunjung
peningkatan paparan lingkungan kemampuan untuk meninggalkan pasien
 Ruptur membran amnion mencegah timbulnya  Gunakan sabun
 Agen farmasi (imunosupresan) infeksi antimikrobia untuk cuci

 Malnutrisi  Jumlah leukosit 6- tangan

 Peningkatan paparan lingkungan 17,5  Cuci tangan setiap

patogen  Tanda-tanda vital sebelum dan sesudah

 Imonusupresi HR: 140-160 x/ menit tindakan keperawtan

 Ketidakadekuatan imum buatan RR: 40- 60 x/ menit  Gunakan baju, sarung

 Tidak adekuat pertahanan S: 36,5- 37,5 tangan sebagai alat

sekunder (penurunan Hb, Sp02: 96- 100 % pelindung

Leukopenia, penekanan respon  Pertahankan lingkungan

inflamasi) aseptik selama

 Tidak adekuat pertahanan tubuh pemasangan alat

primer (kulit tidak utuh, trauma  Ganti letak IV perifer dan

jaringan, penurunan kerja silia, line central dan dressing

cairan tubuh statis, perubahan sesuai dengan petunjuk


sekresi pH, perubahan umum
peristaltik)  Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit,
WBC
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Pertahankan teknik isolasi
k/p
 Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas,
drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
 Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
 Dorong masukan cairan
Daftar Pustaka

Anonymuous, 2015. http://www.pediatric.com/. Di aksesTanggal 10 April


2015.Arizona Health Matters. 2015.

Arief, Nurhaeni. 2009. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat.


Yogyakarta : AR Group.

Betz, LC dan Sowden, LA.2012. Keperawatan Pediatrik - Edisi 3.Jakarta : EGC.


Bobak, Irene M. 2011. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta
: EGC.

Depkes, RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Doenges, E.Marilynn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3. Jakarta :


EGC.

Anda mungkin juga menyukai